Anda di halaman 1dari 21

MATERI 09

PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA

1. Latar Belakang Pendudukan Jepang di Indonesia


Pada 7 Desember 1941, secara mengejutkan, Jepang telah berhasil menaklukkan
pangkalan perang Amerika di Pearl Harbour, Hawai. Dengan kemenangan tersebut, Jepang
mengganggap dirinya bisa dengan mudah mendapatkan bahan baku untuk keperluan industri
di negara-negara Asia. Jepang mulai menaklukkan beberapa wilayah di Asia, seperti
Filiphina, Laut Cina Selatan, dan juga tak luput dari serangan Jepang, Indonesia yang kaya
akan bahan baku dan sumber daya manusia. Penyerbuan ke wilayah Selatan dilakukan oleh
angkatan darat (rikugun) dan angkatan laut (kaigun) dengan pembagian tugas sebagai
berikut:
a. Angkatan darat bergerak dari Indo Cina untuk menaklukkan Malaysia, Sumatera, P.
Luzon, dan Birma
b. Angkatan laut bergerak dari Pearl Harbour ke Mindanau, Kalimantan, Sulawesi, Maluku,
Irian, dan pulau-pulau di Lautan Pasifik.

Pada 11 Januari 1942, Jepang mulai mendarat di Indonesia tepatnya di daerah


Tarakan, Kalimantan Timur. Belanda dengan mudah dibuat menyerah oleh Jepang. Pada 1
Maret 1942, Jepang mulai mendarat di Pulau Jawa, tepatnya di Semarang, Banten, dan
Indramayu. Dengan persiapan yang matang, Jepang mulai menyerang Belanda yang ada di
Jawa. Puncak dari penyerangan tersebut pada 8 Maret 1942 di daerah Kalijati, Subang.
Belanda yang diwakili oleh Teer Porten menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Jepang
yang pada saat perjanjian tersebut diwakili oleh Jenderal Hirada Imamura. Kemenangan
Jepang tersebut disambut baik oleh rakyat Indonesia.

2. Kebijakan Pemerintahan Jepang di Indonesia


Kebijakan-kebijakan Jepang di Indonesia, umumnya ditujukan untuk kepentingan militer
Jepang dalam menghadapi Perang Pasifik atau Perang Asia Timur Raya. Adapun kebijakan
Jepang tersebut, antara lain:
a. Bidang Politik
1) Pembubaran semua organisasi politik yang ada pada masa Belanda, kecuali MIAI
karena dianggap memiliki kesamaan yang anti Barat.

2) Mendirikan beberapa organisasi seperti:

 Gerakan 3A
Gerakan ini didirikan untuk mengembangkan propaganda Jepang yang berisi
Jepang sebagai pelindung Asia dari kolonialisme Bangsa Barat, Jepang
pemimpin Asia yang akan membuat Asia mencapai puncak kejayaan dan
Jepang sebagai Cahaya Asia yang akan membuat Asia berjaya di mata dunia.
Untuk meyakinkan bangsa Indonesia maka ditunjuklah Mr. Samsudin sebagai
ketuanya
 Pusat Tenaga Rakyat
Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Mas Mansyur, Soekarno, Suwardi
Suryaningrat dan Moh. Hatta. Tujuan dari organisasi ini adalah untuk
membangun dan menghidupkan kembali segala sesuatu yang telah
dihancurkan oleh Belanda.
 Jawa Hokokai
Organisasi ini didirikan untuk memacu semangat rakyat Indonesia guna
memberikan baktinya demi kemenangan Jepang dalam Perang Pasifik.

3) Memberikan janji kemerdekaan.


b. Bidang Ekonomi
1) Penyitaan seluruh aset Belanda yang ada di Indonesia.
2) Penghapusan tanaman perkebunan di Indonesia.
3) Mewajibkan rakyat Indonesia untuk menanam padi dan pohon jarak.
4) Mewajibkan rakyat Indonesia menyerahkan 60% dari hasil panen yang mereka
peroleh.
5) Membentuk koperasi dengan nama kumiyai.
c. Bidang Militer
1) Membentuk tiga pemerintahan militer di Indonesia, yaitu:
 Pemerintahan Militer Angkatan Darat Tentara ke-25, yang bertugas di wilayah
Sumatera dengan ibu kota di Bukit Tinggi.
 Pemerintahan Militer Angkatan Darat Tentara ke-16, yang bertugas di wilayah
Jawa dan Madura dengan Jakarta sebagai ibu kotanya.
 Pemerintahan Militer Angkatan Laut Tentara ke-2, yang bertugas di wilayah
Indonesia Timur dengan ibu kota berada di Makasar.
2) Membentuk organisasi militer dan semi militer:
i. Organisasi Militer
 Heiho, pasukan cadangan Jepang dalam menghadapi Perang Asia Timur
Raya.
 PETA, pasukan yang dibentuk untuk mempertahankan Indonesia. PETA
sudah mengenal adanya pangkat yang berbeda-beda dalam organisasi,
misalnya Daidanco (komandan batalion), Cudanco (komandan kompi),
Shodanco (komandan peleton), Bundanco (komandan regu), dan Giyuhei
(prajurit sukarela).
ii. Organisasi Semi Militer
 Seinendan, barisan pemuda
 Seinentan, barisan murid-murid sekolah dasar
 Gakukotai, barisan murid-murid sekolah lanjutan
 Fujinkai, barisan wanita
 Keibodan, barisan pembantu polisi
 Hizbullah, barisan pemuda Islam
d. Bidang Sosial dan Budaya

1) Eksploitasi tenaga manusia dengan menerapkan Romusha untuk membangun sarana-


sarana pertahanan.

