SEJARAH KELAS XI
PENYUSUN
A. Kompetensi Dasar
3. 11 Menganalisis kehidupan bangsa Indonesia di bidang sosial, ekonomi, budaya,
militer, dan pendidikan pada zaman pendudukan Jepang
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan pembelajaran ini diharapkan kalian dapat menjelaskan proses masuknya
Jepang ke Indonesia, menjelaskan kehidupan bangsa Indonesia di bidang sosial pada
zaman pendudukan Jepang, menjelaskan kehidupan bangsa Indonesia di bidang ekonomi,
menjelaskan kehidupan bangsa Indonesia di bidang budaya, menjelaskan kehidupan
bangsa Indonesia di bidang militer, menjelaskan kehidupan bangsa Indonesia di bidang
pendidikan pada zaman pendudukan Jepang
B. Uraian Materi
Kedatangan dan masa pendudukan Jepang di Indonesia menjadi periode yang sangat
penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Jepang saat itu memiliki tujuan mewujudkan
Persemakmuran Bersama Asia Timur Raya yang salah satunya adalah Indonesia, lalu
bagaimana Jepang mampu mewujudkan tujuan tersebut? Untuk lebih jelas, silahkan
simak dan pahami penjelasan uraian materi berikut ini.
1. Proses Masuknya Jepang ke Indonesia
Sumber :
https://www.ac
ademia.edu/22
957367/PETA_
KEDATANGAN_J
EPANG_KE_IND
ONESIA_1941_1
942
Jika memperhatikan peta di atas, kedatangan Jepang tidak langsung tiba di wilayah ibu kota
tetapi secara bertahap menyesuaikan dengan kekuatan Belanda yang masih menguasai
Indonesia.
Untuk lebih jelas bagaimana proses masuknya Jepang ke Indonesia, silahkan pahami materi be
Pada tanggal 8 Desember 1941 secara tiba tiba Jepang melakukan serangan ke Pearl Harbour,
yaitu pangkalan terbesar angkatan laut Amerika di Pasifik. Setelah penyerangan atas Peearl
Harbour itu, selanjutnya Jepang dengan cepat melakukan serbuan ke selatan, termasuk ke
Indonesia.
Jepang pertama kali tiba di Indonesia dan mendarat di Tarakan, Kalimantan Timur pada
tanggal 11 januari 1942. Selanjutnya, Jepang berhasil menguasai Kota Balikpapan (24 Januari
1942), Pontianak (29 Januari 1942),
Samarinda (3 Februari 1942), dan Banjarmasin (10 Februari 1942). Pada tanggal 4 Februari
1942, Ambon berhasil diduduki Jepang, kemudian dilanjutkan pada tanggal 16 Februari 1942
menguasai Palembang dan sekitarnya. Setelah berhasil menguasai wilayah luar Jawa, Jepang
kemudian memusatkan serangannya ke Pulau Jawa. Pada tanggal 28 Februari 1942, Jepang
berhasil mendarat di tiga tempat sekaligus, yaitu di Teluk Banten, di Eretan Wetan (Jawa
Barat) dan Kragen (Jawa Tengah).
Serbuan tentara Jepang ke Indonesia yang demikan besar dan cepat membuat tentara Belanda
tidak mampu bertahan. Akhirnya, pada tanggal 8 Maret 1942 Gubernur Jenderal A.W.L.Tjarda
van Starkenborgh Stachouwer dan beberapa petinggi militer Belanda datang ke Kalijati,
Subang, Jawa Barat bertemu dengan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura. Belanda menyatakan
menyerah tanpa syarat terhadap Jepang. Dalam penyerahan kekuasaan atas Indonesia tersebut,
Belanda diwakili oleh Letnan Jendral Ter Poorten dan Jepang diwakili oleh Letnan Jenderal
Immamura. Sejak saat itu, Indonesia dikuasai oleh Jepang.
Setelah secara resmi menerima penyerahan kedaulan dari pemerintah Belanda, pemerintahan
Jepang langsung membagi wilayah Indonesia menjadi tiga wilayah pemerintahan militer, yaitu:
1. WILAYAH I (Angkatan Darat: Gunseibu), Mencakup Jawa & Madura di mana Batavia
menjadi pusatnya Wilayah ini menjadi wewenang tentara ke-16 di bawah pimpinan Hitoshi
Imamura.
