Anda di halaman 1dari 14

 Home

 About
 Contact
 Privacy
 Sitemap

Info Perawat Dan Kesehatan

Keperawatan | Kesehatan | Askep Perawat | Laporan Pendahuluan Perawat | Kontrak Belajar


Keperawatan

 Askep Perawat
 LP Perawat
 Kontrak Belajar
 Makanan Sehat
ASUHAN KEPERAWATAN TBC

Home   Askep Anak Askep Perawat ASUHAN KEPERAWATAN TBC

ASUHAN KEPERAWATAN TBC


Askep TBC adalah salah satu tugas penting dalam menangani perawatan pada pasien
khususnya untuk penderita TBC, dengan penangan serta perawatan yang benar di
mungkinkan para pasien akan lebih nyaman dan bisa sembuh dengan baik.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penangan penderita TBC, dan itu akan
sudah dijelaskan dalam ASKEP TBC yang akan saya share pada kesempatan kali ini,
Memang salah satu penyakit menular TBC ini sangat rawan dan bisa di tularkan oleh
penderita ke seseorang disekitarnya, dan anda pun harus hati-hati dalam melakukan
perawatan pada pasien penderita.
Tugas membuat ASKEP seakan menjadi tugas wajib bagi seorang perawat dari berbagai
penanganan penyakit pada pasien, tak hanya itu dalam melakukan praktek ataupun tugas
sebagai seorang perawat pasti anda akan disuruh membuat asuhan keperawatan.

Contoh Asuhan Keperawatan TBC ini bisa anda jadikan pedoman dalam membuat askep
TBC, tidak semuanya harus anda samakan persis, tetapi anda bisa memodifikasinya dan
mencari banyak refrensi agar pembuatan ASKEP ini bisa baik dan benar. ok tidak usah lama-
lama sesuai topik ASKEP kali ini info perawat akan memberikan contoh ASKEP Penyakit
TBC. berikut urainnya;

ASKEP TBC

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh agen yang infeksious yang
ditransmisikan / ditularkan oleh manusia, binatang atau benda kepada host yang rentan.
Penyakit dari manusia atau binatang yang diakibatkan dari adanya infeksi. Host merupakan
manusia atau binatang meliputi burung dan antropoda dimana agen yang infeksious dapat
masuk ke dalamnya. Agen yang infeksius merupakan organisme (virus, riketsia, bakteri,
jamur, protozoa, cacing) yang mampu menimbulkan infeksi pada host.

Sekarang banyak penyakit menular yang gagal berespon terhadap pengobatan yang dulu
berhasil berespon terhadap antibiotik yang dikenal dengan resistensi obat (antibiotik resisten).
Telah banyak penyakit yang sangat menular resisten terhadap antibiotik seperti TB paru,
malaria, salmonella dan gonorhoe.

Pengendalian tuberkulosis dirintangi oleh faktor, salah satunya masalah adalah


ketidakpatuhan dengan obat yang dianjurkan. Kebanyakan klien memerlukan pengobatan
selama 9 bulan, termasuk pemantauan toksisitas obat dan respon terhadap terapi. 
Kebanyakan individu tidak mau tahu tidak bisa menekuni perjalanan pengobatan yang begitu
lama. Mereka memutuskan peraturan pengobatan dan seringkali menjadi terinfeksi lagi atau
tetap bergejala.
Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi di Indonesia pada tahun 1983-1993
menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 -0,65%. Sedangkan
menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004,
angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000
penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.

Pada dari data tahun 1997-2004 [Attachment: Tabel Identifikasi Kasus 1997- 2004 dan
Tingkat Pelaporan 1995- 2000] terlihat adanya peningkatan pelaporan kasus sejak tahun
1996. Yang paling dramatis terjadi pada tahun 2001, yaitu tingkat pelaporan kasus TBC
meningkat dari 43 menjadi 81 per 100.000 penduduk, dan pelaporan kasus BTA positif
meningkat dari 25 menjadi 42 per 100.000 penduduk. Sedangkan berdasarkan umur, terlihat
angka insidensi TBC secara perlahan bergerak ke arah kelompok umur tua (dengan puncak
pada 55-64 tahun), meskipun saat ini sebagian besar kasus masih terjadi pada kelompok umur
15-64 tahun. [Attachment : Age Specific Notification Rate 2004].

