Anda di halaman 1dari 22

POTENSI DAN DAMPAK EKSPLOITASI BAHAN BAKAR

MIGAS
1. PENDAHULUAN
Minyak dan Gas Bumi merupakan sumber daya alam yang tidak terbarukan
dan dikuasai oleh Negara, merupakan komoditas vital yang menguasai hajat hidup
orang banyak dan mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional. Kita
patut bersyukur karena termasuk menjadi bagian masyarakat dari sebuah negara
yang dilimpahi kekayaan sumber daya alam, termasuk berbagai jenis sumber daya
energi seperti minyak dan gas bumi (Migas).
Peranan migas dalam pembangunan nasional selama ini sungguh tidak
diragukan lagi. Bukan saja sebagai sumber energi utama di dalam negeri, tetapi
juga berperan menjadi sumber penerimaan negara dan devisa, serta bahan baku
industri nasional.
Undang Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi telah
mengatur system pengelolaan migas baik pada sektor hulu maupun sektor hilir.
Dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi telah di atur melalui Peraturan
Pemerintah No. 35 tahun 2004, sedangkan dalam kegiatan usaha hilir telah diatur
melalui Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2004.
Untuk

mencapai

sasaran

pembangunan

energi,

dilakukan

upaya

penganekaragaman pemanfaatan energi (diversifikasi), mendorong upaya kegiatan


pencarian sumber energi (intensifikasi), meningkatkan upaya konservasi energi
disisi hulu dan hilir, serta memasukkan pertimbangan lingkungan dalam
pemanfatan energi.
Berkenaan dengan hal tesebut diatas, untuk mencapai kondisi penyediaan
energi yang andal dan ramah lingkungan diperlukan regulasi dan penegakan
hukum (law enforcement) serta perlunya pembinaan dan pengawasan dari aparat
pemerintah serta berkoordinasi dengan instansi terkait secara optimal.
1

Dewasa ini ketergantungan umat manusia termasuk masyarakat Indonesia


akan energi yang bersumber dari bahan baku fosil (BBF) semakin tinggi dimana
salah satunya dan yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat mulai dari
pemenuhan energi rumah tangga, transportasi sampai dengan industri adalah
Migas.
Pemakaian bahan bakar fosil, khususnya Migas, secara besar-besaran
sebagai penyedia sumber daya energi telah terbukti ikut menambah beratnya
pencemaran lingkungan. Tanpa mengecilkan peran Migas di dalam pemenuhan
energi yang kita butuhkan dalam memenuhi berbagai keperluan sehari-hari, kita
juga sadar bahwa sumber polutan terbesar di atmosfer adalah sisa pembakaran
Migas.
Tulisan ini akan sedikit mengurai tentang bahan bakar Migas ditinjau dari
potensi, baik potensi volume maupun potensi ekonominya, serta bahaya (dampak
negatifnya) terhadap lingkungan terutama bagi kehidupan manusia.

2. POTENSI MIGAS
2.1

Potensi Volume

2.1.1 Cadangan Minyak dan Gas Bumi Di Indonesia


Produksi minyak bumi

sejak tahun 1973 tidak banyak mengalami

kenaikan, bahkan akhir-akhir ini mengalami penurunan. Keadaan ini disebabkan


karena belum ditemukan sumber cadangan minyak baru dan ini sekaligus
menunjukkan bahwa pada suatu saat cadangan minyak akan habis.
Berdasarkan hasil kajian Tim Evaluasi Cadangan Potensial (TECP), potensi
sumber daya migas status 1 Januari 1997 sebesar 120.62 miliar BOE (Barrel of Oil
Equivalent), terdiri atas 71.14 miliar barel minyak bumi dan 49.48 miliar BOE gas
bumi atau 296.87 TSCF (Trillion Standard Cubic Feet) (Anonim, 1999).

