Anda di halaman 1dari 3

Yugoslavia Negeri Multirasial yang Tinggal Kenangan

Oleh: Raissa Aulia (XII IPS 3)

Berakhirnya Perang Dunia Kedua, melahirkan sosok figur baru bagi Yugoslavia, yaitu
Josip Broz Tito. Atas kepemimpinanya, Yugoslavia terbagi menjadi enam negara bagian
yang terdiri dari: Kroasia, Slovenia, Bosnia-Herzegovina, Monetenegero, Makedonia, dan
Serbia. Khawatir akan kuatnya dominasi kelompok Serbia, Kosovo dan Vojvodina dijadikan
sebagai dua daerah otonomi di dalam Rebuplik Sosialis Serbia.1 Meski terdiri dari enam
negara bagian, Yugoslavia dapat bersatu dibawah tangan kuat Tito.

Tidak seperti negara komunis lainya, Tito memilih jalan tersendiri dengan dikenalnya
istilah ‘Titoisme’. Atas hal tersebut, Tito menolak dominasi komunis dari Uni Soviet. Tito
memberikan kebebasan yang lebih besar kepada warganya, seperti, diperbolehkanya warga
Yugoslavia untuk bekerja atau bepergian ke wilayah Barat. Bahkan, standar hidup warga
Yugoslavia terbilang jauh lebih tinggi daripada negara sosialis lainya. Kesuksesan Tito dalam
kepemimpinanya menjadikan Yugoslavia sebagai negara komunis yang berhasil pada
masanya.

Disela-sela keberhasilanya, Yugoslavia harus menghadapi konflik yang terjadi pada


tahun 1970-an. Konflik dimulai dengan dilakukanya demonstrasi oleh mahasiswa dan
intelektual Kroasia di Zagreb. Mereka memprotes akan penindasan nasionalisme terhadap
Kroasia oleh Serbia, serta, adanya keinginan untuk mendapatkan otonomi yang lebih besar.
Konflik tersebut berhasil diselesaikan, namun rasa khawatir muncul dalam benak Tito, bahwa
konflik serupa dapat terulang kembali. Keberhasilan Tito dalam kepemimpinanya menuai
pujian, ia dinobatkan sebagai presiden seumur hidup, hingga 4 Mei 1980, Tito harus
menghembuskan nafas terakhirnya2. Lalu, bagaimana keadaan Yugoslavia tatkala hilangnya
sosok figur Tito? Kepergian Tito menghadirkan sosok baru, yaitu Slobodan Milosevic.
Lantas, mengapa Yugoslavia dibawah kendali Milosevic berujung dengan kekacauan
antaretnis ?

Sepeninggal Tito, Yugoslavia seakan-akan kehilangan arah. Kondisi ekonomi


Yugoslavia yang terus memburuk membuat pemerintah kewalahan dalam mengatasinya.

1
https://en.wikipedia.org/wiki/Yugoslavia#SFR_Yugoslavia diakses tanggal 18 Oktober 2018
2
https://www.globalsecurity.org/military/world/war/yugo-hist2.htm diakses tanggal: 28 September 2018
Banyaknya jumlah hutang yang ada tidak sanggup dilunasi, wajar apabila jumlah
pengangguran meningkat. Disisi lain, partai komunis dengan sistem kolektifnya dikatakan
gagal dalam menangani segala permasalahan yang ada, sehingga pemerintah dipandang
sebelah mata oleh rakyat. Tidak hanya dalam bidang ekonomi dan politik saja, ideologi juga
menjadi permasalahan bagi Yugoslavia. Kalahnya Blok Timur yang berhaluan komunis,
memberi dampak langsung kepada negara penganutnya. Melemahnya komunis
menumbuhkan rasa nasionalisme dan libelarisme antarnegara bagian yang memunculkan
hasrat untuk merdeka.

