Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN FINAL PROJECT

PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR


PENILAIAN KERENTANAN PESISIR DI KABUPATEN DEMAK DENGAN
METODE CVI (COASTAL VULNERABILITY INDEX)

DISUSUN OLEH:

NAMA : MARSELIA DORA SANJAYA


NIM : 17/410215/TK/45572
KELAS : B

DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
I. MATA ACARA
Penilaian Kerentanan Pesisir Di Kabupaten Demak Dengan Metode CVI (Coastal
Vulnerability Index).
II. WAKTU PELAKSANAAN
Waktu : 15-17 Mei 2020.
III. ALAT DAN BAHAN
1. Laptop
2. Citra Landsat 8 Tahun 2019
3. Sebaran Mangrove Provinsi Jawa Tengah 2019
4. Batas Administrasi Provinsi Jawa Tengah
5. Software ArcGIS
IV. LANDASAN TEORI
Penentuan nilai Coastal Vulnerability Index (CVI) atau indeks kerentanan pesisir setiap
sel dilakukan dengan mengkombinasikan beberapa parameter resiko untuk menghasilkan
sebuah indikator. Perhitungan nilai skor indeks kerentanan dilakukan berdasarkan
orisinalitas konsep perhitungan nilai indeks kerentanan dalam metode CVI, yakni
merupakan akar dari perkalian tiap nilai bobot variabel dibagi jumlah variabel sebagai
berikut (Thieler and Hammar-Klose, 1999):
𝑎𝑥𝑏𝑥𝑐𝑥𝑑𝑥𝑒𝑥𝑓
𝐶𝑉𝐼 = √ 6

Dimana CVI = nilai (skor) Indeks Kerentanan Pesisir, a,b,c,d,e dan f adalah bobot
variabel yang berturut-turut; geomorfologi, perubahan garis pantai, kemiringan dasar pantai,
tinggi gelombang signifikan, rerata kisaran pasang surut, dan perubahan tinggi muka air
laut. Klasifikasi kerentanan pantai dibagi menjadi lima kategori, yaitu sangat rendah –
rendah – sedang – tinggi – sangat tinggi. Pembagian tersebut didasarkan pada perhitungan
indeks kerentanan pesisir.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Inventarisasi Sumberdaya Pesisir
Inventarisasi sumber daya alam menggunakan data penginderaan satelit merupakan
kegiatan penentuan jenis obyek sumber daya alam di permukaan bumi. Obyek yang
diinventarisasi adalah sumber daya alam pada wilayah pesisir Kabupaten Demak. Wilayah
pesisir adalah daerah/zona pertemuan antara darat dan laut, dengan batas ke arah darat
sejauh daerah yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut dan ke arah laut sebatas daerah
yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat. Sedangkan data
satelit yang digunakan adalah data satelit Landsat 8 tahun 2019. Inventarisasi obyek
permukaan dilakukan dengan composite band (RGB) pada citra Landsat 8 yang kemudian
dilakukan proses klasifikasi tidak terbimbing (unsupervised clasiffication).

Mangrove

Tambak

False Color Composit

Tambak

Unsupervised Clasiffication
Berdasarkan hasil composite band didapatkan bahwa inventarisasi sumber daya pesisir
di Kabupaten Demak adalah sumber daya untuk mangrove dan tambak. Mangrove dan
tambak dapat terlihat jelas dari citra menggunakan FCC (False Color Composit). Kombinasi
satelit FCC masing masing adalah band 4, 5, dan 7. Mangrove terlihat dengan warna merah
kegelapan pada citra FCC. Warna merah merupakan reflektansi vegetasi yang terlihat jelas
pada citra band inframerah, sedangkan kegelapan merupakan reflektansi tanah berair yang
terlihat jelas pada citra band merah. Selain itu, untuk memperjelas area tambak dilakukan
proses klasifikasi tidak terbimbing, dimana metode ini mengelompokkan nilai-nilai piksel
pada suatu citra oleh komputer ke dalam kelas-kelas nilai (spektral, temporal, spasial)
dengan menggunakan algoritma klusterisasi. Tambak terlihat dengan warna biru pada area
daratan. Berikut adalah peta inventarisasi sumber daya pesisir Kabupaten Demak, hasil dari
pengolahan citra :
2. Hasil Kajian CVI

Bobot/Kelas kerentanan
Variabel Sangat Sangat
Rendah=2 Sedang=3 Tinggi=4
Rendah=1 Tinggi=5
Pantai berpasir,
Tebing rawa, payau,
Tebing rendah, Estuarine, paparan
Geomorfologi Tebing Tinggi
Sedang dataran Laguna lumpur, delta,
alluvial mangrove,
karang
Kemiringan Pantai (%) > .2 .2 - .07 .07 - .04 .04 - .025 < .025
Kenaikan muka laut 2.95 -
relatif(mm/tahun) < 1.8 1.8 - 2.5 2.5 - 2.95 3.16 > 3.16
-1.0 -
Perubahan garis pantai > 2.0 +1.0 < -2.0
(m/tahun) Akresi 1.0 - 2.0 Stabil -1.1 - -2.0 Abrasi
Rata-rata tunggang pasut (m) <1.0 1.0 – 1.9 2.0 - 4.0 4.1 – 6.0 >6.0
Rata-rata tinggi gelombang 1.05 -
signifikan (m) < .55 .55 - .85 .85 - 1.05 1.25 > 1.25

a. Geomorfologi
Bentuk/morfologi wilayah pesisir, seperti pantai terjal atau landai, ditentukan oleh
kekerasan (resistensi) batuan, pola morfologi dan tahapan proses tektoniknya.
Relief/topografi dasar laut perairan nusantara terdiri dari beberapa tipe mulai dari
paparan (shelf) yang dangkal, palung laut, gunung bawah laut, terumbu karang dan
sebagainya. Kondisi daerah pesisir Demak ada dua material penyusunnya yaitu wilayah
kepesisiran berlumpur dan wilayah kepesisiran berpasir. Wilayah pesisir Demak
termasuk pada wilayah kepesisiran landai dengan material di dominasi lumpur dengan
proses utama sedimentasi lumpur dan pasang surut air laut, yang menunjukkan
perkembangan wilayah berlumpur yang pesat. Sehingga dari segi geomorfologi pesisir
Demak memiliki indeks kerentanan sangat tinggi (Bobot Kerentanan = 5).
b. Kemiringan Pantai

Kemiringan lereng merupakan ukuran kemiringan lahan relatif terhadap bidang datar
yang secara umum dinyatakan dalam persen atau derajat. Kecuraman lereng, panjang
lereng dan bentuk lereng semuanya akan mempengaruhi besarnya erosi dan aliran
permukaan. Wilayah pesisir Demak ini jika ditinjau berdasarkan sudut kemiringan
pantai yang terbentuk dapat dikategorikan menjadi wilayah kepesisiran landai. Wilayah
kepesisiran landai merupakan wilayah kepesisiran dengan kemiringan <20%.
Kemiringan pantai-pantai di Demak termasuk dalam klasifikasi kerentanan rendah
(Bobot Kerentanan = 2).

c. Kenaikan Muka Laut Relative


Kondisi pasang surut di daerah pesisir Demak memiliki rata-rata ketinggian muka
air laut yang selalu meningkat. Mulai dari tahun 2002 hingga tahun 2010, rata-rata
ketinggian muka air laut mengalami peningkatan yang cukup besar. Ketinggian muka
air laut rata-rata yang meningkat dapat diakibatkan oleh adanya penurunan muka tanah
ataupun penambahan volume air laut. Ketinggian pasang di pesisir Demak juga
mengalami peningkatan. Peningkatan ketinggian pasang tertinggi terjadi pada tahun
2005 yang mencapai 1.5 meter yang dapat menyebabkan terjadinya banjir pasang
sangat besar. Perubahan tinggi pasang air laut dari tahun ke tahun ditunjukkan pada
tabel berikut:

Pada tahun 2020 mengalami peningkatan pasang air laut sebesar 4.03 cm dalam
kurun waktu 5 tahun. Maka dalam waktu 1 tahun daerah pesisir Demak mengalami
peningkatan sebesar 0.806 cm. Dengan demikian, kenaikan muka air laut daerah pesisir
Demak termasuk dalam klasifikasi kerentanan sangat tinggi (Bobot Kerentanan = 5).
d. Perubahan Garis Pantai
Hasil analisa perubahan garis pantai di pesisir Demak menunjukkan fenomena akresi
dan abrasi terjadi di semua wilayah. Proses akresi adalah proses-proses yang
memajukan atau menambah wilayah daratan, sedangkan proses abrasi adalah suatu
proses yang memundurkan wilayah daratan. Laju perubahan tiap tahun semakin besar.
Pemunduran garis pantai untuk pesisir Demak rata-rata 12,5 m/tahun sehingga
termasuk dalam tingkat kerentanan sangat tinggi (Bobot Kerentanan = 5). Fenomena
banjir pasang air laut (ROB) yang terjadi di pesisir Kabupaten Demak salah satu
penyebabnya adalah perubahan garis pantai ini.
e. Rata-Rata Tunggang Pasut
Dari data pasang surut yang diperoleh rata-rata air pasang tertinggi (Mean Highest
Water Level/MHWL), rata-rata air pasang surut (Mean Water Level/ MWL), rata-rata
air surut terendah (MeanLowest Water Level/MHWL), dan tunggang pasut (Tidal
Range). Dalam penentuan indeks kerentanan pesisir hanya diperlukan nilai tunggang
pasut rata-rata yang mewakili lokasi kajian. Lokasi kajian berada di sekitar perairan
muara Sungai Wulan, Demak.

Komponen Amplitudo (cm)


S0 69.8
M2 9.5
S2 12
N2 2
K1 20
O1 16
M4 0.28
MS4 0.46
K2 3
P1 5
Nilai komponen pasang surut seperti yang tertera pada tabel diatas menunjukkan
bahwa nilai muka air rata-rata (MSL) sebesar 70 cm, nilai muka air tertinggi (HWL)
sebesar 120 cm, nilai muka air terendah (LWL) sebesar 30 cm, nilai muka air rendah
terendah (LLWL) sebesar 2 cm dan nilai muka air tinggi tertinggi (HHWL) sebesar 138
cm. Melalui komponen pasang surut tersebut dapat diketahui bahwa tipe pasang dan
surut di sekitar perairan Muara Sungai Wulan, Demak dengan nilai Formzahl sebesar
1,67 termasuk ke dalam perairan dengan tipe pasang surut campuran condong harian
tunggal. Pada tipe ini, dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut,
tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut
dengan tinggi dan periode yang berbeda. Karena rata-rata tunggang pasut sebesar 0.4
meter menunjukkan bahwa secara umum pesisir Demak terklasifikasikan ke dalam
kerentanan sangat rendah terhadap pengaruh pasut (Bobot Kerentanan = 1).

LAT = S0 – K1- O1 – S2 – M2
= 69.8 - 20 - 16 - 12 - 9.5 = 12.3 cm
MHHWS = LAT + M2 + S2 + 2(K1+O1)
= 12.3 + 9.5 + 12 + 2(20 + 16) = 105.8 cm
MLHWN = LAT + M2 + S2 + 2(K1)
= 12.3 + 9.5 + 12 + 2(20) =73.8 cm
MLLWN = LAT + M2 + S2 + 2(O1)
= 12.3 + 9.5 + 12 + 2(16) = 65.8 cm
MLLWS = LAT + M2 + S2
= 12.3 + 9.5 + 12 = 33.8 cm
Tidal Range atau Tunggang Pasut = (MHHWS + MLHWN)/2 – (MLLWS +
MLLWN)/2
= (105.8 + 73.8)/2 – (33.8 + 65.8)/2
= 89.8 – 49.8
= 40 cm
Keterangan :
MHHWS : rata-rata muka air tinggi tertinggi saat pasang purnama
MLHWN = rata-rata muka air tinggi terendah saat pasang perbani
MLLWS = rata-rata muka air rendah terendah saat pasang purnama
MLLWN = rata-rata muka air rendah terendah saat pasang perbani
f. Rata-rata tinggi gelombang signifikan
Lokasi kajian berada di Kecamatan Sayung, Demak untuk dilakuka pengamatan
tinggi gelombang. Perhitungan gelombang signifikan tiap tahun dilakukan dengan
mengurutkan tinggi gelombang, mulai dari gelombang tertinggi hingga terendah tiap
tahun. Tabel 4.9 adalah salah satu contoh data gelombang dan periode yang telah
diurutkan. Pada Tahun 2001 terdapat sebanyak 175 data gelombang, maka 1/3 dari
jumlah data adalah 58 data. Maka nilai Hs (H33) pada tahun 2001:
58 gelombang tertinggi 37.57
Hs = = = 0.64 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
58 58
Diperoleh rata-rata tinggi gelombang sebesar 0.64 meter yang menunjukkan bahwa
secara umum pesisir Kabupaten Demak terklasifikasikan ke dalam kerentanan rendah
terhadap pengaruh gelombang (Bobot Kerentanan = 2).