Sedangkan cadangan minyak bumi Indonesia (termasuk kondensat), status


pada 1 Januari 1997 sebesar 9,091.9 MSTB (Million Stock Tank Barrel) terdiri atas
5,167.2 MSTB cadangan terbukti dan 3,924.7 MSTB cadangan potensial.
Cadangan minyak bumi terbesar berada di wilayah Sumatera tengah (5,344.5
MSTB atau 58.82%), sedangkan Kalimantan memiliki cadangan sebesar 1,304.3
MSTB atau 14.35%. Cadangan gas bumi sebesar 137,793.6 BSCF (Billion
Standard Cubic Feet) terdiri atas 76,171.9 BSCF cadangan terbukti dan 61,621.7
BSCF cadangan potensial. Cadangan gas bumi terbesar berada di wilayah Natuna
(48,838.1 MSTB atau 35.44%), sedangkan Kalimantan memiliki cadangan sebesar
45,563.8 MSTB atau 33.07%. (Anonim, 1999).
Data secara lengkap sebagaimana tabel berikut :

Tabel 1
Cadangan Minyak Bumi (MSTB)

Sumber : Potensi dan Prospek Investasi Di Sektor Pertambangan dan Energi 1998-1999 (1999)

Tabel 2
Cadangan Gas Bumi (BSCF)

Sumber : Potensi dan Prospek Investasi Di Sektor Pertambangan dan Energi 1998-1999 (1999)

Elyza, R dan Hulaiyah,Y (2005) menyampaikan pada tahun 1973 produksi


minyak nasional kita berada pada angka 1,3 juta barel per hari dengan kondisi
jumlah penduduk 120 juta jiwa dan harga minyak rata-rata sekitar US$ 8 per barel.
Saat ini, nyatanya, Indonesia hanya mampu memproduksi sebesar 981 ribu barel
perhari dengan kondisi jumlah penduduk 220 juta jiwa dan harga minyak rata-rata
US$ 40 per barel. Lebih lanjut disampaikan, andaikan saja kapasitas produksi
Indonesia akan sebesar 0,5 milyar barrel per tahun, maka cadangan minyak negeri
ini yang tinggal kurang dari 5 milyar barrel akan habis dalam jangka waktu 10
tahun. Dengan asumsi tidak ada investasi baru di bidang eksplorasi minyak bumi,
diperkirakan tidak lebih dari satu dekade lagi kebutuhan minyak dalam negeri
Indonesia harus seluruhnya dipenuhi lewat impor. Tahun 2003 tercatat rata-rata
produksi minyak mencapai 1,149 juta barel per hari. Sedangkan tahun 2002
produksi bisa sampai 1,2 juta barel per hari.
Perhitungan lain dilakukan oleh Kurtubi dalam Widianto, S (2004), yaitu
Indonesia sebagai negeri kepulauan dengan penduduk lebih 200 juta orang ini
hanya memiliki cadangan terbukti (proven reserves) sekitar lima miliar barel
minyak. Kemampuan produksi minyak mentah sekitar 1,5 juta barel per hari,

berarti akan habis sekitar sembilan tahun lagi, apabila tidak ada penemuan yang
signifikan.
Sedangkan dari data BP Migas, Indonesia pada akhir 2003 memiliki
cadangan potensial sekitar 9,75 miliar barel yang diperkirakan cukup untuk
produksi selama 20 tahun.
Cadangan bahan bakar Indonesia juga relatif sangat sedikit bila
dibandingkan cadangan bahan bakar dunia. Perbandingan cadangan minyak dan
gas bumi Indonesia dibandingkan dengan cadangan dunia dapat dilihat pada table
berikut :
Tabel 3
Cadangan bahan bakar Indonesia dan Dunia
1
2
3

Minyak bumi
Gas bumi
Batubara

Timur Tengah
70 %
Rusia
25 %
Amerika Utara
25 %

Indonesia
1,1 %
Indonesia
1,5 %
Indonesia
3,1 %

Sumber : Wardhana,WA, et.al. (1998)

Sumur-sumur minyak raksasa Indonesia yang berada di Sumatera Tengah


secara alami terus mengalami penurunan produksi namun laju penurunan produksi
yang secara teoritis mencapai sekitar 16% per tahun dapat dipertahankan pada
tingkat sekitar 5% pertahun dengan berbagai upaya peningkatan produksi.
(Yusgiantoro, P. dalam Anoim, 2005).
2.1.2. Cadangan Minyak dan Gas Bumi Di Kotamadya Samarinda
2.1.2.1. Lapangan Migas, Cadangan dan Produksi di Kotamadya Samarinda
Di wilayah Kotamadya Samarinda terdapat 9 buah lapangan tua yang
ditemukan sejak jaman Belanda, yaitu Louise, Muara, Tanjung Una, Anggana,
Karang Mumus, Binangat, Pelarang, Pelarang South dan Sambutan (Gambar 1).
5

Dari ke-9 lapangan tersebut saat ini hanya 4 lapangan yang masih aktif
berproduksi yaitu Lapangan Louise, Tanjung Una, Muara dan Anggana, yang
semuanya termasuk dalam daerah kontrak Sanga-Sanga TAC milik P.T Exspan
Nusantara. Ke-empat lapangan tersebut semuanya memproduksi minyak bumi dan
gas bumi dalam jumlah yang sangat kecil, dan umumnya bersifat asosiasi gas.
Sedangkan 5 lapangan lainnya termasuk dalam daerah kontrak P.T Semberani
Persada Oil TAC kecuali Pelarang South milik VICO, saat ini semuanya dalam
status depleted (habis produksinya) dan diperkiraan saat ini masih dalam tahap
rehabilitasi sumur.
a. Lapangan Louise
Hanya sebagian kecil dari lapangan ini yang masuk wilayah
Samarinda sekitar 3% (Luas kurang lebih 1.441 km 2). Lapangan Louise
adalah lapangan tertua di Kalimantan Timur, ditemukan pada tahun 1897,
merupakan bagian dari Lapangan Sanga-Sanga. Letaknya di daerah bagian
selatan dari Sungai

Mahakam,

sekitar 18 km sebelah tenggara Kota

Samarinda. Jumlah sumur Lapangan Sanga-Sanga totalnya 1118 sumur


termasuk sumur kering, sedangkan khusus di lapangan Louise jumlah
sumurnya belum diketahui. Kedalaman yang dicapai Louise-1 sebesar 189
meter, sedangkan Louise West-1 yang dibor oleh Huffco tahun 1983
mencapai kedalaman 3160 meter.
Cadangan
Berdasarkan data status: 1-1-2002, Lapangan Louise mempunyai
total cadangan Minyak dan Gas bumi Di Tempat (IOIP & IGIP) sebesar
369.509 MMBO (juta barel minyak) dan 85.72 BCF (milyar kubik feet)
yaitu terdiri dari cadangan proven 361.713 MMBO dan 60.482 BCF,

probable 4.086 MMBO dan 16.159 BCF dan possible 3.71 MMBO dan
9.079 BCF.
Total cadangan minyak dan gas bumi terambil lapangan ini adalah
181.059 MMBO dan 49.378 BCF, yaitu terdiri dari cadangan terambil
proven 177.240 MMBO dan 31.688 BCF, probable 2.002 MMBO dan 11.3
BCF, dan possible 1.818 MMBO dan 6.39 BCF.
Total cadangan sisa di lapangan ini adalah 6.451 MMBO dan 23.395
BCF, terdiri dari cadangan sisa proven 2.631 MMBO dan 5.705 BCF,
probable 2.002 MMBO dan 11.3 BCF dan possible 1.818 MMBO dan 6.39
BCF.
Produksi
Saat ini lapangan Louise produksinya mencapai 363.7 ribu barel dan
0.229 BCF (milyar kubik feet) atau 996 BOPD (barel per hari) dan 0.63
MMCFD (juta kubik feet per hari ) di tahun 2001. Kumulatif produksinya
sampai tahun 2001 sebesar 174.609 MMBO dan 25.983 BCF.
b. Lapangan Muara
Lapangan Muara termasuk bagian dari Lapangan Sanga-Sanga, 66%
(luas 5.8 km2) lapangan ini termasuk wilayah Kodya Samarinda. Lokasinya
berada di daerah Sungai

Mahakam, kl. 17 km

sebelah timur Kota

Samarinda, tepatnya sekitar Koordinat 00o 36 05 00o 36 55 S, 117o 14


57 - 117o 17 27E Lapangan Muara ini ditemukan oleh BPM sekitar
tahun 1903-an. Jumlah sumurnya belum diketahui.
Cadangan

Berdasarkan data status: 1-1-2002, Lapangan Muara mempunyai


total cadangan Minyak dan Gas bumi Di Tempat (IOIP & IGIP) sebesar
99.458 MMBO (juta barel minyak) dan 36.34 BCF (milyar kubik feet) yaitu
terdiri dari cadangan proven 92.145 MMBO dan 23.515 BCF, probable
2.754 MMBO dan 12.086 BCF dan possible 4.559 MMBO dan 0.739 BCF.
Total cadangan minyak dan gas bumi terambil lapangan ini adalah
33.816 MMBO dan 18.448 BCF,

