REFORMASI
MATA KULIAH
Pendidikan Pancasila
DOSEN PENGAMPU
Drs. Hasbi, M.Si., Ph.D.
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah mengaruniakan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Penegakan Hak Asasi
Manusia di Era Reformasi” dengan baik dan tepat. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai penegakan HAM di Indonesia khususnya pada Era Reformasi.
Kami juga menyadari bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi para pembaca. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan. Kami memohon kritik
dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang mengedepankan rakyatnya untuk membangun
kesejahteraan yang artinya negara Indonesia ketat akan hukumnya yang berlaku dan
setiap rakyat harus tunduk kepada hukum tersebut. Hukum di Indonesia memiliki ciri
tersendiri, diantaranya yaitu asas kekeluargaan adalah pokok tolak negara hukum,
pancasila sebagai dasar dilaksanakannya hukum, partisipasi warga yang luas,
kekuatan tidak mempengaruhi peradilan yang bebas dan perlindungan terhadap HAM.
Sebuah negara tentu diperlukan demokrasi, untuk tetap memperkokoh demokrasi
tentu perlu adanya HAM. Bangsa Indonesia sangat perlu ditekankan akan HAM bagi
masyarakat yang ada di Indonesia. HAM ini sendiri dasar dari anugerah Tuhan Yang
Maha Esa yang tertanam pada diri tiap manusia, yang berkaitan dengan martabat dan
harkat manusia. HAM ini bersifat dinamis dan historis sehingga harus berkembang
dalam bernegara, bermasyarakat, dan berbangsa. Karena adanya HAM ini maka
diperlukan perlindungan hukum, HAM akhirnya memiliki UU sebagai perlindungan
hukumnya yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia. Dengan adanya perlindungan HAM ini MPR dalam ST tahun 2001
memutuskan perubahan mengenai pasal yang berlaku yang berkaitan dengan HAM
pada ketiga UUD 1945, dimana perubahan ini bertujuan untuk semakin
ditegakkannya dan dihormati Hak Asasi Manusia di Indonesia. Pancasila adalah
cerminan HAM dari sila kedua Pancasila yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab.
Dalam hukum dasar negara Indonesia yaitu UUD RI 1945 (sebelum amandemen),
tidak didapati istilah Hak Asasi Manusia baik dalam pembukaan, batang tubuh
maupun penjelasannya. Akan tetapi, tercantum Hak Warga Negara dan Hak Penduduk
yang dikaitkan dengan kewajibannya yaitu dalam pasal 27, 28, 29, 30 dan 31. Dari
pasal-pasal tersebut terdapat 5 pokok mengenai HAM yang terdapat dalam Batang
Tubuh UUD RI 1945, yaitu:
1. Kesamaan kedudukan dan kewajiban warga negara di dalam hukum dan
pemerintahan (pasal 27 ayat 1).
2. Hak setiap warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layang (pasal 27
ayat 2).
3. Hak kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan
dan tulisan sebagaimana yang ditetapkan dengan UU (pasal 28).
1
4. Hak kebebasan asasi untuk memeluk agama bagi penduduk dijamin negara (pasal
28 ayat 1).
5. Hak atas pengajaran (pasal 31 ayat 1).
2
BAB II PEMBAHASAN
4
sejak lahir yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, agar bangsa Indonesia
menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia dan hukum yang berlaku di Indonesia.
Ekspetasi itu tidak sesuai dengan realitanya, karena di Indonesia masih banyak
dilakukannya pelanggaran-pelanggaran HAM hingga saat ini. Pada masa reformasi,
yang menjadi topik pembicaraan dari ruang publik adalah masalah HAM. Hal ini
terjadi karena banyaknya permasalahan penegakannya dalam sejarah Indonesia
sebelumnya. Pengabadian HAM kerap terjadi dalam praktik birokrasi, baik selama
masa Orde Lama maupun Orde Baru. Reformasi merupakan momen bagi
pemerintahan Orde Baru yang telah berkuasa selama 32 tahun. Ia menampilkan iklim
politik yang membebaskan dan demokrasi. Kritis ekonomi yang terjadi pada detik-
detik terakhir reformasi membuka mata sebagian besar orang bahwa birokrasi Orde
Baru telah dijalankan dengan buruk. Korupsi adalah salah satu bentuk yang dilakukan
oleh kerabat dekat presiden.
Karena masih banyaknya pelanggaran yang terjadi di Indonesia ini membuktikan
bahwa masih sedikit masyarakat Indonesia, penegakan hukum, dan penyelenggara
negara belum mengerti hakikat sesungguhnya dari HAM dan kewajiban asasinya.
Sebagai contoh kasus pelanggaran HAM yaitu kasus Trisakti dan kasus Semanggi
pada tahun 1998 dan 1999 yang ditetapkan sebagai kasus pelanggaran HAM berat.
5
Pada bulan November 1998 pemerintahan transisi Indonesia mengadakan
Sidang Istimewa untuk menentukan pemilu berikutnya dan membahas agenda-
agenda pemerintahan yang akan dilakukan. Mahasiswa bergolak kembali karena
mereka tidak mengakui pemerintahan B.J Habibie dan tidak percaya dengan para
anggota DPR/MPR Order Baru. Mereka juga mendesak untuk menyingkirkan
militer dari politik serta pembersihan pemerintahan dari orang-orang Order Baru.
