Anda di halaman 1dari 21

13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi

Perairan Desa Bunati merupakan salah satu perairan yang terdapat di


wilayah pesisir pantai Desa Bunati, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah
Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Jarak dari jalan lintas provinsi hanya
memerlukan waktu 15 menit dengan jarak tempuh 5,5 km. Perairan Desa Bunati
memiliki batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan desa Kintap kecil.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanah Bumbu.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Banjar.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa.
Menurut data statistik, Kecamatan Angsana memiliki jumlah penduduk
mencapai 16.347 Jiwa yang terdiri dari 8.558 jiwa laki-laki dan 7.789 jiwa
perempuan. Tingkat Kepadatan Penduduk rata-rata sebesar 108 jiwa/km².

Gambar 3. Peta kerja praktek lapang pengambilan data Mangrove di Desa Bunati
Kec. Angsana, Kab. Tanah Bumbu, Prov. Kalimantan Selatan.

13
14

Gambar 4. Peta kerja praktek lapang pengambilan data karang kima dan Anjir di
Desa Bunati Kec. Angsana, Kab. Tanah Bumbu, Prov. Kalimantan
Selatan.

4.2. Mangrove

Salah satu keunikan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah adanya
tiga ekosistem penting yang berada di Desa Bunati, salah satunya adalah ekosistem
mangrove. Ekosistem mangrove memiliki peranan sebagai tempat pemijahan
(spawning ground), tempat pengasuhan (nursery ground) dan tempat mencari
makan (feeding ground) bagi biota laut, selain itu ekosistem mangrove juga dapat
melindungi pantai dari terpaan gelombang laut.
Mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan
spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan
untuk bertahan hidup di air asin. Sebagaimana jenis tumbuhan-tumbuhan lain
mangrove juga mengubah cahaya matahari dan zat hara (nutrien) menjadi bahan
organik, yang menjadikan mangrove menjadi sumber makanan yang potensial bagi
berbagai bentuk kehidupan yang berasosiasi dengan mangrove.

4.2.1. Jenis Mangrove


Dari hasil pengamatan jenis mangrove di Desa Bunati ditemukan 7 jenis
mangrove pada 2 garis transek. Jenis tersebut antara lain Avicennia marina,
Sonneratia alba, Nypa fruticians, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata,

14
15

Avicennia officinalis dan Avicennia rumphiana. Berikut penjelasan dari 4 jenis


mangrove yang telah disebutkan, yaitu :
1. Rhizophora apiculata

Gambar 5. Rhizophora apiculata


Deskripsi : Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m dengan diameter batang
mencapai 50 cm. Memiliki perakaran yang khas hingga mencapai
ketinggian 5 meter, dan kadang-kadang memiliki akar udara yang
keluar dari cabang. Kulit kayu berwarna abu-abu tua dan berubah-
ubah.
Daun : Berkulit, warna hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah dan
kemerahan di bagian bawah. Gagang daun panjangnya 17-35 mm
dan warnanya kemerahan. Unit & Letak: sederhana & berlawanan.
Bentuknya elips menyempit. Ujung: meruncing. Ukuran: 7-19 x 3,5-
8 cm.
Bunga : Biseksual, kepala bunga kekuningan yang terletak pada gagang
berukuran <14 mm. Letak: Di ketiak daun. Formasi: kelompok (2
bunga per kelompok). Daun mahkota: 4; kuning-putih, tidak ada
rambut, panjangnya 9-11 mm. Kelopak bunga: 4; kuning kecoklatan,
melengkung. Benang sari: 11-12; tak bertangkai.
Buah : Buah kasar berbentuk bulat memanjang hingga seperti buah pir,
warna coklat, panjang 2-3,5 cm, berisi satu biji fertil. Hipokotil

15
16

silindris, berbintil, berwarna hijau jingga. Leher kotilodon berwarna


merah jika sudah matang. Ukuran: Hipokotil panjang 18-38 cm dan
diameter 1-2 cm.
Ekologi : Tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada
saat pasang normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang
bercampur dengan pasir. Tingkat dominasi dapat mencapai 90% dari
vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi. Menyukai perairan pasang
surut yang memiliki pengaruh masukan air tawar yang kuat secara
permanen. Percabangan akarnya dapat tumbuh secara abnormal
karena gangguan kumbang yang menyerang ujung akar. Kepiting
dapat juga menghambat pertumbuhan mereka karena mengganggu
kulit akar anakan. Tumbuh lambat, tetapi perbungaan terdapat
sepanjang tahun.
Penyebaran : Sri Lanka, seluruh Malaysia dan Indonesia hingga Australia Tropis
dan Kepulauan Pasifik.

