Anda di halaman 1dari 16

MASA REFORMASI (1988-SEKARANG)

NAMA KELOMPOK :

- FAKHRI
- ANDIKA
- RIZKY
- AKMAL
- REZA
- SALMA
- NYIMAS
- RAEISYA
MASA REFORMASI (1998-SEKARANG)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan kehidupan


bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik secara konstitusional. Artinya,
adanya perubahan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum,sosial, dan budaya yang lebih
baik, demokratis berdasarkan prinsip kebebasan, persamaan,dan persaudaraan.

Gerakan reformasi lahir sebagai jawaban atas krisis yang melanda berbagai segi kehidupan.Krisis
politik, ekonomi, hukum, dan krisis sosial merupakan faktor yang mendorong lahirnya gerakan
reformasi.Bahkan, krisis kepercayaan telah menjadi salah satu indikator yang menentukan.Reformasi
dipandang sebagai gerakan yang tidak boleh ditawar-tawar lagi dan karena itu, hampir seluruh
rakyat Indonesia mendukung sepenuhnya tersebut.Dengan semangat reformasi, rakyat Indonesia
menghendaki adanya pergantian kepemimpinan nasional sebagai langkah awal menuju terwujudnya
masyarakat yang adil dan makmur.Pergantian kepemimpinan nasional diharapkan dapat
memperbaiki kehidupan politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya.Indoenesia harus dipimpin oleh
orang yang memiliki kepedulian terhadap kesulitan dan penderitaan rakyat. Dalam makalah ini kami
akan membahas tentang Reformasi di Indonesia.

Pada masa Reformasi, penerapan Pancasila tidak lagi dihadapkan pada ancaman
pemberontakan-pemberontakan yang ingin mengganti Pancasila dengan ideologi lain. Akan tetapi,
lebih dihadapkan pada kondisi kehidupan masyarakat yang diwarnai oleh kehidupan yang serba
bebas. Kebebasan yang mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia saat ini , meliputi berbagai
macam bentuk, mulai dari kebebasan berbicara, berorganisasi, berekspresi, dan sebagainya.
Kebebasan tersebut, di satu sisi dapat memacu kreativitas masyarakat, tapi disisi lain juga bisa
mendatangkan dampak negatif yang merugikan bangsa Indonesia sendiri.

Terdapat beberapa hal negatif yang timbul sebagai akibat penerapan konsep kebebasan yang
tanpa batas, seperti munculnya pergaulan bebas , pola komunikasi, yang tidak beretika , peredaran
narkoba dan minuman keras, aksi anarkisme , serta vandalisme, sehingga memicu terjadinya
perpecahan, dan penurunan moral. Tantangan lain dalam penerapan Pancasila di era Reformasi
adalah menurunnya rasa persatuan dan kesatuan diantara sesama warga bangsa saat ini . Hal ini
ditandai dengan adanya konflik dibeberapa daerah, tawuran antar pelajar, serta tindak kekerasan
yang dijadikan sebagai alat untuk menyelesaikan permasalahan . Peristiwa- peristiwa , dapat
menimbulkan konflik antarwarga dalam kehidupan masyarakat. Seolah olah , wawasan kebangsaan
yang dilandasi oleh nilai-nilai Pancasila yang lebih mengutamakan kerukunan, telah berkurang dari
kehidupan masyarakat Indonesia.

Selain tantangan-tantangan tersebut, saat ini bangsa Indonesia dihadapkan pada perkembangan
dunia yang sangat cepat dan mendasar, seiring dengan berpacunya pembangunan bangsa bangsa
bangsa . Dunia, saat ini sedang terus dalam gerak mencari tata hubungan baru, baik dibidang politik,
ekonomi, maupun pertahanan dan keamanan. Walaupun bangsa bangsa di dunia semakin
menyadari bahwa mereka saling membutuhkan dan saling tergantung satu sama lain, namun
persaingan antar kekuatan, besar dunia dan perebutan pengaruh masih berkecamuk. Salah satu cara
untuk menanamkan pengaruh kepada negara lain adalah melalui penyusupan ideologi, baik secara
langsung maupun tidak langsung.

Kewaspadaan dan kesiapan, harus kita tingkatkan untuk menanggulangi penyusupan ideologi
lain yang tidak sesuai dengan Pancasila. Hal ini lebih penting artinya, karena sebagian besar bangsa
kita termasuk masyarakat berkembang. Cita – cita bangsa dan negara Indonesia dalam mewujudkan
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 , harus selalu menjadi semangat untuk mencapainya. Maka, diperlukan
komitmen bersama seluruh rakyat Indonesia untuk mempertahankan serta melestarikan Nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari di segala aspek kehidupan.