Perhitungan Indeks Kerentanan Pesisir (CVI)

𝑎𝑥𝑏𝑥𝑐𝑥𝑑𝑥𝑒𝑥𝑓
𝐶𝑉𝐼 = √ 6

5𝑥2𝑥5𝑥5𝑥1𝑥2
=√ 6

= 9.12871
3. Peta Wilayah Kajian
VI. KESIMPULAN
Dari hasil analisis tentang inventarisasi dan kerentanan pesisir Kabupaten Demak dapat
disimpulkan bahwa:
1. Inventarisasi sumber daya pesisir di Kabupaten Demak berupa sumber daya mangrove
dan tambak.
2. Nilai kelas setiap kerentanan pantai seperti kemiringan pantai berkisar antara 0.2 –
0.7%; kenaikan muka laut relatif > 3.16 mm/tahun; nilai perubahan garis pantai < -2.0
m/tahun (Abrasi); rata-rata tanggung pasut < 1.0 m; dan tinggi gelombang signifikan
berkisar antara 0.55 – 0.85 m.
3. Nilai Indeks Kerentanan Pesisir (CVI) Kabupaten Demak sebesar 9.12871, dimana
sebagian besar wilayah pesisir Kabupaten Demak berada pada kerentanan sedang.
VII. DAFTAR PUSTAKA
http://pusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/pedoman/000_Buku_Pedoman_Mangrove
_final.pdf
http://pusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Book_Klasifikasi%20Digital.pdf
http://eprints.undip.ac.id/34057/7/1917_CHAPTER_IV.pdf
https://pubs.usgs.gov/of/1999/of99-593/pages/cvi.html
Sakka, Paharuddin dan Rupang, E. 2014. Analisis Kerentanan Pantai Berdasarkan Coastal
Vulnerability Index (CVI) Di Pantai Kota Makassar. Jurnal Ilmu Kelautan dan
Perikanan.
Dhiauddin. R, Gemilang. W. A, Wisha. U. J, Rahmawan. G. A, Kusumah. G. 2017.
Pemetaan Kerentanan Pesisir Pulau Simeulue Dengan Metode CVI (Coastal
Vulnerability Index). Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Sasmito. B, dan Suproyogi. A. 2017. Kajian Kerentanan Ekosistem Pesisir Kabupaten
Demak berdasar Perubahan Garis Pantai dengan Teknologi Penginderaan Jauh dan
Sistem Informasi Geografis. Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro.
Graha. P. 2018. Analisis Perubahan Tutupan Lahan Mangrove Di Jawa Tengah Pada
Periode 2000-2015 (Studi Kasus di Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Demak).
Departemen Geofisika Dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor.
Faturrohmah. S, dan Marjuki. B. 2017. Identifikasi Dinamika Spasial Sumberdaya
Mangrove di Wilayah Pesisir Kabupaten Demak Jawa Tengah. Program Studi Teknik
Perencanaan Wilayah dan Kota Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta dan
Magister Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro Semarang, Pusat
Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.
Suryanti. W. A, dan Marfai. M. A. Analisis Multibahaya di Wilayah Pesisir Kabupaten
Demak. Universitas Gadjah Mada.
Manurung. J. G, Suryoputro. A, dan Hariadi. 2017. Analisis Pengaruh Pasang Surut
Terhadap Sebaran Muatan Padatan Tersuspensi Di Sekitar Perairan Muara Sungai
Wulan, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Program Studi Oseanografi, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro.
Adibrata. S. 2007. Analisis Pasang Surut Di Pulau Karampuang, Provinsi Sulawesi Barat.
Jurnal Sumberdaya Perairan.

Anda mungkin juga menyukai