Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENDEKATAN DAN PERBANDINGAN KONSTITUSI

D
I
S
U
S
U
N

Oleh:
KELOMPOK 6

KETUA:
NURHALIMAH TUSA’DIAH ( 1801110651)
ANGGOTA:
ANISA ARMAYANTI (1801110651)
FERREN CHIKA YOLANDA (1801112332)
NADIA SOFIANIS (1801111636)
REKA HAJRIA KUFA (1801111684)
SUCI RAHMADANI (1801124131)
YUNITA TRI SATIVA (1801110946)

MATA KULIAH : STUDI KONSTITUSI


DOSEN : WAZNI AZWAR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS RIAU
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Pekanbaru, 23 Deseember 2020


Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak
dapat
dipisahkan satu sama lain. Bahkan, setelah abad pertengahan yang ditandai
dengan ide demokrasi dapat dikatakan tampa konstitusi Negara tidak mungkin
terbentuk. Konstitusi merupakan hukum dasarnya suatu Negara. Dasar-dasar
penyelenggaraaan bernegara didasarkan pada konstitusi sebagai hokum dasar.
Negara yang berlandaskan kepada suatu konstitusi dinamakan Negara
konstitusional. Akan tetapi, untuk dapat dikatakan secara ideal sebagai Negara
konstitusional maka konstitusi Negara tersebut harus memenuhi sifat-sifat dan
cirri-ciri dari konstitusionalisme. Jadi Negara tersebut harus menganut gagasan
tenttang konstitusionalisme. Konstitusionalisme sendiri merupakan suatu ide,
gagasan, atau paham. Oleh sebab itu, bahasan tentang negara dan konstitusi
pada bab ini terdiri atas konstitusionalisme, konstitusi Negara, UUD 1945
sebagai Konstitusi Negara Republik Indonesia, dan Sistem ketatanegaraan
Indonesia.

Manusia hidup bersama dalam berbagai kelompok yang beragam latar


belakangnya. Mula-mula manusia hidup dalam sebuah keluarga. Lalu
berdasarkan kepentingan dan wilayah tempat tinggalnya, ia hidup dalam
kestuan sosial yang disebut masyarakat dan pada akhirnya menjadi bangsa.
Bangsa adalah kumpulan masyarakat yang membentuk suatu negara. Berkaitan
dengan tumbuh kembangnya bangsa, terdapat berbagai teori besar dari para
ahli untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki sifat dan karakter sendiri.
Istilah bangsa memiliki berbagai makna dan pengertian nya yang berbeda-
beda. Bangsa merupakan terjemahan dari kata “nation” (dalam bahasa inggris).
Kata nation bermakna keturunan atau bangsa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja pengertian konstitusi?
2. Bagaimanakah UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara Republik
Indonesia?
3. Mengapa sistem ketatanegaraan Indonesia menjadi Konstitusi
Republik Indonesia?
4. Bagaimana perbandingan Negara Indonesia dengan Negara swiss?
5. Bagaimana perbandingan Negara Indonesia dengan Negara korea
selatan?
6. Bagaimana perbandingan Negara Indonesia dengan Negara Jepang?

C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui pengertian konstitusi


2. Untuk mengetahui UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara Republik
Indonesia.
3. Untuk mengetahui sistem ketatanegaraan Indonesia sebagai Konstitusi
Republik Indonesia.
4. Untuk mengetahui perbandingan Indonesia dg swiis
5. Untuk mengetahui perbandingan Negara Indonesia dengan korea
selatan
6. Untuk mengetahui perbandingan Negara Indonesia dengan Jepang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konstitusi

Konstitusi atau undang-undang dasar (bahasa latin : constitutio) dalam negara


adalah sebuah norma sistem politik dan hukum bentukan pada pemerintahan
negara biasanya dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Hukum ini tidak
mengatur hal-hal yang terperinci, melainkan hanya menjabarkan prinsip-
prinsip yang menajdi dasar bagi peraturan-peraturan lainnya. Dalam kasus
bentukan negara, kontitusi memuat aturan dan prinsip-prinsip entitas politik
dan hukum, istilah ini merujuk secara khusus untuk menetapkan konstitusi
nasional sebagai prinsip-prinsip dasar politik, prinsip-prinsip dasar hukum
termasuk dalam bentuk struktur, prosedur, wewenang dan kewajiban
pemerintahan negara pada umumnya. Konstitusi merujuk umumnya merujuk
pada pinjaman hak kepada warga masyarakatnya. Istilah konstitusi dapat
diterapkan kepada seluruh hukum yang mendefinisikan fungsi pemerintahan
negara.
Konstitusi pada dasarnya memiliki pengertian luas, yaitu keseluruhan
peraturan baik tertulis maupuntidak tretulis yang mengatur secara mengikat
mengenai cara penyelenggaraan suatu pemerintahan. Istilah konstitusi pada
umumnya menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara.
Sistem itu berupa kumpulanm peraturan yang membentuk, mengatur atau
memenuhi negara. Peraturan perundang-undangan tersebut ada yang tretulis
sebagai keputusan badan yang berwenang dan ada yang tidak tertulis yang
berupa kebiasaan dalam praktik penyelenggaraan negara. Dengan demikian,
pengertian konstitusi sampai dewasa ini dapat menunjuk pada peraturan
ketatanegaraan baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
Terdapat beberapa definisi konstitusi dari pada ahli, yaitu :

a. Herman Heller, membagi pengertian konstitusi menjadi tiga yaitu :