Pada negara dengan infeksi HIV endemik, tuberculosis merupakan penyebab tunggal
morbiditas dan mortalitas yang terpenting pada pasien AIDS. Perkiraan yang beralasan
tentang besarnya angka tuberculosis di dunia adalah sepertiga populasi dunia terinfeksi
dengan M. tuberculosis, bahwa 30 juta kasus tuberculosis aktif di dunia, dengan 10 juta kasus
baru terjadi setiap tahun, dan bahwa 3 juta orang meninggal akibat tuberculosis setiap tahun .
Tuberculosis mungkin menyebabkan 6 % dari seluruh kematian di seluruh dunia.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

 Mahasiswa diharapkan mengetahui tentang konsep TB paru

2. Tujuan Khusus

 Mahasiswa mengetahui tentang TB paru


 Mahasiswa mengetahui cara mendiagnosis TB Paru
 Mahasiswa dapat membuat Asuhan Keperawatan pada klien dengan TB Paru

BAB II
Konsep Dasar Medis

A. Pengertian TB Paru

Tuberculosis (TB) adalah penyakit akibat kuman mycobakterium tuberkulosis sistemis


sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang
biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif Mansjoer, 2000)

Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meninges, ginjal,
tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda, 2001)
.
B. Etiologi

Agens infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah batang aerobik tahan asam yang
tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultra violet, dengan ukuran
panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um. Yang tergolong kuman mycobakterium tuberkulosis
kompleks adalah:

 Mycobakterium tuberculosis
 Varian asian
 Varian african I
 Varian asfrican II
 Mycobakterium bovis
Kelompok kuman mycobakterium tuberkulosis dan mycobakterial othetan Tb (mott, atipyeal)
adalah :

 Mycobacterium cansasli
 Mycobacterium avium
 Mycobacterium intra celulase
 Mycobacterium scrofulaceum
 Mycobacterium malma cerse
 Mycobacterium xenopi

Tuberkulosis paru pada manusia dapat dijumpai dalam 2 bentuk :

1. Tuberkulosis Primer

Bila penyakit terjadi pada infeksi pertama kali

2. Tuberkulosis Paska Primer

Bila penyakit timbul setelah beberapa waktu seseorang terkena infeksi primer menyembuh
dan merupakan bentuk yang terpenting oleh karena merupakan bentuk yang paling sering
ditemukan dan dengan terdapatnya kuman dalam sputum yang merupakan sumber penularan.

Faktor Predisposisi

Tubercolosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara. Individu terinsfeksi
melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet besar ( lebih
besar dari 100u ) dan kecil ( 1 sampai 5 u ). Droplet yang besar menetap, sementara droplet
yang kecil tertahan diudara dan tertiup oleh individu yang rentan. Individu yang beresiko
tinggi untuk tertular tuberculosis adalah sebagai berikut:

 Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.


 Individu imunosupresif ( Termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang dalam
terapi kortikosteroid atau mereka yang terinfeksi dengan HIV ).
 Pengguna obat-obatan IV dan alkoholik.
 Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat ( tunawisma,tahanan, etnik
dan ras minoritas terutama anak-anak dibawah usia 15 tahun atau dewasa muda antara
yang berusia 15-44 tahun ).
 Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya ( misalny
diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi, bypass gasterektomi
yeyunoileal ).
 Imigran dari negara dengan insiden TB yang tinggi (Asia tenggara, Afrika, Amerika
latin,karibia)
 Setiap individu yang tinggal di institusi ( misalnya fasilitas perawatan jangka panjang,
institusi psikiatrik, penjara ).
 Indivudi yang tinggal didaerah perumahan substandart kumuh.
 Petugas kesehatan

C. Patofisiologi dan pathways


Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan keluar menjadi
droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2
jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban.
Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai berbulan-
bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas atau
paru-paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukurannya kurang dari 5 mikromilimeter. 

Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel
efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit ( biasanya sel T ) adalah imunoresponsifnya.
Tipe imunitas seperti ini basanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat
infeksi oleh limposit dan limfokinnya. Raspon ini desebut sebagai reaksi hipersensitifitas
(lambat).

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai unit yang
terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cendrung tertahan dihidung dan cabang
bronkus dan tidak menyebabkan penyakit ( Dannenberg 1981 ). Setelah berada diruang
alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah, basil
tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak didaerah
tersebut dan memfagosit bakteria namun tidak membunuh organisme ini.
Sesudah hari-hari pertama leukosit akan digantikan oleh makrofag . Alveoli yang terserang
akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler akan
sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa atau proses akan berjalan terus dan bakteri
akan terus difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah
bening menuju kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi
lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang
dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini butuh waktu 10-20 hari.

Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju yang biasa disebut
nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya
yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan respon yang berbeda.Jaringan
granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk
suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.