2) Kewajiban merayakan Hari Raya Tencosetsu, yaitu hari lahirnya Kaisar Hirohito.
3) Kewajiban melaksanakan Sekrei, upacara menghormati matahari setiap pagi.
4) Diizinkannya proses Indonesianisasi, seperti penggunaan bahasa Indonesia,
pengibaran bendera merah putih, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
5) Penggunaan tarikh Sumera (tarikh Jepang) menggantikan tarikh Masehi. Waktu itu
tarikh Masehi 1942 sama dengan tahun 2602 Sumera.

6) Menghilangkan keistimewaan bangsa kulit putih.


e. Bidang Birokrasi
Mengeluarkan UU No. 27 Tahun 1942 tentang aturan pemerintahan daerah dan
UU No. 28 Tahun 1942 tentang aturan pemerintahan Syu dan Tokubetsu syi. Dengan UU
tersebut, pemerintahan akan dilengkapi dengan pemerintahan sipil. Menurut UU No. 28
ini, pemerintahan daerah yang tertinggi adalah shu (karesidenan). Seluruh Pulau Jawa
dan Madura, kecuali Kochi Yogyakarta dan Kochi Surakarta, dibagi menjadi daerah-
daerah shu (karesidenan), shi (kotapraja), ken (kabupaten), gun (kawedanan), son
(kecamatan), dan ku (desa/kelurahan).
Seluruh Pulau Jawa dan Madura dibagi menjadi 17 shu. Pemerintahan shu itu
dipimpin oleh seorang shucokan. Shucokan memiliki kekuasaan, seperti gubenur pada
zaman Hindia-Belanda yang meliputi kekuasaan legislatif dan eksekutif. Dalam
menjalankan pemerintahan, shucokan dibantu oleh Cokan Kanbo (Majelis
Permusyawaratan Shu). Setiap Cokan Kanbo ini memiliki tiga bu (bagian), yakni
Naiseibu (bagian pemerintahan umum), Kaisaibu (bagian ekonomi) dan Keisatsubu
(bagian kepolisian). Pemerintah pendudukan Jepang juga dapat membentuk sebuah kota
yang dianggap memiliki posisi sangat penting sehingga menjadi daerah semacam daerah
swatantra (otonomi). Daerah ini disebut tokubetsushi (kota istimewa) yang posisi dan
kewenangannya, seperti shu yang berada langsung di bawah pengawasan gunseikan.
3. Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Pemerintahan Jepang di Indonesia
Berdasarkan karakter dan jenis perjuangannya, perlawanan terhadap pemerintahan
Jepang dapat kita bagi menjadi:

a. Perlawanan Kooperatif
Perlawanan jenis ini umumnya dilakukan melalui organisasi-organisasi yang
didirikan oleh Jepang, seperti Gerakan 3A, PUTERA, dan Jawa Hokokai. Para tokoh
Indonesia yang memilih berjuang dengan jalan ini menilai bahwa pemerintahan
Jepang lebih sadis ketimbang pemerintahan sebelumnya.

b. Perlawanan Nonkooperatif
1) Perlawanan ulama
 Teungku Hamid dan Teungku Abdul Jalil memimpin perlawanan di Aceh.
 K.H. Madriyas memimpin perlawanan di Indramayu.
 K.H. Zaenal Mustofa memimpin perlawanan di Singaparna, Tasikmalaya.

2) Perlawanan PETA
 Syudanco Supiyadi memimpin perlawanan di Blitar.
 Budanco Khusaeri memimpin perlawanan di Cilacap
3) Gerakan bawah tanah
 Golongan Amir Sjarifudin yang sangat anti terhadap Fasisme.
 Golongan Sutan Sjahrir yang berisi golongan terpelajar.
 Golongan Sukarni yang peranannya sangat besar ketika persiapan
proklamasi.
 Golongan Ahmad Subardjo yang mendirikan Asrama Muda Indonesia
bergerak dalam bidang pendidikan.
4. Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia
a. Dampak Positif
 Berkembangnya proses Indonesianisasi.
 Para pemuda Indonesia mendapat pendidikan militer.
 Banyak tokoh Indonesia yang diangkat sebagai pejabat tinggi dalam
pemerintahan.
 Kesempatan untuk mempersiapkan kemerdekaan.
b. Dampak Negatif
 Kelaparan dan kemiskinan
 Kerusakan alam
 Penderitaan akibat Romusha

MATERI 10
PERISTIWA PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA

1. Persiapan Kemerdekaan Indonesia


Protes keras dilayangkan oleh Soekarno dan Hatta setelah mereka mengetahui bahwa
Jepang akan memberikan kemerdekaan pada Burma dan Filipina. Selain itu, kedua tokoh
tersebut tegas mengancam pada pihak Jepang akan lepas tangan dalam usaha menarik
simpati rakyat Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam Perang Pasifik. Atas
dasar ancaman tersebut, pihak Jepang langsung merespons untuk segera mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia. Adapun langkah-langkah yang diambil sebagai berikut:

a. Pembentukan Chuo Sangi In (Badan Pertimbangan Pusat)