2. Avicennia marina

Gambar 6. Avicennia marina

Deskripsi : Belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar, ketinggian
pohon mencapai 30 meter. Memiliki sistem perakaran horizontal
yang rumit dan berbentuk pensil (atau berbentuk asparagus), akar
nafas tegak dengan sejumlah lentisel. Kulit kayu halus dengan
burik-burik hijau-abu dan terkelupas dalam bagian-bagian kecil.
Ranting muda dan tangkai daun berwarna kuning, tidak berbulu.
Daun : Bagian atas permukaan daun ditutupi bintik-bintik kelenjar
berbentuk cekung. Bagian bawah daun putih- abu-abu muda. Unit

16
17

& Letak: sederhana & berlawanan. Berbentuk elips, bulat


memanjang atau bulat telur terbalik. Ujung: meruncing hingga
membundar. Ukuran: 9 x 4,5 cm.
Bunga : Seperti trisula dengan bunga bergerombol muncul di ujung tandan,
bau menyengat, nektar banyak. Letaknya di ujung atau ketiak
tangkai/tandan bunga. Formasi berupa bulir (2-12 bunga per
tandan). Daun mahkota ada 4 berwarna kuning pucat-jingga tua,
berukuran sekitar 5-8 mm. Kelopak Bunga ada 5. Benang sari ada
4.
Buah : Buah agak membulat, berwarna hijau agak keabu-abuan.
Permukaan buah berambut halus (seperti ada tepungnya) dan ujung
buah agak tajam seperti paruh. Ukurannya sekitar 1,5x2,5 cm.
Ekologi : Merupakan tumbuhan pionir pada lahan pantai yang terlindung,
memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada berbagai
habitat pasang-surut, bahkan di tempat asin sekalipun. Jenis ini
merupakan salah satu jenis tumbuhan yang paling umum
ditemukan di habitat pasang-surut. Akarnya sering dilaporkan
membantu pengikatan sedimen dan mempercepat proses
pembentukan tanah timbul. Jenis ini dapat juga bergerombol
membentuk suatu kelompok pada habitat tertentu. Berbuah
sepanjang tahun, kadang-kadang bersifat vivipar. Buah membuka
pada saat telah matang, melalui lapisan dorsal. Buah dapat juga
terbuka karena dimakan semut atau setelah terjadi penyerapan air.
Penyebaran : Tumbuh di Afrika, Asia, Amerika Selatan, Australia, Polynesia dan
Selandia Baru. Ditemukan di seluruh Indonesia.

3. Nypa fruticians

Gambar 7. Nypa fruticians

17
18

Nama setempat : Nipah, tangkal daon, buyuk, lipa.


Deskripsi umum : Palma tanpa batang di permukaan, membentuk rumpun.
Batang terdapatdi bawah tanah, kuat dan menggarpu.
Tinggi dapat mencapai 4-9 m.
Daun : Seperti susunan daun kelapa. Panjang tandan/gagang daun
4 - 9 m. Terdapat 100 - 120 pinak daun pada setiap tandan
daun, berwarna hijau mengkilat dipermukaan atas dan
berserbuk di bagian bawah. Bentuk: lanset. Ujung
meruncing. Ukuran: 60-130 x 5-8 cm.
Bunga : Tandan bunga biseksual tumbuh dari dekat puncak batang
pada gagang sepanjang 1-2 m. Bunga betina membentuk
kepala melingkar berdiameter 25-30 cm. Bungajantan
kuning cerah, terletak di bawah kepala bunganya.
Buah : Buah berbentuk bulat, warna coklat, kaku dan berserat.
Pada setiap buah terdapatsatu biji berbentuk telur. Ukuran
diameter kepala buah sampai 45 cm. Diameter biji 4-5 cm.
Ekologi : Tumbuh pada substrat yang halus, pada bagian tepi atas dari
jalan air. Memerlukan masukan air tawar tahunan yang
tinggi. Jarang terdapat di luar zona pantai. Biasanya tumbuh
pada tegakan yang berkelompok. Memiliki sistem
perakaran yang rapat dan kuat yang tersesuaikan lebih baik
terhadap perubahan masukan air, dibandingkan dengan
sebagian besar jenis tumbuhan mangrove lainnya. Serbuk
sari lengket dan penyerbukan nampaknya dibantu oleh lalat
Drosophila. Buah yang berserat serta adanya rongga udara
pada biji membantu penyebaran mereka melalui air.
Kadang-kadang bersifat vivipar.
Penyebaran : Asia Tenggara, Malaysia, seluruh Indonesia, Papua New
Guinea, Filipina, Australia dan Pasifik Barat.