Masyarakat dan mahasiswa menolak Sidang Istimewa 1998 dan juga menentang
dwifungsi ABRI/TNI karena dwifungsi inilah salah satu penyebab bangsa ini tak
pernah bisa maju sebagaimana mestinya. Benar memang ada kemajuan, tapi bisa
lebih maju dari yang sudah berlalu, jadi boleh dikatakan kita diperlambat maju.
Sepanjang diadakannya Sidang Istimewa itu masyarakat bergabung dengan mahasiswa
setiap hari melakukan demonstrasi ke jalan-jalan di Jakarta dan kota-kota besar
lainnya di Indonesia.
Peristiwa ini mendapat perhatian sangat besar dari dunia internasional
terlebih lagi nasional. Hampir seluruh sekolah dan universitas di Jakarta, tempat
diadakannya Sidang Istimewa tersebut, diliburkan untuk mencegah mahasiswa
berkumpul. Apapun yang dilakukan oleh mahasiswa mendapat perhatian ekstra
ketat dari pimpinan universitas masing-masing karena mereka dibawah tekanan
aparat yang tidak menghendaki aksi mahasiswa. Sejarah membuktikan bahwa
perjuangan mahasiswa tak bisa dibendung, mereka sangat berani dan jika perlu
mereka rela mengorbankan nyawa mereka demi Indonesia baru.
Tragedi Semanggi sudah sepuluh tahun berlalu tanpa ada kepastian hukum. Saat
ini kembali bangsa Indonesia memperingati momentum Mei berdarah, yang telah
melahirkan pahlawan reformasi. Namun banyak orang yang sudah mulai lupa
makna dibalik perjuangan para mahasiswa tersebut. Belum adanya titik terang
tentang kasus Semanggi I sangat erat hubungannya dengan pernyataan Jaksa
Agung Hendarman Supandji bahwa pihaknya kesulitan menangani kasus
Semanggi I sebagai pelanggaran berat HAM. Tragedi Semanggi I yang
dikategorikan termasuk Pelanggaran HAM berat, menjadi banyak tanda tanya di
masyarakat. Oleh karena itu, Presiden Jokowi didesak untuk menerbitkan surat
keputusan presiden untuk membentuk pengadilan HAM adhoc segera
memerintahkan Jaksa Agung agar melakukan penyidikan kasus pelanggaran HAM
berat Tragedi Semanggi I, 13 November 1998. Rekonsiliasi dengan pengungkapan
6
Kebenaran (Judicial & non judicial).
Akhirnya, pemerintah memutuskan untuk menyelesaikan kasus pelanggaran
HAM berat tragedi Semanggi I melalui jalur non-yudisial atau rekonsiliasi. Ketua
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Imdadun Rahmat mengatakan,
keputusan tersebut diambil berdasarkan sikap politik pemerintah saat ini.
7
pembentukan komisi penyelidikan pelanggaran Hak Asasi Manusia peristiwa
Semanggi I yang selanjutnya dituangkan dalam SK Nomor 034/KOMNAS
HAM/VII/2001 tanggal 27 Agustus 2001.
Solusi yang utama untuk pelanggaran HAM pada era reformasi saat itu adalah
dengan melakukan penegakan hukum sebagaimana yang diatur dalam konstitusi dan
berbagai aturan HAM. Namun pada saat itu pasalnya, ruang yang diberikan untuk
pemenuhan dan perlindungan HAM masih tergolong minim.
8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konsep penegakan HAM di era reformasi pada saat itu berhasil dengan
adanya instrumen-instrumen diantaranya, amandemen UUD 1945 yang kemudian
memasukkan HAM ke dalam bab tersendiri yang menjelaskan HAM secara detail
melalui pasal-pasalnya. Serta terdapat ketetapan MPR RI No XVII/MPR/1998
tentang Hak Asasi Manusia yang memberikan tugas ke Lembaga Tinggi Negara dan
seluruh aparatur pemerintah. Realita penegakan di era reformasi masih berbeda
dengan ekspetasi yang ada, karena masih terdapat pelanggaran-pelanggaran HAM
yang terjadi hingga saat ini. Permasalahan dan pelanggaran HAM di era reformasi
terutama pada tragedi trisakti yang menewaskan 6 orang mahasiswa, dan pada saat
itu perubahan terjadi dengan cepat; perlawanan kepada aparat, pembakaran gedung
dan kendaraan, penjarahan dan tidakan kriminal lainnya yang memicu perubahan
politik ditingkat elit dengan puncaknya pengunduran diri Soeharto sebagai presiden
Republik Indonesia. Jelaslah bahwa insiden trisakti telah menjadi momentum yang
merubah Indonesia. Serta solusi dari permasalahan dan pelanggaran penegakan HAM
di era reformasi terutama tragedi trisakti yaitu dengan dikeluarkannya Undang-
Undang serta adanya sanksi terhadap pelaku. Dan juga adanya Lembaga Studi dan
Advokasi (ELSAM) yang mendorong pemerintahan Indonesia untuk segera
mengakui, menyesali, dan melakukan permintaan maaf secara resmi, atas berbagai
kasus pelanggaran HAM yang terjadi di masa lalu, dan menindak lanjutinnya dengan
berbagai agenda penyelesaian yang menyeluruh baik yudisial maupun non-yudisial.
9
DAFTAR PUSTAKA
Lestari, L. & Arifin R. (2019). Penegakan Dan Perlindungan Hak Asasi Manusia Di
Indonesia Dalam Konteks Implementasi Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab.
Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 5, No. 2, hh.
14-16.
Siroj, A. M. Problem Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia. HAKAM. 2020. 4 (1): 3-4.
10
11