Badan ini dibentuk untuk memberikan saran-saran pada Saiko Shikikan (Kumaikici
Harada) mengenai masalah-masalah pengembangan pemerintahan militer, pendidikan
dan penerangan, industri dan ekonomi, kemakmuran dan bantuan sosial, serta
kesehatan.

b. Pembentukan BPUPKI
Pada 17 Juli 1944, karena kondisi Jepang yang semakin terdesak oleh sekutu
di Perang pasifik, Perdana Menteri Tojo harus rela digantikan oleh Kaiso. Kaiso sadar
bahwa Jepang butuh banyak dukungan dari Indonesia. Untuk itu pada 7 September
1944, dikeluarkan sebuah janji bahwa Indonesia akan diberi kemerdekaan suatu saat.
Janji tersebut kemudian dikenal sebagai Janji Kaiso.
Menindaklanjuti Janji Kaiso tersebut, pada 1 Maret 1945, Kumaikici Harada
membentuk sebuah badan yang diberi nama Dokuritsu Junbi Cosakai atau dikenal
sebagai Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Badan yang diketuai oleh Dr. K.R.T. Radjiman Widyoningrat ini bertugas untuk
menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia. Dalam pelaksanaan
tugasnya, BPUPKI tercatat telah mengalami dua kali persidangan.
Sidang pertama dilaksanakan pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945 bertempat di
Gedung Chou Shangi In, Jakarta, yang sekarang dikenal sebagai Gedung Pancasila.
Sidang ini mengagendakan tentang usulan dasar negara. Sebanyak 46 orang anggota
BPUPKI yang mengusulkan tentang konsep dasar negara, namun hanya ada tiga
orang saja yang dianggap memenuhi syarat. Ketiga oranf tersebut, yaitu Mr. Muh.
Yamin, Dr. Mr. Supomo, dan Ir. Soekarno. Pada 29 Mei 1945, M. Yamin
mengusulkan tentang lima hal sebagai Asas Dasar Negara Republik Indonesia, yakni:
1) Peri kebangsaan
2) Peri kemanusiaan
3) Peri ketuhanan
4) Peri kerakyatan
5) Kesejahteraan rakyat

Pada 31 Mei 1945, Mr. Supomo mengajukan usulan tentang Dasar Negara Indonesia
Merdeka:

1) Persatuan
2) Kekeluargaan
3) Keseimbangan lahir dan batin
4) Musyawarah
5) Keadilan Rakyat
Keesokan harinya, pada 1 Juni 1945, Ir. Soekarno membacakan pidato
dengan judul Lahirnya Pancasila yang terdiri atas:

1) Kebangsaan Indonesia
2) Internasionalisme dan peri kemanusiaan
3) Mufakat dan demokrasi
4) Kesejahteraan sosial
5) Ketuhanan Yang Maha Esa
Sampai sidang berakhir, BPUPKI belum menentukan mengenai konsep dasar
negara mana yang cocok dan relevan dengan kepribadian Indonesia. Menanggapi
masalah tersebut, akhirnya Dr. Radjiman memutuskan membentuk panitia kecil yang
berjumlah 9 orang dikenal sebagai Panitia Sembilan. Pada 22 Juni 1945, Panitia
Sembilan yang diketuai oleh Soekarno berhasil merumuskan tentang konsep dasar
negara yang dikenal dengan nama Piagam Jakarta. Sidang BPUPKI yang kedua
diselenggarakan pada 10-16 Juli 1945 dengan agenda membahas:

i. Pembentukan kepanitiaan yang terdiri atas:


 Panitia perancang UUD diketuai oleh Ir. Soekarno.
 Panitia perancang ekonomi dan keuangan diketuai oleh Moh.Hatta.
 Pantia Pembela Tanah Air yang diketuai oleh Abikusno.
ii. Menentukan wilayah Indonesia
iii. Menentukan bentuk pemerintahan yang akan digunakan.

c. Pembentukan PPKI

BPUKPI kemudian dibubarkan setelah tugas-tugasnya selesai. Selanjutnya,


dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 7 Agustus 1945.
Badan yang diketuai oleh Ir. Soekarno itu beranggotakan 21 orang yang terdiri dari
12 orang wakil dari Jawa, 3 orang wakil dari Sumatera, 2 orang dari Sulawesi, dan
masing-masing satu orang dari Kalimantan, Sunda Kecil, Maluku, serta golongan
etnis Tionghoa ditambah 6 orang tanpa izin dari pihak Jepang.
2. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Beberapa peristiwa menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, antara lain:

a. Peristiwa Rengasdengklok

Keterpurukan Jepang dalam Perang Asia Raya mencapai puncaknya setelah


kota Hiroshima dan Nagasaki dijatuhkan bom atom oleh sekutu. Pada 9 Agustus 1945
Jenderal Terauchi memanggil Sukarno, Moh. Hatta, dan Rajiman Wedyodiningrat
untuk pergi ke Dalat, Saigon. Pada 12 Agustus 1945, Jenderal Terauchi mengucapkan
selamat kepada Sukarno dan Moh. Hatta sebagai ketua dan wakil ketua PPKI. Setelah
itu, Terauchi menegaskan bahwa Jepang akan menyerahkan kemerdekaan kepada
bangsa Indonesia. Sukarno, Moh. Hatta, dan Rajiman Wedyodiningrat pulang
kembali ke Jakarta pada 14 Agustus.
Pada 14 Agustus 1945, Perdana Menteri Kaiso menyatakan Jepang telah
menyerah dalam Perang Pasifik. Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Kaisar
Hirohito keesokan harinya. Para pemuda yang mendengar berita tersebut langsung
mengadakan rapat di Gedung Bakteriologi, jalan Pegangsaan Timur, Jakarta. Rapat
yang dipimpin oleh Chaerul Shaleh ini membahas tentang keinginan golongan muda
agar proklamasi kemerdekaan dilaksanakan secepatnya. Wikana, Sukarni, dan Darwis
kemudian mendatangi kediaman Soekarno yang berada di jalan Pegangsaan Timur
No. 56 untuk membahas mengenai hasil rapat pemuda di Gedung Bakteriologi
tersebut. Soekarno yang mewakili golongan tua menolak hasil rapat tersebut dengan
alasan masalah proklamasi harus dibicarakan dahulu dengan PPKI.
Pada 16 Agustus 1945, para pemuda akhirnya mengambil inisiatif untuk
mengamankan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok agar terhindar dari pengaruh
Jepang. Perdebatan mengenai kapan waktu proklamasi pun terjadi setelah Soekarno
dan Hatta tiba di Rengasdengklok. Akhirnya, Soekarno setuju jika proklamasi
dilaksanakan secepatnya setelah kedua tokoh tersebut kembali ke Jakarta. Atas
jaminan keamanan dari Ahmad Soebardjo, Soekarno dan Hatta pun kembali ke
Jakarta.

b. Perumusan Naskah Proklamasi


Rombongan Sukarno segera kembali ke rumah Laksamana Maeda di Jalan
Imam Bonjol No. 1. Para tokoh-tokoh nasionalis berkumpul di rumah Maeda, untuk
merumuskan teks proklamasi. Di rumah Maeda, hadir para anggota PPKI, para
pemimpin pemuda, para pemimpin pergerakan, dan beberapa anggota Chuo Sangi In
yang ada di Jakarta. Mereka berjumlah 40 - 50 orang. Rumah Laksamana Maeda itu
dianggap aman dari kemungkinan gangguan yang sewenang-wenang dari anggota-
anggota Rikugun (Angkatan Darat Jepang/Kampeitai) yang hendak menggagalkan
usaha proklamasi Indonesia.
Setelah berbicara sebentar dengan Sukarno, Moh. Hatta dan Ahmad Subarjo,
Laksamana Maeda memohon diri untuk beristirahat dan mempersilakan para
pemimpin Indonesia berunding sampai puas di rumahnya. Di ruang makan Maeda,
dirumuskanlah naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ketika peristiwa itu
berlangsung, Maeda tidak hadir, tetapi Miyoshi sebagai orang kepercayaan Nishimura
bersama Sukarni, Sudiro, dan B.M. Diah menyaksikan Sukarno, Hatta, dan Ahmad
Subarjo membahas perumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Sukarno pertama kali menuliskan kata pernyataan “Proklamasi”. Ahmad
Subarjo kemudian menyampaikan kalimat “Kami bangsa Indonesia dengan ini
menyatakan kemerdekaan Indonesia” dan Moh. Hatta menambahkan kalimat: “Hal-
hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara
saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”. Sukarno menuliskan,
“Jakarta, 17-8-45 Wakil-wakil bangsa Indonesia”, sebagai penutup. Sukarno
kemudian minta persetujuan dan minta tanda tangan kepada semua yang hadir
sebagai wakil-wakil bangsa Indonesia. Para pemuda menolak dengan alasan sebagian
yang hadir banyak yang menjadi kolaborator Jepang. Sukarni mengusulkan agar teks
proklamasi cukup ditandatangani dua orang tokoh, yakni Sukarno dan Moh. Hatta,
atas nama bangsa Indonesia. Usul Sukarni diterima. Dengan beberapa perubahan
yang telah disetujui, konsep itu kemudian diserahkan kepada Sayuti Melik untuk
diketik.

c. Pembacaan Teks Proklamasi

Tanggal 17 Agustus 1945, hari yang ditunggu oleh rakyat Indonesia karena
hari itu bangsa Indonesia telah mencapai puncak perjuangannya melawan penjajahan
bangsa asing. Jalan Pegangsaan Timur No. 56 dijadikan lokasi pembacaan teks
proklamasi dengan pertimbangan keamanan yang lebih terjamin ketimbang dilakukan
di Lapangan Ikada. Tepat pukul 10:00 WIB Soekarno yang didampingi Hatta mulai
membacakan teks proklamasi. Acara berikutnya, pengibaran bendera Merah Putih
yang dilakukan oleh Latief Hendraningrat dan S. Suhud. Bersamaan dengan naiknya
bendera Merah Putih, para hadirin secara spontan menyanyikan lagu Indonesia Raya
tanpa ada yang memimpin. Setelah itu, Suwiryo memberikan sambutan kemudian
disusul sambutan Dr. Muwardi. Sekitar pukul 11.00 WIB, upacara telah selesai.
Setelah itu, Dr. Muwardi menunjuk beberapa anggota Barisan Pelopor untuk menjaga
keselamatan Sukarno dan Moh. Hatta.