Ditengah berkecamuknya permasalahan, hadir sosok baru yang berasal dari Serbia
yaitu, Slobodan Milosevic. Namun, hadirnya Milosevic merugikan etnis selain Serbia.
Tampak jelas bahwa Milosevic berusaha menggantikan nasionalisme Yugoslavia yang
semula didasarkan atas prinsip ‘brotherhood and unity’ menjadi nasionalisme yang hanya
didasarkan atas persamaan etnis, yaitu etnis Serbia. Mustahil bagi Yugoslavia dengan
keragaman etnisnya hanya didominasi oleh satu etnis saja. Sehingga rasa khawatir muncul
dari Slovenia dan Kroasia akan terciptanya ‘Serbia Raya’ ketimbang terjalinya koalisi
antarnegara bagian. Untuk menghindari hal tersebut, Tahun 1990, Slovenia dan Kroasia
mengadakan referendum dan berhasil keluar sebagai negara yang merdeka3.

Kemerdekaan diikuti oleh negara bagian lainya. Tetapi, tidak satupun kemerdekaan
berjalan dengan baik. Milosevic menentang keras disintegrasi tiap negara bagian. Dengan
sigap Milosevic mengirimkan pasukanya ke negara yang menyatakan kemerdekaan.
Nyatanya, upaya Milosevic semakin menimbulkan kesenjangan antaretnis yang ada. Nampak
halnya pada pertempuran yang terjadi di Slovenia, Akan tetapi, Slovenia berhasil
mempertahankan kemerdekaanya. Diperkirakan, pasukan Yugoslavia lebih ingin
memfokuskan operasi militer di Kroasia dan Bosnia-Herzegovina ketimbang di Slovenia,
karena lebih banyaknya etnis Serbia di kedua wilayah tersebut. Kemerdekaan diikuti pula
oleh Makedonia. Namun, kemerdekaan Makedonia tidak begitu dihiraukan, karena
Makedonia dianggap sebagai negara termiskin dalam Yugoslavia, serta tidak banyak
penduduk beretnis Serbia yang berada di Makedonia.

Ketegangan antaretnis semakin memuncak di Bosnia-Herzegovina yang penduduknya


multirasional. Diproklamasikanya kemerdekaan menuai penolakan dari penduduk yang
mayoritas beretnis Serbia. Tidak hanya diam, Milosevic dengan jiwa nasionalisme nya
3
https://en.wikipedia.org/wiki/Breakup_of_Yugoslavia#Independence_of_Slovenia_and_Croatia diakses
tanggal: 3 Oktober 2018
terhadap Serbia, segera memusatkan seluruh kekuatan militernya di negara bagian tersebut
untuk mendukung etnis Serbia. Perang antaretnis di Bosnia-Herzegovina lebih dikenal
dengan sebutan ‘pembersihan etnis’, yang dimaksudkan untuk membasmi penduduk Muslim
Bosnia. Aksi tersebut berujung menjadi Genosida terburuk di dunia dan merenggut banyak
jiwa yang tak bersalah. Mendapat perhatian dari dunia internasional, Mei 1992, PBB
memberlakukan sanski embargo total terhadap Serbia.4 Namun, dampak tersebut tidak hanya
meresahkan Serbia, melainkan seluruh negara bagian. Konflik antaretnis kian berlanjut
hingga diserahkanya Milosevic ke pengadilan diikuti dengan kemerdekaan Montenegro.

Yugoslavia tidak lagi menjadi negara yang didambakan oleh dunia luar. Kerinduan
muncul dari Warga Yugoslavia akan sosok figur yang tak tergantikan, yaitu Tito. Banyaknya
permasalahan yang terjadi membuat Yugoslavia terjerat akan dilema. Apadaya, kondisi
Yugoslavia yang semakin tak terkendali malah menghadirkan Milosevic dengan semangat
nasionalisme nya terhadap Serbia. Berdalih merasa dirugikan dengan kekayaan alam Serbia
yang hanya dijadikan sapi perah, Milosevic berhasil mengambil alih Yugoslavia dengan
melakukan berbagai penyerangan beriming-iming untuk melindungi etnis Serbia. Kehadiran
Milosevic hanya menodai Yugoslavia dengan pertumpahan darah. Kesejahteraan tidak lagi
dikenal oleh Yugoslavia. Hanya karena kepentingan satu etnis, Yugoslavia dengan ragam
etnis-nya harus berakhir dan menjadi kenangan.

4
https://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000007502861/yugoslavia-dan-disintegrasinya/ diakses
tanggal 18 Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai