Anda di halaman 1dari 5

BIOGRAFI AGUS DJAYA

Kelahiran dan Pendidikan Agus Djaya


Agus Djaya lahir pada 1 April 1913 di Pandeglang, Banten dengan nama asli
Raden Agoes Djajasoeminta, lahir dari keluarga bangsawan asal banten. Dalam kakak-
beradik, dia tidak sendiri, adiknya Otto Djaya juga meneruskan kepiawaiannya dalam
dunia seni rupa.
Di masa pendidikan, beberapa sekolah yang pernah ditempuhnya antara lain
adalah :
1. Hollandsch-Inlandsche School (1926)
2. Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (1930)
3. Sekolah Menangah Pertanian (tidak tamat)
4. Hollandsche Indische Kweekschool (1934)
5. Akademi Seni Rupa Amsterdam Belanda
Versi berbeda ditampilkan oleh Wikipedia mengenai perjalanan pendidikan Agus
Djaya, adalah seperti dibawah ini :
1. Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (1923)
2. Middelbare Landbouw School, Bogor (1923-1924)
3. H.I.K. Lembang, Bandung (1927).
Selama melalang buana di benua Eropa, Agus Djaya telah berkenalan dan
bertemu banyak seniman kenamaan dunia, sebut saja seperti Pablo Picasso, Salvador Dali
dan pematung asal Polandia bernama Ossip Zadkine.
Dalam kurun waktu antara 1947 – 1949, Agus Djaya mengikuti kuliah di Rijks
Academie Beeldende Kunsten di Amsterdam dan belajar jurnalistik di Fakultas Jurnalistik,
Universiteit Amsterdam.
Setelah mendapatkan segudang pengalaman dan pelajaran berharga dari luar
negeri, Agus Djaya memutuskan kembali ke Indonesia. Disinilah karir dan karyanya mulai
dikenal luas, serta menjadikannya sebagai salah satu Pelukis terbaik di Indonesia masa itu.
Perjalanannya untuk mendapatkan pengakuan dan predikat tersebut tidaklah
mudah, banyak rintangan maupun hadangan yang dialami dan dilalui. Informasi
selengkapnya saya ulas pada poin di bawah ini.

Perjalanan Karir Agus Djaya


Setelah berada di Indonesia, tepatnya pada tahun 1937 hingga 1942, Agus Djaya
mendirikan sebuah organisasi seni yang berbama PERSAGI (Persatu Alhi Gambar
Indonesia) sekaligus sebagai ketua, yang digadang-gadang merupakan kelompok seniman
yang pertama di Indonesia.
Pada tahun 1942-1945, Agus Djaya dipercaya oleh Presiden Indonesia Ir.
Soekarno sebagai ketua pusat menjadi Ketua Pusat Kebudayaan Bagian Senirupa. Di
masa-masa revolusi kemerdekaan, ia aktif sebagai Kolonel Intel dan F.P (Persiapan
Lapangan).
Setelah kemerdekaan, Belanda belum mengakui kedaulatan NKRI yang baru saja
terbentuk. Agus Djaya diutus ke Belanda selama lebih 4 tahun sebagai Cultural
Diplomacy, untuk melakukan serangkaian pendekatan agar Belanda bisa secepatnya
mengakui Kedaulatan Indonesia.

