net/publication/271194706
CITATIONS READS
0 2,426
1 author:
Hamzah Latief
Bandung Institute of Technology
52 PUBLICATIONS 329 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Hamzah Latief on 21 January 2015.
Hamzah Latief 1)
1)
Pusat Pengembangan Wilayah Pesisir dan Laut, Institut Tekonologi Bandung, Indonesia
Pendahuluan
Gempa-Tsunami Aceh 2004 (26 Desember 2004) yang Gbr. 1 Lokasi sumber gempa yang menimbulkan tsunami
menelan korban 286.000 jiwa serta kejadian Gempa- Rentetan kejadian di atas menimbulkan trauma yang amat
Tsunami Tohoku Jepang (11 Maret 2011) dengan total luar biasa bagi penduduk Sumatera Barat. Apalagi
kerugian mencapai 2500 Trilliun rupiah dengan korban diperkirakan masih ada potensi gempa dengan kekutan
jiwa sekitar 26.000 orang, memperlihatkan bahwa begitu Mw=8.9 (Natawidjaya dkk, 2007) yang akan terjadi di
dahsyatnya kerugian yang ditimbulkan oleh tsunami. lepas pantai barat Sumatera (Sumbar, Bengkulu).
Setelah kejadian Tsunami Aceh 2004, peneliti lokal Dalam menghadapi bencana tsunami yang mungkin terjadi
maupun international lebih memfokuskan perhatiannya di pantai Sumatera Barat di masa datang maka dilakukan
pada daerah lepas pantai Sumatera Barat, karena dari data kajian yang lebih dalam dan akurat menegnai potensi
sejarah gempa dan tsunami memperlihatkan bahwa bahaya berupa tinggi tsunami dan waktu penjalarannya.
akumulasi energi yang berpotensi menimbulkan gempa dan Disamping itu perlu dilakukan kajian kerentanan dengan
tsunami telah mendekati masa pelepasannya. Kekhawatiran mempertimbangkan faktor kerentanan fisik, demografi
ini akhirnya terbukti dengan berbagai kejadian tsunami di serta sosial ekonomi, yang selanjunya dapat dianalisis
wilayah tersebut akhit-akhir ini seperti: tingkat risiko yang dihadapai oleh masyarakat yang
Gempa dan Tsunami Bengkulu, 12 September 2007 yang bertempat tinggal di sepanjang pesisir Sumatera Barat.
dibangkitkan oleh gempa dengan Magnitudo 8.5 SR dan
PROCEEDINGS PIT HAGI 2012
37th HAGI Annual Convention & Exhibition
Palembang, 10-13 September 2012
Hasil kajian ini dapat dapat dimanfaatkan sebagai masukan Tabel 2 Tingkat bahaya tsunami di setiap Kabupaten /kota
dalam memitigasi tsunami melalui perencanaan Pesisir Sumatera Barat
pemanfaatan wilayah pesisir, penentuan daerah-daerah Tsunami Tingkat
evakuasi baik evakuasi horisontal maupun vertikal, Nama
No Ting Waktu bahaya
Kabupaten
penentuan jalur evakuasi, masukan untuk peringatan dini gi Tiba tsunami
tsunami yang manfaatnya diharapkan dapat mengurangi 1 Kep.Mentawai 14 5 Sangat Tinggi
jumlah korban dan kerusakan yang akan timbul di wilayah
2 Pesisir Selatan 11 5 Sangat Tinggi
pesisir yang terkena tsunami.
3 Padang Pariaman 11 35 Sangat Tinggi
Secara regional wilayah kajian bahaya tsunami meliputi
4 Agam 9 35 Tinggi
sepanjang pesisir Provinsi Sumatera Barat
5 Pasaman Barat 9 35 Tinggi
Data dan Metoda
6 Kota Padang 9 35 Tinggi
Secara umum risiko dapat diartikan sebagai suatu 7 Kota Pariaman 9 35 Tinggi
kemungkinan yang dapat menyebabkan kerugian baik itu
berupa materi, korban jiwa, kerusakan lingkungan. Risiko
Tingkat kerentanan pesisir terhadap tsunami ditentukan
juga dapat diartikan sebagai kemungkinan yang dapat
oleh beberapa faktor diantaranya adalah: elevasi
merusak tatanan sosial, masyarakat dan lingkungan yang
(topografi), tata guna lahan, kepadatan penduduk,
disebabkan oleh interaksi antara ancaman bahaya (hazard)
infrastruktur. Bobot masing-masing parameter tersebut
dan kerentanan, yang diformulasikan sebagai R = H x V,
ditentukan oleh besarnya pengaruh parameter terhadap
dimana H adalah hazard/bahaya dan V atau kerentanan
risiko rendaman tsunami dan tingkat kepercayaan data
(ketelitian spasial data). Sedangkan metoda pembobotannya
Dalam menentukan tingkat risiko terhadap tsunami
menggunakan metoda pairwise comparation
maka skala tsunami diklasifikasikan dalam 5 (lima)
katagori tingkat bahaya tsunami seperti pada Tabel 1.