3. WILAYAH III (Angkatan Laut: Kaigun), mencakup Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa
Tenggara juga Irian yang berpusat pada Makassar. Wilayah ini menjadi wewenang armada
selatatan ke-2 di bawah kepemimpinan Laksamana Maeda.
Pada awal kedatangannya, pemerintah militer
Jepang bersikap baik terhadap bangsa Indonesia
dengan mengaku sebagai saudara tua bangsa
Indonesia. Tetapi akhirnya sikap baik itu berubah
setelah sekian waktu Jepang menduduki
Indonesia. Apa yang ditetapkan pemerintah
Jepang seolah mendukung kemerdekaan
Indonesia. Padahal sebenarnya Jepang berlaku
demikian demi kepentingan pemerintahannya yang pada saat itu sedang menghadapi perang.
Apalagi setelah Jepang mengetahui harapan yang besar dari Indonesia untuk mencapai
kemerdekaan, mereka mulai menciptakan propaganda-propaganda untuk menaruh kepercayaan
pada hati bangsa Indonesia. Propoganda terkenal yang diusung Jepang adalah gerakan 3A.
Propoganda gerakan tiga A tersebut yaitu:
1. Jepang pelindung Asia
Gambar di atas merupakan salah satu aktivitas kehidupan sosial bangsa Indonesia pada masa
pendudukan Jepang. Masa pendudukan Jepang adalah masa yang sangat singkat yaitu 3,5 tahun,
namun telah menorehkan masa-masa kelam dalam perjalanan sejarah masyarakat Indonesia.
Kehidupan sosial masyarakat sangat memperihatinkan, penderitaan masyarakat terjadi dimana-
mana dan semakin bertambah, karena segala kegiatan masyarakat dicurahkan untuk memenuhi
kebutuhan perang Jepang dalam menghadapi musuh-musuhnya. Kondisi memprihatinkannya
masyarakat Indonesia ketika zaman pendudukan Jepang, tidak terlepas dari kebijakan – kebijakan
yang dikeluarkan Jepang dalam bidang sosial, diantaranya :
1. Masyarakat dijadikan romusha (kerja paksa), Sehingga banyak korban kelaparan dan terkena
penyakit.
2. Pelaksanaan Kinrohosi, yaitu penyerahan bahan makanan rakyat secara besar-besaran untuk
kepentingan militer Jepang. Akibatnya beras dan berbagai bahan pangan petani dirampas
Jepang untuk kepentingan militernya sehingga banyak masyarakat yang menderita kelaparan.
3. Pelaksanaan Jugun Ianfu, yaitu mempekerjakan para gadis dan perempuan sebagai wanita
penghibur untuk pemuas nafsu militer Jepang. Banyak gadis dan perempuan yang ditipu oleh
Jepang dengan dalih untuk bekerja sebagai perawat atau disekolahkan, tetapi ternyata hanya
dipaksa untuk melayani para kompetai. Para gadis dan perempuan tersebut disekap dalam
kamp-kamp yang tertutup sebagai wanita penghibur.
https://blog.ruangguru.com/kehidupan-bangsa-indonesia-masa-pendudukan-jepang
2. Kehidupan Bangsa Indonesia di Bidang Ekonomi
Pada waktu Indonesia di bawah pendudukan Jepang, sistem ekonomi yang diterapkan adalah sistem
ekonomi perang. Saat itu Jepang merasa penting untuk menguasai sumber-sumber bahan mentah
dari berbagai wilayah Indonesia. Tujuan Jepang melakukan itu, untuk menghadapi Perang Asia
Timur Raya.
Hal-hal yang diberlakukan dalam sistem pengaturan ekonomi pemerintah Jepang adalah sebagai
berikut:
a. Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang maka seluruh potensi sumber daya
alam dan bahan mentah digunakan untuk industri yang mendukung mesin perang. Jepang
menyita seluruh hasil perkebunan, pabrik, Bank dan perusahaan penting. Banyak lahan
pertanian yang terbengkelai akibat titik berat kebijakan difokuskan pada ekonomi dan industri
perang. Kondisi tersebut menyebabkan produksi pangan menurun dan kelaparan serta
kemiskinan meningkat drastis.
b. Jepang menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan sanksi pelanggaran yang
sangat berat. Pengawasan tersebut diterapkan pada penggunaan dan peredaran sisa-sisa
persediaan barang. Pengendalian harga untuk mencegah meningkatnya harga barang.