Kehidupan Agus Djaya pasca Kedaulatan NKRI


Ketika kedaulatan telah diakui, atau pada tahun 1950, Agus Djaya kembali ke
tanah air dan membuka beberapa jenis usaha, salah satunya adalah mendirikan Art Shop
dan Galeri di Jakarta.
Pada tahun 1960-an, beberapa lukisan berhasil ia cetak di Jepang, dan sebagian
besar menjadi koleksi buku lukisan milik Ir. Soekarno. Bulan April 1976, beliau
mengadakan pameran tunggal di Taman Ismail Marzuki, Jakarta dengan memasang lebih
dari 70 karya lukisan.
Selain di dalam negeri, pameran yang pernah diadakan di luar negeri antara lain
di Stedelijk Museum Amsterdam, Galerie Barbison Paris, Grand Prix des Beaux Art
Monaco, Biennale Sao Paolo Brazil, International Art Gallery Sydney dan lainnya.
Agus Djaya merupakan seorang seniman pelukis yang punya ciri khas unik dan
berbeda dengan yang kain. Pada salah satu karyanya, diyakini terdapat pancaran magis
dari warna biru dan merah, terlebih pada kebanyakan lukisan wanita menari, yang
menggambarkan kedekatan manusia dengan alam.
Selain melukis, beliau juga sangat dekat dan punya minat tinggi terhadap dunia
wayang. Di dalamnya, apabila Agus mengerjakan objek wayang, terasa ada kekayaan yang
tersimpan, dan beraliran khusus tersendiri.
Sebuah lukisan yang berjudul “Kuda Kepang (1975)”, dengan komposisi cat air,
50 x 68 cm serta memiliki warna meriah dan humor yang membersit, beliau amat terampil
dalam menangkap segi-segi lucu kehidupan.

Masa Tua dan Wafatnya Agus Djaya


Setelah tahun 1955, sebenarnya Agus Djaya telah pindah dan menetap di Pulau
Bali bersama istrinya, dia mendirikan studio seni di pantai Kuta. Tahun 1994, beliau
menerima penghargaan atau Hadiah Seni dari Pemerintah RI, sebelum akhirnya wafat
1994 di Jakarta.

Penghargaan yang diperoleh Agus Djaya


Rentang tahun 1946 – 1993, sudah bangak piagan penghargaan atau sertifikat
yang telah diraihnya. Saya tidak akan menuliskan semuanya karena jumlahnya sangat
banyak, ini hanya sebagian, antara lain adalah :
1. Soerat Angkatan bertandatangan Mr. Amir Sjarifoedin, engangkat Agoes Djaya
sebagai kolonel (6-7-1946).
2. Soerat Perintah bantuan untuk Kolonel Agoes Djaya untuk Persiapan Moesioem
Kesenian Nasional, bertandatangan Presiden Soekarno (13-7-1946).
3. Perwakilan Surat Kabar Merdeka di Batavia, bertandatangan Dr. G.W. Fris (3-7-
1947).
4. Komite penilai lukisan oleh Pemerintah Amsterdam, bertandatangan Mr. A.de
Roos.
5. Surat Tanda Kehormatan Presiden Republik Indonesia untuk R. Agoes Djaya
sebagai Intelligence Service, dan dianugerahi Medali Sewindu Angkatan Perang
Republik Indonesia (6-7-1954).
6. Penghargaan Satyalantjana Peristiwa aksi militer kesatu dari Menteri Pertahanan
Republik Indonesia untuk R. Agoes Djaya, bertandatangan Djuanda (17-8-1958).
7. Penghargaan Satyalantjana Peristiwa Perang Kemerdekaan Kedua dari Menteri
Pertahanan Republik Indonesia untuk R. Agoes Djaya, bertandatangan Djuanda
(17-8-1958).
8. Penghargaan Satyalantjana Gerakan Operasi Militer I dari Menteri Pertahanan
Republik Indonesia untuk R. Agoes Djaya, bertandatangan Djuanda (29-1-1959)
9. Piagam Hadiah Seni kepada Agus Djaya sebagai penghargaan pemerintah atas
prestasinya yang luar biasa dalam bidang Seni Rupa Kontemporer, bertandatangan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro (12-6-
1993).

Lukisan Karya Agus Djaya


Dari penjelasan lengkap mengenai Biografi Agus Djaya diatas, tentunya anda
penasaran mengenai seperti apa sih karya-karya lukisan beliau? Nah, dibawah ini anda bisa
melihat beberapa contoh karya lukisan Agus Djaya yang terkenal dan fenomenal :

Karya agus djaya

lukisan agus djaya 1


Wiwaha, 1965

Dancers, 1953

Anda mungkin juga menyukai