d. Penyebarluasan Berita Proklamasi


Berita penyebarluasan proklamasi segara dilakukan melalui berbagai macam cara.
Beberapa yang ditempuh, antara lain:
1) Mengirim beberapa anggota PPKI ke daerah-daerah.
2) Melalui surat kabar (Suara Asia).
3) Melalui radio (Domei dan Hoso Kanri Kyoku)
4) Pamflet dan coretan dinding.

e. Pembentukan Alat Kelengkapan Negara

Mengenai pembentukan alat kelengkapan negara, PPKI baru bisa membahasnya pada
18-22 Agustus 1945 di Pejambon (sekarang dikenal sebagai Gedung Pancasila). Hasil
rapat PPKI tersebut, antara lain:

1) Pada18 Agustus 1945 yang dihasilkan:


 Atas usulan dari Otto Iskandardinata, secara aklamasi terpilihlah Ir.
Soekarno sebagai presiden dan Moh. Hatta sebagai wakilnya.
 Mengesahkan UUD 1945 sebagai dasar negara.
 Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dengan Mr.
Kasman Singodimejo, dengan beberapa wakilnya, yakni Sutarjo
Kartohadikusumo, Mr. Latuharhary, dan Adam Malik.

Tugas dan kewajiban komite ini tertuang dalam Maklumat Wakil Presiden No.
X tanggal 16 Oktober 1945, yakni sebagai pengganti MPR sementara,
membantu presiden dalam melaksanakan tugas kenegaraannya juga sebagai
penyusun GarisGaris Besar Haluan Negara (GBHN).

2) Pada 19 Agustus 1945, hal-hal yang ditetapkan:


 Membagi wilayah Indonesia menjadi 8 provinsi dan masing-masing daerah
dipimpin oleh seorang gubernur, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Maluku, Sunda Kecil, Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera.
 Mengangkat 12 menteri yang membawahi departemen dan 4 pejabat tinggi.
3) Pada 22 Agustus 1945, hari terakhir sidang PPKI ini menghasilkan keputusan:
 Pembentukan Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID).
 Atas nama persatuan, menetapkan Partai Nasional Indonesia (PNI) sebagai
partai tunggal di Indonesia.
Sutan Sjahrir menganggap kebijakan tersebut telah mencederai demokrasi di
Indonesia dan menjurus ke arah fasisme. Pemerintah merespons kritikan tersebut
dengan mengeluarkan Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 3 November
1945 tentang pembentukan partai-partai politik di Indonesia dan Maklumat
Wakil Presiden No. X tanggal 14 November 1945 tentang penerapan sistem
Demokrasi Parlementer di Indonesia.

f. Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR)

Organisasi ini sering dianggap sebagai cikal bakal tentara Indonesia. Awal
didirikannya justru organisasi ini dimasukan menjadi bagian Badan Penolong
Keluarga Korban Perang (BKKP) dengan tugas utamanya memelihara keselamatan
rakyat. Oerip Sumohardjo memprotes keras kebijakan ini. Alasan yang diutarakan
beliau, Indonesia butuh tentara untuk menghadapi sekutu yang akan datang. Atas
berbagai pertimbangan, akhirnya pemerintah mengeluarkan Maklumat No. X tanggal
5 Oktober 1946 tentang pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

MATERI 11

UPAYA MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA

1. Latar Belakang Usaha Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia


Pada 14 Agustus 1945, pemerintah Jepang melalui Perdana Menteri Kaiso
menyatakan menyerah dalam menghadapi pihak sekutu di Perang dunia II yang
dipertegas dengan pernyataan Kaisar Hirohito keesokan harinya. Dengan menyerahnya
Jepang tersebut, secara otomatis wilayah jajahan Jepang termasuk Indonesia diserahkan
pada sekutu. Berdasarkan hasil keputusan dari Civil Affairs Agreement (pertemuan
antara Jepang dengan sekutu) yang dilaksanakan pada 24 Agustus 1945 di London,
menyatakan Inggris bertindak atas nama Belanda dan pelaksanaannya diatur oleh NICA
yang bertanggung jawab kepada sekutu. Pada 15 September 1945, pasukan sekutu yang
tergabung dalam Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) di bawah pimpinan
Letjen Sir Philip Christison, tiba di Jakarta. Adapun tugas AFNEI:
a. Membebaskan tawanan perang sekutu yang ditahan Jepang.
b. Menerima penyerahan kekuasaan dari Jepang.
c. Melucuti dan memulangkan tentara Jepang.
d. Mencari dan menuntut penjahat perang.

Awalnya, rakyat Indonesia tidak berfikir negatif ketika pasukan AFNEI datang. Akan
tetapi, kondisi berubah setalah diketahui AFNEI membawa serta orang-orang NICA
(Netherlands Indies Civil Administration). Tujuan kedatangan Belanda untuk menjajah
kembali Indonesia membuat rakyat Indonesia menentang dengan perjuangan senjata dan
diplomasi yang melibatkan dunia internasional.