yaitu terdiri dari cadangan terambil

proven 31.329 MMBO dan 10.024 BCF, probable 0.937 MMBO dan 7.888
BCF, dan possible 1.55 MMBO dan 0.536 BCF.
Total cadangan sisa di lapangan ini adalah 3.428 MMBO dan 12.953
BCF, terdiri dari cadangan sisa proven 0.941 MMBO dan 4.529 BCF,
probable 0.937 MMBO dan 7.888 BCF, dan possible 1.55 MMBO dan
0.536 BCF.
Produksi
Saat ini lapangan ini produksinya mencapai 110.7 ribu barel dan
0.024 BCF (milyar kubik feet) atau 303 BOPD (barel per hari) dan 0.07
MMCFD (juta kubik feet per hari ) di tahun 2001. Kumulatif produksinya
sampai tahun 2001 sebesar 30.388 MMBO dan 5.486 BCF.
c. Lapangan Tanjung Una
Hanya sebagian dari Lapangan Tanjung Una masuk kedalam wilayah
Kodya Samarinda, kurang lebih 31% (luas 1.7 km2).

Lapangan ini

merupakan bagian dari Lapangan Sanga-Sanga terletak di sebelah utara


Lapangan Muara, pada koordinat antara 00o 34 05 00o 34 55 S, 117o
15 52 - 117o 18 12 E. Jumlah sumurnya belum diketahui.

Cadangan
Berdasarkan data status: 1-1-2002, Lapangan Tanjung Una
mempunyai total cadangan Minyak bumi Di Tempat (IOIP) sebesar 17.047
MMBO (juta barel minyak) semuanya merupakan cadangan proven.
Sedangkan total cadangan Gas Bumi di Tempat (IGIP) sebesar 25.316 BCF
terdiri dari cadangan proven 15.025 BCF, dan probable 10.291 BCF.
Total cadangan minyak dan gas bumi terambil lapangan ini adalah
5.901 MMBO dan 13.086 BCF, yaitu terdiri dari cadangan terambil proven
5.901 MMBO dan 5.872 BCF, dan probable 7.214 BCF.
Total cadangan sisa di lapangan ini adalah 1.065 MMBO dan 12.3
BCF, terdiri dari cadangan sisa proven 1.065 MMBO dan probable 7.214
BCF.
Produksi
Saat ini lapangan Tanjung Una produksi minyak buminya mencapai
52.2 ribu barel atau 143 BOPD (barel per hari) dan produksi gasnya sangat
kecil 0.001 BCF di tahun 2001. Kumulatif produksinya sampai tahun 2001
sebesar 4.836 MMBO dan 0.783 BCF.
d. Lapangan Anggana
Hanya sebagian kecil dari Lapangan Anggana masuk kedalam
wilayah Kodya Samarinda, kurang lebih hanya 3% (luas 0.3 km2).
Lapangan ini merupakan bagian dari Lapangan Sanga-Sanga terletak di
sebelah utara Lapangan Tanjung Una, terletak pada koordinat antara 00 o 32
55 00o 34 55 S, 117o 15 52 - 117o 18 32 E. Jumlah sumur sekarang

belum diketahui, tetapi menurut Hundling.I.E (1942) pada akhir tahun 1940
jumlah sumurnya mencapai 120 sumur dimana 94 buah merupakan sumur
produktif. Struktur Anggana pada tahun 1991 di bor oleh Vico (Anggana-1)
tetapi berada diluar wilayah Samarinda mencapai TD 2286 meter berupa
sumur gas. Kedalaman lapisan produksi lapangan Anggana yang
diperkenankan oleh Pertamina kepada pihak Exspan adalah sampai pada
kedalaman 3802 feet.
Cadangan
Berdasarkan data status: 1-1-2002, Lapangan Anggana mempunyai
total cadangan Minyak dan Gas bumi Di Tempat (IOIP & IGIP) sebesar
82.426 MMBO (juta barel minyak) dan 14.188 BCF (milyar kubik feet)
yaitu terdiri dari cadangan proven

79.005 MMBO dan

13.674 BCF,

probable 1.940 MMBO dan 0.279 BCF dan possible 1.481 MMBO dan
0.235 BCF.
Total cadangan minyak dan gas bumi terambil lapangan ini adalah
30.354 MMBO dan 5.24 BCF, yaitu terdiri dari cadangan terambil proven
29.102 MMBO dan 5.047 BCF, probable 0.707 MMBO dan 0.104 BCF,
dan possible 0.545 MMBO dan 0.089 BCF.
Total cadangan sisa di lapangan ini adalah 1.378 MMBO dan 0.399
BCF, terdiri dari cadangan sisa proven 0.126 MMBO dan 0.206 BCF,
probable 0.707 MMBO dan 0.104 BCF, dan possible 0.545 MMBO dan
0.089 BCF.
Produksi