1). Konstitusi dalam pengertian politik sosiologi. Konstitusi


mencerminkan kehiupan politik didalam masyarakat sebagai suatu
kenyataan.
2). Konstitusi merupakan suatu kesatuan kaidah yang hidup dalam
masyarakat yang selanjutnya dijadikan satu kesatuan kaidah yang
hidup dalammasyarakat yang selanjutnya dijadikan suatu kesatuan
kaidah hukum konstitusi dalam hal ini sudah mengandung pengertian
yuridis.
Konstitusi atau undang-undang dapat dianggap sebagai perwujudan dari
hukum tertinggi yang harus ditaati oleh negara dan pejabat-pejabat negara
sekalipun. Hal ini sesuai dengan dalil “Goverment by law, not by men”
pemerintahan berdasarkan hukum, bukan oleh manusia). Pada permulaan
abad ke-19 dan awal abad ke 20, gagasan mengenai konstitusionalisme,
(kekuasaan terbatas dan jaminan hak dasar warga negara). Mendapatkan
perumusan secara yuridis.
B. . UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara Indonesia

Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk pertama kali
disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal
18 Agustus 1945. Dalam tatasusunan peraturan perundang-undangan Negara,
UUD 1945 menempati tempatan tertinggi. Menurut jenjang norma hukum,
UUD 1945 adalah kelompok aturan dasar / pokok Negara yang berada dibawah
Pancasila sebagai Norma Dasar.
1. Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia

Dalam sejarahnya, sejak proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang


di Indonesia telah berlaku tiga macam undang-undang dasar dalam empat
priode, yaitu sebagai berikut:
a. Periode 18 Agustus 1945-27 Desember 1949 berlaku UUD 1945.
UUD 1945 terdiri dari bagian pembukaan, batang tubuh (16 bab), 37
pasal, 4 pasal aturan paralihan, 2 ayat aturan tambahan, dan bagian
penjelasan.
b. Periode 27 Desember 1949-17 Agustus 1950 berlakunya UUD RIS.
UUD RIS terdiri atas 6 bab, 197 pasal, dan beberapa bagian.
c. Oeriode 17 Agustus 1959-5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950 terdiri
atas 6 bab, 146 pasal, dan beberapa bagian.
d. Periode 5 Juni 1959- sekarang kembali berlaku UUD 1945.

Khasus untuk periode keempat bberlaku UUD 1945 dengan pembagian


berikut:
1. UUD 1945 yang belum diamandemenkan;

2. UUD 1945 yang sudah diamandemenkan (tahun 1999, tahun 2000,


tahun 2001, dan tahun 2002)
Amandemen tersebut adalah:

a) Amandemen ke-1 pada sidang umum MPR, disahkan 19 Oktober


1999;
b) Amandemen ke-2 pada sidang tahunan MPR, disahkan 18
Agustus 2000;
c) Amandemen ke-3 pada siding tahuna MPR, disahkan 10
November 2001;
d) Amandemen ke-4 pada tahunan MPR, disahkan 10 Agustus 2002;

Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia pertama kali


ditetapkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD yang ditetapkan
oleh PPKI tersebut sebenarnya merupakan hasil karya BPUPK melalui siding-
sidangnya dari tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945 dan tanggal 10 Juli
sampai 16 juli 1945. Hasil karya BPUPKI berupa rancangan pembukaaan
hukum dasar dari BPUPKI itulah yang selanjutnya ditetapkan menjadi UUD
Negara Indonesia setelah mengalami perubahan seperlunya oleh PPKI.

Sidang PPKI pertama berlangsung tanggal 18 Agustus 1945 yang


menghasilkan 3 keputusan penting, yaitu sebagai berikut.

1) Mengesahkan Rancangan Pembukaan Hukum Dasar Negara dan


Hukum Dasar Sebagai UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Memilih Ir. Seokarno dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Presiden
dan wakil presiden.
3) Membentuk sebuah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) untuk
membentuk presiden.

Sidang PPKI mengenai pengesahan undang-undang dasar inin


belangsung sngat singgat yaitu kurang lebih dua jam. Namun dengan semangat
persatuan dan keinginan untuk segera membentuk konstitusi Negara maka
penetepan UUD 1945 berjalan dengan lancar.

Perubahan yang dilakukan hanyalah hal-hal yang kecil saja, bukan


masalah yang mendasar. Hal ini karena PPKI sudah mendapatkan naskah
rancangan hokum dasar yang dihasilkan oleh BPUPKI. Beberapa perubahan
tersebut antara lain:

a. Istilah”hokum dasar” diganti menjadi” undang-undang dasar”,

b. Kata”mukadimah” diganti menjadi”pembukaan”

c. “dalam suatu hukum dasar”diubah menjadi”dalam suatu undang-


undang dasar”
d. Diadakannya ketentuan tentang perubahan UUD yang sebelumnya
tidak ada;
e. Rumusan”Ketuhanan Dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam
Bagi Pemeluk-Pemluknya” diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha
Esa”.

Penetapan UUD 1945 sebagai konstitusi Negara Republik Indonesia oleh


PPKI dilakukan dalam dua tahap, yaitu sebagai berikut.
1. Pengesahan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Yang
Terdiri Dari 4 Alinea.
Pengesahan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar Negara Republok
Indonesia terdiri atas 16 Bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, dan
dua ayat aturan tambahan.
Jadi pada waktu yang disahkan PPKI adalah UUD Negara Indonesia yang
terdiri atas dua bagaian yaitu bagian pembukaan dan bagian batang tubuh atau
pasal-pasalnya. Adapun bagian penjelasan dilampirkan kemudian dalam satu
naskah yang dibuat dalam Berita Republik Indonesia tahun II No. 7 tanggal 15
Februari 1946. Berdasarkan hal itu maka Naskah Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia Tahun II No. 7 Tanggal 15 Februari 1946, terdiri atas:

a) Pembukaan

b) Batang tubuh, dan

c) Penjelasan.

Undang-undang Dasar Neraga Republik Indonesia 18 Agustus 1945 hanya


berlaku dalam waktu singkat yaitu mulai tanggal 18 Agustus 1945 sampai 27
Desember 1949. Sejak 27 Desember diberlakukannya Undang-Undang Dasar
baru disebut kontitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS) tahun 1949.
Konstitusi kedua yang berlaku diindonesia adalah Konstitusi Republi Indonesia
Serikat disingkat KRIS atau UUD RIS. Dan UUD Negara Republik Indonesia
18 Agustus 1945 tetap berlaku tetapi hanya disalah satu Negara bagian RIS
yaitu Negara Republik Indonesia (RI) yang beribu kota di Yogyakarta.
Kontitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS) atau UUD RIS 1949 berlaku dari
tanggal 27 Desember 1949 sampai tanggal 17 Agustus 1950, bangsa Indonesia
kembali kebentuk Negara kesatuan. Dengan demikian, UUD RIS 1949 tidak
diberlakukan lagi. Priode berlakunya UUD RIS 1949 daei tanggal 27
Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, oleh Moh. Yamin disebut konstitusi
II.

1) Mukadimah yang terdiri dari empat ayat.

2) Bagian batang tubuh yang terdiri dari atas 6 bab, 197 pasal dan
lampiran.

Beberapa ketentuan pokok dala UUD RIS 1949 antara lain:


a. Bentuk Negara adalah serikat, sedangkan bentuk pemerintahan
adalah republik
b. Sistem pemerintahan adalah parlamenter. Dalam sistem
pemerintahan ini, kepala pemerintahan dijabat oleh seorang
perdana mentri.perdana mentri apis saat itu adalah Moh. Hatta.

Konstitusi yang berlaku setelah UUD RIS adalah Undang-Undang Dasar


Sementara (UUDS) 1950. Undang-undang dasar sementara dimaksud sebagai
pengganti dari UUD RIS 1949 setelah Indonesia kembali ke bentuk Negara
kesatuan yang dituangkan dalam Undang-Undang Federal No.7 Tahun 1950
tentang perubahan konstitusi RepublikIndonesia Serikat menjadi Undang-
Undang Dasar Sementara Republik Indonesia. Konstitusi inilah yang
menyusun Undang-Undang Dasar yang bersifat tetap. UUDS 1950 terdiri atas:

1. Mukadimah yang terdiri dari empat ayat.

2. Batang tubuh yang terdiri atas 6 bab dan 164 pasal.

3. Bentuk Negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republic;

4. Sistem pemerintah adalah parlementer menurut UUDS 1950;

5. Adanya badan Konstituante yang akan menyusun undang-undang


dasar tetap sebagai pengganti dari UUDS 1950.

Undang-Undang Dasar Sementara 1950 tidak berhasil menyelesaikan


tugasnya. Situasi ini kemudian memicu munculnya dekrit yang isinya sebagai
berikut:
a) Menetapkan pembubaran Konstituante;

b) Menetapkan berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi


UUDS 1950;
c) Pembentukan MPRS dan DPAS.

Amandemen (bahasa inggris: amendtmendt) artinya perubahan.


Mengamandemen artinya mengubah atau mengadakan perubahan. Istilah
amandemen sebenarnya merupakan hak, yaitu hak parlemen untuk mengubah
atau mengusulkan perubahan rancangan UU. Perkembangan selanjutnya
muncul istilah amandemen UUD yang artinya perubahan UUD. Istilah
perubahan konstitusi itu sendiri mencangkup dua pengerrtianyaitu:

a. Amandemen konstitusi

b. Pembaruhan konstitusi
Dalam hal amandemen konstitusi, perubahan yang dilakukan
merupakan addendum atau sisipan dari konstitusi yang asli. Konstitusi yang
asli tetap berlaku. Adapun bagian yang diamandemen merupakan atau
menjadi bagian dari konstitusinya.
Amandemen atas UUD 1945 dimaksudkan untuk mengubah dan
memperbaruhi konstitusi negara indonesia agar sesui dengan prinsip-prinsip
negara demokrasi. Dengan adanya amandemen terhadap UUD 1945 maka
konstitusi kita diharapkan semakin baik dan lengkap meyesuikan dengan
tuntutan perkembangan dan kehidupan dan kenegaraan yang demokratis.
UUD 1945 sebagai konstitusi atau hukum dasaar negara republik
indonesia juga haus mampu menyesuaikan dengan perkembangan dan
tuntutan. Untuk itu perlu dilakukan perubahan terhadap UUD 1945 yang sejak
merdeka sampai masa pemerintahan presiden soeharto belum pernah
dilakukan perubahan.
Tentang perubahan UUD dinyatakan pada pasal 37 UUD 1945 sebagai
berikut:
1. Unsur perubahan pasal-pasal UUD dapat diagendakan dalam sidam
majelis permusyawaratan rakyat apabila diajukan oleh sekurang-
kurangnya 1/3 dari jumlah anggota majelis permusyawaratan
2. Setiap usul perubahan pasal-pasal UUD diajukan secara tertulis dan
ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta
alasannya.
3. Untuk mengubah asal-asar UUD, sidang majelis permusyawaratan rakyat
diadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota majelis
permusyawaratan rakyat.
4. Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan dengan persetujuan
sekurang-kurangnya 50% ditambah satu anggota dari seluruh anggota
majelis permusyawaratan rakyat.
5. Khusus mengenai bentuk negara kesatuan republik indonesia tidak dapat

dilakukan perubahan.

Perubahan atau amandemen UUD 1945 dilakukan perama kali oleh


MPR pada siadang umum MPR tahun 1999 dan mulai berlaku sejak tanggal
19 oktober 1999. Amandemen atas UUD 1945 dilakukan oleh MPR sebanyak
4 kali. Dengan demikian UUD 1945 telah mengalami 4 kali perubahan yaitu
sebagai berikut:
a. Amandemen pertama terjadi pada sidang umum MPR tahun 1999,
disahkan 19 oktober 1999.
b. Amandemen kedua terjadi pada sidang tahunan, disahkan 18 agustus 2000.

c. Amandemen ketiga terjadi pada sidang tahunan MPR, disahkan 10


november 2001.
d. Amandemen keempat terjadi pada sidang tahunan PPR, disahkan 10
agustus 2002.

