DISUSUN OLEH:
Dimana CVI = nilai (skor) Indeks Kerentanan Pesisir, a,b,c,d,e dan f adalah bobot
variabel yang berturut-turut; geomorfologi, perubahan garis pantai, kemiringan dasar pantai,
tinggi gelombang signifikan, rerata kisaran pasang surut, dan perubahan tinggi muka air
laut. Klasifikasi kerentanan pantai dibagi menjadi lima kategori, yaitu sangat rendah –
rendah – sedang – tinggi – sangat tinggi. Pembagian tersebut didasarkan pada perhitungan
indeks kerentanan pesisir.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Inventarisasi Sumberdaya Pesisir
Inventarisasi sumber daya alam menggunakan data penginderaan satelit merupakan
kegiatan penentuan jenis obyek sumber daya alam di permukaan bumi. Obyek yang
diinventarisasi adalah sumber daya alam pada wilayah pesisir Kabupaten Demak. Wilayah
pesisir adalah daerah/zona pertemuan antara darat dan laut, dengan batas ke arah darat
sejauh daerah yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut dan ke arah laut sebatas daerah
yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat. Sedangkan data
satelit yang digunakan adalah data satelit Landsat 8 tahun 2019. Inventarisasi obyek
permukaan dilakukan dengan composite band (RGB) pada citra Landsat 8 yang kemudian
dilakukan proses klasifikasi tidak terbimbing (unsupervised clasiffication).
Mangrove
Tambak
Tambak
Unsupervised Clasiffication
Berdasarkan hasil composite band didapatkan bahwa inventarisasi sumber daya pesisir
di Kabupaten Demak adalah sumber daya untuk mangrove dan tambak. Mangrove dan
tambak dapat terlihat jelas dari citra menggunakan FCC (False Color Composit). Kombinasi
satelit FCC masing masing adalah band 4, 5, dan 7. Mangrove terlihat dengan warna merah
kegelapan pada citra FCC. Warna merah merupakan reflektansi vegetasi yang terlihat jelas
pada citra band inframerah, sedangkan kegelapan merupakan reflektansi tanah berair yang
terlihat jelas pada citra band merah. Selain itu, untuk memperjelas area tambak dilakukan
proses klasifikasi tidak terbimbing, dimana metode ini mengelompokkan nilai-nilai piksel
pada suatu citra oleh komputer ke dalam kelas-kelas nilai (spektral, temporal, spasial)
dengan menggunakan algoritma klusterisasi. Tambak terlihat dengan warna biru pada area
daratan. Berikut adalah peta inventarisasi sumber daya pesisir Kabupaten Demak, hasil dari
pengolahan citra :
2. Hasil Kajian CVI
Bobot/Kelas kerentanan
Variabel Sangat Sangat
Rendah=2 Sedang=3 Tinggi=4
Rendah=1 Tinggi=5
Pantai berpasir,
Tebing rawa, payau,
Tebing rendah, Estuarine, paparan
Geomorfologi Tebing Tinggi
Sedang dataran Laguna lumpur, delta,
alluvial mangrove,
karang
Kemiringan Pantai (%) > .2 .2 - .07 .07 - .04 .04 - .025 < .025
Kenaikan muka laut 2.95 -
relatif(mm/tahun) < 1.8 1.8 - 2.5 2.5 - 2.95 3.16 > 3.16
-1.0 -
Perubahan garis pantai > 2.0 +1.0 < -2.0
(m/tahun) Akresi 1.0 - 2.0 Stabil -1.1 - -2.0 Abrasi
Rata-rata tunggang pasut (m) <1.0 1.0 – 1.9 2.0 - 4.0 4.1 – 6.0 >6.0
Rata-rata tinggi gelombang 1.05 -
signifikan (m) < .55 .55 - .85 .85 - 1.05 1.25 > 1.25
a. Geomorfologi
Bentuk/morfologi wilayah pesisir, seperti pantai terjal atau landai, ditentukan oleh
kekerasan (resistensi) batuan, pola morfologi dan tahapan proses tektoniknya.