18
19

4. Sonneratia Alba

Gambar 8. Sonneratia Alba


Nama setempat : Pedada, perepat, pidada, bogem, bidada, posi-posi, wahat,
putih, beropak,bangka, susup, kedada, muntu, sopo,
barapak, pupat, mange-mange.
Deskripsi umum : Pohon selalu hijau, tumbuh tersebar, ketinggian kadang-
kadang hingga 15 m. Kulit kayu berwarna putih tua hingga
coklat, dengan celah longitudinal yang halus. Akar
berbentuk kabel di bawah tanah dan muncul kepermukaan
sebagai akar nafas yang berbentuk kerucut tumpul dan
tingginya mencapai 25 cm.
Daun : Daun berkulit, memiliki kelenjar yang tidak berkembang
pada bagian pangkal gagang daun. Gagang daun
panjangnya 6-15 mm. Unit & Letak: sederhana &
berlawanan. Bentuk: bulat telur terbalik. Ujung:
membundar. Ukuran: 5-12,5 x 3-9 cm.
Bunga : Biseksual; gagang bunga tumpul panjangnya 1 cm. Letak:
di ujung atau pada cabang kecil. Formasi: soliter-kelompok
(1-3 bunga per kelompok). Daun mahkota: putih, mudah
rontok. Kelopak bunga: 6-8; berkulit, bagian luar hijau, di
dalam kemerahan. Seperti lonceng, panjangnya 2-2,5 cm.
Benangsari: banyak, ujungnya putih dan pangkalnya
kuning, mudah rontok.
Buah : Seperti bola, ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya
terbungkus kelopak bunga. Buah mengandung banyak biji
(150-200 biji) dan tidak akan membuka pada saat telah
matang. Ukuran: buah: diameter 3,5-4,5 cm.

19
20

Ekologi : Jenis pionir, tidak toleran terhadap air tawar dalam periode
yang lama. Menyukai tanah yang bercampur lumpur dan
pasir, kadang-kadang pada batuan dan karang. Sering
ditemukan di lokasi pesisir yang terlindung dari hempasan
gelombang, juga di muara dan sekitar pulau-pulau lepas
pantai. Di lokasi dimana jenis tumbuhan lain telah ditebang,
maka jenis ini dapat membentuk tegakan yang padat.
Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Bunga hidup tidak
terlalu lama dan mengembang penuh di malam hari,
mungkin diserbuki oleh ngengat, burung dan kelelawar
pemakan buah. Di jalur pesisir yang berkarang mereka
tersebar secara vegetatif. Kunang-kunang sering menempel
pada pohon ini dikala malam. Buah mengapung karena
adanya jaringan yang mengandung air pada bijinya. Akar
nafas tidak terdapat pada pohon yang tumbuh pada substrat
yang keras.
Penyebaran : Dari Afrika Utara dan Madagaskar hingga Asia Tenggara,
seluruh Indonesia, Malaysia, Filipina, Australia Tropis,
Kepulauan Pasifik barat dan Oceania Barat Daya.

5. Rhizophora mucronata

Gambar 9. Rhizophora mucronata

20
21

Deskripsi : Pohon dengan ketinggian mencapai 27 m, jarang melebihi 30 m.