Jadi, pada perubahan keempat ini yang diamandemen sebanyak 13


pasal serta 3 pasal aturan peralihan dan 2 pasal aturan tambahan.
Dengan cara amandemen ini, UUD 1945 yang asli masih tetap berlaku, hanya
beberapa ketentuan yang sudah diganti dianggap tidak berlaku lagi. Yang beraku
adalah ketentuan-ketentuan yang baru. Naskah perubahan merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari UUD negara republik indonesia tahun 1945.

Dengandemikian, naskah UUD 1945 kita terdiri atas:

1. Naskah asli UUD 1945

2. Naskah perubahan pertama UUD 1945

3. Naskah perubahan kedua UUD 1945

4. Naskah perubahan ketiga UUD 1945

5. Naskah perubahan keempat UUD 1945

Naskah UUD 1945 perubahan pertama, kedua, ketiga, dan keempat

tersebut tertuang dalam putusan MPR tentang UUD 1945 dan perubahannya.
Putusan MPR tersebut tidak menggunakan nomor putusan majelis. Hal inin
berbeda dengan jenis putusan majelis lainnya, yaitu ketetapan majelis dan
keputusan majelis yag menggunakan nomor keputusan majelis.
Dengan amandemen tersebut maka konstitusi negara indonesia UUD
1945 menjadi lebih lengkap dan bertambah jumlah pasal-pasalnya. Jumlah
keseluruhan pasal yang diubah dari perubahan perama sampai keempat ada
73 pasal. Namun jumlah nomor pasal tetap yaitu 37 tidak termasuk aturan
peralihan dan aturan tambahan. Perubahan diakukan dengan cara
menambahkan huruf A, B, C, dan seterusnya setelah nomor pasal (angkanya).
Misalnya pasal 28, kemudian pasal 28A, pasal 28B dan seterusnya.

3. Isi UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

UUD 1945 sekarang ini hanya terdiri atas dua bagian, yaitu bagian
pembukaan dan bagian pasal-pasal. Bagian pembukaan pada umumnya berisi
pernyataan luhur dan cita-cita dari bangsa yang bersangkutan. Namun tidak
semua konstitusi negara meiliki bagian pembukaan ini. Konstitusi malaysia,
singapure, dan australia tidak memiliki bagian pembukaan. Contoh konstitusi
negara yang memiliki bagian pembukaan adalah konstitusi jepang, india, dan
amerika serikat.
C. . Sistem Ketatanegaraan Indonesia

Sistem ketatanegaraan Indonesia menurut UUD 1945 adalah sebagai berikut.

1. Bentuk Negara adalah kesatuan

2. Bentuk pemerintahan adalah republik.

3. Sistem pemerintahan adalah presidensial.

4. Sistem politi adalah demokrasi atau kedaulatan rakyat.

a. Bentuk Negara Kesatuan

Undang-undang dasar 1945 menetapkan bahwa bentuk susunan Negara


Indonesia adalah kesatuan bukan serikat atau federal. Dasar penetapan ini
tertuang dalam pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan “ Negara Indnesia
ailah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik”.
b. Bentuk Pemerintahan Republik

UUD 1945 menetapkan bahwa bentuk pemerintah Indonesia adalah


republic bukan monarki atau kerajaan. Yang tertuang dalam pasal 1 ayat (1)
UUD 1945 yang menyatakan “Negara Indonesia ialah Negara Kesaruan, yang
berbentuk republik”. Berdasarkan pasal tersebut dapat diketahui bahwa “
kesatuan” adalah bentuk Negara, sedang “republik” adalah bentuk pemerintah.
a) Sistem Pemerintahan Presidensial

Bedasarkan ketentuan dalam UUD 1945, Indonesia menganut sistem

pemerintahan presidensial. Secara teoritis, sistem pemerintahan dibagi


dalam dua klafikasi besar, yaitu sistem pemerintahan parlementer dan sistem
pemerintahan presidensial.
D. PERBANDINGAN KONSTITUSI INDONESIA DENGAN SWISS
1. Segi Prosedur Perubahan Konstitusi

Dari segi prosedur perubahan konstitusi maka berdasarkan pasal 37 Undang-


Undang Dasar 1945 amandemen keempat mekanisme prosedur perubahan konstitusi
di Indonesia sedikit diperberat dengan dicantumkan ketentuan yang menegaskan untuk
perubahan pasal Undang-undang Dasar hanya dapat dilakukan apabila disetujui oleh
lebih dari separuh jumlah anggota MPR. Berbeda dengan prosedur perubahan
konstitusi federal Negara Swiss yang bersifat rigid. Prosedur perubahan konstitusi di
Swiss diatur dalam pasal 138 sampai dengan pasal 139 Konstitusi Swiss. Amandemen
konstitusi memerlukan persetujuan dari mayoritas rakyat dan kanton. Keputusan
perubahan konstitusi federal diserahkan kepada rakyat melalui referendum.

2. Bentuk Pemerintahan

Bentuk pemerintahan negara Indonesia dengan negara Swiss sama-sama


berbentuk republik dimana negara dikepalai oleh presiden sebagai kepala negara untuk
masa jabatan tertentu. Dalam bentuk pemerintahan republik, kepala pemerintahan dan
kepala negara ada di tangan Presiden. Namun perbedaannya adalah tampak pada masa
jabatan, dan jumlah anggota kabinet. Di Indonesia berdasarkan Pasal 7 UUD RI 1945
setelah amandemen maka jabatan presiden dan wakil presiden memegang jabatan
selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama
hanya untuk satu kali masa jabatan. Sedangkan untuk masa jabatan Presiden dan wakil
Presiden di Swiss berdasarkan Pasal 176 ayat 2 Konstitusi Swiss 1999 adalah satu
tahun. Jabatan Presiden di Swiss digilir diantara para Menteri Kabinet yang berjumlah
7 orang.