Pengawasan perkebunan teh, kopi, karet, tebu dan sekaligus memonopoli penjualannya.
Pembatasan teh, kopi dan tembakau, karena tidak langsung berkaitan dengan kebutuhan
perang. Monopoli tebu dan gula, pemaksaan menanam pohon jarak dan kapas pada lahan
pertanian dan perkebunan merusak tanah.
c. Pembatasan produktivitas tanaman yang tidak menguntungkan perang. Masyarakat Indonesia
diwajibkan untum menanam padi, pohon jarak, dan kapas, yang nilai jualnya tinggi dan
memenuhi kebutuhan perang.
d. Menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem autarki (memenuhi kebutuhan daerah sendiri
dan menunjang kegiatan perang dengan otoriter). Konsekuensinya tugas rakyat beserta semua
kekayaan dikorbankan untuk kepentingan perang. Hal ini jelas amat menyengsarakan rakyat
baik fisik maupun material.
e. Pada tahun 1944, kondisi politis dan militer Jepang mulai terdesak, sehingga tuntutan akan
kebutuhan bahan-bahan perang makin meningkat. Untuk mengatasinya pemerintah Jepang
mengadakan kampanye penyerahan bahan pangan dan barang secara besar-besaran melalui
Jawa Hokokai dan Nagyo Kumiai (koperasi pertanian), serta instansi resmi pemerintah.
Dampak dari kondisi tersebut, rakyat dibebankan menyerahkan bahan makanan 30% untuk
pemerintah, 30% untuk lumbung desa dan 40% menjadi hak pemiliknya. Sistem ini
menyebabkan kehidupan rakyat semakin sulit, gairah kerja menurun, kekurangan pangan, gizi
rendah, penyakit mewabah melanda hampir di setiap desa di pulau Jawa. Sebagai perlawanan
terhadap rasa lapar, telah memaksa bangsa Indonesia memakan keladi gatal, bekicot, umbi-
umbian, batang pohon pisang, batang pohon pepaya, dan lain-lain.
Dari peraturan yang diberlakukan oleh Jepang mengakibatkan sulitnya pemenuhan kebutuhan pangan
semakin terasakan bertambah berat pada saat rakyat juga merasakan penggunaan sandang yang amat
memprihatinkan. Pakaian rakyat compang camping, ada yang terbuat dari karung goni yang
berdampak penyakit gatal-gatal akibat kutu dari karung tersebut. Adapula yang hanya menggunakan
lembaran karet sebagai penutup.
https://www.academia.edu/22957367/PETA_
KEDATANGAN_JEPANG_KE_INDONESIA_1941_
1942
Gambar di atas, merupakan gambaran
upacara penyembahan terhadap dewa
matahari, namun kebijakan ini sangat
ditentang oleh masyarakat Indonesia
terutama para ulama, karena ini sangat
bertentangan dengan keyakinan bangsa
Indonesia. Bisa kalian perhatikan gambar di
samping (para ulama yang ditangkap
karena menolak melakukan penyembahan
terhadap dewa matahari
b. Pemerintahan Jepang
mendirikan pusat kebudayaan
yang diberi nama Keimin
Bunkei Shidoso. Lembaga ini
yang kemudian digunakan
Jepang untuk mengawasi dan
mengarahkan kegiatan para
seniman agar karya-karyanya
tidak menyimpang dari
kepentingan Jepang
Pendidikan yang dikembangkan oleh Jepang didasari oleh semangat pembebasan dan persamaan.