10

Saat ini lapangan ini produksinya mencapai 131.6 ribu barel atau
361 BOPD (barel per hari) dan 0.003 BCF (milyar kubik feet) di tahun
2001. Kumulatif produksinya sampai tahun 2001 sebesar 28.976 MMBO
dan 4.841 BCF.
2.1.2.2. Lapangan Migas dan Non Produksi di Kotamadya Samarinda
a. Lapangan Karang Mumus
Lapangan Karang Mumus pertama kali ditemukan pada tahun 1922
oleh BPM. Lokasinya berada di sebelah baratlaut Lapangan Sanga-sanga,
atau sebelah timur laut Kota Samarinda, tepatnya pada koordinat antara 00 o
22 00 00o 24 00 S, 117o 15 00 - 117o 17 00 E. Jumlah sumur yang
telah di bor pada jaman Belanda tercatat 8 sumur dengan kedalaman sekitar
461meter (VKM-6)
Berdasarkan data Oil Fields discovery (Pertamina, 1994) besar
cadangan minyak di tempat (IOIP) sebesar 17.336 MMBO dimana 3.667
merupakan cadangan probable-nya, sedangkan cadangan terambilnya
mencapai 3.5 MMBO.
Pada tahun 1929 tercatat bahwa lapangan ini berproduksi 65 bopd
dan ditutup (shut in) pada tahun 1940 dengan kumulatif produksi 0.2
MMBO. Pada tahun 1993 ketika masih dikelola oleh Vico, lapangan in
hanya mencapai kumulatif produksi sebesar 127.6 MBO. Saat ini status
lapangannya oil depleted (produksinya habis).

b. Lapangan Binangat

11

Lapangan Binangat berada di bagian selatan dari Blok Karang


Mumus, sebelah timur dari Kota Samarinda, tepatnya pada koordinat antara
00o 25 00 00o 27 00 S, 117o 13 00 - 117o 15 00 E. Lapangan ini
ditemukan pada tahun 1908 oleh BPM. Jumlah sumur yang telah di bor
pada jaman Belanda tercatat 2 sumur dengan kedalaman sekitar 543 meter.
Data cadangan Lapangan Binangat belum diketahui, sedangkan saat
ini lapangan ini belum berproduksi kembali.

c. Lapangan Pelarang
Lapangan pelarang berada tepat di bagian selatan dari Lapangan
Binangat, tepatnya pada koordinat antara 00o 27 00 00o 29 00 S, 117o
12 00 - 117o 14 00 E. Jumlah sumur yang dibor belum diketahui.
Lapangan Pelarang mempunyai cadangan

kurang dari 0.01

MMBOE (Kutai Basin, 1997). Pada tahun 1908 lapangan ini ditutup (shut
in) dan tercatat hanya sekitar 1554 barel minyak yang diproduksi.

d. Lapangan Sambutan
Lapangan Sambutan ditemukan pada tahun 1939, lokasinya berada
di bagian selatan Lapangan Pelarang, tepatnya pada koordinat antara 00o 30
00 00o 32 00 S, 117o 11 00 - 117o 12 00 E. sekitar 8 sumur telah
dibor oleh BPM pada kedalaman 30 feet dan ditemukan minor minyak dan
gas bumi. Kedalaman lapisan produksi lapangan Sambutan yang

12

diperkenankan oleh Pertamina kepada pihak Exspan adalah sampai pada


kedalaman 4062 feet.
Lapangan Sambutan diperkirakan mempunyai cadangan sebesar 30
BCF atau 5.2 MMBOE. (Kutai Basin, 1997).

e. Lapangan Pelarang South


Lapangan Pelarang South berada di sebelah selatan dari lapangan
Sambutan, sekitar 10 km dari Kota Samarinda, tepatnya pada koordinat 00 o
37 00 S, 117o 12 00 E. Jumlah sumur yang telah di bor pada jaman
Belanda tercatat 4 sumur dengan kedalaman sekitar 508 meter (South
Pelarang-1).
Data Cadangan dan produski belum diketahui.