Presiden di Indonesia dalam menjalankan pemerintahannya menunjuk dan


membentuk kabinet yang besar untuk membantu dan mendukung presiden dalam
menjalankan pemerintahannya. Sedangkan pembentukan kabinet di Swiss hanya
terdiri dari 7 orang Menteri Kabinet(dewan federal)

dipilih oleh Majelis Federal (parlemen). Jumlah menteri termasuk presiden dan wakil
presiden hanya tujuh orang. Hal ini merupakan salah satu kelebihan Swiss dalam
meminimalkan jumlah kabinet sehingga dapat menghemat pengeluaran negara.
Sumber daya manusia di Swiss benar-benar dioptimalkan untuk membangun negara.

3. Bentuk Negara

Menurut Pasal 1 ayat 1 UUD 1945 amandemen dinyatakan bahwa bentuk negara
Indonesia adalah negara kesatuan. Sedangkan bentuk negara Swiss adalah negara
Serikat/Federal semenjak tahun 1848 karena Swiss mengadopsi konstitusi Federal.
Lepas dari perbedaan bentuk negara pada dasarnya terdapat persamaan antara negara
serikat/federal dan negara kesatuan yaitu bersistem desentralisasi, Pemerintah pusat
sebagai pemegang kedaulatan ke luar, Sama-sama memiliki hak mengatur daerah
sendiri (otonomi). Hal yang membedakannya ialah mengenai asal-asul hak mengurus
rumah tangga sendiri itu. Pada negara bagian, hak otonomi itu merupakan hak aslinya,
sedangkan pada daerah otonom di negara kesatuan, hak itu diperoleh dari pemerintah
pusat.

4. Sistem Pemerintahan
Meskipun kesepakatan dasar dalam Konstitusi Indonesia yang terakhir
berupa UUD 1945 Amandemen Keempat salah satunya adalah
mempertegas sistem pemerintahan presidensiil namun pada kenyataannya
konstitusi UUD 1945 Amandemen Keempat justru memperkuat kedudukan
DPR (bagian dari parlemen) sebagai lembaga legislatif dan membatasi
kewenangan presiden. Hal ini menyebabkan sistem pemerintahan di
Indonesia menjadi tidak jelas. Apabila telah sepakat untuk mempertegas
sistem pemerintahan presidensiil maka dalam konstitusi Indonesia harus
diatur kembali mengenai sistem pemerintahan presidensiil yang murni
sehingga penataan hubungan dan kewenangan antara legislatif dan eksekutif
menjadi lebih jelas. Berbeda dengan sistem pemerintahan di Swiss yang
menggunakan sistem pemerintahan Kolegial tampak lebih stabil dengan
kepemimpinannya secara bersama-sama oleh tujuh dewan federal termasuk
di dalamnya presiden dan wakil presidennya. Seluruh anggota Dewan
Federal dianggap sebagai Kepala Negara kolektif.

E. PERBANDINGAN KONSTITUSI INDONESIA DG KOREA SELATAN.

1. Berdasarkan Bentuk Negaranya

Menurut C.F Strong terdapat lima kriteria untuk melihat bentuk Negara yaitu:6

b. Melihatbangunannegaraituapakahianegarakesatuanataunegaraserikat.

c. Melihatbagaimanakonstitusinya.

d. Mengenaibadaneksekutifapakahiabertanggungjawabkepadaparlemenatautidakataudisebu
t kanbadaneksekutif yang sudahtentujangkawaktunya.
e. Mengenaisusunandankedudukanbadanperwakilannya.

Hukum yang berlaku, iusconstitutumatauhukumnasionalnya

Berikut perbandingan konstitusi antara Negara Indonesia dan Negara Republik Korea
Selatan berdasarkan bentuk negaranya:

1) Konstitusi Indonesia

Bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, hal tersebut berdasarkan pada Pasal 1 ayat

e. UUD 1945 yang berbunyi: “negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk
republik.” penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan berdasar pasal 18 UUD 1945 yang

menghendaki dilaksanakannya asas desentralisasi, asas dekonsentrasi, dan juga asas


pembantuan dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
2) Konstitusi Korea Selatan

BerdasarkankonstitusiRepublic of Koreaatau Korea Selatan padaChapter I: General


Provisions Article 1 number (1) The Republic of Korea shall be a democratic republic.
Negara Korea selatan adalah kesatuan yang berbentuk republik demokratis.

Bentuk negara yang dimiliki oleh Indonesia dan Korea Selatan adalah Kesatuan, yang
membedakan adalah Korea selatan menganut system republic demokratis, Menekankan pada
kebebasan individu dengan mengabaikan kepentingan umum, kekuasaan pemerintah dibatasi
oleh undang-undang. Kepala pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana Menteri dan
Presiden menjabat sebagai kepala negara.

Menurut Duguit, jika seorang kepala negara diangkat berdasarkan hak waris atau
keturunan maka bentuk negaranya adalah monarchie dan kepala negaranya disebut raja atau
ratu, apabila kepala negara dipilih melalui suatu pemilihan umum untuk masa jabatan yang
ditentukan maka bentuk negaranya adalah republik dan kepala negaranya adalah seorang
Presiden. SedangkanAristoteles menjelaskan bahwa bentuk Negara republic dapat dilihat dari
criteria sifat pemerintahan negara, dimana repubik senantiasa memperhatikan kepentingan
umum atau rakyat dan tidak hanyak ditunjuk kepntingan pemegang kekuasaan saja.Sehingga
dapat disimpulkan bahwa Negara republic adalah suatu bentuk Negara atau pemerintahan
yang dikepala oleh seorang presiden dimana pemerintah senantiasa mendahulukan
kepentingan rakyat dari pada kepentingan sang penguasa itu sendiri.