Tabel 3 Data kerentanan dan sumber data
Tabel 1 Klasifikasi bahaya tsunami Kerentanan Sumber Data
Topografi 0-25m SRTM-DTM
Tingkat bahaya Tinggi tsunami Warna Tata guna lahan Bakosurtanal
Sangat Rendah x<1 Hijau Tua
Penduduk Podes, 2008
Rendah 1<x<3 Hijau mudah
Infrastruktur Data Jaringan Jalan, 2008
Sedang 3<x<5 Kuning
Tinggi 5<x<10 Jingga
Sangat Tinggi x>10 Merah Sebagai catatan bahwa pola tata guna lahan dan
infrastruktur merupakan refleksi dari trend perubahan
Disini bahaya tsunami diwakili oleh tinggi tsunami di demografi dan permukiman, sebagai contoh, kurangnya
pantai yang didapatkan dari hasil pracalculated tsunami pengawasan oleh lembaga yang berwewenang akan
database untuk seluruh Indonesia (Latief dan Haris, 2009) berkontribusi atau bahkan menciptakan kondisi yang tidak
sebagaimana diperlihatkan pada Gbr 2. Dan ditabulasikan baik dengan membiarkan praktek-praktek perambahan ke
pada Tabel 1 untuk setiap kabupaten/ kota pesisir di wilayah sempadan pantai serta mengakupasi lahan basah
Sumatera Barat. dan perusakan vegetasi pantai, hutan bakau dan sand dune.
Praktek-praktek ini lebih lanjut dapat memperburuk
dampak bahaya alam dan pada gilirannya, menyebabkan
peningkatan kerugian dari bencana.
Menginta studi ini ada dalam tingkat provinsi (meso) maka
untuk kerentanan infrastruktur digunakan data jaringan
jalan/transportasi sebagai proxi untuk merepresentasikan
infrastruktur yang ada di Sumatera Barat.
Memperhatikan bahwa setiap data memiliki satuan (unit)
yang berbeda-beda oleh sebab itu maka setiap data
kerentanan di atas dilakukan normalisasi secara kualitatif
dengan tingkatan kerentanan: sangat rendah, rendah,
sedang, tinggi dan sangat tinggi, yang diwakili oleh warna
hijau tua, hijau mudah, kuning, jingga dan merah, seperti
Gbr 2. Tinggi tsunami di sepanjang pantai Sumatera Barat yang ditunjukkan pada Gbr. 3 untuk elevasi, Gbr. 4 untuk
berdasarkan precalculated basis data tsunami tata guna lahan, Gbr.5 untuk penduduk dan Gbr. 6 untuk
infrastruktur.
PROCEEDINGS PIT HAGI 2012
37th HAGI Annual Convention & Exhibition
Palembang, 10-13 September 2012
Gbr 5 Peta kerentanan kepadatan Penduduk Gbr. 8 Tingkat risiko gempa yang didapatkan dari
hubungan antara bahaya tsunami dengan kerentanan total
PROCEEDINGS PIT HAGI 2012
37th HAGI Annual Convention & Exhibition
Palembang, 10-13 September 2012
Kesimpulan
Dari kenyataan di atas maka perlu dilakukan upaya mitigasi
tsunami dengan pendekatan yang berwawasan jauh ke
depan serta penyelesaian secara lintas sektoral. Hal ini
mutlak untuk dilakukan mengingat bahaya tsunami bersifat
nyata dengan proyeksi kejadian dan intensitas gempa dan
tsunami yang sulit diprediksi.
Lintas sektor ini menjadi keharusan karena wilayah pesisir
dan laut menjadi salah satu tumpuan dari berbagai aktivitas
sektor lain yang berkepentingan seperti sumberdaya air,
Gbr 10 Tinggi rendaman tsunami di Teluk Kabung pertanian, kehutanan, transportasi, pekerjaan umum,
kesehatan, pertahanan dan keamanan, dan sebagainya.
Di lain pihak, sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal
dan beraktivitas di pesisir berupa penyuluhan, edukasi, dan
peningkatan kesadaran akan bahaya tsunami menjadi kunci
keberhasilan dari implementasi mitigasi bencana tsunami.
Pustaka
Latief, H and H. Sunendar (2006), Technical Report,
Precalculated Basis Data Tsunami, BPPT-JICA, ITB.
Natawidjaja, D., Sieh, K., Galetzka, J., Suwargadi, B.,
Cheng, H., and Edwards, R. (2007), Journal of
Geophysical Research, v.112, B02404, doi:10.1029.
Latief, dkk (2012), Technical Report studi Tsunami TBBM
Gbr 11 Peta jalur evakuasi di sekitar fasilitas TBBM Teluk
Manggis, LAPI-ITB dan Pertamina
Kabung
Ucapan Terima Kasih
Hasil dan Diskusi
Hasil analisis bahaya tsunami berdasarkan sejarah Ucapan terimakasih disampaikan kepada Dirjen Dikti,
kegempaan di lepas pantai Sumatera (Gbr.1) Diknas (No. 1035/I1.B01.SPK-WRRI/VI/2011, 1 Juli
memperlihatkan daerah tersebut sering terjadi gempa yang 2011) dan PT Pertamina atas dukungannya dalam
membangkitkan tsunami. Kemudian berdasarkan hasil dari penelitian ini serta staf teknis di PPKPL-ITB Bandung.