Lesi primer paru dinamakn fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening
regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Respon lain yang dapat terjadi didaerah
nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan
kavitas. Materi tuberkel yang dilepaskan dari dindingkavitas akan masuk kedalan
percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat terulang lagi kebagian paru lain atau terbawa
kebagian laring, telinga tengah atau usus.

Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan
parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen brokus dapat menyempit dan tertutup oleh
jaringan parut yang terdapt dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkejuan dapat
mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh
dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi kapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat
dengan tanpa gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan brokus
sehingge menjadi peradangan aktif.

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos
dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, kadang dapat
menimbulkan lesi pada oragan lain. Jenis penyeban ini disebut limfohematogen yang
biasabya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen biasanya merupakan fenomena akut yang
dapat menyebabkan tuberkulosis milier.Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh
darah sehingga banyak organisme yang masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar
keorgan-organ lainnya

PATHWAYS DAN PATOFISIOLOGI

D. Manifestasi Klinis

Advertiser

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul
sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada
kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

1. Gejala sistemik/umum, antara lain sebagai berikut :


o Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti
influenza dan bersifat hilang timbul.
o Penurunan nafsu makan dan berat badan.
o Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
o Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2. Gejala khusus, antara lain sebagai berikut :
o Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi",
suara nafas melemah yang disertai sesak. Kalau ada cairan dironggapleur a
(pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
o Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya,
pada muara ini akan keluar cairan nanah.
o Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagaim eningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

E. Pemeriksaan Diasnotik

 Sputum Culture : Positif untuk mycobacterium tuberkulosa pada stadium aktif.


 Ziehl Neelsen (Acid-fast Staind applied to smear of body fluid) : positif untuk BTA.
 Skin Test (PPD, Mantoux, Tine, Vollmer Patch) : reaksi positif (area indurasi 10 mm
atau lebih, timbul 48 – 72 jam setelah injeksi antigen intradermal) mengindikasikan
infeksi lama dan adanya antibodi tetapi tidak mengindikasikan penyakit sedang aktif.
 Chest X-Ray : dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal di bagian paru-
paru bagian atas, deposit kalsium pada lesi primer yang membaik atau cairan pada
effusi. Perubahan mengindikasikanTB yang lebih berat dapat mencakup area
berlubang dan fibrous.
 Histologi atau Culture jaringan (termasuk kumbah lambung, urine dan CSF, biopsi
kulit) : positif untu mycobacterium tuberkulosa.
 Needle Biopsi of Lung Tissue : positif untuk granuloma TB, adanya sel-sel besar yang
mengindikasikan nekrosis.
 Elektrolit : mungkin abnormal tergantung dari lokasi dan beratnya infeksi; misalnya
hiponatremia mengakibatkan retensi air, mungkin ditemukan pada TB paru kronik
lanjut.
 ABGs : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.
 Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus
atau kerusakan paru karena TB.

Darah : lekositosis, LED meningkat.

 Test Fungsi Paru : VC menurun, Dead Space meningkat, TLC meningkat dan
menurunnya saturasi oksigen yang merupakan gejala sekunder dari fibrosis/infiltrasi
parenchim paru dan penyakit pleura.

F. Penatalaksanaan TBC

Pengobatan penyakit Tuberculosis dahulu hanya dipakai satu macam obat saja. Kenyataan
dengan pemakaian obat tunggal ini banyak terjadi resistensi. Untuk mencegah terjadinya
resistensi ini, terapi tuberculosis dilskukan dengan memakai perpaduan obat, sedikitnya
diberikan 2 macam obat yang bersifat bakterisid. Dengan memakai perpaduan obat ini,
kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan karena jarang ditemukan resistensi terhadap 2
macam obat atau lebih serta pola resistensi yang terbanyak ditemukan ialah INH

Pemberian obat-obatan : OAT (Obat Anti Tuberkulosa), Bronchodilator, Expectoran, OBH,


dan Vitamin.    
Adapun jenis obat yang dipakai adalah sebagai berikut :

 Obat Primer
 Obat Sekunder
1. Isoniazid (H)
2. Ekonamid
3. Rifampisin (R)
4. Protionamid
5. Pirazinamid (Z)
6. Sikloserin
7. Streptomisin
8. Kanamisin
9. Etambutol (E)
10. PAS (Para Amino Saliciclyc Acid)
11. Viomisin
12. Kapreomisin

Pengobatan TB ada 2 tahap menurut DEPKES.2000 yaitu :

