Anda di halaman 1dari 17

PERANG BOSNIA: KONFLIK ETNIS

MENUJU KEMERDEKAAN (1991-1995)


Ahmad Kurniawan (30800120010)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan: (1) mengetahui kondisi Bosnia pada masa


disintegrasi Yugoslavia, (2) mengetahui proses terjadinya Perang Bosnia, (3)
mengetahui dampak dari terjadinya Perang Bosnia. Pemilihan topik yang akan
dikaji, dilakukan terlebih dahulu sebelum penerapan metode penelitian. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode sejarah kritis menurut Louis
Gottschalk yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, dan penulisan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perang Bosnia merupakan sebuah
agresi oleh Serbia terhadap Bosnia sebagai negara berdaulat yang telah diakui
secara syah oleh dunia. Serbia menyerang Bosnia-Herzegovina setelah Bosnia
memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 6 April 1992. Etnis Serbia juga
melakukan pembersihan terhadap etnis Muslim dan etnis Kroasia sebagai upaya
untuk membangun kembali Serbia Raya di bekas Yugoslavia. PBB dan NATO
tidak dapat menghentikan kekejaman Serbia. Serbia baru bersedia mengikuti saran
PBB dan NATO setelah dilakukan serangan udara secara intensif oleh NATO.
Kesempatan itu dimanfaatkan untuk menyelenggarakan perundingan maraton di
Jenewa, New York, dan Dayton. Perang tersebut dapat dihentikan dengan
membentuk federasi dari ketiga pihak melalui Perjanjian Dayton yang
disepakati pada tanggal 21 November 1995 di Dayton, Ohio.

Kata Kunci: Perang Bosnia, Konflik Etnis, dan Kemerdekaan

A. PENDAHULUAN

Tanggal 6 April 1992, Bosnia-Herzegovina diakui sebagai negara

merdeka oleh Masyarakat Eropa. Sistem pemerintahan yang digunakan adalah

demokrasi parlementer, dengan ibu kota di Sarajevo. Bosnia terdiri dari

persekutuan dua wilayah utama, yaitu Republik Sprska serta Federasi Bosnia

dan Herzegovina. Kata „Bosnia‟ diambil dari nama sungai yaitu Sungai Bosnia,

sedangkan „Herzegovina‟ dinisbatkan kepada Herzeg Steveno Kasic, nama

penguasa wilayah ini pada abad ke-15. Mayoritas penduduk Bosnia beragama

1
Islam yang mencapai 45 % dari jumlah total seluruh penduduk Bosnia. Pemeluk

Kristen Ortodoks yang berjumlah sekitar 31 % merupakan keturunan etnis

Serbia. Sisanya sebanyak 18 % beragama Katholik adalah keturunan etnis Kroasia

yang pernah hidup di bawah kekuasaan Kerajaan Austro-Hongaria.

Hampir seluruh wilayah Bosnia berbatasan dengan daratan kecuali

pesisir pantai Laut Adriatik sepanjang 20 km yang berpusat di kota Neum.

Republik ini berbatasan dengan Kroasia di sebelah utara dan barat, Serbia di

sebelah timur, dan Montenegro di sebelah Selatan. Total luas wilayahnya yaitu

sekitar 51.129 km2. Kondisi geografis Bosnia-Herzegovina sebagian besar

berupa pegunungan dan sebagian besar masyarakatnya hidup di wilayah pedesaan.

Kota-kota besar berada di dataran rendah yang dikelilingi bukit-bukit. Bosnia juga

memiliki sejumlah pemandangan alam berupa salju yang eksotis sehingga negara

ini pernah menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 1984.

