Anda di halaman 1dari 4

Stabilisasi Politik Pemerintahan Orde Baru

Stabilisasi politik adalah gagasan lembaga pemerintah dipemerintah


lokal, negara bagian atau federal yang memiliki kontrol terhadap hal hal
menyimpang hingga tampak menjadi stabil dan berjalan lancar. Dan orde baru
sendiri adalah masa sebelum revormasi namun sesudah orde lama atau orde
revolusi (1966 – 1998). Jadi dapat didisimpulkan bahwa stabilisasi politik
pemerintahan orde baru adalah penstabilan hal hal yang menyimpang dalam
lembaga pemerintahan lokal,negara bagian,atau federal pada masa orde baru.

Dalam melaksanakan rehabilitas dan stabilisaia politik keamanan,


pemerintah orde baru dibawah pimpinan soeharto menggunakan suatu
pendekataan yang dikenal sebagi pendekatan keamanan(security
approach),termasuk di dalamnya de-soekarnoisasi(kebijakan yang diambil oleh
pemerintah orde baru dibawah jendral soeharto untuk memperkecil peranan
dan kehadiran soekarno dalam sejarah dari ingatan bangsa Indonesia serta
menghilangkan pengkultusan dirinya) dan depolitisasi kekuatan kekuatan
organisasi sosial politik (orsospol) yang dinilai akan merong-rong kewibawaan
pemerintah.

Ada 4 hal yang dilakukan dalam rangka stabisilisasi politik orde baru,yaitu;

1. Penyederhanaa parpol
2. Pemilihan umum
3. Penataran P4
4. Dwi fungsi ABRI

1.Penyederhnaan partai politik

Pada akhir tahun 1971, pemerintah Orde baru melemparkan gagasan


penyederhanaan partai politik. Banyaknya partai dianggap tidak memudahkan
pembangunan,justru sebaliknya menambah permasalahan. Penyebabnya bukan
saja karena persaingan antar parpol,melainkan juga persaingan didalam tubuh
parpol antara para pemimpinnya yang Tidak Jarang memcu timbulnya krisi,yang
diniai bisa mengganggu stabilitas politik keamanan. Realisasi penyederhanaan
partai tersebut dilaksanakan melalui Sidang Umum MPR tahin 1973,sehingga
terbentuklah 3 partai politik,yaitu;

a. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)


Gabungan darI Nahdatul Ulama / NU,Parmusi,Partai Serikat Islam
Indonesia/PSII, dan perti
b. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)
Gabungan PNI,Partai Kristen Indonesia (Parkindo),Partai Katolik,Partai
Murba,dan IPKI.
c. Golkar

2. Pemilihan Umum

Berdasarkan Tap MPRS No IX/MPRS/1966.pemerintah diharapkan segera


melakukan pemilu pada tahun 1968. Namun karena berbagai pertimbangan
politik dan keamanan,pemilu baru dapat diselenggarakan pada 1971. Jumlah
partai politik (parpol) peserta pemilu adalah 9
parpol,yaitu;NU,Parmusi,PSII,Perti(Persatuan Tabiyah Ialamiyah),Partai Kristen
Indonesia,Partai Katolik,Partai Musyawarah Rakyat Banyak(Murba),dan Ikatan
Pendukung Kemerdekaan Indonnesia (PKI) ditambah dengan Golkar. Adapun
prolehan suara hasil pemilu 1971 adalah sebagai berikut;Golkar (236
kursi,62,82%),NU(58 kursi,18,68%),Parmusi (24kursi,(5,56%)),PNI(20
kursi,6,93%),PSII(10 kursi,2,39%),dan Parkindo(10 kursi,2,39%).

Pemerintahan orde baru berhasil melaksanakan pemilihan umum sebanyak


6kali yang diselenggarakan setiap 5 tahun sekali,yaitu: tahun
1971,1977,1982,1987,1992,1997. Semua pemilu yang dilakukan pada masa orde
baru dimenangkan oleh GolKar. Hal itu disebabkan olrh pengerahan kekuatan
kekuatan penyokong Orde Baru untuk mendukung Golkar. Kekuatan kekuatan
penyokong Golkar adalah Aparat Pemerintahan atau Pegawai Negeri Sipil dan
Angkatan Bersenjata Indonesia (ABRI).