Batang memiliki diameter hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna
gelap hingga hitam dan terdapat celah horizontal. Akar tunjang dan
akar udara yang tumbuh dari percabangan bagian bawah.
Daun : Daun berkulit. Gagang daun berwarna hijau, panjang 2,5-5,5 cm.
Pinak daun terletak pada pangkal gagang daun berukuran 5,5-8,5 cm.
Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips melebar
hingga bulat memanjang. Ujung: meruncing. Ukuran: 11-23 x 5-13
cm.
Bunga : Gagang kepala bunga seperti cagak, bersifat biseksual, masing-
masing menempel pada gagang individu yang panjangnya 2,5-5 cm.
Letak: di ketiak daun. Formasi: Kelompok (4-8 bunga per
kelompok). Daun mahkota: 4;putih, ada rambut. 9 mm. Kelopak
bunga: 4; kuning pucat, panjangnya 13-19 mm. Benang sari: 8; tak
bertangkai.
Buah : Buah lonjong/panjang hingga berbentuk telur berukuran 5-7 cm,
berwarna hijau kecoklatan, seringkali kasar di bagian pangkal,
berbiji tunggal. Hipokotil silindris, kasar dan berbintil. Leher
kotilodon kuning ketika matang. Ukuran: Hipokotil: panjang 36-70
cm dan diameter 2-3 cm.
Ekologi : Di areal yang sama dengan R.apiculata tetapi lebih toleran terhadap
substrat yang lebih keras dan pasir. Pada umumnya tumbuh dalam
kelompok, dekat atau pada pematang sungai pasang surut dan di
muara sungai, jarang sekali tumbuh pada daerah yang jauh dari air
pasang surut. Pertumbuhan optimal terjadi pada areal yang tergenang
dalam, serta pada tanah yang kaya akan humus. Merupakan salah
satu jenis tumbuhan mangrove yang paling penting dan paling
tersebar luas. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Anakan seringkali
dimakan oleh kepiting, sehingga menghambat pertumbuhan mereka.
Anakan yang telah dikeringkan dibawah naungan untuk beberapa
hari akan lebih tahan terhadap gangguan kepiting. Hal tersebut

21
22

mungkin dikarenakan adanya akumulasi tanin dalam jaringan yang


kemudian melindungi mereka.
Penyebaran : Afrika Timur, Madagaskar, Mauritania, Asia tenggara, seluruh
Malaysia dan Indonesia, Melanesia dan Mikronesia. Dibawa dan
ditanam di Hawaii.
Manfaat : Kayu digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Tanin dari kulit
kayu digunakan untuk pewarnaan, dan kadang-kadang digunakan
sebagai obat dalam kasus hematuria (perdarahan pada air seni).
Kadang-kadang ditanam di sepanjang tambak untuk melindungi
pematang.

6. Avicennia officinalis

Gambar 10. Avicennia officinalis


Deskripsi : Pohon, biasanya memiliki ketinggian sampai 12 m, bahkan kadang-
kadang sampai 20 m. Pada umumnya memiliki akar tunjang dan akar
nafas yang tipis, berbentuk jari dan ditutupi oleh sejumlah lentisel.
Kulit kayu bagian luar memiliki permukaan yang halus berwarna
hijau-keabu-abuan sampai abu-abu-kecoklatan serta memiliki
lentisel.
Daun : Berwarna hijau tua pada permukaan atas dan hijau-kekuningan atau
abu-abu kehijauan di bagian bawah. Permukaan atas daun ditutupi

22
23

oleh sejumlah bintik-bintik kelenjar berbentuk cekung. Unit &


Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat telur terbalik, bulat
memanjang-bulat telur terbalik atau elipsbulat memanjang. Ujung:
membundar, menyempit ke arah gagang. Ukuran: 12,5 x 6 cm.
Bunga : Susunan seperti trisula dengan bunga bergerombol muncul di ujung
tandan, bau menyengat. Daun mahkota bunga terbuka tidak
beraturan, semakin tua warnanya semakin hitam, seringkali tertutup
oleh rambut halus dan pendek pada kedua permukaannya. Letak: di
ujung atau ketiak tangkai/tandan bunga. Formasi: bulir (2-10 bunga
per tandan). Daun Mahkota: 4; kuning-jingga, 10- 15 mm. Kelopak
Bunga: 5. Benang sari: 4; lebih panjang dari daun mahkota bunga.
Buah : Bentuk seperti hati, ujungnya berparuh pendek, warna kuning
kehijauan. Permukaan buah agak keriput dan ditutupi rapat oleh
rambut-rambaut halus yang pendek. Ukuran: Sekitar 2x3 cm.
Ekologi : Tumbuh di bagian pinggir daratan rawa mangrove, khususnya di
sepanjang sungai yang dipengaruhi pasang surut dan mulut sungai.
Berbunga sepanjang tahun.
Penyebaran : Tersebar di seluruh Indonesia. Juga tersebar dari India selatan
sampai Malaysia dan Indonesia hingga PNG dan Australia timur.
Manfaat : Buah dapat dimakan. Kayunya dapat digunakan sebagai kayu bakar.
Getah kayu dapat digunakan sebagai bahan alat kontrasepsi.