2. Berdasarkan Struktur Ketatanegaraan

Mengenai muatan atau isi dari suatu konstitusi menurut Mr. J.G Steenbeek,
sebagaiman dikutip sri soemantri dalam desertasinya menggambarkan secara lebih jelas apa
yang seharusnya menjadi isi dari konstitusi. Pada umumnya suatau konstitusi berisi tiga hal
pokok, yaitu:

Pertama: adanya jamiminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negaranya,

Kedua: ditetapkan susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental, Ketiga:

adanya pembagian dan pembatasan kekusaan tugas dan ketatanegaran yang juga bersiafat

fundamental

Adapun perbandingan konstitusi antara Negara Indonesia dengan Korea


Selatan, sebagai berikut:
Struktur Kenegaraan Indonesia dalam Konstitusi Negara Indonesia (Undang-
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945)
4) Kekuasaan Eksekutif

Dalam konstitusi Indonesia cabang Kekuasaan pemerintahan dipegang oleh presiden


yang dibantu oleh wakil presiden dan para menteri dalam menjalankan fungsi pemerintahan.
Presiden mempunyai kedudukan sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus sebagai kepala
negara. Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun dan sesudahnya
dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan.7

Presiden dan wakil presiden sebelum menjalankan tugasnya bersumpah atau


mengucapkan janji dan dilantik oleh ketua MPR dalam sidang MPR. Setelah dilantik,
presiden dan wakil presiden menjalankan pemerintahan sesuai dengan program yang telah
ditetapkan sendiri.

Dalam menjalankan pemerintahan, presiden dan wakil presiden tidak boleh


bertentangan denganUndang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun
1945 selanjutnya disingkat dengan UUD NKRI 1945. Presiden dan wakil presiden
menjalankan pemerintahan sesuai dengan tujuan negara yang tercantum dalam Pembukaan
UUD NKRI 1945.

b) Kekuasaan Legislatif

Kekuasaan legeslatif dalam konsitusi negara Indonesia dipegang oleh tiga lembaga
yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan
Pewakilana Daerah (DPD), dan yang kesemuanya memiliki kewenangan berbeda dalam
menjalankan kekeuasaan legeslatif serta Badan Pengawas Keuangan (BPK)

c) Kekuasaan Yudikatif

Kekuasaan yudikatif dalam UUD NKRI 1945 dijalankan oleh lembaga Mahkamah
Agung (MA) dan Mahkamah Kostitusi (MK) serta Komisi Yudisial (KY).
kenegaraan Korea Selatan dalam Korea (Republic of)'s Constitution of 1948
Struktur with Amendments through 1987

d) Kekuasaan Eksekutif

Lembaga Eksekutif di Korea Selatan dijalankan oleh seorang Presiden yang dipilih
berdasarkan hasil pemilihan umum untuk masa jabatan lima tahun dengan sekali masajabatan
dan setelahnya tidak dapat dipilih kembali dan dibantu oleh Perdana Menteri (PM) yang
ditunjuk oleh presiden dengan peretujuan The National AssemblyMajelis Nasioanal (MN).

Dalam menjalankan kekuasaan eksekutif tersebut Presiden sebagai kepala negara dan
perdana menteri sebagai kepala pemerintahan dan dibantu oleh State Council Dewan Negara

(DN).8
b) Kekuasaan Legislatif

Kekuasaan Legeslatif di korea selatan dipegang dan dijalankan oleh The National
Assembly Majelis Nasional, lembaga legeslatif di korea selatan ini menganut sistem satu
kamar hal ini dikaranakan hanya satu lembaga negara yang mempunyai kewenanang dalam
bidang legeslatif yaitu Majelis Nasional dengan masa jabatan empat tahun. Majelis Nasional
dipimpin oleh salah satu orang ketua dan dua orang wakil ketua yang dipilih para anggota
MN, anggota MN tidak boleh kurang dari 200 orang.

c) Kekuasaan Yudikatif

Kekuasaan yudikatif di korea selatan hampir sama dengan di Negara Indonesia, yakni
dipegang oleh dua lembaga the Supreme Court Mahkamah Agung (MA), dan The
Constitution Court Mahkamah Konstitusi (MK), yang keduanya memiliki kewenangan
berbeda dalam menjalankan fungsi yudikatif.

3. Berdasarkan Hak Asasi Manusia

Perbandingan Hak Asasi Manusia antara Indonesia dengan Korea selatan dapat dijabarkan
bahwa Indonesia sebagai negara demokratis melihat HAM tidak semata-mata bersifat
individual melainkan terkait dengan kewajiban sosial warga negara sehingga menurut
tafsiran hukum Indonesia, HAM tidak akan dapat dilaksanakan jika tidak disertai kewajiban
asasi. Penggunaan istilah HAM juga tidak ditemukan secara eksplisit dalam pembukaan,
batang tubuh maupun penjelasannya. Pada UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
hanya dicantumkan hak dan kewajiban warga negara. Pendapat itu didukung oleh Mahfud
MD, yaitu:9

“UUD NRI Tahun 1945 tidak berbicara apapun tentang HAM universal kecuali dua
hal yaitu sila keempat Pancasila yang meletakkan asas kemanusiaan yang adil dan beradab
dan Pasal 29 yang menderivasikan jaminan kemerdekaan tiap penduduk untuk memeluk
agama dan beribadah. Selebihnya UUD NRI Tahun 1945 hanya berbicara tentang hak warga
negara atau HAM partikularistik. Antara HAM dan Hak Warga Negara adalah suatu hal yang
berbeda, HAM mendasarkan diri pada paham secara kodrati manusia yang tidak bisa
dipindah sedangkan hak warga negara hanya diperoleh ketika seseorang memiliki status
sebagai warga negara. Hal ini memberi kesan bahwa Pembukaan dan batang tubuh UUD NRI
Tahun 1945 tidak memberikan perlindungan HAM tetapi lebih memiliki keinginan untuk
membatasi HAM, hanya mengenai sekadar hak warga negara yang itupun ditentukan dalam
UU yang dibuat oleh Lembaga legislatif”.

Dimasukannya ketentuan tentang HAM kedalam beberapa pasal UUD NRI Tahun
1945 setelah perubahan meskipun tidak terdapat istilah HAM pada bab-bab konstitusi apabila
dicermati rumusan HAM itu sebagai contoh terdapat dalam Pasal 28 UUD 1945 setelah
perubahan yang berbunyi “kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan ditetapkan dengan undang-undang” dari rumusan tersebut dapat
ditafsirkansecara tekstual bahwa HAM adalah suatu hak yang ditetapkan oleh undang-undang
dan tanpa hukum positif tidak ada HAM apabila penafsiran tekstual itu dianut maka HAM
dapat direduksi menjadi hak yang ditetapkan oleh UU.

Dimuatnya ketentuan tentang HAM secara terbatas dan dibatasi dengan UU mengakibatkan
terjadinya reduksi oleh pembuat UU sehingga warga negara seolah-olah mendapat sisa hak
yang diambil oleh pemerintah, bukan sebaliknya dan itu cenderung bersifat ambigu, maka
dari itu perlindungan terhadap HAM sering terjadi persoalan, dimana HAM secara pribadi
dilanggar dengan alasan yang paling dipentingkan terlebih dahulu adalah hak masyarakat
sebagai satu keesatuan yang berlindung dalam kata “kepentingan umum” sementara ukuran
kepentingan umum tidak pernah jelas seperti apa sehingga identik dengan kepentingan
pemerintah.

Korea Selatan juga merupakan suatu negara kesatuan dimana hak asasi manusia juga
diakui dan di lindungi oleh negara yang dalam penulisan ini akan dibagi menjadi hak sipil
dan hak politik serta hak ekonomi, hak sosial dan hak budaya yang telah dijamin pada
konstitusi Korea Selatan Tahun 1987, yaitu:

Hak sipil

Hak asasi

Hak privasi

Hak Politik

d) Hak untuk berunding

e) Hak kebebasan berpendapat

f) Hak pilih

Hak Ekonomi

Hak untuk memilih pekerjaan

c. Hak untuk bekerja

Hak Sosial

Hak untuk memiliki properti, hak Pendidikan, hak untuk hidup yang layak dan hak
atas kesehatan
Hak Budaya

4. Berdasarkan Proses Perubahan Konstitusi

Prosedur Perubahan Konstitusi sebagian besar negara konstitusi mencantumkan prosedur


perubahan konstitusi dan hanya sebagian kecil negara yang tidak mencantumkan prosedur
perubahan tersebut dalam konstitusinya. Obyek utama dari sebuah proses perubahan
konstitusi adalah konstitusi itu sendiri. Sehingga ketika berbicara terkait perubahan
konstitusi, perlu dipahami terlebih dahulu bentuk daripada konstitusi yang akan dirubah.
Hal ini bermaksud untuk mengetahui proses perubahan yang akan dilakukan terhadap
konstitusi itu sendiri.10

Bentuk konstitusi yang pada umumnya dipahami ialah konstitusi tertulis atau
konstitusi tidak tertulis. Namun menurut C.F. Strong, pembedaan konstitusi yang demikian
merupakan pembedaan yang keliru. Dasar pembagian yangsebenarnya dilihat dari bentuk
konstitusi itu sendiri adalah apakah konstitusi itufleksibel ataukah kaku. Seluruh dasar
pembedaan ini terletak pada apakah prosespembuatan-hukum konstitusional sama atau
tidak dengan proses pembuatan hukum biasa.

Konstitusi fleksibel merupakan sebuah konstitusi yang dapat diubah tanpamelalui


prosedur khusus. Pengujian konstitusi fleksibel berkisar pada persoalancara amandemen.
Jika cara pengesahan hukum konstitusional sama dengan carapengesahan undang-undang
biasa yang bukan termasuk karakter konstitusional,maka konstitusi tersebut fleksibel. Hal
ini sama saja dengan adanya kekuasaanyang tidak terbatas dari parlemen selaku pelaksana
kekuasaan legislatif.

Konstitusi kaku memerlukan prosedur khusus untuk melakukan perubahanatau amandemen.


Ciri utama konstitusi kaku justru karena adanya pembatasanterhadap kekuasaan lembaga
legislatif oleh sesuatu hal di luar kekuasaanlembaga itu. Dalam hal perubahan konstitusi,
metode utama untuk melakukanamandemen konstitusional terhadap konstitusi kaku ada
empat cara: pertama, amandemen yang dilaksanakan oleh lembaga legislatif menurut
batasan-batasanistimewa; kedua, amandemen yang dilaksanakan oleh rakyat melalui
referendum;ketiga, amandemen konstitusional khusus negara federal yang
perubahannyawajib disetujui oleh sebagian atau seluruh unit federasi; dan
keempat,amandemen yang dilakukan dengan konvensi-konvensi istimewa untuk tujuanitu.

Melakukan suatu peubahan konstitusi, pada dasarnya tidak hanya dilakukan


melalui suatu proses amandemen. K.C.Wheare mengatakan bahwaperubahan konstitusi sulit
untuk digambarkan atau dinilai, terutamakarenaiatidakstatis. Cara-cara perubahan konstitusi
dapat dilakukan melalui mekanismeproses amandemen formal, mekanisme proses
keputusan yudisial, dan melaluiterbentuknya adat dan kebiasaan.

Secara umum, proses amandemen dalam sebagian besar konstitusi


moderndimaksudkan untuk melindungi satu atau lebih dari empat tujuan berikut:pertama,
konstitusi hanya boleh diubah dengan pertimbangan yang matang, danbukan karena alasan
sederhana atau secara serampangan; kedua, rakyat mestidiberi kesempatan mengemukakan
pendapat mereka sebelum dilakukanperubahan; ketiga, dalam sistem federal, kekuasaan
unit-unit dan pemerintahpusat tidak bisa diubah oleh satu pihak; keempat, hak individu atau
masyarakat misalnya, hak minoritas bahasa, agama, atau kebudayaan – mesti dilindungi.
Dalam sebagian konstitusi, hanya satu dari pertimbangan diatas yangdiperhatikan; dalam

konstitusi lain dua atau tiga bahkan keempatnya diperhatikan. Bisa jadi ada beberapa
konstitusi yang “kaku” yang proses amandemennya tidak bisa dijelaskan secara substansial
oleh satu atau lebih darikeempat pertimbangan diatas.

1) Prosedur Perubahan Konstitusi Negara Indonesia

Perubahan konstitusi di Indonesia diatur dalam Pasal 37 UUD NKRI Tahun 1945.
Dalam pasal tersebut dijelaskan terkait pihak yang diberi kewenangan, aturan dalam
melakukan perubahan, serta larangan dalam proses perubahan. Jika dikaitkan dengan cara
perubahannya maka UUD NKRI Tahun1945 dapat dimasukan sebagai undang-undang
dasar yang kaku, sebab untuk mengubahnya tidak dapat dilakukan dengan cara perubahan
undang-undang biasa. Hal ini di karenakan bahwa usulan perubahan Undang-Undang Dasar
dalam proses sidang yang diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari anggota Majelis
Permusyawaran Rakyat. Selain perubahan untuk mengubah Undang-Undang Dasar, harus
dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Sedangkan untuk mengubah Undang-Undang Dasar dilakukan dengan persetujuan dari
sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota Majelis
Permusyawatan Rakyat.

e. Prosedur Perubahan Konstitusi Negara Republik Korea Selatan

Perubahan atas konstitusi Korea Selatan yang terdapat dalam Pasal 128, Pasal 129,

dan Pasal 130, berbunyi bahwa perubahan konstitusi, dalam proses mengamendemenkan
konstitusi mayoritas dari anggota Majelis Nasional atau Presiden mengajukan usulan
amandemen terhadap konstitusi sebelum dihadapkan ke publik oleh Presiden selama dua
puluh hari atau lebih. Majelis Nasional dalam memutuskan amandemen yang sudah
diajukan dalam waktu enam puluh hari setelah pengumuman publik, dan Majelis Nasional
membutuhkan waktu untuk mendapatkan suara serentak dari dua pertiga atau lebih dari
anggota Majelis Nasional.

Setelah amandemen diusulkan untuk konstitusi harus menyerahkan kepada


refendum nasional selambat-lambatnya tiga puluh hari setelahnya akan ditentukan oleh
lebih dari setengah semua suara yang diberikan oleh lebih dari setengah pemilih berhak
untuk memilih dalam pemilihan anggota Majelis Nasional. Ketika amandemen yang di
udsulkan ke konstitusi menerima persetujuan yang ditentukan dalam ayat (2), amandemen
konstitusi harus meneyelesaikan, dan Presiden harus mengumumkan tanpa penundaan.

F. PERBANDINGAN KONSTITUSI INDONESIA DENGAN JEPANG

-Sistem tata negara Jepang menurut UUD 1947.

UUD 1947 mengatur tiga kekuasaan tertinggi, yaitu, kekuasaan eksekutif dipegang oleh
kabinet (naikaku), kekuasaan legislatif dipegan oleh parlement (Diet, Kokkai) dan
kekuasaan kehakiman dipegang oleh MA (Saikou-Saibansho). Ketiga kekuasaan ini
adalah serata di depan UUD, salah satu bukti keserataan ini adalah gaji, yaitu gajinya
perdana menteri, ketua Diet dan ketua MA sama.(Gaji menteri-menteri, wakil ketua
Diet dan hakim agung juga sama.)

Hubungan tiga kekuasaan tertinggi adalah hubungan check and balance.

1 Pembagian kekuasaan (cek dan balance)


A. Hubungan antara eksekutif dan legislatif
Perdana menteri bisa membubarkan kamar bawah. (pasal 7(3)).
Kamar bawah bisa mengecam kabinet (motion of nonconfidence) (pasal 69)

Diet mempunyai hak interogasi terhadap administrasi (pasal 62)

B. Hubungan antara kehakiman dan legislatif


Pengadilan mempunyai hak uji konstitutionel terhadap UU dan peraturan-praturan (pasal
81).
Diet mengadakan pengadilan impeachiment terhadap hakim (pasal 64).
Diet menetap UU dan, tentu, peradilan terikat UU.

-. Hubungan antara eksekutif dan kehakiman


Kabinet menunjuk ketua MA dan hakim agung.(pasal 6 dan 79)
Kabinet menunjuk hakim bawah dari daftar calon hakim dipersiap oleh
MA. (pasal 80) Pengadilan mempunyai jurisdiksi terhadap kasus (gugatan)
administrasi

-Pemerintahan Daerah
Baik Kepala daerah (governer provinsi dan wali kota) dipilih, maupun parliament
daerah dipilih oleh pemilihan warga setempat (pasal 93). Maka hubungan kepala daerah
dan perliament daerah mirip dengan hubungan presiden dan congress di AS. Ada juga
sistem recall (warga boleh mengajukan motif referendum untuk menyingkir baik kepala
maupun parliament daerah). Pembagian kekuasaan dan pengawasan terhadap kekuasaan
lebih nyata di pemerintahan daerah. Maka, pemerintahan daerah Jepang sering diacu
sebagai "skolah demokrasi".
DAFTAR PUSTAKA
Effendi Suryani & Kaswan, Pancasila dan Ketahanan Jati Diri Bangsa, Bandung: PT
Refika Aditama, 2015.Kaelan, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Pergerian Tinggi ,
Yogyakarta:Paradigma, 2016.Lubis Maulana Arafat, Pembelajaran PPKn di SD/MI, Medan:
AKASHASAKTI, 2018.Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan
Kuliah diPerguruan Tinggi, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2007.

Anda mungkin juga menyukai