Sejarah awal lahirnya reformasi

Reformasi merupakan suatu perubahan catatan kehidupan lama catatanan kehidupan baru yang
lebih baik.Reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 merupakan suatugerakan yang
bertujuan untuk melakukan perubahan dan pembaruan, terutama perbaikantatanan kehidupan
dalam bidang politik, ekonomi, hukum, dan sosial. Dengan demikian,reformasi telah memiliki
formulasi atau gagasan tentang tatanan kehidupan baru menujuterwujudnya Indonesia
baru.Persoalan pokok yang mendorong atau menyebabkan lahirnya reformasi adalahkesulitan warga
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok. Harga-harga sembilan bahan pokok (sembako),
seperti beras, terigu, minyak goreng, minyak tanah, gula, susu, telur, ikankering, dan garam
mengalami kenaikan yang tinggi. Bahkan, warga masyarakat harus antriuntuk membeli sembako
itu.Sementara, situasi politik dan kondisi ekonomi Indonesia semakin tidak menentu dantidak
terkendali. Harapan masyarakat akan perbaikan politik dan ekonomi semakin jauh darikenyataan.
Keadaan itu menyebabkan masyarakat Indonesia semakin kritis dan tidak percayaterhadap
pemerintahan Orde Baru.Pemerintahan Orde Baru dinilai tidak mampu menciptakan kehidupan
masyarakat yangadil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan berdasarkan Pancasila dan
UUD1945.Oleh karena itu, tujuan lahirnya reformasi adalah untuk memperbaiki tatanan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Kesulitan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok
merupakan faktor atau penyebab utama lahirnya gerakan reformasi.Pemerintahan OrdeBaru yang
dipimpin Presiden Suharto selama 32 tahun, ternyata tidak konsisten dankonsekuen dalam
melaksanakan cita-cita Orde Baru[3].Pada awal kelahirannya tahun 1966,Orde Baru bertekad untuk
menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD
1945[4]. Namun dalam pelaksanaannya, pemerintahan Orde Baru banyak melakukan penyimpangan
terhadap nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-ketentuan yang tertuang dalamUUD 1945 yang sangat
merugikan rakyat kecil.Bahkan, Pancasila dan UUD 1945 hanyadijadikan legitimasi untuk
mempertahankan kekuasaan. Penyimpangan-penyimpangan itumelahirkan krisis multidimensional
yang menjadi penyebab umum lahirnya gerakanreformasi, seperti berikut ini:a. Krisis politikKrisis
politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan puncak dari berbagai kebijakan politik
pemerintahan Orde Baru.Berbagai kebijakan politik yang dikeluarkan pemerintahanOrde Baru selalu
dengan alasan dalam kerangka pelaksanaan demokrasi Pancasila.Namunyang sebenarnya terjadi
adalah dalam rangka mempertahankan kekuasaan Presiden Suhartodan kroni-kroninya.Artinya,
demokrasi yang dilaksanakan pemerintahan Orde Baru bukandemokrasi yang semestinya, melainkan
demokrasi rekayasa.Dengan demikian, yang terjadi bukan demokrasi yang berarti dari rakyat, oleh
rakyat,dan untuk rakyat, melainkan demokrasi yang berarti dari penguasa, oleh penguasa, dan untuk
penguasa.Pada masa Orde Baru, kehidupan politik sangat represif, yaitu adanya tekanan yangkuat
dari pemerintah terhadap pihak oposisi atau orang-orang yang berpikir kritis. Ciri-cirikehidupan
politik yang represif, di antaranya:

1. Setiap orang atau kelompok yang mengkritik kebijakan pemerintah dituduh sebagaitindakan
subversif (menentang Negara Kesatuan Republik Indonesia).2. Pelaksanaan Lima Paket UU
Politik yang melahirkan demokrasi semu ataudemokrasi rekayasa.3. Terjadinya korupsi,
kolusi, dan nepotisme (KKN) yang merajalela dan masyarakattidak memiliki kebebasan untuk
mengontrolnya.4. Pelaksanaan Dwi Fungsi ABRI yang memasung kebebasan setiap warga
negara(sipil) untuk ikut berpartisipasi dalam pemerintahan.5. Terciptanya masa kekuasaan
presiden yang tak terbatas. Meskipun Suharto dipilihmenjadi presiden melalui Sidang Umum
MPR, tetapipemilihan itu merupakan hasil rekayasadan tidak demokratis. B. Krisis
hukumRekayasa-rekayasa yang dibangun pemerintahan Orde Baru tidak terbatas pada
bidang politik.Dalam bidang hukumpun, pemerintah melakukan intervensi.Artinya,
kekuasaan peradilan harus dilaksanakan untuk melayani kepentingan para penguasa dan
bukan untukmelayani masyarakat dengan penuh keadilan.Bahkan, hukum sering dijadikan
alat pembenaran para penguasa.Kenyataan itu bertentangan dengan

Ketentuan pasa 24 UUD 1945 yanf menyatakan bahwa‘kehakimanmemiliki kekuasaan yang merdeka
dan terlepas dari kekuasaan pemerintah (eksekutif)’.

c. Krisis ekonomiKrisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara sejak Juli
1996mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia.Ternyata, ekonomi Indonesia
tidakmampu menghadapi krisis global yang melanda dunia.Krisis ekonomi Indonesia diawalidengan
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.Pada tanggal 1Agustus 1997, nilai
tukar rupiah turun dari Rp 2,575.00 menjadi Rp 2,603.00 per dollarAmerika Serikat.Pada bulan
Desember 1997, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat turunmenjadi Rp 5,000.00 per
dollar. Bahkan, pada bulan Maret 1998, nilai tukar rupiah terusmelemah dan mencapai titik
terendah, yaitu Rp 16,000.00 per dollar Krisis ekonomi yangmelanda Indonesia tidak dapat
dipisahkan dari berbagai kondisi, seperti:1.

Hutang luar negeri

Indonesia yang sangat besar menjadi penyebab terjadinya krisisekonomi. Meskipun, hutang itu
bukan sepenuhnya hutang negara, tetapi sangat besar pengaruhnya terhadap upaya-upaya untuk
mengatasi krisis ekonomi.2. Industrialisasi, pemerintah Orde Baru ingin menjadikan negara RI
sebagai negaraindustri. Keinginan itu tidak sesuai dengan kondisi nyata masyarakat
Indonesia.MasyarakatIndonesia merupakan sebuah masyarakat agraris dengan tingkat pendidikan
yang sangatrendah (rata-rata).3.