7. Avicennia rumphiana

Gambar 11. Avicennia rumphiana

23
24

Ciri-ciri : Pohon ini diidentifikasi oleh buah berbulu dan daun berbulu
(bawah). Bulu pada daun menghemat air dengan menjebak lapisan
isolasi udara dan dengan demikian mengurangi kehilangan air
melalui penguapan.
Manfaat : Benih-benih tersebut direbus dan dimakan. Di beberapa tempat,
mangrove ini dijual sebagai sayuran. Bunga-bunga yang harum
menghasilkan nektar dan diserbuki oleh serangga. Avicennia jenis
ini menghasilkan beberapa madu terbaik.
Fungsi lain : Pohon mangrove yang tumbuh cepat ini adalah di antara beberapa
yang digunakan dalam penanaman kembali mangrove untuk
melindungi garis pantai (yang lain adalah Sonneratia dan
Rhizophora). Kayu mangrove jenis ini jarang dimanfaatkan untuk
membuat arang.

4.2.2. Jumlah, Kerapatan dan Kerapatan Relatif Mangrove

Pada penelitian ekosistem mangrove di lapangan terdapat dua plot yang


diamati. Masing-masing plot memiliki berbagai karakteristik jumlah, kerapatan dan
kerapatan relatif dari berbagai macam jenis mangrove. Pada plot 1 tingkat pohon
ditemukan 2 jenis mangrove yaitu Avicennia marina dan Sonneratia alba. Jumlah
individu tertinggi dimiliki oleh Avicennia marina yakni sebanyak 17 individu,
selanjutnya individu terendah dimiliki oleh Sonneratia alba yakni sebanyak 1
individu. Kerapatan (Kerapatan Mutlak) tertinggi yaitu untuk mangrove jenis
Avicennia marina sebesar 0,17 ind/m2 sedangkan yang terendah yaitu untuk jenis
Sonneratia alba sebesar 0,01 ind/m2. Untuk kerapatan relatif (KR) memiliki nilai
yang berbeda yaitu sebesar 0,94 % untuk mangrove jenis Avicennia marina dan
0,056 % untuk jenis Sonneratia alba. Grafik berikut merupakan hasil dari
pengamatan pada plot 1.

24
25

pohon
Plot 1
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
n K KR
Avicennia marina 17 0.17 0.94
Sonneratia alba 1 0.01 0.056

Gambar 12. Kerapatan, Kerapatan Relatif dan Jumlah Jenis Mangrove


Tingkat Pohon pada Transek 1 di Desa Bunati

Tingkat anakan pada plot 1 ditemukan jenis-jenis mangrove di antaranya yaitu


Nypa fruticians, Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata. Berdasarkan
grafik di atas dapat diketahui bahwa kerapatan tertinggi didominasi oleh mangrove
jenis Nypa fruticians dengan nilai 0,2 ind/m2 sedangkan yang terendah adalah jenis
Rhizophora mucronata dengan nilai 0,04 ind/m2. Selain itu jenis mangrove yang
memiliki kerapatan relatif dengan nilai paling tinggi adalah jenis Nypa fruticians
sebesar 2,22 %. Jumlah mangrove terbanyak pada plot 1 tingkat anakan adalah jenis
Nypa fruticians yakni sebanyak 5 individu dan yang terendah adalah jenis
Rhizophora mucronata yakni sebanyak 1 individu. Gambar grafik mangrove
tingkat anakan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

25
26

anakan
Plot 1
6

0
n K KR
Nypa fruticians 5 0.2 2.22
Rhizophora apiculata 2 0.08 0.89
Rhizophora mucronata 1 0.04 0.44
Avicennia officinalis 1 0.04 0.44

Gambar 13. Kerapatan, Kerapatan Relatif dan Jumlah Jenis Mangrove Tingkat
Anakan pada Transek 1 di Desa Bunati

