Biografi Agus Djaya – Hai SeniLovers, pada kesempatan kali ini, admin akan
bercerita tentang salah satu biografi pelukis terkenal di Indonesia, yang karyanya
sudah mendunia hingga kini, yakni Biografi singkat Agus Djaya.
Artikel ini saya tulis karena terinspirasi dari salah satu Karya Lukisan Agus Djaya
yang baru saja saya lihat di Facebook, kemudian saya langsung browsing
mengenai beliau, akhirnya spontan tertarik untuk mengulas Biografi lengkap
Agus Djaya disini.
Selama melalang buana di benua Eropa, Agus Djaya telah berkenalan dan
bertemu banyak seniman kenamaan dunia, sebut saja seperti Pablo Picasso,
Salvador Dali dan pematung asal Polandia bernama Ossip Zadkine.
Dalam kurun waktu antara 1947 – 1949, Agus Djaya mengikuti kuliah di Rijks
Academie Beeldende Kunsten di Amsterdam dan belajar jurnalistik di Fakultas
Jurnalistik, Universiteit Amsterdam.
Pada tahun 1942-1945, Agus Djaya dipercaya oleh Presiden Indonesia Ir.
Soekarno sebagai ketua pusat menjadi Ketua Pusat Kebudayaan Bagian Senirupa.
Di masa-masa revolusi kemerdekaan, ia aktif sebagai Kolonel Intel dan F.P
(Persiapan Lapangan).
Setelah kemerdekaan, Belanda belum mengakui kedaulatan NKRI yang baru saja
terbentuk. Agus Djaya diutus ke Belanda selama lebih 4 tahun sebagai Cultural
Diplomacy, untuk melakukan serangkaian pendekatan agar Belanda bisa
secepatnya mengakui Kedaulatan Indonesia.
Pada tahun 1960-an, beberapa lukisan berhasil ia cetak di Jepang, dan sebagian
besar menjadi koleksi buku lukisan milik Ir. Soekarno. Bulan April 1976, beliau
mengadakan pameran tunggal di Taman Ismail Marzuki, Jakarta dengan
memasang lebih dari 70 karya lukisan.
Selain di dalam negeri, pameran yang pernah diadakan di luar negeri antara lain
di Stedelijk Museum Amsterdam, Galerie Barbison Paris, Grand Prix des Beaux
Art Monaco, Biennale Sao Paolo Brazil, International Art Gallery Sydney dan
lainnya.
Agus Djaya merupakan seorang seniman pelukis yang punya ciri khas unik dan
berbeda dengan yang kain. Pada salah satu karyanya, diyakini terdapat pancaran
magis dari warna biru dan merah, terlebih pada kebanyakan lukisan wanita
menari, yang menggambarkan kedekatan manusia dengan alam.
Selain melukis, beliau juga sangat dekat dan punya minat tinggi terhadap dunia
wayang. Di dalamnya, apabila Agus mengerjakan objek wayang, terasa ada
kekayaan yang tersimpan, dan beraliran khusus tersendiri.
Sebuah lukisan yang berjudul “Kuda Kepang (1975)”, dengan komposisi cat air,
50 x 68 cm serta memiliki warna meriah dan humor yang membersit, beliau
amat terampil dalam menangkap segi-segi lucu kehidupan.
Masa Tua dan Wafatnya Agus Djaya
Setelah tahun 1955, sebenarnya Agus Djaya telah pindah dan menetap di Pulau
Bali bersama istrinya, dia mendirikan studio seni di pantai Kuta. Tahun 1994,
beliau menerima penghargaan atau Hadiah Seni dari Pemerintah RI, sebelum
akhirnya wafat 1994 di Jakarta.
Wiwaha, 1965
Lukisan 3
Dancers, 1953
Lukisan 4
Penari, 1971
Lukisan 7
Penutup
Dengan adanya ulasan inspiratif ini, semoga kita sebagai generasi penerus bisa
menghargai dan melestarikan karya-karya mereka, yang telah berjasa dalam
mengembangkan dan menghidupkan Dunia seni di tanah air
KLIPING KARYA SENI