Pemerintahan Sentralistik

pemerintahan Orde Baru sangat sentralistik sifatnyasehingga semua kebijakan ditentukan dari
Jakarta. Oleh karena itu, peranan pemerintah pusatsangat menentukan dan pemerintah daerah
hanya sebagai kepanjangan tangan pemerintah pusat.d. Krisis sosialKrisis politik, hukum, dan
ekonomi merupakan penyebab terjadinya krisissosial.Pelaksanaan politik yang represif dan tidak
demokratis menyebabkan terjadinyakonflik politik maupun konflik antar etnis dan agama.Semua itu
berakhir pada meletusnya berbagai kerusuhan di beberapa daerah.
Membangun kehidupan politik yang demokratis, menegakkan pelaksanaan hukum dan sistem
peradilan, dan pelaksanaan pembangunan ekonomi yang berpihak kepada rakyat banyak
telahmelahirkan krisis kepercayaan.2.2 KRONOLOGI PERISTIWA REFORMASISecara garis besar,
kronologi gerakan reformasi dapat dipaparkan sebagai berikut:a. Sidang Umum MPR (Maret 1998)
memilih Suharto dan B.J. Habibie sebagai Presiden danWakil Presiden RI untuk masa jabatan 1998-
2003. Presiden Suharto membentuk danmelantik Kabinet Pembangunan VII. B. Pada bulan Mei 1998,
para mahasiswa dari berbagai daerah mulai bergerak menggelardemonstrasi dan aksi keprihatinan
yang menuntut penurunan harga barang-barang kebutuhan(sembako), penghapusan KKN, dan
mundurnya Suharto dari kursi kepresidenan.c. Pada tanggal 12 Mei 1998, dalam aksi unjuk rasa
mahasiswa Universitas Trisakti Jakartatelah terjadi bentrokan dengan aparat keamanan yang
menyebabkan empat orang mahasiswa(Elang Mulia Lesmana, Hery Hartanto, Hafidhin A. Royan, dan
Hendriawan Sie) tertembakhingga tewas dan puluhan mahasiswa lainnya mengalami luka-luka.
Kematian empatmahasiswa tersebut mengobarkan semangat para mahasiswa dan kalangan kampus
untukmenggelar demonstrasi secara besar-besaran.d. Pada tanggal 13-14 Mei 1998, di Jakarta dan
sekitarnya terjadi kerusuhan massal dan penjarahan sehingga kegiatan masyarakat mengalami
kelumpuhan. Dalam peristiwa itu, puluhan toko dibakar dan isinya dijarah, bahkan ratusan orang
mati terbakar.e. Pada tanggal 19 Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta
dansekitarnya berhasil menduduki gedung MPR/DPR.Pada saat yang bersamaan, tidak kurangdari
satu juta manusia berkumpul di alun-alun utara Keraton Yogyakarta untuk menghadiri pisowanan
agung, guna mendengarkan maklumat dari Sri Sultan Hamengku Buwono X danSri Paku Alam VII.f.
Pada tanggal 19 Mei 1998, Harmoko sebagai pimpinan MPR/DPR mengeluarkan

Pernyataan berisi ‘anjuran agar Presiden Suharto mengundurkan diri’.

. Pada tanggal 20 Mei 1998, Presiden Suharto mengundang tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh
masyarakat untuk dimintai pertimbangan dalam rangka membentuk Dewan Reformasiyang akan
diketuai oleh Presiden Suharto.h. Pada tanggal 21 Mei 1998, pukul 10.00 di Istana Negara, Presiden
Suharto meletakkan jabatannya sebagai Presiden RI di hadapan Ketua dan beberapa anggota
Mahkamah Agung.Berdasarkan pasal 8 UUD 1945, kemudian Suharto menyerahkan jabatannya
kepada WakilPresiden B.J. Habibie sebagai Presiden RI.Pada waktu itu juga B.J. Habibie dilantik
menjadiPresiden RI oleh Ketua MA.Demonstrasi bertambah gencar dilaksanakan oleh para
mahasiswa, terutama setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan
pada tanggal 4 Mei1998.Agenda reformasi yang menjadi tuntutan para mahasiswa mencakup
beberapa tuntutan,seperti:1. Adili Suharto dan kroni-kroninya,2. Laksanakan amandemen UUD
1945,3. Penghapusan Dwi Fungsi ABRI,4. Pelaksanaan otonomi daerah yang seluasluasnya,5.
Tegakkan supremasi hukum,6. Ciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN.2.3 KEBIJAKAAN DAN
KEPEMIMPINAN PRESIDENHABIBIE, GUS DUR, MEGAWTI, DAN SUSILO BAMBANG YUDHAYONO1.
Presiden Prof. Dr. Bacharuddin Jusuf HabibieTanggal 21 Mei 1998, ProfDr. Bacharuddin Jusuf
Habibie, terpilih menjadi Presiden ke3 Indonesia, dalam waktu singkat masa pemerintahannya, B J
Habibie menunjukan prestasikerjanya yang sangat menakjubkan. Berhasil menyelamatkan krisis
moneter dan melengkapi

Lahirnya Bank Mu’amalah pada masa Presiden Soeharto, dengan ditambahkan Bank Syariah.

Hal ini sebagai pertanda Presiden Prof. Dr. Bacharuddin Jusuf Habibie, tidak dapatdiragukan juga
kedekatannya dengan Ulama dan Santri, apalagi sebagai pendiri IkatanCendikiawan Muslim Se-
Indonesia, ICMI yang pertama di Malang.Keberhasilan menciptakan Pesawat CN 35 yang mampu
melakukan

Short take off andlanding


, hanya 400 meter, merupakan prestasi tanpa tanding, di kelasnya di dunia. Diikutidengan
penciptaan Air Bus 600 yang tercepat di dunia. Selain itu juga, telah merancang pesawat terbang
yang tercepat di dunia, diumumkan oleh B.J. Habibie sejak awal pembentukan ICMI di Malang, suatu
pesawat sipil dengan kecepatan jarak Jakarta NewYork hanya empat jam. Tentu, prestasi ini sangat
mencemaskan eksistensi negaraindustri pesawat terbang, terutama dari negara adikuasa Barat.
Sampai kini, pesawat produkdari Barat sekalipun, jarak Jakarta

