Pasca perang, Bosnia dan Herzegovina dibagi menjadi dua entitas, yaitu Republik
Bosnia dan Herzegovina yang dihuni oleh etnis Bosnia dan Kroasia, dan Republik Sprska
yang dihuni oleh etnis Serbia. Masing- masing dari etnis ini memiliki presiden,
pemerintahan, dan parlemen sendiri. Tapi, tetap ada presiden utama yang
kepemimpinannya digilir selama delapan bulan, dari tiap-tiap etnis. Disamping hal- hal
yang diterangkan di atas, di Bosnia dibangun banyak masjid sebagai sarana beribadah
orang Muslim. Salah satunya adalah sebuah masjid terbesar di Bosnia yang dibangun
dengan dana dari pemerintah Indonesia. Masjid ini bernama Masjid Istiklal, atau disebut
sebagai Istiklal Dzamija, kadangkala disebut juga sebagai masjid Indonesia, bahkan juga
disebut dengan nama Masjid Soeharto. Hal ini berawal dari kunjungan Presiden Soeharto
pasca perang ke Bosnia pada 1995. Namun, masjid ini baru di resmikan pada tahun 2001
oleh Presiden Ibu Megawati Soekarno Putri.
Josip Broz Tito merupakan presiden pertama Republik Federal Sosialis Yugoslavia.
Setelah meraih kekuasaan atas Yugoslavia, Josip Broz Tito berusaha membangun
kembali persaudaran negeri itu di bawah bendera komunisme, oleh karena itu dalam
program presiden Josip Broz Tito ini dikeneal dengan nama “Unity and Brotherhood”.
Unity and Brotherhood adalah suatu doktrin pengembangan harmoni dalam kehidupan
antar etnis dibawah kepimpinan satu partai dalam satu pemerintahan.
Masalah yang dihadapi Presiden Josip Broz Tito adalah wilayah negara bagian
Bosnia-Herzegovina yang memiliki penduduk yang multietnis. Negara bagian Serbia
menuntut penggabungan wilayah tersebut karena penduduk Etnis Serbia yang hampir
mencapai setengah dari total penduduk di negara bagian Bosnia- Herzegovina pada
waktu itu, akan tetapi Josip Broz Tito menolak permintaan negara bagian Serbia dan
membagi wilayah serbia menjadi dua republik federal yaitu Montenegro dan Makedonia
serta dua provinsi otonom Vojvodina dan Kosovo. Hal tersebut membuat Etnis Serbia
merasa tidak puas atas kebijakan yang dikeluarkan pemerintah pusat yang dipimpin oleh
Josip Broz Tito. Dalam menghadapi ketidakpuasan dari Etnis Serbia atas keputusan
tersebut, Persiden Josip Broz Tito memakai tangan besi untuk menghadapinya. Hal
tersebut memang efektif tapi hanya untuk sementara waktu. Setelah Josip Broz Tito
meninggal pada bulan Mei 1980, Yugoslavia menghadapi masalah ekonomi yang cukup
serius, sehingga melemahkan pemerintah pusat. Kewibawaan pemerintah pusat juga ikut
merosot karena jabatan presiden diatur bergiliran dari keenam negara bagian. Oleh karena
itu tidak muncul tokoh nasional yang kuat dan mampu menanggulangi masalah dalam
negeri dan setiap negara bagian saling berebut kekuasaan.
Meninggalnya Josip Broz Tito juga merupakan salah faktor yang menyebabkan
timbulnya konflik di Bosnia-Herzegovinaa karena Yugoslavia tidak lagi mempunyai
tokoh yang menjadi pemersatu negeri yang memiliki kharisma seperti Josip Broz Tito.
Pasca pemerintahan Josip Broz Tito keragaman yang dimiliki Yugoslavia yang dulu
menjadi kekayaan dan kekuatan sekarang menjadi salah satu sumber perpecahan ketika
pemimipin yang mengikatnya sudah tidak ada lagi.
Nim : 20010000143