Kebijakan ini juga menyebabkan terhapusnya diskriminasi sosial terhadap para pelajar pribumi
yang sebelumnya diterapkan oleh Belanda. Sistem pendidikan zaman Jepang yang masih diterapkan
oleh negara kita saat ini diantaranya adalah sistem belajar 12 tahun. Saat itu Jepang membuka
Sekolah Umum yang terdiri dari Sekolah Rakyat (kokumin gakko) selama 6 tahun, Sekolah
Menengah Pertama selama 3 tahun dan Sekolah Menengah Atas selama 3 tahun. Jepang juga
mengadakan pelatihan bagi para guru yang pesertanya diambil dari berbagai daerah. Dalam
pelatihan tersebut, para peserta didoktrin dengan “Hakko Ichiu”. Ajaran ini berarti Delapan penjuru
dunia dibawah satu atap. Dengan adanya ajaran ini bisa diartikan bahwa Jepang meyakinkan
negaranya adalah sebagai pemimpin dalam suatu lingkungan. Setelah melakukan pelatihan, para
peserta harus kembali ke daerahnya masing-masing untuk menyampaikan ilmu yang telah
diperolehnya selama pelatihan.
Guna memperoleh dukungan tokoh pribumi, Jepang mengawalinya dengan menawarkan konsep
Putera Tenaga Rakyat di bawah pimpinan Soekarno, M. Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan K.H. Mas
Mansur pada Maret 1943. Konsep ini dirumuskan setelah kegagalan the Triple Movement yang
tidak menyertakan wakil tokoh pribumi. Tetapi PTR akhirnya mengalami nasib serupa setahun
kemudian. Pasca ini, Jepang tetap merekrut Ki Hajar Dewantoro sebagai penasehat bidang
pendidikan mereka. Upaya Jepang mengambil tenaga pribumi ini dilatarbelakangi pengalaman
kegagalan sistem pendidikan mereka di Manchuria dan China yang menerapkan sistem Nipponize
(Jepangisasi). Karena itulah, di Indonesia mereka mencobakan format pendidikan yang
mengakomodasi kurikulum berorientasi lokal. Sekalipun patut dicatat bahwa pada menjelang akhir
masa pendudukannya, ada indikasi kuat Jepang untuk menerapkan sistem Nipponize kembali, yakni
dengan dikerahkannya Sendenbu (propagator Jepang) untuk menanamkan ideologi yang diharapkan
dapat menghancurkan ideologi Indonesia Raya.
Jepang juga memandang perlu melatih guru-guru agar memiliki keseragaman pengertian tentang
maksud dan tujuan pemerintahannya. Materi pokok dalam latihan tersebut antara lain:
a. Nippon Seisyin, yaitu latihan kemiliteran dan semangat Jepang;
b. Bahasa, sejarah dan adat-istiadat Jepang;
c. Ilmu bumi dengan perspektif geopolitis; serta
d. Olaharaga dan nyanyian Jepang. Sementara untuk pembinaan
kesiswaan.
Jepang mewajibkan bagi setiap murid sekolah untuk rutin melakukan beberapa aktivitas berikut
ini:
a. Menyanyikan lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo setiap pagi;
b. Mengibarkan bendera Jepang, Hinomura dan menghormat Kaisar Jepang, Tenno
Heika setiap pagi;
c. setiap pagi mereka juga harus melakukan Dai Toa, bersumpah setia kepada cita-
cita Asia Raya;
d. Setiap pagi mereka juga diwajibkan melakukan Taiso, senam Jepang;
e. Melakukan latihan-latihan fisik dan militer;\
f. Menjadikan bahasa Indonesia sebagai pengantar dalam pendidikan. Bahasa
Jepang menjadi bahasa yang juga wajib diajarkan.
Setelah menguasai Indonesia, Jepang menginstruksikan ditutupnya sekolah-sekolah berbahasa
Belanda, pelarangan materi tentang Belanda dan bahasa-bahasa Eropa lainnya. Termasuk yang
harus ditutup adalah HCS, sehingga memaksa peranakan China kembali ke sekolah-sekolah
berbahasa Mandarin di bawah koordinasi Hua-Chino Tsung Hui, yang berimplikasi pada adanya
proses resinification (penyadaran dan penegasan identitas sebagai keturunan bangsa China).