Jeddah ditempuh selama delapan jam.Tambahan lagi, di bidang persenjataan, PINDAD yang
dipimpin oleh Presiden Prof.Dr. B.J Habibie, mampu menciptakan senjata yang mempunyai jarak
tembak 1.000 meterdan sangat akurat. Senjata produk barat, hanya mampu 750 meter jarak
tembaknya. Senjata produk PINDAD melampaui produk pabrik senjata dari Barat.Pribadi Presiden
Prof. Dr. B.J Habibie dengan kemampuan teknologinya yang tinggi prestasinya, belum pernah dimiliki
oleh seorangpun dari Presiden Amerika Serikat Walaupuntelah merdeka sejak 1775 hingga 2008 M
dan terjadi pergantian 86 Presiden. Demikian pulanegara barat lainnya, tidak mempunyai
seorangpun Kepala Negarayang memiliki kemampuanmenciptakan teknologi pesawat terbang baru.
Andaikata rancangan pesawatnya dapatterwujud maka Indonesia akan menjadi negara yang
memiliki kekuatan dirgantara yang luar biasa.Ketika Habibie mengganti Soeharto sebagai presiden
tanggal 21 Mei 1998, ada lima isuterbesar yang harus dihadapinya, yaitu:1. Masa depan Reformasi;2.
Masa depan ABRI;3. Masa depan daerah-daerah yang ingin memisahkan diri dari Indonesia;4. Masa
depan Soeharto, keluarganya, kekayaannya dan kroni-kroninya; serta5. Masa depan perekonomian
dan kesejahteraan rakyat.

Berikut ini beberapa kebijakan yang berhasil dikeluarkan B.J. Habibie dalam rangkamenanggapi
tuntutan reformasi dari masyarakat :a. Kebijakan dalam bidang politik Reformasi dalam bidang
politik berhasil mengganti lima paket undang-undang masa Orde Baru dengan tiga undang-undang
politik yang lebihdemokratis. Berikut ini tiga undang-undang tersebut.1. UU No. 2 Tahun 1999
tentang Partai Politik.2. UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum.3. UU No. 4 Tahun 1999
tentang Susunan dan Kedudukan DPR/MPR. B. Kebijakan dalam bidang ekonomi Untuk memperbaiki
perekonomian yang terpuruk,terutama dalam sektor perbankan, pemerintah membentuk Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Selanjutnya pemerintah mengeluarkan UU No. 5 Tahun
1999 tentangLarangan Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat, serta UU No. 8 Tahun 1999
tentangPerlindungan Konsumen.c. Kebebasan menyampaikan pendapat dan pers Kebebasan
menyampaikan pendapat dalammasyarakat mulai terangkat kembali. Hal ini terlihat dari munculnya
partai-partai politik dari berbagai golongan dan ideologi. Masyarakat bisa menyampaikan kritik
secara terbuka kepada pemerintah. Di samping kebebasan dalam menyatakan pendapat, kebebasan
juga diberikankepada pers. Reformasi dalam pers dilakukan dengan cara menyederhanakan
permohonanSurat Izin Usaha Penerbitan (SIUP).d. Pelaksanaan Pemilu Pada masa pemerintahan
Habibie, berhasil diselenggarakan pemilumultipartai yang damai dan pemilihan presiden yang
demokratis. Pemilu tersebut diikuti oleh48 partai politik. Keberhasilan lain masa pemerintahan
Habibie adalah penyelesaian masalahTimor Timur. Usaha Fretilin yang memisahkan diri dari
Indonesia mendapat respon.Pemerintah Habibie mengambil kebijakan untuk melakukan jajak
pendapat di Timor Timur.Referendum tersebut dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 1999 di bawah
pengawasanUNAMET. Hasil jajak pendapat tersebut menunjukkan bahwa mayoritas rakyat Timor
Timurlepas dari Indonesia. Sejak saat itu Timor Timur lepas dari Indonesia. Pada tanggal 20 Mei2002
Timor Timur mendapat kemerdekaan penuh dengan nama Republik Demokratik TimorLeste dengan
presidennya yang pertama Xanana Gusmao dari Partai Fretilin.2. K.H. Abdurrahman WahidApalagi
dibawah pimpinan K.H. Abdurrahman Wahid, 23 Oktober 1999, Sabtu Legi,13 Rajab 1420, hingga 22
Juli 2001, Ahad Wage, 1 Jumadi Awal 1422, terjadi goncangansituasi nasional di berbagai bidang, tak
dpat dielakan. Dampaknya, masa pemerintahanPresiden K.H. Abdurrahman Wahid sangat
pendek.Pada pemilu yang diselenggarakan pada 1999 (lihat: Pemilu 1999), partai PDI-P pimpinan
Megawati Soekarnoputri berhasil meraih suara terbanyak (sekitar 35%). Tetapikarena jabatan
presiden masih dipilih oleh MPR saat itu, Megawati tidak secara langsungmenjadi presiden.
Abdurrahman Wahid, pemimpin PKB, partai dengan suara terbanyakkedua saat itu, terpilih
kemudian sebagai presiden Indonesia ke-4. Megawati sendiri dipilihGus Dur sebagai wakil presiden.
Masa pemerintahan Abdurrahman Wahid diwarnai dengangerakan-gerakan separatisme yang makin
berkembang di Aceh, Maluku dan Papua. Selainitu, banyak kebijakan Abdurrahman Wahid yang
ditentang oleh MPR/DPR.Selain itu, di bawah Presiden K.H. Abdurrahman Wahid, dalam upayanya
menarikkembali wiraniagawan Cina yang eksodus dari Indonesia, dengan cara
menghidupkankembali Kong Fu Tsu. Dengan cara ini, diharapkan proses pembauran Bangsa atau
hubunganetnis Cina..

1998.Agenda reformasi yang menjadi tuntutan para mahasiswa mencakup beberapa


tuntutan,seperti:1. Adili Suharto dan kroni-kroninya,2. Laksanakan amandemen UUD 1945,3.
Penghapusan Dwi Fungsi ABRI,4. Pelaksanaan otonomi daerah yang seluasluasnya,5. Tegakkan
supremasi hukum,6. Ciptakan pemerintahan yang bersih dari KKn.

PRESIDEN PRESIDEN PADA MASA REFORMASI

 Kepresidenan Habibie (1998–1999)

Setelah pengunduran diri Soeharto, Wakil Presiden B.J. Habibie dilantik sebagai presiden dan
melakukan berbagai reformasi politik. Pada Februari 1999, pemerintahan Habibie mengesahkan
Undang-Undang Partai Politik yang mencabut pembatasan jumlah partai politik (parpol).
Sebelumnya, pada masa Soeharto, hanya tiga parpol yang diperbolehkan. Parpol juga tidak
diwajibkan berideologi Pancasila. Hal ini mengakibatkan partai politik bermunculan dan 48 di
antaranya akan bersaing dalam pemilihan legislatif 1999.

Pada Mei 1999, pemerintahan Habibie mengesahkan Undang-Undang Otonomi Daerah[3] yang
merupakan langkah pertama dalam desentralisasi pemerintahan Indonesia dan memungkinkan
provinsi-provinsi untuk lebih berperan dalam mengatur daerahnya. Pers lebih dibebaskan pada
pemerintahan Habibie, meskipun Kementerian Penerangan tetap dipertahankan. Tahanan politik
seperti Sri Bintang Pamungkas, Muchtar Pakpahan, dan Xanana Gusmão juga dibebaskan atas
perintah Habibie.

Pada era Habibie juga dilangsungkan pemilihan umum legislatif 1999, yang merupakan pemilihan
bebas pertama sejak Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955. Pemilu ini diawasi oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU) yang independen, bukan komisi pemilihan yang diisi menteri-menteri
pemerintah seperti yang terjadi pada masa Orde Baru.

Habibie juga menyerukan Referendum kemerdekaan Timor Leste 1999 untuk menentukan masa
depan Timor Leste. Tindakan ini mengejutkan banyak orang dan membuat marah beberapa orang.
Pada tanggal 30 Agustus, penduduk Timor Timur memilih untuk merdeka. Lepasnya provinsi ini
merugikan popularitas dan aliansi politik Habibie. Jam

 Kepresidenan Abdurrahman Wahid (1999–2001)


Pada 1999, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi Presiden Indonesia. Kabinet pertama, yang
diberi nama Kabinet Persatuan Nasional, adalah kabinet koalisi yang mewakili beberapa partai
politik: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Golkar,
Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Keadilan (PK).
Perwakilan nonpartisan dan militer Tentara Nasional Indonesia juga ditempatkan dalam kabinet.
Salah satu reformasi administrasi negara yang dilakukan Gus Dur adalah penghapusan Kementerian
Penerangan, senjata utama Orde Baru untuk mengendalikan media, dan pembubaran Kementerian
Kesejahteraan, yang telah menjadi korup pada masa Orde Baru.[4]

Otonomi dan toleransi

Sunting

Gus Dur bermaksud memberikan referendum kepada Provinsi Aceh—yang saat itu memberontak
—untuk menentukan model otonomi mereka alih-alih opsi untuk memerdekakan diri seperti di
Timor Timur.[5] Gus Dur juga ingin mengambil sikap yang lebih lunak terhadap Aceh dengan
menurunkan lebih sedikit personel militer di sana. Pada bulan Maret 1999, pemerintahan Gus Dur
mulai membuka negosiasi dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Pada bulan Mei, pemerintah
menandatangani nota kesepahaman dengan GAM yang berlaku hingga awal 2001, saat kedua belah
pihak melanggar perjanjian tersebut.[6]

Pada 30 Desember 1999, Gus Dur mengunjungi Kota Jayapura, ibu kota Papua (saat itu disebut
“Irian Jaya”). Gus Dur berhasil meyakinkan para pemimpin Papua Barat bahwa dirinya merupakan
pemicu perubahan dan bahkan mendorong penggunaan nama Papua.[7]

Pada Maret 2000, Gus Dur menyarankan agar Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara (MPRS) 1966 tentang pelarangan Marxisme–Leninisme dicabut.[8] Pada bulan
September, Gus Dur mengumumkan darurat militer di Maluku. Pada bulan yang sama, penduduk
Papua Barat mengibarkan Bendera Papua Barat. Gus Dur menanggapi dengan mengizinkan
pengibaran tersebut asalkan bendera Bintang Kejora ditempatkan lebih rendah dari bendera
Indonesia.[9] Tanggapan ini dikritik keras oleh Megawati dan Akbar Tanjung. Pada 24 Desember
2000, Pengeboman Malam Natal Indonesia 2000 dilakukan terhadap gereja-gereja di Jakarta dan
delapan kota di seluruh Indonesia.

Hubungan dengan militer

Sunting

Ketika naik ke kursi kepresidenan, salah satu tujuan Gus Dur adalah mereformasi TNI dan
menghilangkan peran sosiopolitik mereka yang dominan. Dalam usaha ini, Wahid bersekutu dengan
Agus Wirahadikusumah, yang ia jadikan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat pada
bulan Maret 2000. Pada bulan Juli, Agus mulai mengungkap skandal yang melibatkan Dharma Putra,
yayasan yang berafiliasi dengan Kostrad. Melalui Megawati, anggota TNI mulai menekan Gus Dur
untuk mencopot Agus. Gus Dur mengalah pada tekanan ini tetapi kemudian berencana untuk
mengangkat Agus sebagai Kepala Staf Angkatan Darat yang ditanggapi oleh para pemimpin TNI
dengan mengancam akan pensiun dan Gus Dur sekali lagi mengalah pada tekanan tersebut.[10]

Hubungan Gus Dur dengan TNI semakin memburuk ketika di bulan yang sama terungkap bahwa
milisi Laskar Jihad telah tiba di Kepulauan Maluku dan dipersenjatai dengan senjata militer,
meskipun Gus Dur telah memerintahkan TNI untuk memblokir masuknya mereka ke wilayah
tersebut. Milisi telah merencanakan sejak awal tahun untuk pergi ke Maluku dalam rangka
melibatkan diri dalam Konflik sektarian Maluku di sana.[11]

Pada tahun 2000, Gus Dur terlibat dalam dua skandal yang mencoreng masa kepresidenannya.
Pada Mei, Badan Urusan Logistik (Bulog) melaporkan hilangnya dana sebesar US$4 juta. Uang
tersebut digelapkan oleh tukang pijat Gus Dur sendiri, yang menyatakan bahwa Gus Dur
mengirimnya ke Bulog untuk mengambil uang tersebut.[12] Meski uangnya telah dikembalikan,
musuh-musuh politik Gus Dur mengambil kesempatan ini dengan menuduhnya terlibat dalam
skandal yang disebut sebagai Bulog gate ini. Di saat yang sama, Gus Dur juga dituduh menyimpan
sumbangan US$2 juta dari Daftar Sultan Brunei yang diberikan sebagai bantuan untuk Aceh. Skandal
ini dikenal sebagai Brunei gate.