Relief/topografi dasar laut perairan nusantara terdiri dari beberapa tipe mulai dari
paparan (shelf) yang dangkal, palung laut, gunung bawah laut, terumbu karang dan
sebagainya. Kondisi daerah pesisir Demak ada dua material penyusunnya yaitu wilayah
kepesisiran berlumpur dan wilayah kepesisiran berpasir. Wilayah pesisir Demak
termasuk pada wilayah kepesisiran landai dengan material di dominasi lumpur dengan
proses utama sedimentasi lumpur dan pasang surut air laut, yang menunjukkan
perkembangan wilayah berlumpur yang pesat. Sehingga dari segi geomorfologi pesisir
Demak memiliki indeks kerentanan sangat tinggi (Bobot Kerentanan = 5).
b. Kemiringan Pantai
Kemiringan lereng merupakan ukuran kemiringan lahan relatif terhadap bidang datar
yang secara umum dinyatakan dalam persen atau derajat. Kecuraman lereng, panjang
lereng dan bentuk lereng semuanya akan mempengaruhi besarnya erosi dan aliran
permukaan. Wilayah pesisir Demak ini jika ditinjau berdasarkan sudut kemiringan
pantai yang terbentuk dapat dikategorikan menjadi wilayah kepesisiran landai. Wilayah
kepesisiran landai merupakan wilayah kepesisiran dengan kemiringan <20%.
Kemiringan pantai-pantai di Demak termasuk dalam klasifikasi kerentanan rendah
(Bobot Kerentanan = 2).
Pada tahun 2020 mengalami peningkatan pasang air laut sebesar 4.03 cm dalam
kurun waktu 5 tahun. Maka dalam waktu 1 tahun daerah pesisir Demak mengalami
peningkatan sebesar 0.806 cm. Dengan demikian, kenaikan muka air laut daerah pesisir
Demak termasuk dalam klasifikasi kerentanan sangat tinggi (Bobot Kerentanan = 5).
d. Perubahan Garis Pantai
Hasil analisa perubahan garis pantai di pesisir Demak menunjukkan fenomena akresi
dan abrasi terjadi di semua wilayah. Proses akresi adalah proses-proses yang
memajukan atau menambah wilayah daratan, sedangkan proses abrasi adalah suatu
proses yang memundurkan wilayah daratan. Laju perubahan tiap tahun semakin besar.
Pemunduran garis pantai untuk pesisir Demak rata-rata 12,5 m/tahun sehingga
termasuk dalam tingkat kerentanan sangat tinggi (Bobot Kerentanan = 5). Fenomena
banjir pasang air laut (ROB) yang terjadi di pesisir Kabupaten Demak salah satu
penyebabnya adalah perubahan garis pantai ini.
e. Rata-Rata Tunggang Pasut
Dari data pasang surut yang diperoleh rata-rata air pasang tertinggi (Mean Highest
Water Level/MHWL), rata-rata air pasang surut (Mean Water Level/ MWL), rata-rata
air surut terendah (MeanLowest Water Level/MHWL), dan tunggang pasut (Tidal
Range). Dalam penentuan indeks kerentanan pesisir hanya diperlukan nilai tunggang
pasut rata-rata yang mewakili lokasi kajian. Lokasi kajian berada di sekitar perairan
muara Sungai Wulan, Demak.
LAT = S0 – K1- O1 – S2 – M2
= 69.8 - 20 - 16 - 12 - 9.5 = 12.3 cm
MHHWS = LAT + M2 + S2 + 2(K1+O1)
= 12.3 + 9.5 + 12 + 2(20 + 16) = 105.8 cm
MLHWN = LAT + M2 + S2 + 2(K1)
= 12.3 + 9.5 + 12 + 2(20) =73.8 cm
MLLWN = LAT + M2 + S2 + 2(O1)
= 12.3 + 9.5 + 12 + 2(16) = 65.8 cm
MLLWS = LAT + M2 + S2
= 12.3 + 9.5 + 12 = 33.8 cm
Tidal Range atau Tunggang Pasut = (MHHWS + MLHWN)/2 – (MLLWS +
MLLWN)/2
= (105.8 + 73.8)/2 – (33.8 + 65.8)/2
= 89.8 – 49.8
= 40 cm
Keterangan :
MHHWS : rata-rata muka air tinggi tertinggi saat pasang purnama
MLHWN = rata-rata muka air tinggi terendah saat pasang perbani
MLLWS = rata-rata muka air rendah terendah saat pasang purnama
MLLWN = rata-rata muka air rendah terendah saat pasang perbani
f. Rata-rata tinggi gelombang signifikan
Lokasi kajian berada di Kecamatan Sayung, Demak untuk dilakuka pengamatan
tinggi gelombang. Perhitungan gelombang signifikan tiap tahun dilakukan dengan
mengurutkan tinggi gelombang, mulai dari gelombang tertinggi hingga terendah tiap
tahun. Tabel 4.9 adalah salah satu contoh data gelombang dan periode yang telah
diurutkan. Pada Tahun 2001 terdapat sebanyak 175 data gelombang, maka 1/3 dari
jumlah data adalah 58 data. Maka nilai Hs (H33) pada tahun 2001:
58 gelombang tertinggi 37.57
Hs = = = 0.64 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
58 58
Diperoleh rata-rata tinggi gelombang sebesar 0.64 meter yang menunjukkan bahwa
secara umum pesisir Kabupaten Demak terklasifikasikan ke dalam kerentanan rendah
terhadap pengaruh gelombang (Bobot Kerentanan = 2).