B. LATAR BELAKANG

Letaknya yang strategis membuat kerajaan-kerajaan besar di sekitar Bosnia

tak henti-hentinya berebut kuasa dan bersaing menanamkan hegemoni. Turki

Usmani mulai menancapkan kekuasaan di wilayah Balkan sejak 1453. Turki

Usmani menguasai Bosnia lebih dari empat abad dan baru berakhir tahun

1878 setelah Serbia yang dibantu kekuatan Kerajaan Austro-Hongaria berhasil

mengalahkan Turki. Bosnia kemudian diambil alih oleh Kerajaan Austro-

Hongaria dan menjadi bagian kerajaan tersebut sampai tahun 1918. Ketika

berada di bawah kekuasaan Kerajaan Austro-Hongaria, Bosnia terlibat suatu

2
peristiwa besar yang menjadi pemicu meleusnya Perang Dunia I. Tanggal 28

Juni 1914, Pangeran Franz Ferdinand, putra mahkota Kerajaan Austro-Hongaria

dibunuh oleh seseorang yang bernama Gravilo Princip di Sarajevo, ibu kota

Bosnia-Herzegovina. Akibat peristiwa tersebut, negara-negara terkait saling

menyatakan perang. Pasca Perang Dunia I, Bosnia menjadi bagian dari sebuah

kerajaan yang dikendalikan Serbia hingga tahun 1929 dan juga bagian dari

sebuah federasi yang didominasi Serbia hingga tahun 1992.

Kekuasaan Turki yang begitu lama di Bosnia, memberikan banyak dampak

terhadap kehidupan rakyat Bosnia. Turki memperlakukan rakyat Bosnia dengan

baik, sehingga hal ini justru membuat rakyat Bosnia masuk Islam dengan suka

rela. Orang-orang Bosnia yang bersedia memeluk Islam dianakemaskan oleh

penguasa Turki, sehingga menimbulkan kecemburuan bagi etnis Serbia yang

Ortodoks. Kecemburuan itu semakin membesar hingga berubah menjadi

kebencian yang mengakar. Serbia selalu berupaya mengusir Turki dari Bosnia

dengan melakukan berbagai pemberontakan. Terhadap orang-orang Islam

Bosnia, Serbia sama sekali tidak ingin disamakan karena merasa lebih unggul. Hal

inilah yang memunculkan istilah „etnis Muslim‟ untuk membedakan antara

orang-orang Ortodoks Serbia dan orang-orang Katolik Kroasia dengan orang-

orang Islam. Serbia juga memberinya sebutan „Atrak‟ terhadap orang-orang

Islam Bosnia yang artinya orang-orang Turki. Padahal sebenarnya orang-orang

Islam Bosnia adalah keturunan dari etnis Serbia dan etnis Kroasia yang memilih

untuk memeluk Islam.

3
Penyerangan terhadap negara-negara bekas Yugoslavia menjadi pilihan

bagi Serbia ketika federasi tak dapat dipertahankan lagi. Besarnya jumlah etnis

Serbia di Bosnia serta wilayah yang dihuni akan cukup bagi Serbia untuk

mewujudkan ambisinya membangun kembali Serbia Raya dengan

menggabungkannya ke dalam bekas federasi Yugoslavia yang masih tersisa.

Pertahanan Bosnia yang lemah ditambah dengan dendam Serbia terhadap etnis

Muslim Bosnia membuat Serbia menyerang Bosnia secara membabi buta.

Bosnia mengalami penyiksaan hingga pembersihan etnis dikarenakan kondisinya

sebagai Muslim yang merupakan produk dari kekuasaan Turki.

C. DISEINTEGRASI YUGOSLAVIA

Beberapa hal yang menyebabkan disintegrasi Yugoslavia antara lain

sebagai berikut.

1. Konflik Etnis

Jiwa bangsa-bangsa Balkan memang terkenal dengan sifat keras dan gemar

berperang. Hal ini merupakan akibat dari perkembangan masing-masing kelompok

bangsa Slavia Selatan, sehingga wilayah Semenanjung Balkan tak henti-hentinya

menjadi ajang peperangan oleh kekuasaan-kekuasaan besar di Eropa. Dapat

dilihat dari Yugoslavia, yang sejak berdiri telah ditandai dengan berbagai

percekcokan, terutama antara Kroasia dan Serbia.

2. Krisis Ekonomi

Krisis ekonomi yang menimpa Yugoslavia sekitar periode 1980-an,

merupakan konsekuensi dari masa lalu Yugoslavia. Ketika Tito berkuasa, ia

4
menerapkan sistem ekonomi pasar atau sistem ekonomi swakelola yang

umumnya berkembang di negara-negara liberal.

3. Krisis Kepemimpinan

Federasi Komunis Yugoslavia didirikan atas kerja keras lima pendekar

komunis. Mereka adalah Joseph Broz Tito dari Kroasia, Edward Kardelj dari

Slovenia, Alexander Rankovic dari Serbia, Milovan Djilas dari Montenegro, dan

Mosa Pijade seorang keturunan Yahudi. Tak ada satupun dari pendekar komunis

rekan Tito yang berhasil dibina dan dipersiapkan menjadi penggantinya untuk

menjaga stabilitas Yugoslavia.

4. Pengaruh Negara-negara Eropa Timur

Baik Uni Soviet maupun Yugoslavia juga mengalami keruntuhan dalam

waktu yang hampir sama. Uni Soviet runtuh pada 31 Desember 1990 dan pada

tahun-tahun berikutnya satu per satu republik bagian Yugoslavia memisahkan

diri dari federasi Yugoslavia.

Yugoslavia merupakan negara yang terdiri dari beraneka ragam etnis

yang merupakan bagian dari rumpun bangsa Slavia Selatan. Proporsi dari

masing-masing etnis yang mendiami Yugoslavia adalah Serbia (36, 3 %),

Kroasia (19, 7%), Bosnia (8, 9 %), Slovenia (7, 8 %), Albania (7, 8 %), Makedonia

(6, 0 %), dan Montenegro (2, 5 %). Setiap etnis menempati wilayah yang berbeda-

beda sesuai dengan perkembangan yang dialami oleh masing- masing etnis

tersebut.

Yugoslavia semakin kesulitan menemukan jalan keluar untuk semua

permasalahan yang tengah dihadapinya. Pasca proklamasi Kroasia dan Slovenia,

5
Bosnia-Herzegovina mengumumkan akan mengikuti jejak keduanya untuk

melakukan referendum. Pihak Muslim Bosnia dan Kroasia Bosnia dengan

dukungan partai-partai oposisi menyelenggarakan referendum pada tanggal 1

Maret 1992. Sekitar 64 % atau dua per tiga dari warga Bosnia menyetujui

Bosnia-Herzegovina memisahkan diri dari federasi menjadi negara merdeka.

D. PROSES PERANG BOSNIA

Semenjak terdengar niat republik bagian Bosnia untuk memisahkan diri

dari federasi Yugoslavia, etnis Serbia-Bosnia yang dipimpin oleh Radovan

Karadzic telah membentuk „Daerah Otonomi‟ pada Mei 1991 dan parlemen pada

bulan Oktober 1991 yang akhirnya dideklarasikan pada tanggal 27 Maret 1992.

Karadzic yang berkoordinasi dengan Slobodan Milosevic dari Serbia telah

menyudutkan posisi Muslim hingga tak berdaya. Melihat lemahnya pertahanan

yang dimiliki etnis Muslim, etnis Kroasia yang sebelumnya menyetujui

pembentukan federasi Muslim-Kroasia tidak lagi mendukung gagasan tersebut.

Etnis Kroasia berpendapat bahwa bekerjasama dengan etnis Muslim hanya akan

membawa kerugian di pihaknya.

Kondisi Muslim Bosnia yang kian melemah akibat kehilangan sekutunya

Kroasia, semakin diperparah dengan terjadinya perpecahan dalam tubuh etnis

Muslim sendiri. Friket Abdic memproklamasikan pemerintahan otonomi di

Provinsi Bihac dan menetapkan diri sebagai presiden dari Provinsi Otonomi

Bosnia Barat (Autonomous Province of Western Bosnia). Alija Izetbegovic

memutuskan untuk mengirimkan pasukan guna menghentikan gerakan Abdic di

6
barat Bosnia. Perpecahan demi perpecahan yang dialami Bosnia rupanya

menjadi peruntungan tersendiri bagi pasukan tempur Serbia.

Komposisi masyarakat Bosnia dengan sekitar 31 % merupakan etnis Serbia

menjadi lahan subur bagi berkembangnya ideologi nasionalisme Serbia Raya

yang dihidupkan kembali oleh Milosevic. Milosevic melakukan propaganda

terhadap etnis Serbia-Bosnia melalui Radovan Karadzic agar etnis Serbia di

Bosnia turut serta dalam mewujudkan cita-cita pembentukan Serbia Raya dari

puing-puing Yugoslavia. Negara tersebut terdiri dari Serbia dan Montenegro yang

memproklamirkan diri sebagai federasi Yugoslavia baru pada tanggal 27 April

1992, kemudian ditambah beberapa wilayah melalui aneksasi dari sebagian

Kroasia dan Bosnia yang dihuni oleh etnis Serbia. Keinginan tersebut hanya

dapat diwujudkan melalui proyek etnic cleansing lain di wilayah- wilayah yang

hendak tergabung sebagai penerus Yugoslavia tersebut. Pencetus adanya proyek

pembersihan etnis ini adalah Vojislav Seselj.

`Karakteristik umum dari operasi pembersihan adalah penyisihan secara

sistimatis dari tokoh masyarakat seperti kaum terpelajar, anggota SDA, dan para

konglomerat. Pembersihan etnis Muslim Bosnia diawali dengan pengepungan desa

tertentu kemudian menutup akses keluar dan masuk wilayah ini. Seluruh penghuni

desa tersebut diminta keluar lalu dikumpulkan kemudian militer Sebia melucuti

senjata kaum Muslim. Kaum wanita dan anak-anak dipisahkan dari kaum laki-

laki. Wanita dan anak-anak diperbolehkan pergi setelah barang- barang

berharga miliknya dirampas, sementara kaum laki-laki digiring untuk dijejalkan

ke dalam kamp konsentrasi yang telah disiapkan oleh etnis Serbia.

7
Menyaksikan pembantaian dan pemerkosaan terhadap warga Bosnia,

Dewan Keamanan PBB terutama Inggris dan Perancis tetap menolak untuk

menghukum Serbia secara militer. Tampaknya keinginan mempertahankan bentuk

pemerintahan berdasarkan mozaik etnis Bosnia tersebut terlalu indah untuk

diwujudkan. Berbagai sanksi yang dilayangkan terhadap Serbia pun nyatanya

tidak mempengaruhi sedikitpun di medan perang. Akan tetapi, serangan Serbia

yang tidak juga berhenti itu setidaknya telah membuat sebagian anggota NATO

menyarankan untuk mengambil tindakan keras terhadap Serbia.

Ultimatum NATO dikeluarkan pada tanggal 10 Februari 1994. Sejak

itulah mulai tampak adanya keseriusan dalam penanganan konflik berkepanjangan

antara tiga etnis penghuni negara Bosnia-Herzegovina ini. Hal itu diimbangi

dengan melakukan tiga kali gelombang serangan udara selama tahun 1994.

Serangan pertama terjadi pada tanggal 1 Maret 1994, serangan kedua terjadi

pada tanggal 10 dan 11 April 1994, serta serangan ketiga pada bulan Novenber

1994. Menyadari bahwa NATO mulai berupaya secara maksimal untuk

menghentikan perang membuat Serbia makin mengintensifkan pula pengepungan

terhadap wilayah yang telah ditetapkan sebagai zona aman. Sejumlah kota seperti

Sebrenica, Goradze, dan Tuzla hampir sepenuhnya dibawah kontrol Serbia.

Serbia rupanya terlalu kuat hingga tidak juga mau mematuhi perintah PBB.

Sekitar 60 pesawat tempur NATO yang didukung oleh pasukan reaksi cepat

PBB menyerang posisi-posisi militer Serbia-Bosnia pada tanggal 30

Agustus 1995. Serangan tersebut terus berlanjut hingga tanggal 3 September.

8
Gelombang serangan udara NATO ini terus berlanjut hingga pertengahan

September. Kondisi yang terjepit membuat Serbia-Bosnia menyatakan

kesediaannya untuk menarik mundur senjata-senjata beratnya dari Sarajevo.

Mereka juga menyatakan kesediaannya untuk melakukan gencatan senjata.

Momentum yang bagus ini dimanfaatkan oleh PBB dan NATO untuk kembali

memaksa Serbia-Bosnia maju ke meja prundingan.

Beberapa perundingan untuk mengatasi konflik bosnia antara lain yaitu:

1. Rencana Vance-Owen

Rencana Vance-Owen dirumuskan oleh Lord Owen, perwakilan

Masyarakat Eropa dan Cyrus Vance, perwakilan PBB pada akhir Oktober 1992.

Vance-Owen akan membagi Bosnia menjadi sepuluh provinsi otonom yaitu tiga

untuk Muslim, tiga untuk Kroasia, tiga untuk Serbia, dan ibukota Sarajevo sebagai

daerah netral.

2. Owen-Stoltenberg

Rencana ini digagas oleh Thorvald Stoltenberg dengan Cyrus Vance.

Rancangan ini akan memberikan Serbia sebanyak 53 % dari wilayah Bosnia,

Muslim sebanyak 30 %, dan Kroasia sebanyak 17 %.

3. Kelompok Penghubung

Contact Group atau Kelompok Penghubung yang terdiri Inggris,

Perancis, Jerman, Rusia, dan Amerika pada. Rencana perdamaian ini akan

memberikan 51 % wilayah kepada Federasi Muslim-Kroasia, sementara sisanya

sebesar 49 % akan diberikan kepada Serbia-Bosnia.

9
4. Perjanjian Dayton

Seiring gencarnya serangan udara NATO, kelompok kontak

menyelenggarakan perundingan damai di Jenewa yang dihadiri oleh Serbia,

Kroasia, dan Bosnia. Perundingan Jenewa ini kembali menegaskan pembagian

wilayah Bosnia sebesar 51% untuk federasi Muslim-Kroasia dan siasanya

sebesar 49 % untuk Serbia-Bosnia. Setelah dilakukan diskusi secara intensif,

sebuah kesepakatan yang menyatakan untuk mengakhiri konflik diumumkan

pada tanggal 21 November 1995 di Dayton, Amerika. Hasil perundingan

tersebut ditandatangani di Perancis tanggal 14 Desember 1995.

E. DAMPAK PERANG BOSNIA

Federasi Yugoslavia semula beranggotakan enam republik bagian dan

dua provinsi otonom. Enam republik bagian itu adalah Serbia, Montenegro,

Kroasia, Slovenia, Bosnia-Herzegovina, dan Macedonia, ditambah dengan dua

provinsi otonom dari republik Serbia yaitu Kosovo dan Vojvodina. Disintegrasi

yang dilakukan masing-masing republik bagian memberikan dampak tersendiri.

Perang Bosnia yang terjadi selama hampir empat tahun telah menyisakan

dampak yang begitu hebat. Nilai kerugian akibat perang ini tak terhitung lagi

dengan angka. Lebih dari 150.000 orang meninggal, lebih dari dua juta jiwa terusir

dari rumahnya, gedung-gedung hangus terbakar, serta ratusan masjid dan gereja

hancur tak berbentuk lagi. Jumlah itu terus bertambah seiring adanya penemuan

dan identifikasi terhadap korban yang dibuang setelah dibunuh oleh milisi Serbia.

Setiap desa maupun kota yang semula dihuni ribuan penduduk dari

10
berbagai etnis menjadi tampak lengang. Hanya tinggal beberapa yang masih

bertahan di zona aman. Sebagian penduduk dibinasakan, sebagian lain terusir

dari tempat tinggal mereka sendiri. Mereka yang terusir tak tahu harus kemana

melangkahkan kakinya.

Upaya perdamaian untuk menyelesaikan konflik Bosnia juga dilakukan

sejumlah organisasi internasional berikut:

1. ME (Masyarakat Eropa)

Disintegrasi Uni Soviet dan Yugosavia telah melahirkan tiga

konsekuensi yang nyata bagi ME (Masyarakat Eropa), yaitu: (1) kedua peristiwa

tersebut telah mengalihkan perhatian ME dari urusan-urusan yang berkaitan

dengan proyek ekonomi Eropa dan perluasan keanggotaan ME, (2) semakin

memperjelas pengaruh Jerman dalam kebijakan-kebijakan ME, (3) munculnya

kecenderungan untuk melakukan diplomasi dan kebijakan luar negeri bersama di

kalangan negara-negara ME.

2. PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)

PBB memutuskan untuk mengeluarkan Yugoslavia dari badan dunia

tersebut pada tanggal 24 September 1992. Semenjak itu permasalahan negara-

negara bekas Yugoslavia ini menjadi maslah PBB. Badan perdamaian dunia ini

secara aktif mensponsori perundingan-perundingan damai yang selalu dihimbau

masyarakat internasional. Upaya PBB bagi Bosnia dinilai sejumlah pihak tidak

terlalu efektif karena kurangnya ketegasan sanksi terhadap Serbia. Perundingan

yang dilaksanakan tanpa adanya tekanan militer tidak akan banyak mengubah

11
keadaan. Sejumlah pasukan pelindung PBB yaitu UNPROFOR ditugasi untuk

melindungi masyarakat sipil Bosnia dari serangan Serbia.

3. NATO (North Atlantik Treaties Organisations)

Semula NATO dibentuk sebagai benteng pertahanan Eropa dari ancaman

komunis Uni Soviet. Kasus Bosnia-Herzegovina menjadi salah satu

implementasi dari keberadaan organisasi ini. Suksesnya ultimatum NATO pada

Februari 1994 ini diharapkan akan menjadi gencatan senjata secara menyeluruh.

Sebagai kelanjutan aksi tersebut NATO mengupayakan serangan udara terhadap

markas-markas persenjataan Serbia. Serangan udara tersebut cukup efektif

karena berhasil membuat Serbia bersedia menyepakati perundingan damai.

4. OKI (Organisasi Konferensi Islam)

Aksi solidaritas terhadap pembantaian yang menimpa Bosnia tidak hanya

dilakukan negara-negara Barat. Merasa satu keyakinan dengan etnis Muslim,

sejumlah negara Islam yang tergabung dalam OKI turut mengupayakan

perdamaian bagi Bosnia. OKI tampak beberapa kali melakukan perundingan.

Negara-negara anggota OKI juga siap memasok senjata untuk Bosnia. Tampaknya

jika Barat tidak benar-benar bertindak, anggota OKI tidak hanya akan berbicara

dalam perundingan. Pengiriman senjata dan campur tangan anggota OKI dapat

dipastikan akan segera dilakukan yang akan mengobarkan perang lebih besar.

5. Indonesia dan GNB (Gerakan Non Blok)

Presiden Izetbegovic menyempatkan diri berkunjung ke Jakarta untuk

meminta bantuan kepada Indonesia. Tarmizi Taher, Menteri Agama yang

12
menjabat kala itu menyatakan hanya dapat memberikan bantuan doa untuk

perjuangan rakyat Bosnia. Keengganan presiden Soeharto, untuk mengirim

pasukan disebabkan Indonesia tidak ingin dianggap negara Islam oleh dunia.

Presiden Suharto yang menjabat kala itu akhirnya mengirimkan pasukan

Kontingen Garuda XIV yang dipimpin Letkol Eddi Budianto. Jumlah dan

kemampuan pasukan Indonesia memang tidak seberapa namun setidaknya telah

menunjukkan adanya solidaritas terhadap sesama Muslim.

F. KESIMPULAN

Bosnia-Herzegovina terletak di Semenanjung Balkan sebelah tenggara

Eropa. Tiga etnis utama yang mendiami Bosnia yaitu etnis Muslim Bosnia, etnis

Serbia-Bosnia, dan etnis Kroasia-Bosnia. Bosnia menjadi bagian Kerajaan

Yugoslavia yang bertransformasi menjadi Republik Federasi Yugoslavia di bawah

pimpinan Josip Broz Titto.

Akhir tahun 1990 menjadi masa paling pahit bagi Federasi Yugoslavia.

Terjadi dominasi kekuasaan oleh Serbia di dalam tubuh federasi yang membuat

Slovenia dan Kroasia sepakat untuk melepaskan status keanggotaannya sebagai

republik bagian Yugoslavia. Dua republik tersebut mengumumkan

kemerdekaannya pada tanggal 25 Juni 1991. Bosnia-Herzegovina memutuskan

untuk mengikuti jejak Slovenia dan Kroasia.

Serbia menyerang Bosnia-Herzegovina setelah Bosnia memproklamirkan

diri pada tanggal 6 April 1992. Serbia juga melakukan pembersihan terhadap

etnis Muslim dan etnis Kroasia sebagai upaya untuk membangun kembali Serbia

13
Raya di bekas Yugoslavia. PBB dan NATO tidak dapat menghentikan

kekejaman Serbia. Serbia baru bersedia mematuhi PBB dan NATO setelah

dilakukan serangan udara secara intensif oleh NATO. Seiring dengan serangan

udara tersebut, diselenggarakan perundingan maraton di Jenewa, New York, dan

Dayton. Perang tersebut dapat dihentikan dengan membentuk federasi dari

ketiga pihak melalui Perjanjian Dayton yang disepakati pada tanggal 21

November 1995 di Dayton, Ohio.

G. DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Afred Suci. 2011. 151 Konspirasi Dunia Paling Gila dan Mencengangkan.
Jakarta: Wahyumedia.

Agus Surata dan Tuhana Taufik A. 2002. Runtuhnya Negara Bangsa.


Yogyakarta: UPN “Veteran” Yogyakarta Press.

Ahmad Suhelmi. 2007. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: Gramedia.

Astrid D. H. & Faisal A. Nadif. 2011. Sejarah Perang-Perang Besar di Dunia.


Yogyakarta: Familia.

Brzezinski, Zbigniew. 1992. The Grand Failure : The Birth and Death of
Communism in the Twentieth Century, a. b. Tjun Surjaman Kegagalan
Besar: Muncul dan Runtuhnya Komunisme dalam Abad Kedua Puluh.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Cholisin, dkk. 2006. Dasar-dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: FIS UNY.

Chrisanne Bekner & Eddy Soetrisno. 2001. 100 Kota Besar Bersejarah di
Dunia. Jakarta: Ladang Pustaka & Intimedia.

Dahrendorf, Ralf. 1992. Refleksi atas Revolusi di Eropa. Jakarta: Yayasan SPES.

Denton, Gillian. 2007. Sejarah Dunia. London: Dorling Kindersley.

14
Dwi Susanto & Zainnudin Djafar. 1990. Perubahan Politik di Negara-Negara
Eropa Timur. Jakarta: Gramedia.

Ebenstain, William. 2006. Isme-isme yang Mengguncang Dunia. Yogyakarta:


Narasi.

Emidevi Y. G. Alejandro. 2007. 41 Diktator Zaman Modern: Mengejar Memuat


Tragedi. Jakarta: Visi Media.

Fahrurodji, A. 2005. Rusia Baru menuju Demokrasi. Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia.

Farid Gaban & Uchrowi. 1993. Dor Sarajevo! Sebuah Liputan Jurnalistik
Nestapa Muslim Bosnia. Bandung: Mizan.

Firdaus Syam. 2007. Pemikiran Politik Barat: Sejarah, Filsafat, Ideologi, dan
Pengaruhnya Terhadap Dunia ke-3. Jakarta: Bumi Aksara.

Glenny, Misha. 1998. The Fall of Yugoslavia: The Third Balkan War. New York:
Penguin Books.

Gorbacev, Mikhail. 1987. Perestorika Pemikiran Baru untuk Negara Kami dan
Dunia. Yogyakarta: Gelora Aksara Pratama.

Gottschalk, Louis. 1975. Understanding History: A Primer of Historical Methode,


a.b. Nugroho Notosusanto, Mengerti Sejarah. Jakarta : UI Press.

Helius Sjamsuddin dan Ismaun. 1996. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta :


Depdikbud.

Huntington, Samuel P. 1996. The Clash of Civilization and Remaking the New
World Order, a. b. M. Sadat Ismail, Benturan Antarperadaban dan Masa
Depan Politik Dunia. Yogyakarta: Qalam.

Kuntowijoyo. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang Budaya.

Mac Eoin, Gary. 1951. Comunist War on Religion. New York: The Devin-adair
Company.

Malcom, Noel. 1996. Bosnia: A Short History. London: Papermac.

Marwati Djoened Poesponegoro. 1982. Tokoh dan Peristiwa dalam Sejarah


Eropa. Jakarta: Erlangga.

Milovan Djilas. 1963. Talking to Stalin, a.b. Saini K. M., Percakapan dengan
Stalin. Bandung: Kiwari.

15
Mosanto Luka. 2008. Tangan Besi – 100 Tiran penguasa Dunia. Yogyakarta:
Galang Press.

Muhammad Abdul Mun‟im. 1992. Al Busnah wal Hersik Ummah Tudzbah wa


Syu’ab Yubaad, a. b. Abdul Haris Rifai dan Abdullah Aly, Jihad di
Bosnia: Umat yang Dibantai, Bangsa yang Dibinasakan. Jakarta:
Yayasan Al-Mukmin.

Norris, H. T.. 1993. Islam in Balkans. Columbia: University of South Carolina


Press.

Ojong, P. K. 2006. Perang Eropa. Jakarta: Kompas Media Nusantara.

Paul Nunez, Jean. 1994. “The Continuing Drama on Our Doorstep”. in


Weingartner, Erich & Salter, Elisabeth (Eds.). The Tregedi of Bosnia:
Confronting the New World Disorder. Swiss: Unit on Justice, Peace, and
Creation World Council of Churches.

Sartono Kartodirdjo. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Saut Pasaribu. 2009. Sejarah Perang Dunia: Awal Mula dan Berakhirnya
Perang Dunia I dan II. Yogyakarta: Locus.

Sidi Gazalba. 1981. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Bhratara Karya
Aksara.

Silber, Laura dan Allan Little. 1995. The Death of Yugoslavia. London: BBC.

Soedjati Djiwandono, J. 1990. “Pengaruh Pembaruan Gorbachev”. dalam Dwi


Susanto & Zainnudin Djafar (Ed.). Perubahan Politik di Negara-Negara
Eropa Timur. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suhartono W. Pranoto. 2010. Teori & Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Syamsul Hadi. 1997. Politik Standar Ganda Amerika Serikat Terhadap Bosnia.
Jakarta: FoDis.

Taufik Adi Susilo. 2009. Mengenal Benua Eropa. Yogyakarta:Garasi.

Taufiqulhadi, T. 1994. Menembus Sarajevo: Kesaksian Pembersihan Etnik di


Bosnia. Jakarta: Puspawara.

16
Tim Narasi. 2006. The Mass Killers of the Twentieth Century, a.b. Febiola Reza
Wijaya, Pembunuh-pembunuh Masal Abad XX. Yogyakarta: Narasi.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar
Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia.

Tjipta Lesmana. 1992. Runtuhnya Kekuasan Komunis. Jakarta: Erwin-Rika


Press.

Weinberg, Bill & Wilsnack, Dorie. 1994. “War at The Crossroads: An Historical
Guide Through The Balkan Labirynth”. in Weingartner, Erich & Salter,
Elisabeth (Eds.). The Tregedi of Bosnia: Confronting the New World
Disorder. Swiss: Unit on Justice, Peace, and Creation World Council of
Churches.

Weingartner, Erich. 1994. “WCC/Cimade Mission to Serbian territories of Bosnia-


Herzegovina Report”. in Weingartner, Erich & Salter, Elisabeth (Eds.). The
Tregedi of Bosnia: Confronting the New World Disorder. Swiss: Unit on
Justice, Peace, and Creation World Council of Churches.

Yene, Bill. 2004. 100 Kejadian yang Mengubah Sejarah Dunia. Jakarta:
Delapatrasa.

17

Anda mungkin juga menyukai