13

KARANG MUMUS FI ELD


PT. Semberani Persada Oil

RUNTU FIELD
Ex-Lasmo Company (Open Area)

BI NANGAT FI ELD
PT. Semberani Persada Oil

NORTH KUTAI LAMA FI ELD


PT. Exspan Nusantara

PELARANG FIELD
PT. Semberani Persada Oil

SOUTH KUTAI FIELD


PT. Exspan Nusantara
SAMBUTAN FIELD
PT. Semberani Persada Oil

ANGGANA FIELD
PT. Exspan Nusantara

MUARA FI ELD
PT. Exspan Nusantara

LOUI SE FI ELD
PT. Exspan Nusantara

TANJ UNG UNA FIELD


PT. Exspan Nusantara

Batas Kotamadya Samarinda


Konsesi MI GAS di wilayah Kotamadya
Samarinda

Gambar 1. Lapangan Minyak di Wilayah Kotamadya Samarinda

14

Dari beberapa pendapat ahli dan data-data tersebut di atas kita maklum
bahwa cadangan Migas Indonesia semakin hari semakin mengkhawatirkan. Karena
sifat sumber daya alam Migas ini adalah tidak terbarukan (non renewable), maka
satu-satunya jalan untuk memperoleh (meningkatkan) potensi cadangan terbukti
(proven reserves) Migas adalah dengan melakukan eksplorasi.
2.2. Potensi Ekonomi
Penerimaan Negara dari sektor migas memberikan sumbangan yang cukup
penting dalam perekonomian Indonesia. Walaupun peranan migas dalam
penerimaan Negara relative semakin menurun, namun dalam jangka waktu tahun
1995/1996 1999/2000 rata-rata penerimaan migas dibandingkan dengan jumlah
penerimaan dalam negeri masih cukup besar yaitu sekitar 26.1% (Anonim, 2000).
Widianto, S (2004) menyampaikan bahwa hingga lima tahun terakhir ini
subsektor migas menyumbang penerimaan dalam negeri sebesar rata-rata 33,55%
per tahun. Ini menunjukkan betapa penting dan strategisnya sektor migas di dalam
mendukung APBN, apalagi saat menghadapi krisis ekonomi dan saat ini sedang
dalam proses pemulihan. Namun, selama sepuluh tahun terakhir, ekspor minyak
mentah Indonesia mengalami penurunan walaupun kecil yaitu rata-rata sebesar
3,8% per tahun.
Lebih jauh dikemukakan bahwa 70 persen dari produksi minyak saat ini
digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti transportasi, listrik, industri, dan
peralatan rumah tangga yang pada 2003 mencapai 54,7 juta kilo liter.
Realisasi nilai penjualan (gross revenue) migas tahun 2004 mencapai US$
24.979,35 juta atau 151,53% dari APBN 2004 yang terdiri atas minyak bumi yang
mencapai US$ 13.778,23 juta (155,27% dibanding APBN 2004) dan gas alam
sebesar US$ 11.201,12 juta (147,16% dibanding APBN 2004) (Anonim, 2005).

15

Data data tersebut di atas menunjukkan sampai dengan saat ini betapa besar
peranan sumber daya migas dalam pembangunan Indonesia.

3. DAMPAK NEGATIF EKSPLOITASI DAN PENGGUNAAN BAHAN


BAKAR MIGAS
3.1. Dampak Negatif Eksploitasi Migas
Sebagimana layaknya sebuah proyek, pada seluruh proses besar eksploitasi
migas yang dimulai dari survey eksplorasi, eksploitasi dan produksi, pengolahan
sampai dengan pemasaran akan memberikan dampak negatif pada lingkungan
hidup. Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan terkena dampak negatif
adalah komponen lingkungan fisik-kimia, komponen lingkungan biologi dan
komponen lingkungan sosial dan budaya masyarakat.
Dampak negatif proyek eksploitasi migas pada komponen fisik-kimia antara
lain terjadinya penurunan kualitas perairan dan atau kualitas tanah yang
disebabkan antara lain adanya ceceran minyak, pemadatan tanah, pengupasan
lahan dll. Oleh karena komponen fisik-kimia adalah komponen pendukung utama
kehidupan baik flora, fauna dan manusia, maka dengan terganggunya komponen
fisik-kimia, maka akan berpengaruh pula terhadap kualitas kehidupan flora, fauna
dan manusia tersebut. Selain itu akan selalu terjadi tekanan langsung terhadap
kehidupan flora dan fauna seiring dengan proses pelaksanaan proyek eksploitasi
migas. Dampak negatif terhadap sosial dan budaya masyarakat yang terjadi akibat
pelaksanaan proyek biasanya adalah adanya kesenjangan taraf ekonomi dan
tingkat sumber daya manusia antara masyarakat lokal sekitar proyek dengan para
pekerja proyek.
3.2. Dampak Negatif Penggunaan Bahan Bakar Migas
Sebagaimana diketahui secara luas, penggunaan bahan bakar fosil sebagai
sumber energi, salah satunya bahan bakar migas akan menghasilkan gas polutan ke