Kondisi ini antara lain memaksa para guru untuk mentranslasikan buku- buku berbahasa asing
kedalam Bahasa Indonesia untuk kepentingan proses pembelajaran. Selanjutnya sekolah-sekolah
yang bertipe akademis diganti dengan sekolah-sekolah yang bertipe vokasi. Jepang juga melarang
pihak swasta mendirikan sekolah lanjutan dan untuk kepentingan kontrol, maka sekolah swasta
harus mengajukan izin ulang untuk dapat beroperasi kembali. Taman Siswa misalnya terpaksa harus
mengubah Taman Dewasa menjadi Taman Tani, sementara Taman Guru dan Taman Madya tetap
tutup. Kebijakan ini menyebabkan terjadinya kemunduran yang luar biasa bagi dunia pendidikan
dilihat dari aspek kelembagaan dan operasonalisasi pendidikan lainnya.
Sementara itu terhadap pendidikan Islam, Jepang mengambil beberapa kebijakan antara lain:
1. Mengubah Kantoor Voor Islamistische Zaken pada masa Belanda yang dipimpin kaum
orientalis menjadi Sumubi yang dipimpin tokoh Islam sendiri, yakni K.H. Hasyim Asy’ari.
Di daerah-daerah dibentuk Sumuka;
2. Pondok pesantren sering mendapat kunjungan dan bantuan pemerintah Jepang;
3. Mengizinkan p e m b e n t u k a n barisan Hizbullah yang mengajarkan latihan dasar seni
kemiliteran bagi pemuda Islam di bawah pimpinan K.H. Zainal Arifin;
4. Mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta di bawah asuhan K.H. Wahid
Hasyim, Kahar Muzakkir dan Bung Hatta;
5. Diizinkannya ulama dan pemimpin nasionalis membentuk barisan Pembela Tanah Air
(PETA) yang belakangan menjadi cikal-bakal TNI di zaman kemerdekaan; dan
6. Diizinkannya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) terus beroperasi, sekalipun kemudian
dibubarkan dan diganti dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang
menyertakan dua ormas besar Islam, Muhammadiyah dan NU.
Dari uraian materi yang sudah kalian pelajari, banyak kebijakan pendudukan Jepang yang sangat
merugikan bangsa Indonesia, akhirnya Jepang mendapat perlawanan dari berbagai daerah.
Perlawanan terhadap Jepang antara lain di Aceh yang dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil,
Perlawanan rakyat Tasikmalaya dipimpin oleh KH. Zainal Mustofa, dan Perlawanan PETA di Blitar
yang dipimpin oleh Supriyadi. Selain mendapatkan perlawanan dari bangsa Indonesia Jepang
sendiri mengalami kekalahan di berbagai front pertempuran berdampak bagi pemerintahan yang ada
di Jepang. Pada tanggal 17 Jui 1944, Jenderal Nideki Tojo diganti oleh Jenderal Koniaki Koiso.
Pada tanggal 7 september 1994 jenderal koiso memberikan janji kemerdekaan kepada Indonesia
dikemudian hari. Pada 1 Maret 1945, panglima Jepang letnan jenderal kumakici harada
mengumumkan pembentukan badan penyelidikan usaha-usaha persiapan kemerdekan Indonesia
(BPUPKI). Seiring berjalannya BPUPKI pada tanggal 6 Agustus 1945 kota Hirosima dibom atom
oleh sekutu dan pada tanggal 7 Agustus 1945 dibubarkannya BPUPKI dan dibentuklah PPKI
(Panitia persiapan kemerdekana Indonesia). PPKI yang dipimpin oleh ir. Soekarno beserta Moh.
Hatta dan Dr. Rajiman Widyadiningrat berangkat ke dalat, vietnam pada 2 Agustus 1945
bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kemerdekaan Indonesia.
Amerika Serikat kemudian membom atom kedua kota yang ada di Jepang, yakni Hirosmia dan
Nagasaki pada tanggal 6 Agustus dan 9 Agustus 1945. Pemilihan kedua kota itu dikarenakan kedua
kota tersebut merupakan pusat industry di Jepang. Akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang
menyerah kepada Sekutu dan berakhirnya juga masa pendudukan Jepang di Indonesia. Akan tetapi
Jepang harus tetap menjaga status quo sebelum kedatangan Sekutu. Bangsa Indonesia
memanfaatkan kondisi yang demikian itu dengan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
sebelum Sekutu datang, yakni pada tanggal 17 Agustus 1945, Bung Karno di damping oleh Hatta
membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian maka berakhirlah kekuasaan
Jepang di Indonesia, dan Indonesia muncul menjadi satu negara yang merdeka.