● Tahap INTENSIF
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya
kekebalan terhadap rifampisin. Bila saat tahab intensif tersebut diberikan secara tepat,
penderita menular menjadi tidak tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar
penderita TB BTA positif menjadi negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif.
Pengawasan ketat dalam tahab intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan
obat.
● Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih panjang dan jenis obat lebih
sedikit untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Tahap lanjutan penting untuk membunuh
kuman persisten (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
Nonfarmakologi

1. Modifikasi diet : banyak makan makanan yang bergizi (diet TKTP)


2. Mengurangi aktivitas berlebihan
3. Hindari merokok dan minum alkohol
4. Jika terjadi sesak duduk semifowler dan latihan batuk efektif

BAB III
Konsep Dasar Keperawatan

A. Pengkajian
a. Tanda dan gejala
1). Aktivitas

 Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, napas pendek, kesulitan tidur pada mmalam
atau demam malah hari, menggiggil dan atau berkeringat, mimpi buruk.
 Tanda : Takhikardia, takhipnea/dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri, dan sesak

2). Integritas ego

 Tanda  :  Menyangkal (khususnya selama tahap dini), ansietas


 Gejala  :  adanya / faktor stres lama, masalah keuangan rumah. Perasaaan tidak
berdaya, tidak ada harapan, populasi / budaya , etnik.

3).    Makanan / cairan

 Tanda : Turgor kulit buruk, kering / bersisik, kehilangan otot/ hilang lemak subkutan
 Gejala : Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan bear badan.

4).    Nyeri / kenyamanan

 Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi dan gelisah
 Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang

5).    Pernapasan

 Tanda :  Peningkatan frekuensi pernafasan, pengembangan pernapasan tidak simetris,


perkusi pekak dan penurunan fremitus. Bunyi napas : menurun/ tidak ada secara
bilteral atau unilateral (Effusi pleural/ pneumothorak). Bunyi napas tubuler dan atau
bisikan pektoral diatas lesi luas. Krekel tercatat diatas apek paru selama inspirasi
cepat setelah batuk pendek (Krekel Posttussic) karakteristik sputum : hijau / purulen,
mukoid atau bercak carah. Deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik), tak perhatian,
mudah terangsang yang nyata, perubahan mental.
 Gejala : Batuk produktif atau tidak produktif, napas pendek, riwayat TB / terpajan
pada individu terinfeksi.

6).    Keamanan

 Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut


 Gejala : Adanya kondisi penekanan imun

7).    Interaksi sosial

 Gejala : Perasaan isolasi / penolakan karena menular, perubahan pola biasa dalam
tanggungjawab/ perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.

8).    Penyuluhan / pembelajaran

 Gejala : Riwayat keluarga TB, ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk, gagal


untuk membaik/ kambuhnya TB, tidak berpartisipasi dalam terapi.

b. Pemeriksaan fisik

1. Tanda-tanda adanya infiltrasi luas atau konsolidasi, terdapat fremitus mengeras,


perkusi redup, suara napas bronkial dengan atau tanpa ronki
2. Tanda-tanda penarikan paru, diafragma, mediastinum atau pleura dada asimetris,
pergerakan napas yang tertinggal, pergeseran dari batas-batas diafragma, jantung,
suara nafas melemah dengan atau tanpa ronki.
3. Tanda-tanda kavitas yang berhubungan dengan bronkus, suara amforik
4. Sekret disaluran nafas : ronki basah / kering
5. Lokasi kelainan : walaupun lesi tuberkulosis mempunyai predileksi di puncak paru,
namun kelainan dapat terjadi pada semua bagian paru.

c. Pemeriksaan laboratorik

1. Anemia terutama bila penyakit berjalan menahun


2. Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit
3. Laju endap darah (LED) meningkat terutama pada fase akut dan umumnya nilai-nilai
tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan.
4. Kelainan pada darah tepi adalah tidak khas dan tidak sensitif.

d. Pemeriksaan radiologi

 Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi
sembuh primer atau effusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat
termasuk rongga, area fibrosa.

e. Pemeriksaan baktererologik sputum

 Positif untuk mycobakterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit.


f. Uji tuberkulin

 Rekasi positif (area 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi,
intradermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak
secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara
klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan
oleh mikobakterium yang berbeda.

B. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan

1. Sekret kental atau sekret darah


2. Kelemahan, upaya batuk buruk
3. Edema trakeal / faringeal

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

1. Penurunan permukaan efektif paru, atelektasis


2. Kerusakan membran alveolar-kapiler
3. Sekret kental, tebal
4. Edema bronkial

c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan

1. Kelemahan
2. Sering batuk / produksi sputum, dispnea
3. Anoreksia
4. Ketidakcukupan sumber keuangan

d. Risiko tinggi infeksi penyebaran / aktivitas ulang infeksi berhubungan dengan

1. pertahanan primer tidak adekuat


2. fungsi silia menurun/ statis sekret
3. kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar
4. malnutrisi
5. terkontaminasi oleh lingkungan.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tuberculosis (TB) adalah penyakit akibat kuman mycobakterium tuberkulosis sistemis


sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang
biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif Mansjoer, 2000)

Tanda dan gejala yaitu malaise, anoreksia, berat badan menurun, keringat malam. Akut :
Demam tinggi seperti flu, menggiggil. Kronis : demam akut,  sesak nafas, sianosis.
Respiratorik : batuk lebih dari 2 minggu, riak mukoid / mukopurulen, nyeri dada, batuk
darah, nyeri pleuritik, sesak nafas. Gejala meningeal : nyeri kepala, kaku kuduk

Etiologi dan sifat kuman yaitu mycobacterium Tuberculosis yang merupakan kuman tahan
asam,  mati oleh sinar matahari langsung, airbone infektion, penyebaran melalui aliran
linfogen, hematogen.

B. Saran

1. Untuk penderita diharapkan untuk selalu kontrol dengan teratur, selalu konsultasi bila
ada keluhan dan ketidaktahuan tentang penyakitnya.
2. Untuk petugas sebaiknya dalam prosedur pengobatan dan perawatannya tidak
dipersulit sehingga penderita dapat berobat tanpa halangan, dilakukan perawatan tidak
lanjut dirumah dengan melakukan pengkajian penderita dirumah untuk menggali
penyebab penyakit TB paru yang diderita.

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner dan Suddarth, 2001, Keperawatan Mediakal Bedah, edisi 8 volume 3, buku
Kedokteran EGC, Jakarta
2. Doengoes, 1993, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3, EGC, Jakarta
3. Tri Susilo Hadi, 2005, Makalah Mata Kuliah Keperawatan Komunitas Panyakit TB
Paru, Semarang
4. Arif Mansjoer dkk. 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta

Sudah lengkap kan sebuah susunan ASKEP TBC, anda tinggal mengganti dan membuat
format yang bagus di word, kali ini saya belum bisa memberikan link download untuk askep
TBC, tunggu saja update berikutnya ya, terimakasih

Ina fitriana F
20.30  Askep Anak, Askep Perawat

Share this with short URL:


Get Short URL

SUBSCRIBE to Our Newsletter

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

Your Name Your Email

Next Post
Previous Post
Next Post
Previous Post
Facebook
Blogger
Pilih Sistem Komentar
Popular Posts

Laporan Pendahuluan CKD

Laporan Pendahuluan CKD Memiliki tujuan awal dalam penangan seorang pasien
yang mengalami gangguan pada ginjal, CKD sendiri memiliki kepanj...

ASUHAN KEPERAWATAN ( ASKEP ) PADA ANAK / KLIEN KEJANG


DEMAM

ASUHAN KEPERAWATAN ( ASKEP ) PADA ANAK / KLIEN KEJANG


DEMAM ~ Berbagai Upaya yang dilakukan oleh orang tua ketika anaknya
mengalami sakit d...

Macam-Macam KB dan Efek Sampingnya


Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan
sejahtera dengan membatasi kelahiran. Itu bermakna adalah pe...

Laporan Pendahuluan / LP Vertigo

Laporan Pendahuluan Vertigo merupakan sebuah identifikasi awal dalam menangani


pasien yang mengalami penyakit vertigo atau masalah pendenga...

Masih Hangat
 Laporan Pendahuluan CKR ( Cidera Kepala )
 Laporan Kasus Keperawatan DHF / Demam Berdarah
 Struktur Organisasi Profesi Keperawatan
 4 Terlalu Kehamilan ( Terlalu Muda, Terlalu Tua, Terlalu Dekat, Terlalu
Banyak )
 Waktu / Jadwal Pelaksanaan Kunjungan Neonatus (KN) Dan Kunjungan Nifas
(KF)
 Pengertian Neonatus, Ciri-ciri dan Cara Penganganannya
 Asuhan Keperawatan ( ASKEP ) Hipokalemia
 Laporan Pendahuluan SC ( Sectio Caesaria )
 Pengertian Buta Warna, Mekanisme, Gejala dan Pengobatannya
 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dengue Haemorragic Fever ( DHF )

Copyright © 2015 Info Perawat Dan Kesehatan


Design by Permainan Bola Voli - Published by Perawatina - Proudly powered by Blogger

Anda mungkin juga menyukai