Pada transek 1 untuk tingkat semai ditemukan mangrove dengan jenis


Avicennia rumphiana dan Rhizophora apiculata. Dari grafik di atas juga dapat
diketahui kerapatan tertinggi pada transek 1 yaitu untuk mangrove jenis Rhizophora
apiculata dengan nilai 1,00 ind/m2, sedangkan yang terendah yaitu jenis Avicennia
rumphiana dengan nilai 0,25 ind/m2. Untuk kerapatan relatif dengan nilai paling
tinggi adalah jenis Avicennia rumphiana sebesar 20,00 %. Dan yang terendah
adalah jenis Rhizophora apiculata dengan nilai 5,00 %. Jumlah mangrove
terbanyak tingkat semai pada plot 1 dimiliki oleh mangrove jenis Avicennia
rumphiana yakni sebanyak 4 individu dan jumlah mangrove paling sedikit dimiliki
oleh mangrove jenis Rhizophora apiculata yakni hanya sebanyak 1 individu.

26
27

semai
Plot 1
25

20

15

10

0
n K KR
Avicennia rumphiana 4 1 20
Rhizophora apiculata 1 0.25 5

Gambar 14. Kerapatan, Kerapatan Relatif dan Jumlah Jenis Mangrove Tingkat
Semai pada Transek 1 di Desa Bunati

Pada plot 2 tingkat pohon ditemukan jenis mangrove Avicennia marina,


Sonneratia alba, Avicennia officinalis, Rhizophora mucronata dan Rhizopora
apiculata. Dari grafik di atas juga dapat diketahui kerapatan tertinggi pada transek
1 yaitu untuk mangrove jenis Avicennia marina sebesar 0,1 ind/m2. Sedangkan
untuk jenis Sonneratia alba, Avicennia officinalis, Rhizophora mucronata dan
Rhizopora apiculata memiliki nilai yang sama besar yaitu 0,01 ind/m2 sampai 0,07
ind/m2. Untuk kerapatan relatif memiliki nilai yang berbeda yaitu sebesar 0,07 %
sampai 0,38 %. Jumlah mangrove terbanyak tingkat pohon pada transek 2 dimiliki
oleh mangrove jenis Avicennia marina yakni sebanyak 10 individu, sedangkan
jumlah mangrove paling sedikit dimiliki oleh mangrove jenis Rhizophora apiculata
yakni sebanyak 1 individu.

27
28

pohon
Plot 2
12
10
8
6
4
2
0
n K KR
Avicennia marina 10 0.1 0.38
Sonneratia alba 3 0.03 0.12
Avicennia officinalis 5 0.05 0.19
Rhizophora mucronata 7 0.07 0.27
Rhizophora apiculata 1 0.01 0.07

Gambar 15. Kerapatan, Kerapatan Relatif, dan Jumlah Jenis Mangrove


Tingkat Pohon pada Transek 2 di Desa Bunati
Dari grafik di bawah ini dapat diketahui bahwa kerapatan tertinggi
didominasi oleh mangrove jenis Avicennia marina dengan nilai 0,56 ind/m2 dan
untuk yang terendah adalah jenis Nypa fruticians dengan nilai 0,12 ind/m2. Untuk
kerapatan relatif dengan nilai paling tinggi adalah mangrove jenis Avicennia marina
dengan nilai sebesar 3,29 %, sedangkan kerapatan relatif dengan nilai terendah
dimiliki oleh mangrove jenis Nypa fruticians yakni sebesar 0,71%. Jumlah
mangrove terbanyak tingkat anakan pada transek 2 dimiliki oleh mangrove jenis
Avicennia marina yakni sebanyak 14 individu dan jumlah mangrove yang paling
sedikit dimiliki oleh mangrove jenis Nypa fruticians yakni sebanyak 3 individu.

anakan
Plot 2
15

10

0
n K KR
Avicennia marina 14 0.56 3.29
Nypa fruticians 3 0.12 0.71

Gambar 16. Kerapatan, Kerapatan Relatif dan Jumlah Jenis Mangrove Tingkat
Anakan pada Transek 2 di Desa Bunati

28
29

Grafik di bawah ini menunjukkan nilai kerapatan, kerapatan relatif dan


jumlah jenis mangrove. Pada mangrove plot 2 tingkat semai hanya ditemukan jenis
Avicennia marina dan Avicennia rumphiana yakni dengan jumlah terbanyak
dimiliki oleh mangrove jenis Avicennia marina yakni sebanyak 2 individu, diiringi
dengan mangrove jenis Avicennia rumphiana sebanyak 1 individu. Kerapatan
(kerapatan mutlak) tertinggi didominasi oleh mangrove jenis Avicennia marina
senilai 0,5 ind/m2, diiringi oleh kerapatan terendah dari jenis mangrove Avicennia
rumphiana yakni senilai 0,25 ind/m2. Persentase kerapatan relatif mangrove jenis
Avicennia rumphiana sebesar 8,33%, diiringi dengan kerapatan relatif mangrove
jenis Avicennia marina sebesar 16,67 %.