𝑎𝑥𝑏𝑥𝑐𝑥𝑑𝑥𝑒𝑥𝑓
𝐶𝑉𝐼 = √ 6
5𝑥2𝑥5𝑥5𝑥1𝑥2
=√ 6
= 9.12871
3. Peta Wilayah Kajian
VI. KESIMPULAN
Dari hasil analisis tentang inventarisasi dan kerentanan pesisir Kabupaten Demak dapat
disimpulkan bahwa:
1. Inventarisasi sumber daya pesisir di Kabupaten Demak berupa sumber daya mangrove
dan tambak.
2. Nilai kelas setiap kerentanan pantai seperti kemiringan pantai berkisar antara 0.2 –
0.7%; kenaikan muka laut relatif > 3.16 mm/tahun; nilai perubahan garis pantai < -2.0
m/tahun (Abrasi); rata-rata tanggung pasut < 1.0 m; dan tinggi gelombang signifikan
berkisar antara 0.55 – 0.85 m.
3. Nilai Indeks Kerentanan Pesisir (CVI) Kabupaten Demak sebesar 9.12871, dimana
sebagian besar wilayah pesisir Kabupaten Demak berada pada kerentanan sedang.
VII. DAFTAR PUSTAKA
http://pusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/pedoman/000_Buku_Pedoman_Mangrove
_final.pdf
http://pusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Book_Klasifikasi%20Digital.pdf
http://eprints.undip.ac.id/34057/7/1917_CHAPTER_IV.pdf
https://pubs.usgs.gov/of/1999/of99-593/pages/cvi.html
Sakka, Paharuddin dan Rupang, E. 2014. Analisis Kerentanan Pantai Berdasarkan Coastal
Vulnerability Index (CVI) Di Pantai Kota Makassar. Jurnal Ilmu Kelautan dan
Perikanan.
Dhiauddin. R, Gemilang. W. A, Wisha. U. J, Rahmawan. G. A, Kusumah. G. 2017.
Pemetaan Kerentanan Pesisir Pulau Simeulue Dengan Metode CVI (Coastal
Vulnerability Index). Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Sasmito. B, dan Suproyogi. A. 2017. Kajian Kerentanan Ekosistem Pesisir Kabupaten
Demak berdasar Perubahan Garis Pantai dengan Teknologi Penginderaan Jauh dan
Sistem Informasi Geografis. Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro.
Graha. P. 2018. Analisis Perubahan Tutupan Lahan Mangrove Di Jawa Tengah Pada
Periode 2000-2015 (Studi Kasus di Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Demak).
Departemen Geofisika Dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor.
Faturrohmah. S, dan Marjuki. B. 2017. Identifikasi Dinamika Spasial Sumberdaya
Mangrove di Wilayah Pesisir Kabupaten Demak Jawa Tengah. Program Studi Teknik
Perencanaan Wilayah dan Kota Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta dan
Magister Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro Semarang, Pusat
Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.
Suryanti. W. A, dan Marfai. M. A. Analisis Multibahaya di Wilayah Pesisir Kabupaten
Demak. Universitas Gadjah Mada.
Manurung. J. G, Suryoputro. A, dan Hariadi. 2017. Analisis Pengaruh Pasang Surut
Terhadap Sebaran Muatan Padatan Tersuspensi Di Sekitar Perairan Muara Sungai
Wulan, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Program Studi Oseanografi, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro.
Adibrata. S. 2007. Analisis Pasang Surut Di Pulau Karampuang, Provinsi Sulawesi Barat.
Jurnal Sumberdaya Perairan.