2. Penataran P4 (Pedoman,Penghayatan,Pengamalan,Pancasila)

Depolitisaai parpol dan ormas juga dilakukan oleh pemerintahan orde baru
melalui cara penyeragaman ideologis melalui ideologi pancasila. Gagasan ini
disampaikan oleh Presiden Soeharto pada acara Hari Ulang Tahun ke 25
Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta,19 Desember 1974. Kemudian dalam
pidatonya menjelang pembukaan Kongres Nasional Pramuka pada 12 Agustus
1976 di Jakarta. Presiden Soeharto mengajykan nama Eka Prasetia Pancakarsa
dengan maksud menegaskan bahwa penyusuna Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (P4) dipandnang sebagai janji yang teguh, kuat, konsisten,
dan tulus untuk mewujudkan lima cita – cita. Pada 21 Maret 1978 rancangan P4
disahkan menjadi TAP MPR No.II/MPR/1978. Setelah disahkan MPR, pemerintah
membentuk komisi Penasehat Presiden mengenai P4 yang dipimpin oleh Dr.
Reoslan Abdugani. Sebagai badan pelaksananya dibentuk Badan Pembinaan
Pendidikan Pelaksanaan P4 (BP7) yang berkedudukan di Jakarta.

Tujuan penataran P4 adalah membemtuk pemahaman yang sama mengenai


Demokras Pancasila, sehingga dengan pemahaman yang sama diharapkan
persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk dan terpelihara. Melalui
penegasan tersebut maka opini rakyat akan mengarah pad dukungan yang kuat
terhadap pemerintah Orde Baru. Penataran P4 merupakan suatu bentuk
indoktrinasi ideology sehingga pancasila menjadi bagian dari sistem
kepribadian,sistem budaya dan sistemsosial masyarakat Indonesia.

Pegawai negeri (termasuk pegawai BUMN), baik sipil maupun militer


diharuskan mengikuti penataran P4. Kemudian para pelajar, mulai dari sekolah
menengah sampai perguruan tinggi,juga diharuskan mengikuti penataran P4
yang dilakukan pada setiap awal tahun ajaran atau tahun akademik.

Selanjutnya organisasi sosial politik diseragamkan dalam arti harus meu


menerima Pancasila sebagai satu satunya asas partai dan organisasi, yang dikenal
dengan sebutan “asas tunggal”. Melalui siding MPR, asas tunggal akhirnya
diterimamenjadi ketetapan MPR yaitu TAP MPR No.2/1983. Kemudian pada 19
januari 1985, pemerintah dengan persetujuan MPR mengeluarkan undang
undang nomor 3/1985 yang menetapkan bahwa partai partai politik dan Golkar
harus menerima Pancasila sebagai asas tunggal. Pada tanggal 17 juni 1985
pemerintah mengeluarkan undang undang No. 8/1985 tentang Ormas, yang
menetapkan bahwa seluruh organisasi sosial atau masa harus mencantumkan
Pancasila sebagai asas tunggal.

5.Penerapan Dwi Fungsi ABRI

Dwifungsu ABRI diartikan bahwa ABRI memiliki dua fungsi,yaitu fungsi


sebagai pusat kekuatan militer dan fungsinnya dibidang politik. Dalam
pelaksanaannya pada era Soeharto, fungsi utama ABRI sebagaikekuatan militer
Indonesia memang tidak dapat diesampingkan, namun pada era ini, peran ABRI
dalam bidang politik terlihat lebih signifikan seiring dengan diangkatnya Presiden
Soeharto oleh MPRS pada tehum 1968.

Dwifungsi ABRI ini salah satunya adalah dengan ditempatkannya militer di


DPR, MPR, maupun DPD tingkat provinsi dan kabupaten. Selain itu, para ABRI
juga menempati posisi formal dan informal diseluruh daerah dari mulai Jakarta
sampai ke daerah daerah terpencil, slah satunya dengan gerakan AMD (ABRI
Masuk Desa ).
Pada masa Orde Baru, pelaksanaan negara banyak didominasi ABRI.

a. Banyaknya jabatan pemerintahan mulai dari


eksekutif,legislatif,Menteri,bahkan Duta Besar diisi oleh anggota ABRI
yang “dikaryakan”
b. Selain dilakukannya pembentukan Frakksi ABRI di parlemen
c. ABRI melalui berbagai yayasan yang dibentuk diperkenankan mempunyai
dan menjalankan berbagi bidang usaha dan lain sebagainya.

PENUTUP AGNES .

Anda mungkin juga menyukai