semai
Plot 2
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
n K KR
Avicennia marina 2 0.5 16.67
Avicennia rumphiana 1 0.25 8.33

Gambar 17. Kerapatan, Kerapatan Relatif dan Jumlah Jenis Mangrove Tingkat
Semai pada Transek 2 di Desa Bunati

4.2.3. Frekuensi, Dominansi dan Indeks Nilai Penting


Penghitungan frekuensi, dominansi dan indeks nilai penting (INP)
mangrove menggunakan software Microsoft Excel, sama seperti hal nya
menghitung kerapatan, kerapatan relatif dan jumlah jenis mangrove. Frekuensi
tertinggi pada mangrove tingkat pohon terdapat pada jenis Avicennia marina dan
Sonneratia alba dengan nilai 1 pada masing-masing jenis, kemudian diiringi jenis
Avicennia officinalis, Rhizophora mucronata dan Rhizophora apiculata dengan
nilai 0,5 pada masing-masing jenisnya. Frekuensi tertinggi pada mangrove tingkat
anakan terdapat pada jenis Nypa fruticians dengan nilai 1, selanjutnya diiringi jenis

29
30

Avicennia marina, Avicennia officinalis, Rhizophora apiculata dan Rhizophora


mucronata dengan nilai 0,5 pada masing-masing jenis. Frekuensi tertinggi pada
mangrove tingkat semai terdapat pada jenis Avicennia rumphiana dengan nilai 1 ,
diiringi dengan frekuensi mangrove jenis Avicennia marina dan Rhizophora
apiculata dengan nilai 0,5. Frekuensi relatif tertinggi mangrove tingkat pohon
terdapat pada jenis Avicennia marina dan Sonneratia alba dengan nilai 0,29 pada
masing-masing jenis, kemudian frekuensi relatif dengan nilai 0,14 didapat oleh
mangrove jenis Avicennia officinalis, Rhizophora mucronata dan Rhizophora
apiculata. Frekuensi relatif tertinggi mangrove tingkat anakan terdapat pada jenis
Nypa fruticians dengan nilai 0,33 , diiringi oleh jenis Avicennia marina, Avicennia
officinalis, Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata dengan nilai 0,17
pada masing-masing jenis. Frekuensi relatif tertinggi pada mangrove tingkat semai
terdapat pada jenis Avicennia rumphiana dengan nilai 0,5 , diiringi oleh mangrove
jenis Avicennia marina dan Rhizophora apiculata dengan nilai 0,25.
Penghitungan dominansi hanya dilakukan pada mangrove tingkat pohon.
Dominansi terdiri dari dua komponen yaitu dominansi mutlak dan dominansi
relatif. Dominansi mutlak pada kelima jenis mangrove (Avicennia marina,
Sonneratia alba, Avicennia officinalis, Rhizophora mucronata dan Rhizophora
apiculata) bernilai sama yakni dengan nilai 2 pada masing-masing jenis. Total nilai
dominansi mutlak yakni 10 . Demikian hal nya dengan dominansi relatif pada
masing-masing jenis mangrove bernilai sama yakni dengan nilai 0,2 , dilanjutkan
dengan total nilai dominansi relatif yakni 1.
Indeks nilai penting merupakan hasil penjumlahan dari kerapatan relatif,
frekuensi relatif dan dominansi relatif. Total indeks nilai penting pada mangrove
tingkat pohon yakni bernilai 46,58.

4.3. Terumbu Karang

Wilayah ekosistem terumbu karang mencakup dataran terumbu (reef bed),


lereng terumbu (fringing reef), goba (laguna yang terdapat didaerah terumbu
karang), serta gosong karang (Tomascik et al., 1997). Terumbu karang merupakan
ekosistem laut yang paling produktif dan paling tinggi keanekaragaman hayatinya.