16

udara (atmosfer) yang akan berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan
manusia.
Wardhana,WA, et.al. (1998) menyampaikan bahwa udara di daerah
perkotaan yang mempunyai banyak kegiatan industri dan berlalulintas padat pada
umumnya sudah tidak bersih lagi. Udara tersebut telah tercemari oleh berbagai
macam pencemar dan yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran udara
adalah komponen-komponen berikut ini :
1. Karbon monoksida

(CO)

2. Nitrogen Oksida

(NOx)

3. Belerang Oksida

(SOx)

4. Hidro Karbon

(HC)

5. Partikel

(Particulate)

Komponen pencemar udara tersebut di atas dapat mencemari udara secara sendirisendiri atau dapat pula mencemari udara secara bersama-sama.
Pencemaran yang disebabkan oleh gas polutan akan menyebabkan
terjadinya perubahan iklim. Perubahan Iklim adalah fenomena global yang dipicu
oleh kegiatan manusia terutama yang berkaitan dengan penggunaan bahan bakar
fosil dan kegiatan alih guna lahan. Kegiatan tersebut dapat menghasilkan gas-gas
diantaranya karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrous oksida (N2O) yang
makin lama makin banyak jumlahnya di atmosfer (Murdiyarso, D., 2003).
Lebih lanjut dijelaskan, ketika revolusi industri baru dimulai sekitar tahun
1850, konsentrasi salah satu Gas Rumah Kaca (GRK, gas CO 2, CH4, dan N2O,
yaitu gas-gas tersebut memiliki sifat seperti kaca, yang meneruskan radiasi
gelombang pendek atau cahaya matahari, tetapi menyerap dan memantulkan
radiasi gelombang panjang atau radiasi balik yang dipancarkan bumi yang bersifat
panas sehingga suhu atmosfer semakin meningkat) penting yaitu CO 2 di atmosfer
baru 290 ppmv (part per million by volume), saat ini (150 tahun kemudian) telah

17

mencapai sekitar 350 ppmv. Jika pola konsumsi, gaya hidup, dan pertumbuhan
penduduk tidak berubah, 100 tahun yang akan datang konsentrasi CO 2
diperkirakan akan meningkat menjadi 580 ppmv atau dua kali lipat dari zaman
pra-industri. Akibatnya, dalam kurun waktu 100 tahun yang akan datang suhu ratarata bumi akan meningkat hingga 4.5 oC dengan dampak terhadap berbagai sektor
kehidupan manusia yang luar biasa, antara lain menurunnya produksi pangan,
terganggunya fluktuasi dan distribusi ketersediaan air, penyebaran hama dan
penyakit tananman, dan manusia adalah diantara dampak sosial ekonomi yang
dapat ditimbulkan.

4. PENUTUP
Berdasarkan uraian dan data di atas, maka penggunaan bahan bakar migas
hendaknya mulai dibatasi karena cadangannya yang sangat terbatas. Selain itu,
akibat pemakaian bahan bakar migas juga sangat mencemari lingkungan yang pada
akhirnya akan berdampak negatif kepada kesehatan dan kehidupan manusia. Oleh
karena itu usaha diversifikasi energi sudah harus segera dilaksanakan, agar
cadangan sumber daya energi (bahan bakar) dapat diperpanjang dan sekaligus
sebagai upaya mencegah adanya dampak pencemaran lingkungan atau sebagai
upaya penyelamatan lingkungan.
Usaha diversifikasi energi dapat ditempuh antara lain dengan cara
menginventarisasi jenis energi yang dapat diperoleh selain dari pemanfaatan bahan
bakar migas. Diversifikasi energi terdiri dari pemanfaatan 2 macam kelompok
energi, yaitu :
a Energi terbarukan
b Energi maju.