Sunting

Pada akhir 2000, banyak elit politik yang kecewa dengan Gus Dur; yang paling menonjol adalah
Amien Rais yang menyayangkan telah mendukung Gus Dur sebagai presiden pada tahun
sebelumnya. Amien berusaha menggalang oposisi dengan mendorong Megawati dan Akbar Tanjung
untuk menunjukkan kekuatan politik mereka. Megawati secara mengejutkan membela Gus Dur
sementara Akbar memilih untuk menunggu Pemilihan umum legislatif Indonesia 2004. Pada akhir
November, 151 Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia(DPR) menandatangani petisi yang
menuntut pemakzulan Gus Dur.[13]

Pada bulan Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Imlek menjadi hari libur
opsional.[14] Ia menindaklanjutinya pada bulan Februari dengan mencabut larangan tentang
perayaan Imlek secara terbuka. Pada bulan Februari, Gus Dur mengunjungi negara-negara di Afrika
Utara serta Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji.[15] Gus Dur melakukan kunjungan luar negeri
terakhirnya pada Juni 2001 ketika ia mengunjungi Australia.

Dalam pertemuan dengan rektor-rektor universitas pada 27 Januari 2001, Gus Dur berkomentar
tentang kemungkinan Indonesia menjadi anarki dan menyatakan bahwa ia terpaksa membubarkan
DPR jika hal itu terjadi.[16] Meskipun isi pertemuan ini tidak untuk konsumsi publik, tetapi cukup
banyak kehebohan yang timbul. Pada 1 Februari, DPR mengajukan memorandum terhadap Gus Dur
dalam Sidang Istimewa MPR, yang melegalkan pemakzulan dan pencopotan presiden. Dari hasil
pemungutan suara, sangat banyak anggota DPR yang mendukung memorandum, sementara anggota
PKB hanya bisa keluar dari ruang rapat sebagai bentuk protes. Memorandum tersebut menimbulkan
protes luas di kalangan anggota Nahdlatul Ulama (NU). Di Jawa Timur, anggota NU menyerang
kantor Golkar. Di Jakarta, pihak oposisi mulai menuduh bahwa Gus Dur telah mendorong
demonstrasi. Gus Dur menyangkalnya dan bertemu dengan para pengunjuk rasa di kota Kota
Pasuruan dan mendorong mereka untuk berhenti berdemonstrasi.[17] Meski demikian, pengunjuk
rasa NU terus menunjukkan dukungan mereka kepada Gus Dur dan pada bulan April mengumumkan
bahwa mereka siap membela dan mati untuk presiden.

Pada bulan Maret, Gus Dur mencoba untuk melawan oposisi yang dimulai dari anggota
kabinetnya sendiri. Menteri Kehakiman Yusril Ihza Mahendra dicopot karena secara publik menuntut
pengunduran diri presiden, sementara Menteri Kehutanan Nur Mahmudi Ismail juga dicopot karena
dicurigai menyalurkan dana departemennya kepada oposisi Gus Dur. Menyikapi hal itu, Megawati
mulai menjauhkan diri dan tidak hadir dalam pelantikan menteri pengganti. Pada 30 April, DPR
mengeluarkan memorandum kedua dan esok harinya menyerukan Sidang Istimewa MPR digelar
pada 1 Agustus.

Pada bulan Juli, Gus Dur memerintahkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Menteri Koordinator
Politik dan Keamanan untuk mengumumkan keadaan darurat. SBY menolak dan Gus Dur
mencopotnya dari jabatannya. Pada 20 Juli, Amien Rais mengumumkan Sidang Istimewa MPR akan
dimajukan menjadi 23 Juli. TNI, yang memiliki hubungan buruk dengan Gus Dur selama masa
jabatannya sebagai presiden, menempatkan 40.000 pasukan di Jakarta dan menempatkan tank yang
mengarah ke Istana Presiden untuk Pertunjukan kekuatan.[18] Untuk mencegah Sidang Istimewa
MPR berlangsung, Gus Dur kemudian mengeluarkan Maklumat Presiden Republik Indonesia 23 Juli
2001 pembubaran MPR pada tanggal 23 Juli meski tidak memiliki kewenangan untuk itu.
Bertentangan dengan keputusan Gus Dur, MPR melanjutkan Sidang Istimewa dan kemudian dengan
suara bulat memilih untuk memakzulkan Gus Dur dan menangkat Megawati sebagai presiden. Gus
Dur terus bersikeras bahwa ia adalah presiden dan tinggal selama beberapa hari di Istana
Kepresidenan tetapi kemudian meninggalkan istana pada 25 Juli untuk segera terbang ke Amerika
Serikat untuk merawat kesehatannya.

 Kepresidenan Megawati (2001–2004)


Pada masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri, putri pendiri Indonesia sekaligus presiden
pertama Sukarno, proses reformasi demokrasi yang dimulai pada periode Habibie dan Gus Dur terus
berlanjut, meskipun berjalan lambat dan tidak menentu. Megawati mengumumkan susunan Kabinet
Gotong Royong pada 10 Agustus 2001 untuk membantunya mengatur negara. Selama kabinet ini
bertugas, Megawati tidak pernah melakukan perombakan kabinet dan hanya mengangkat beberapa
pelaksana tugas karena beberapa menteri mengundurkan diri sehubungan dengan pencalonan
mereka pada Pemilihan umum Presiden Indonesia 2004.

Munculnya ikon oposisi terhadap rezim Suharto ke kursi kepresidenan pada awalnya disambut
secara luas, tetapi segera terlihat bahwa kepresidenannya ditandai dengan ketidaktegasan,
kurangnya arah ideologis yang jelas, dan “dikenal pasif dalam urusan kebijakan penting”.[19][20][21]
Sisi baik dari lambatnya kemajuan reformasi dan menghindari konfrontasi adalah bahwa Megawati
menstabilkan proses demokratisasi secara keseluruhan dan hubungan antara legislatif, eksekutif,
dan militer.[19]

Meskipun pada tahun 2004 ekonomi telah stabil dan cukup pulih dari krisis 1997, angka
pengangguran dan kemiskinan tetap tinggi. Konstitusi Indonesia kemudian diamendemen agar
presiden dipilih langsung oleh rakyat, dan Megawati mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua. Ia
secara konsisten tertinggal dalam berbagai jajak pendapat. Sebagian penyebabnya adalah pemilih
Muslim yang cenderung memilih kandidat laki-laki dan kinerja Megawati dipandang biasa-biasa saja
selama menjabat sebagai presiden. Meski tampil lebih baik dari perkiraan pada putaran pertama
Pemilihan umum Presiden Indonesia 2004, tetapi di putaran kedua ia dikalahkan oleh Susilo
Bambang Yudhoyono, mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan pada
masa pemerintahan Megawati.

 Kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono (2004–2014)


Pemilihan umum Presiden Indonesia 2004 merupakan pemilu pertama yang memilih pasangan
presiden dan wakil presiden secara langsung. Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf
Kalla memenangi pemilu setelah melewati dua putaran pemilihan. Pada 21 Oktober 2004, SBY
mengumumkan susunan Kabinet Indonesia Bersatu.

Dua bulan setelah SBY menjabat, gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004 melanda Aceh
dan negara-negara lain di sepanjang garis pantai Samudra Hindia. Tiga bulan kemudian, gempa
susulan memicu tsunami di Pulau Nias. Pada tahun 2006, Gunung Merapi meletus dan disusul gempa
bumi di Kota Yogyakarta.

Indonesia juga mengalami wabah Virus influenza A subtipe H5N1 dan Banjir lumpur panas
Sidoarjo. Pada tahun 2007, Banjir Jakarta 2007. SBY mengizinkan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso
membuka pintu air Manggarai dengan risiko membanjiri Istana Kepresidenan.[22]

Pada 1 Oktober 2005, Bom Bali 2005 terjadi di pulau Bali. Kelompok Islam militan Jemaah
Islamiyah diduga berada di balik serangan tersebut, meskipun penyelidikan polisi masih dilakukan.
Kelompok tersebut juga bertanggung jawab atas bom Bali 2002. SBY mengutuk serangan itu serta
berjanji untuk “memburu para pelakunya dan membawa mereka ke pengadilan”.[23]

Pada tahun 2005, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,6%[24] yang kemudian menurun menjadi
5,5% pada tahun 2006.[25] Inflasi mencapai 17,11% pada tahun 2005, tetapi menurun menjadi 6,6%
pada tahun 2006.[26]

SBY juga mengalokasikan lebih banyak dana untuk mengurangi kemiskinan. Pada tahun 2004, 18
triliun rupiah dalam APBN dialokasikan untuk mengentaskan kemiskinan, yang meningkat menjadi
23 triliun pada tahun 2005 dan 51 triliun pada tahun 2006.[27] Pada bulan Maret dan Oktober 2005,
SBY membuat keputusan untuk memotong subsidi bahan bakar yang menyebabkan kenaikan harga
bahan bakar.[28] Masyarakat miskin diberi kompensasi dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT), tetapi
pemotongan subsidi kemudian menurunkan popularitas SBY. Pada Mei 2008, kenaikan harga minyak
turut mendorong keputusan SBY untuk sekali lagi memotong subsidi BBM, yang menjadi penyebab
protes masyarakat pada Mei dan Juni 2008.

Pada Pemilihan umum Presiden Indonesia 2009, SBY terpilih untuk masa jabatan kedua bersama
Boediono, mantan Gubernur Bank Indonesia. Mereka mengalahkan dua kandidat: Megawati
Soekarnoputri–Prabowo Subianto dan wakil presiden saat itu, Jusuf Kalla–Wiranto. Pasangan SBY–
Boediono memenangkan pemilu dengan lebih dari 60% suara nasional pada putaran pertama.
Mereka lalu mengumumkan susunan Kabinet Indonesia Bersatu II pada 21 Oktober 2009.
Pada Oktober 2010, Gunung Merapi meletus, menewaskan 353 orang.[29] Sementara itu, gempa
bumi dan tsunami juga melanda Kepulauan Mentawai.[30]

 Kepresidenan Joko Widodo (sejak 2014)

Pada pemilu presiden 2014, Joko Widodo (Jokowi) bersama dengan Jusuf Kalla (yang kembali
dicalonkan sebagai wakil presiden) mengalahkan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Jokowi adalah
presiden pertama tanpa latar belakang politik atau militer yang tinggi.[31] Dalam kampanye pemilu
2014, Jokowi berjanji akan meningkatkan pertumbuhan PDB hingga 7% dan mengakhiri kebijakan
bagi-bagi kursi (memberikan jabatan pemerintahan pada koalisi politiknya), meski janji tersebut
belum terpenuhi. Pada masa pemerintahannya, rupiah mencapai rekor terendah dalam 20 tahun
terakhir.[32][33]

Pernyataan kontroversial yang diucapkan oleh mantan wakil gubernur Basuki Tjahaja Purnama
(Ahok) menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan Muslim saat pemilihan Gubernur DKI Jakarta
2017. Sejumlah protes dilancarkan sebagai tanggapan atas ucapan Ahok oleh berbagai kelompok
Islam pada November dan Desember 2016 di Jakarta.[34][35][36] Belakangan, pemerintahan Jokowi
melarang organisasi Hizbut Tahrir Indonesia.
kekhawatiran akan menurunnya kebebasan berekspresi selama periode ini, terbukti dengan
penangkapan, penahanan, dan pemenjaraan banyak orang karena aktivitas media sosial mereka
yang diartikan sebagai “penghinaan” kepada presiden.[37]

Beberapa bencana seperti gempa bumi (di Palu, Lombok, dan Banten) dan kabut asap akibat
deforestasi di Kalimantan dan Sumatra terjadi selama periode pemerintahan Jokowi. Pengeboman
terkait ISIS juga terjadi di Jakarta dan Surabaya.