2. Perjuangan Bersenjata
Dalam upaya mempertahankan kemerdekaanya tersebut, salah satu cara yang dilakukan
oleh rakyat Indonesia dengan cara berperang melawan Belanda. Soekarno, selaku
Presiden Indonesia pada saat itu, sebenarnya, tidak menyukai cara ini karena akan
memakan korban jiwa yang banyak dari pihak Indonesia. Adapun beberapa pertempuran
yang dilakukan oleh rakyat Indonesia, antara lain:

A.Pertempuran Surabaya (10 November 1945)


Pada 25 Oktober 1945, pasukan Inggris dipimpin Brigjen A.W.S. Mallaby tiba di
Surabaya. Saat itu juga, pasukan Inggris menyerbu dan menduduki gedung-gedung
pemerintah. Selain itu, pasukan Inggris juga menyebar selebaran yang
memerintahkan pada semua orang Indonesia untuk menyerahkan senjata. Bila tidak
mengindahkan himbauan itu, akan diancam hukuman mati. Rakyat menolak
himbauan sekutu dan melakukan perlawanan. Pada 31 Oktober 1945, terjadi baku
tembak yang mengakibatkan Brigjen A. W. S. Mallaby tewas di Bank Internio
(Jembatan Merah). Penggantinya Mayjen Mansergh mengeluarkan ultimatum bahwa
yang membunuh Mallaby harus menyerahkan diri selambat-lambatnya tanggal 10
November 1945 pukul 06.00 pagi. Jika tidak menyerahkan diri, pasukan sekutu akan
menyerang kota Surabaya. Karena ultimatum tersebut tidak diindahkan oleh rakyat
Surabaya, pasukan sekutu kota Surabaya yang dipimpin Bung Tomo, Sungkono, dan
Gubernur Suryo melakukan perlawanan. Ribuan rakyat meninggal dalam
pertempuran itu. Oleh karena itu, setiap tanggal 10 November diperingati sebagai
Hari Pahlawan.

B. Bandung (23 Maret 1946)


Sejak Oktober 1945, pasukan AFNEI memasuki kota Bandung. Ketika itu, TKR
(Tentara Keamanan Rakyat) bersama rakyat sedang berjuang merebut senjata dari
tangan Jepang. AFNEI menuntut pada pasukan Indonesia untuk menyerahkan senjata
dan disusul ultimatum yang memerintahkan TKR menginggalkan kota Bandung
Utara paling lambat tanggal 29 Oktober 1945. Akan tetapi, ultimatum tersebut tidak
dipedulikan oleh TKR dan rakyat Bandung. TKR yang dipimpin Arudji Kartawinata
melakukan serangan terhadap kedudukan AFNEI. Keadaan itu berlanjut sampai
memasuki tahun 1946. Untuk kedua kalinya pada 23 Maret 1945, AFNEI
mengeluarkan ultimatum agar TRI (Tentara Republik Indonesia) meninggalkan kota
Bandung. Bersamaan dengan itu atau sehari sebelumnya, pemerintah Republik
Indonesia dari Jakarta mengeluarkan perintah yang sama. Akhirnya, TRI Bandung
patuh terhadap pemerintah meskipun dengan berat hati. Sambil mengundurkan diri,
TRI membumihanguskan kota Bandung bagian selatan. Dalam pertempuran di
Bandung, M. Toha gugur.

C. Pertempuran Ambarawa (21-15 Desember 1945)


Pertempuran Ambarawa terjadi karena sekutu yang dipimpin Brigjen Bethel yang
diboncengi NICA dengan sepihak membebaskan tawanan sekutu yang ada di
Magelang dan Ambarawa. Tindakan sekutu ini dianggap telah melanggar kedaulatan
RI. Setelah TKR mengadakan konsolidasi, Divisi V Kolonel Sudirman memperkuat
wilayah Ambarawa dengan taktik Supit Urang, yaitu menyerang dari berbagai arah.
Terjadilah pertempuran yang dahsyat pada 15 Desember 1945. Dalam pertempuran
ini, TKR dibantu kesatuankesatuan dari daerah lain, yaitu dari Surakarta dan Salatiga.
Pertempuran Ambarawa dimenangkan pihak TKR. Namun dalam tertempuran
tersebut, Kolonel Isdiman gugur dan diperingati sebagai Hari Infanteri.

3. Perjuangan Diplomasi
Cara kedua yang ditembuh bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya
melalui jalur diplomasi atau berunding. Inilah cara terbaik menurut Soekarno karena
kemungkinan jatuhnya korban jiwa akan lebih sedikit dibanding dengan jalur bersenjata.
Adapun beberapa perundingan yang dilakukan oleh pihak Indonesia dengan Belanda:
A) Perundingan Linggarjati
i. Tokoh yang Terlibat
 Sutan Sjahrir (Indonesia)
 Schermerhorn (Belanda)
 Lord Killearn (penengah dari pihak sekutu)
ii. Hasilnya:
 Belanda mengakui secara de facto Negara Indonesia Serikat (NIS)
 Wilayah NIS meliputi Sumatera, Jawa dan Madura
 Dibentuknya Uni Indonesia Belanda
iii. Dampak:
 Sutan Sjahrir dipecat dari Perdana Menteri Indonesia karena dianggap telah
membuat wilayah Indonesia menjadi sempit. Posisi beliau kemudian
digantikan oleh Amir Sjarifuddin.
 Peristiwa 3 Juli 1947, Tan Malaka melalui organisasi Persatuan Perjuangan
berhasil menculik Sutan Sjahrir karena dianggap terlalu lemah ketika
menghadapi Belanda.
 Agresi Militer Belanda I (AMB I) Setelah mendapatkan sebagian besar
wilayah Indonesia, Belanda masih belum puas. Terbukti pada 21 Juli 1947,
Belanda melakukan serangan ke beberapa kota Indonesia, khususnya Jakarta.
Untuk menghadapi masalah tersebut, pemerintah Indonesia memindahkan ibu
kota ke Yogyakarta.
 Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) membentuk Komisi Tiga Negara (KTN)
untuk mengatasi konflik Indonesia Belanda. Tugas organisasi ini
mendamaikan konflik Indonesia dan Belanda. Adapun negara yang ditunjuk
PBB untuk menjadi anggota KTN:
- Australia: Richard Kirby
- Belgia: Paul van Zeeland
- Amerika Serikat: Frank Graham.
B) Perundingan Renville
i. Tokoh yang Terlibat
҈ Amir Sjarifuddin, Ali Sastroamidjoyo, H. Agus Salim, J. Leimena, Coa Tik
Ien, dan Nasrun S.H. (Indonesia)
҈ R. Abdulkadir Wijoyoatmojo, Van Vredenbur, P.J. Koets, dan Dr. Soumokil
(Belanda)
҈ Richard Kirby (Australia), Paul van Zeeland (Belgia), dan Frank Graham
(Amerika Serikat) sebagai perwakilan dari KTN
ii. Hasilnya:
҈ Penarikan garis demarkasi IndonesiaBelanda. Wilayah Indonesia hanya
terdiri atas sebagian Sumatera, Banten, dan Yogyakarta.
҈ Pasukan RI yang berada di wilayah pendudukan Belanda harus ditarik.
҈ Diadakan plebisit (pemungutan suara umum di suatu daerah) bagi rakyat di
wilayah pendudukan Belanda
iii. Dampak:

҈ Amir Sjarifuddin diberhentikan dari jabatannya sebagai perdana menteri


karena dianggap bertanggung jawab membuat wilayah Indonesia semakin
sempit.

҈ Pada 19 Desember 1948, Belanda mulai melakukan Agresi Militer yang


kedua (AMB II) dengan menyerang Yogyakarta dan mengasingkan Soekarno
ke daerah Parapat (Sumatera Utara) serta menculik M. Hatta ke daerah
Bangka. Dengan melakukan aksi tersebut, Belanda merasa percaya diri
Indonesia secara de facto sudah tidak ada lagi. Untuk menjaga eksistensi
Indonesia, pada 20 Desember 1948, Sjarifuddin Prawiranegara
mengumumkan pembentukan Pemerintahan Darurat Republik Indoneia
(PDRI) yang beribukota di Bukit Tinggi. Untuk merebut kembali
Yogyakarta, diadakan Serangan Umum 1 Maret 1949.

҈ Peristiwa AMB II, telah mengundang perhatian dunia Internasional, seperti


India (menyelenggarakan Konferensi New Delhi) dan Amerika (Ancaman
terhadap Belanda tentang penghentian Marshall Plan)
҈ PBB membentuk UNCI sebagai pengganti KTN yang dianggap kurang
berhasil melaksanakan tugasnya. Tugas UNCI sendiri untuk mendamaikan
konflik Indonesia Belanda.
C) Perundingan Roem-Royen
i. Tokoh yang Terlibat:
֏ M. Roem (Indonesia)
֏ van Royen (Belanda)
֏ Merle Cochran (Penengah dari Amerika)
ii. Hasilnya:
֏ Membebaskan pemimpin Indonesia.
֏ Mengembalikan Ibukota Yogyakarta.
֏ Gencatan Senjata.
֏ Perencanaan KMB
D) Konferensi Meja Bundar
i. Tokoh yang Terlibat
‫ ש‬Dr. Willem Dress (PM Belanda sekaligus ketua KMB)
‫ ש‬M. Hatta, M. Roem, Prof Soepomo. (Indonesia)
‫ ש‬van Marseven (Belanda)
‫ ש‬Sutan Hamid II (Wakil dari BFO)
‫ ש‬Chritchley (Penengah dari UNCI)
ii. Hasilnya:
‫ ש‬Belanda menyerahkan kedaulatan RIS pada akhir Desember 1949
‫ ש‬Penyelesaian Irian Barat ditunda selama satu tahun.
‫ ש‬Hutang luar negeri Belanda (1942–1945) ditanggung oleh Indonesia.
iii. Dampak:
‫ ש‬Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia.
‫ ש‬Konflik dengan Belanda dapat diakhiri dan pembangunan segera dapat
dimulai.
‫ ש‬Irian Barat belum bisa diserahkan pada Republik Indonesia Serikat.
‫ ש‬Bentuk negara serikat tidak sesuai dengan cita-cita Proklamasi.
‫ ש‬Belum diakuinya Irian Barat sebagai bagian dari Indonesia.

CONTOH SOAL

1. Peristiwa Rengasdengklok mencerminkan tidak adanya kesatuan pendapat antara


golongan tua dengan golongan muda
SEBAB
Peristiwa Rengasdengklok terjadi karena perbedaan dalam menentukan waktu pembacaan
teks proklamasi
2. Perubahan yang dilakukan oleh pemerintahan militer Jepang di Indonesia terutama
tampak pada bidang…
a. Ekonomi
b. Sosial
c. Budaya
d. Politik
e. Keagamaan
3. Sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 menghasilkan keputusan…
1) Mengesahkan Rancangan UUD 1945 menjadi UUD 1945
2) Memilih dan menetapkan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai Presiden dan
Wakil Presiden
3) Dalam masa peralihan, presiden akan dibantu oleh komite nasional
4) Membentuk DPR/MPR seperrti yang diharapkan oleh UUD 1945
4. Pada 1945, Pemerintah RI mengeluarkan maklumat No. X tanggal 3 November 1945
yang bertujuan untuk…
a. Mengubah bentuk cabinet parlementer menjadi presidensial
b. Meyakinkan dunia luar bahwa RI bukan negara fasistis ciptaan Jepang
c. Mengumumkan kepada dunia luar bahwa RI telah merdeka
d. Menuntut kepada Belanda mengenai pengembalian Irian Barat
e. Menyederhanakan partai-partai politik yang jumlahnya sangat banyak
5. Kota Solo dijadikan sebagai daerah wild-wild west terjadi pada peristiwa…
a. Agresi Militer I
b. Agresi Militer II
c. Pemberontakan DI/TII
d. Pembentukan FDR
e. Berdirinya BFO

LATIHAN SOAL

1. Dampak positif dari berkuasanya pemerintahan militer Jepang di Indonesia adalah…


a. Memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia
b. Membentuk organisasi untuk rakyat Indonesia
c. Bahasa Indonesia berkembang dengan pesat
d. Rakyat mendapatkan pendidikan disiplin yang tinggi
e. Banyak anggota masyarakat yang menjadi PETA

2. Peristiwa Rengasdengklok dilatarbelakangi oleh adanya…


a. Mencegah datangnya sekutu ke Indonesia
b. Larangan untuk melaksanakan proklamasi
c. Perbedaan pendapat tentang pelaksanaan proklamasi
d. Kalahnya jepang dalam perang Pasifik
e. Persamaan keinginan tentang pelaksanaan proklamasi

3. Amir Syarifuddin meminta Presiden Soekarno untuk membatalkan Perundingan Renville


karena menurutnya ...
a. Perundingan tersebut dengan mudah akan dilanggar oleh Belanda.
b. Belanda tidak akan mematuhi berbagai pasal yang terdapat dalam perundingan
tersebut.
c. Perundingan tersebut merupakan representasi keinginan Belanda.
d. Perundingan tersebut bukan representasi perundingan antara Indonesia dan Belanda.
e. Perundingan tersebut tidak menyentuh persoalan utama pertikaian antara Indonesia
dan Belanda.
4. Salah satu peninggalan pendudukan Jepang yang sampai sekarang masih dilestarikan oleh
bangsa Indonesia adalah keberadaan Tonarigumi atau Rukun Tetangga (RT). Berikut ini
tujuan pembentukan Tonarigumi oleh tentara pendudukan Jepang waktu itu, kecuali ....

a. Mengorganisasi seluruh penduduk menjadi sel-sel


b. Melakukan mobilisasi penduduk
c. Melakukan indoktrinasi propaganda Jepang
d. Melakukan penangkapan terhadap penduduk yang dicurigai
e. Melakukan pelaporan kepada tentara Jepang mengenai kondisi pedesaan setiap
minggu

5. Pada malam tanggal 16, sepulang dari Rengasdengklok, rencananya akan diadakan rapat
PPKI, tetapi tidak diperoleh izin dari pemerintah pendudukan Jepang di Jawa.
SEBAB
Pasca kekalahan Jepang dari sekutu dalam Perang Asia Timur Raya, Jepang telah
menjadi alat sekutu.

6. Tanaman yang wajib ditanam oleh masyarakat Indonesia terutama di Jawa pada masa
pendudukan Jepang adalah ....

1. Jarak
2. Tembakau
3. Kapas
4. Nila
7. Dalam sengketa Indonesia-Belanda, Australia mewakili Indonesia dalam Komisi Tiga
Negara karena ...

a. Australia adalah negara tetangga.


b. Australia mempunyai hubungan baik sebelum kemerdekaan RI.
c. Pemerintah Australia mendukung RI.
d. Partai Buruh Australia mendukung RI.
e. Hubungan diplomatik dengan RI menguntungkan Australia.
8. Salah satu tokoh dari Indonesia yang terlibat dalam perundingan Renville adalah…
a. Coa Tik Len
b. Lord Killearn
c. Sultan Hamid II
d. Merle Cochran
e. Sutan Sjahrir

9. Pada pertengahan November 1945 Kabinet Presidensil pimpinan Sukarno diganti dengan
Kabinet Parlementer di bawah pimpinan Sutan Syahrir dengan alasan agar ....
a. Presiden Sukarno berkonsentrasi dalam tugasnya sebagai kepala Negara.
b. Sutan Syahrir dapat menempatkan kelompok pemuda dalam jajaran kabinet.
c. Pemerintah Belanda mau berunding dengan pemerintah Republik Indonesia untuk
menyelesaikan konflik Indonesia-Belanda.
d. Indonesia tidak dituduh oleh Belanda sebagai negara buatan Jepang.
e. Golongan muda tidak selalu menekan Golongan tua.
10. Setiap penerapan kebijakan pemerinahan pendudukan Jepang terhadap gerakan
kebangsaan Indonesia, diprioritaskan untuk ....

1. Menghapus pengaruh barat

2. Menghilangkan pengaruh elit Islam terhadap masyarakat

3. Mengadakan mobilisasi untuk kemenangan Jepang

4. Memperoleh simpati

Anda mungkin juga menyukai