30
31

Terumbu karang yang ditemukan pada perairan sekitar Desa Bunati


termasuk tipe gosong/taka (patch reef). Terumbu karang tipe gosong atau taka
merupakan terumbu yang tumbuh dan berkembang terpisah dari daratan
utama/pantai. Gosong tersebut oleh masyarakat setempat dinamakan karang Kima
dan karang Anjir yang ditemukan pada kedalaman 3 meter pada saat surut terendah.
Gosong Karang Kima dan Karang Anjir ini terletak di sebelah Barat Daya dari batas
garis pantai Desa Bunati berjarak sekitar - km.
Berikut merupakan kode dan penjelasan 14 jenis tutupan karang yang
terdapat pada perairan Desa Bunati :
ACB : Acropora Branching
ACE : Acropora Encrusting
CE : Coral Encrusting
CM : Coral Massive
DC : Dead Coral
M : Macro Algae
R : Rock
S : Sand
SP : Sponge
ALGA/AL : Algae
DCA : Dead Coral Algae
SC : Soft Coral
ACD : Acropora Digitate
CHL : Coral Heliopora
CS : Coral Submassive
TA : Turf Algae

Gambar 18. Presentase Tutupan Karang Kima Stasiun 1

31
32

Dari data diatas diperoleh data tutupan karang dengan 10 kategori berbeda
antara lain : ACB, ACE, ALGA, CE, CM, DC, M, R, S, dan SP. Persentase tutupan
karang pada didominasi oleh pecahan karang CM (Coral Massive) dengan
presentase sebesar 35%, di ikuti oleh DC, S, SP, CE dengan peresentase sebesar
10%. Sedangkan pada urutan terendah ditempati oleh M, R, ACB, ACE dan ALGA
dengan persentase sebesar 5%. Berdasarkan nilai kategori persentase penutupan
sebagai penduga kondisi terumbu karang menurut Dahl (1978) dalam UNEP
(1993), Sukmara et.al. (2001), tutupan karang kima stasiun 1 berada dalam kondisi
baik yang mana jumlah persentase tutupan karangnya sebesar 55%.

Gambar 19. Presentase Tutupan Karang Kima Stasiun 2


Dari data diatas diperoleh data tutupan karang dengan 8 kategori berbeda
antara lain : ACB, AL, CE, CM, DCA, R, S, dan SC. Persentase tutupan karang
pada didominasi oleh pecahan karang CM (Coral Massive) dengan presentase
sebesar 25%, di ikuti oleh ACB persentase sebesar 15% dan DCA, S, SC, AL, CE
dengan peresentase sebesar 10%. Sedangkan pada urutan terendah ditempati oleh
R dengan persentase sebesar 5%. Tutupan karang kima stasiun 2 termasuk dalam
kategori baik yakni dengan jumlah persentase 60 %.

32
33

Gambar 20. Presentase Tutupan Karang Anjir


Dari data diatas diperoleh data tutupan karang dengan 8 kategori berbeda
antara lain : ACB, ACD, CE, CHL, CME, CS, SC, dan TA. Persentase tutupan
karang pada didominasi oleh pecahan karang ACD (Acropora Digited) dengan
presentase sebesar 27%, di ikuti oleh CE, CME, ACB dengan peresentase sebesar
11-26%. Sedangkan pada urutan terendah ditempati oleh CHL, CS, SC, dan TA
dengan persentase sebesar 5%. Berdasarkan jumlah persentase tutupan karang,
tutupan karang anjir termasuk dalam kategori sangat baik yakni dengan jumlah
persentase 96%.
Dari penjelasan kondisi terumbu karang di atas, dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar tutupan karang berada dalam kondisi baik. Hal ini dikarenakan
daerah tutupan karang merupakan kawasan konservasi perairan ysng termasuk
dalam zona wisata bahari. Namun, ada beberapa tutupan karang berada dalam
kondisi tidak baik. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah persentase tutupan karang
kategori jelek dan sangat jelek yang apabila dijumlahkan persentasenya senilai
68%. Kerusakan tutupan karang di daerah perairan Desa Bunati salah satunya
dipengaruhi oleh aktifitas pertambangan yang berdekatan dengan lokasi habitat
tutupan karang yang mana aktifitas pertambangan tersebut dapat mempengaruhi
perubahan suhu, salinitas, pH dan warna air laut tempat tutupan karang tumbuh dan
berkembang biak. Selain itu, limbah masyarakat yang ada di sekitar habitat tutupan
karang juga ikut andil dalam penyebab kerusakan tutupan terumbu karang itu
sendiri.

33

Anda mungkin juga menyukai