Pada Maret 2018, Badan Pusat Statistik melaporkan angka kemiskinan di Indonesia sebesar 9,82
persen, turun dari Maret 2017 yang sebesar 10,64 persen. Ini adalah pertama kali tingkat kemiskinan
di Indonesia turun hingga di bawah dua digit. Sebelumnya, angka kemiskinan selalu di atas 10
persen, bahkan mencapai 23,4 persen pada 1999 pascakrisis 1997–1998.[38]

Pada 17 April 2019, Indonesia mengadakan pemilihan umum serentak. Untuk pertama kalinya,
pemilihan dilakukan terhadap presiden dan wakil presiden, serta anggota DPR, DPD, dan DPRD
secara bersamaan.[39] Pemilu ini digambarkan sebagai “salah satu pemungutan suara satu hari
paling rumit dalam sejarah global”.[40] Jokowi dan calon wakil presiden Ma’ruf Amin mengalahkan
Prabowo dan pasangannya, Sandiaga Uno.[41] Pemilu ini diikuti oleh protes dan kerusuhan di bulan
Mei yang mengakibatkan setidaknya delapan pengunjuk rasa tewas.[42] Pada 16 Agustus 2019,
empat puluh tiga pelajar Papua di Surabaya, Jawa Timur ditangkap oleh polisi setelah adanya
laporan bahwa bendera Indonesia dirusak di luar gedung tempat mereka tinggal,[43] yang
menyebabkan protes di Papua dan bagian lain Indonesia.[44] Serangkaian demonstrasi massa yang
dipimpin oleh mahasiswa terjadi di kota-kota besar Indonesia pada September 2019 untuk
memprotes undang-undang baru yang mengurangi kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) serta beberapa RUU lainnya.[45] Protes tersebut kemudian berkembang menjadi gerakan
mahasiswa terbesar di Indonesia sejak demonstrasi tahun 1998 yang menjatuhkan rezim Suharto.
[46]

Penyakit koronavirus 2019 (COVID-19), yang sedang berlangsung di seluruh dunia, pertama kali
dikonfirmasi menyebar ke Indonesia pada 2 Maret 2020.[47] Hingga 5 November 2020, virus ini
telah mengakibatkan lebih dari 14.000 kematian di Indonesia.[48] Pada akhir 2020, pandemi
menyebabkan perekonomian jatuh ke dalam resesi untuk pertama kalinya dalam 22 tahun.[49] Pada
Oktober 2020, sejumlah protes meluas di seluruh Indonesia setelah DPR mengesahkan Undang-
Undang Cipta Kerja yang kontroversial.[50]

KESIMPULAN

Pemerintahan orde baru jatuh dan muncul era reformasi. Namun reformasi danketerbukaan tidak
diikuti dengan suasana tenang, aman, dan tentram dalam kehidupan sosialekonomi masyarakat.
Konflik antar kelompok etnis bermunculan di berbagai daerah sepertiKalimantan Barat. Konflik
tersebut dilatarbelakangi oleh masalah-masalah sosial, ekonomidan agama.Rakyat sulit
membedakan apakah sang pejabat bertindak sebagai eksekutif atau pimpinan partai politik karena
adanya perangkapan jabatan yang membuat pejabat bersangkutan tidak dapat berkonsentrasi
penuh pada jabatan publik yang diembannya.Banyak kasus muncul ke permukaan yang berkaitan
dengan pemberian batas yangtegas pada teritorial masing-masing wilayah, seperti penerapan
otonomi pengelolaan wilayah pengairan.Pemerintah tidak lagi otoriter dan terjadi demokratisasi di
bidang politik (misalnya:munculnya parpol-parpol baru), ekonomi (misalnya: munculnya badan-
badan umum milikswasta, tidak lagi melulu milik negara), dan sosial (misalnya: rakyat berhak
memberikantanggapan dan kritik terhadap pemerintah).Peranan militer di dalam bidang politik
pemerintahan terus dikurangi (sejak 2004,wakil militer di MPR/DPR dihapus).Reformasi merupakan
gerakan moral untuk menjawab ketidak puasan dan keprihatinanatas kehidupan politik, ekonomi,
hukum, dan sosial:1. Reformasi bertujuan untuk menata kembali kehidupan berma-sayarakat,
berbangsa, dan bernegara yang lebih baik berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila.2. Dengan
demikian, hakikat gerakan reformasi bukan untuk menjatuhkan pemerintahan orde baru, apalagi
untuk menurunkan Suharto dari kursi kepresidenan.3. Namun, karena pemerintahan orde baru
pimpinan Suharto dipandang sudah tidak mampumengatasi persoalan bangsa dan negara, maka
Suharto diminta untuk mengundurkan secaralegawa dan ikhlas demi perbaikan kehidupan bangsa
dan negara Indonesia di masa yang akandatangGerakan reformasi merupakan sebuah perjuangan
karena hasil-hasilnya tidak dapat dinikmatidalam waktu yang singkat.Hal ini dapat dimaklumi karena
gerakan reformasi memilikiagenda pembaruan dalam segala aspek kehidupan.Oleh karena itu,
semua agenda reformasi tidak mungkin dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan dan dalam
waktu yang singkat. Agar agenda reformasi dapat dilaksanakan dan berhasil dengan baik, maka
diperlukan strategi yang tepat, seperti:1. Menetapkan prioritas, yaitu menentukan aspek mana yang
harus direformasi lebih dahuludan aspek mana yang direformasi kemudian Melaksanakan kontrol
agar pelaksanaan reformasi dapat mencapai tujuan dan sasaransecara tepat.

:)

Anda mungkin juga menyukai