B. Rangkuman
Jepang pertama kali tiba di Indonesia mendarat di Tarakan, Kalimantan Timur pada tanggal 11
januari 1942, kedatangan Jepang tidak terlepas dari perang Asia Timur Raya pasca Amerika
menyatakan perang terhadap Jepang diakibatkan Jepang melakukan serangann mendadak terhadap
pangkalan Militer Amerika Serikat di Pearl Harbour pada tanggal 7 Desember 1941. Untuk
memuluskan perang Asia Timur Raya, Jepang berusaha menguasai wilayah Asia salah satunya
Indonesia.
Secara resmi Jepang menguasai Indonesia pada tanggal 8 Maret 1942, setelah Belanda menyerah
tanpa syarat di Kalijati Subang. Pada awal pergerakannya, pemerintah militer Jepang bersikap baik
terhadap bangsa Indonesia dengan mengaku sebagai saudara tua bangsa Indonesia. Tetapi akhirnya
sikap baik itu berubah setelah sekian waktu Jepang menduduki Indonesia, berbagai kebijakan
dilakukan untuk mewujudkan tujuan Jepang. Dalam bidang sosial Jepang menerapkan romusha,
melaksanakan kinrohosi, dan jogun lanfu sehingga. Dalam bidang ekonomi Jepang menerapkan
kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang dengan berbagai kebijakan diantaranya
menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan sanksi pelanggaran yang sangat berat,
menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem autarki, dan mengadakan kampanye penyerahan
bahan pangan dan barang secara besar-besaran. Kebijakan sosial ekonomi mengakibatkan
kehidupan bangsa Indonesia pada zaman pendudukan Jepang sangat menderita, dan kemiskinan
merajela.
Pada awal pendudukannya, Jepang bersikap baik dan ramah kepada rakyat Indonesia, Jepang yang
manis dan ramah itu ternyata hanya palsu belaka. Kenyataannya sikap dan tindakan Jepang mulai
keras, kejam, dan semena mena dan menguras habis sumber daya alam, akibatnya rakyat
mengalami penderitaan yang lebih berat daripada zaman penjajahan Belanda. Kehidupan bangsa
Indonesia yang mengalami penderitaan itu diakibatkan oleh kebijakan kebijakan yang dikeluarkan
oleh pendudukan Jepang. Kebijakan di bidang sosial: adanya pemaksaan rakyat Indonesia untuk
melakukan penghormatan kepada dewa matahari dengan cara membungkukan badan ke arah
matahari terbit, Jepang membentuk pusat kebudayaan yang digunakan Jepang untuk mengawasi dan
mengarahkan kegiatan para seniman agar karya-karyanya tidak menyimpang dari kepentingan
Jepang. Dalam bidang militer Jepang membentuk organisasi organisasi militer dan semi militer
diantaranya heiho, peta, suishintai, seinendan, keibodan, fujinkai, hizbullah, seinentai, dan
gakutotai. Dalam bidang pendidikan Jepang menerapkan pendikan yang masih berkembang sampai
dengan sekarang yaitu pendidikan 12 tahun, selain untuk mendidik siswa Jepang juga membuat
pelatihan bagi guru guru dengan tujuan menyamakan pandangan untuk mewujudkan tujuan Jepang
dalam memenangkan perang Asia Timur Raya. Namun sebagian besar kebijakan tersebut akhirnya
mendapatkan perlawanan dari bangsa Indonesia ditambah lagi Jepang semakin terdesak dalam front
peperangan akhirnya kekuatan Jepang semakin melemah, kondisi ini dimanfaatkan oleh Amerika
Serikat dengan meluncurkan serangan pemboman terhadap kota industri Jepang yaitu Hirosima dan
Nagasaki. Kondisi ini dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia dengan mempersiapkan proklamasi
kemerdekaan Indonesia, akhirnya Indonesia dapat memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal
17 Agustus 1945.