18

a. Energi terbarukan
Energi terbarukan adalah energi yang berasal dari dari alam yang setelah
digunakan awal akan dapat diadakan kembali sehingga penggunaannya bisa terusmenerus, meliputi antara lain :
1. Gas bio (biogas) yang dihasilkan dari proses anaerobik biomasa
yang berasal dari limbah pertanian dan peternakan.
2. Energi angin, untuk pembangkit tenaga listrik.
3. Energi surya, sebagai negara tropis Indonesia memang sangat
potensial untuk dapat memanfaatkan energi surya ini. Energi surya
dapat digunakan secara langsung, misalnya untuk pengeringan hasil
pertanian, perikanan, dll, maupun secara tak langsung, misalnya
untuk listrik perdesaan daerah terpencil, televisi, radio dan
komunikasi, dll.
4. Energi air, potensinya cukup besar untuk pembangkit tenaga listrik.
5. Energi panas bumi, adalah energi yang cukup banyak tersedia di
Indonesia mengingat bahwa Indonesia termasuk negeri vulkanik.
6. Sumber energi lainnya, yang masih dalam perlu penelitian lebih
lanjut.
b. Energi maju
Energi maju adalah energi yang diperoleh dari pemanfaatan teknologi
nuklir. Energi nuklir mempunyai potensi yang cukup baik untuk dikembangkan di
Indonesia, walaupun masih merupakan energi alternatif urutan terakhir.
Penggunaan jenis-jenis energi tersebut diatas memang bukan sama sekali
tidak berdampak negatif terhadap lingkungan hidup, akan tetapi paling tidak bisa
mengurangi permasalahan kelangkaan energi yang bersumber dari bahan bakar
19

migas maupun bahan bakar fosil lainnya yang cadangannya semakin hari semakin
mengkhawatirkan.
POTENSI DAN DAMPAK NEGATIF (EKSPLOTASI DAN PENGGUNAAN) BAHAN
BAKAR MIGAS MIGAS
Outline :
1. Pendahuluan
2. Potensi Migas
Potensi Volume
Potensi Ekonomi
3. Dampak Negatif Eksploitasi dan Penggunaan Bahan Bakar Migas
Dampak Negatif Eksploitasi Migas
Dampak Negatif Penggunaan Bahan Bakar Migas
4. Penutup.

20

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1999. Potensi dan Prospek Investasi Di Sektor Pertambangan dan Energi
1998-1999. Yayasan Krida Caraka Bhumi, Departemen Pertambangan dan
Energi, Jakarta.
Anonim. 2000. Dinamika Minyak dan Gas Bumi. Departemen Pertambangan dan
Energi Sumber Daya Mineral, Jakarta.
Anonim. 2005. Laju Penurunan Produksi Minyak Bumi Dapat Ditekan Sekitar
5%. Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral Edisi 28 Maret 2005
(www.esdm.go.id).
Anonim. 2005. Disepakati, Realisasi Lifting Migas Triwulan IV 2004. Informasi
Energi dan Sumber Daya Mineral Edisi 15 Maret 2005 (www.esdm.go.id).
Elyza, R dan Hulaiyah, Y. 2005. Kenapa sih Harus Menghemat Energi?. Pelangi
Indonesia (www.pelangi.or.id).
Murdiyarso, D. 2003. Protokol Kyoto, Implikasinya Bagi Negara Berkembang.
Penerbit Buku Kompas, Jakarta.
Wardhana,WA, et. al. 1998. Diversifikasi Energi sebagai Usaha Penyelamatan
Lingkungan. Jurnal Elektro Indonesia Edisi ke Sebelas, Januari 1998
(www.elektroindonesia.com).
Widianto, S. 2004. Minyak yang Kian Terkuras. Pikiran Rakyat Edisi Selasa, 20
April 2004 (www.pikiran-rakyat.com).
Modul Keempat. Perundang Undangan Migas dan Otonomi Daerah

21

POTENSI DAN DAMPAK NEGATIF (EKSPLOTASI DAN PENGGUNAAN) BAHAN


BAKAR MIGAS MIGAS
Outline :
5. Pendahuluan
6. Potensi Migas
Potensi Volume
Potensi Ekonomi
7. Dampak Negatif Eksploitasi dan Penggunaan Bahan Bakar Migas
Dampak Negatif Eksploitasi Migas
Dampak Negatif Penggunaan Bahan Bakar Migas
8. Penutup.

22

Anda mungkin juga menyukai