Anda di halaman 1dari 2

LAPORAN PENDAHULUAN

3.1.1. Indeks Kerentanan Pantai

Beberapa algoritma model pemetaan kerentanan pesisir telah dikembangkan oleh para
peneliti di lembaga Geologi Amerika (USGS), terutama didedikasikan pada kawasan
pesisirnya yang secara tektonik relatif stabil, sehingga variabel-variabel yang
digunakan sangat cocok untuk daerah-daerah paparan dan tepi benua (continental
shelf/continental margin). Variabel-variabel yang digunakan adalah morfologi,
kemiringan lereng (dalam persen) pantai, rata-rata tinggi pasangsurut (m), rata-rata
tinggi gelombang (m), rata-rata kenaikan muka air laut (mm/tahun), dan maju
mundurnya garis pantai (m/tahun) (Thieler and Hammar Klose 2000). Masing-masing
variabel ditentukan nilai resiko relatifnya berdasarkan atas seberapa besar
kontribusinya terhadap kenaikan muka air laut secara fisik.

Selanjutnya, indeks kerentanan pesisir (Coastal Vulnerability Index – CVI) ditentukan


dengan rumus berikut ini:

 a *b *c * d *e * f  
CVI   
 6 

dimana :
a : Geomorfologi
b : Kemiringan lereng
c : Kenaikan relatif rata-rata muka air laut
d : Maju mundurnya garis pantai
e : Rata rata kisaran pasang surut
f : Rata rata tinggi gelombang.

Algoritma ini tidak atau belum memasukkan unsur pengangkatan atau penurunan
daratan akibat tektonik atau akibat lokal lainnya. Meskipun demikian, masih dapat
diaplikasikan untuk sebagian kawasan pesisir Indonesia yang relatif stabil terhadap
proses pengangkatan dan penurunan daratan. Mengingat keterbatasan waktu
pelaksanaan kegiatan, maka penghitungan indeks kerentanan belum
mempertimbangkan fenomena lokal.
Bab 3 Pendekatan dan Metodologi

Tabel 3.1. Indeks Kerentanan Pantai (CVI) (Thieler and Hammar-Klose, USGS
2000)

Dari variabel-variabel yang digunakan untuk menentukan kerentanan pantai karena


naiknya muka laut tersebut, kemudian dibuat rangking dalam skala linear dengan nilai
1 hingga 5. Nilai 1 memperlihatkan resiko paling kecil dan nilai 5 merupakan resiko
yang terbesar, masing-masing terhadap naiknya m muka air laut. Data geomorfologi
yang berupa data tekstual (non numerical data) dirangking berdasarkan atas ketahanan
relatifnya terhadap kemampuannya menahan erosi atau abrasi. Dengan demikian,
semua data poligon yang bersifat kualitatif diubah menjadi kuantitatif.

Analisis spasial, termasuk operasi tumpang tindih tiap layer/variabel dan penghitungan
statistik, dilaksanakan dengan menggunakan perangkat lunak Aplikasi Sistem
Informasi Geografis. Hasil operasi tumpang tindih akan menghasilkan poligon-
poligon baru, yang masing-masing mempunyai nilai Indeks Kerentanan Pantai (CVI)
dan akan membagi kawasan pantai sesuai dengan derajat kerentanannya.

Laporan Hasil Identifikasi Potensi Kerusakan Pantai dan Laut III - 2

Anda mungkin juga menyukai