Anggota :
1. Muhammad Yunus
2. Moh. Helmi
3. Nuril Abror
4. Faidan Nibali
PETA NEGARA YUGOSLAVIA
KONFLIK YUGOSLAVIA
1963 Pada tanggal 7 April, Republik Rakyat Federal Yugoslavia berganti nama menjadi Republik Federal
Sosialis Yugoslavia dan Josep Broz Tito diangkat menjadi presiden seumur hidup.
1980 Tito meninggal, pemerintah pusat kehilangan kewibawaan, perbedaan antaretnis mulai nampak, terutama
ketika pada akhir tahun 1980an terjadi krisis ekonomi. Setelah itu, terpilihnya Presiden Slobodan tidak
dapat menanggulangi dengan baik isu perbedaan rasial yang mencuat dan menyebabkan terjadi
ketegangan.
1990 April pemilu di negara-negara bagian. Di Slovenia dan Kroasia, daerah terkaya, partai pro kemerdekaan
menang. Di Serbia dan Montenegro, partai komunis menang.
1992 Penduduk Muslim dan Kroasia di Bosnia -Herzegovina memilih untuk merdeka dan mendeklarasikan
negara Bosnia-Herzegovina. Penduduk Serbia Bosnia menolak hasil tersebut dan berusaha membentuk
negara terpisah dengan bantuan Tentara Federal, yaitu Republik Serbia Bosnia dan Herzegovina yang
kemudian menjadi Republik Srpska.
1995
Perjanjian Dayton mengakhiri perang di Bosnia-Herzegovina. Perjanjian damai tersebut ditandatangani di Paris, Perancis.
Dengan pembagian wilayah di Bosnia-Herzegovina sesuai garis daerah 3 etnis.
1999 Pecah pemberontakan orang Albania di Kosovo. Pemberontakan orang Albania meluas ke Macedonia, yang sebelumnya
dengan tangan terbuka menerima pengungsi Albania dari Kosovo.
2000 Pada bulan Oktober, Milosevic mundur setelah Vojislav Kostunica menang pemilu.
2002 Pada bula Maret, pemerintah Serbia dan Montenegro sepakat untuk membuat uni yang lebih bebas.
2003 Pada tanggal 4 Februari, Republik Federal Yugoslavia dibentuk ulang sehingga menjadi Uni Negara Serbia dan Montenegro.
Dengan ini, berakhirlah perjalanan panjang negara Yugoslavia.
DAMPAK
PBB menyerukan kepada Serbia agar menarik tentaranya dari Bosnia dan menjatuhkan
sanksi. Di samping itu, PBB mengirimkan utusan khususnya, Yasuki Akasi, ke bekas negara
Yugoslavia sebagai mediator guna mencari jalan keluar untuk mengakhiri konflik.
Negara-Negara Kelompok G-7 dalam pertemuannya di Texas, Amerika Serikat menyerukan
penghentian aksi militer terhadap Kroasia dan mengutuk tindakan biadab Serbia.
NATO mengirimkan tentaranya ke bekas negara Yugoslavia dengan tugas melindungi warga
Bosnia dan menciptakan wilayah damai, bebas dari peperangan. Tentara NATO juga
melakukan serangan udara ke pihak Serbia yang tidak menaati seruannya.
Indonesia, Presiden Soeharto sebagai Ketua Gerakan Nonblok menyampaikan beberapa
usulan, seperti konflik hendaknya diselesaikan melalui :
a. perundingan pihak-pihak yang bertikai secara langsung;
b. masalah di bekas Yugoslavia hendaknya dilihat secara menyeluruh dan integral;
c. menyelenggarakan konferensi internasional yang dihadiri pihak-pihak yang bersengketa dan
Dewan Keamanan PBB.
Indonesia juga mengirimkan pasukan perdamaian dengan mengirim 25 orang perwira ABRI
dengan nama Kontingen Garuda XIV yang tergabung dalam UNPROFOR (United Nations
Protection Forces). Kontingen Garuda XIV dipimpin oleh Letkol. Infantri Edi Budianto.
BERAKHIRNYA KONFLIK
Pihak pihak yang terkait dalam Perang Bosnia akhirnya setuju untuk berdamai
pada 21 November 1995. Perundingan persetujuan perdamaian berlangsung di Dayton, Ohio,
Amerika Serikat, dan pada akhirnya disepakati oleh pemimpin ketiga negara, yakni pemimpin
Bosnia Alija Izetbegovic, pemimpin Kroasia Franjo Tudjamn, dan pemimpin bekas Yugoslavia
(Serbia) Slobodan Milosevic.