About
Contact
Privacy
Sitemap
Askep Perawat
LP Perawat
Kontrak Belajar
Makanan Sehat
ASUHAN KEPERAWATAN TBC
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penangan penderita TBC, dan itu akan
sudah dijelaskan dalam ASKEP TBC yang akan saya share pada kesempatan kali ini,
Memang salah satu penyakit menular TBC ini sangat rawan dan bisa di tularkan oleh
penderita ke seseorang disekitarnya, dan anda pun harus hati-hati dalam melakukan
perawatan pada pasien penderita.
Tugas membuat ASKEP seakan menjadi tugas wajib bagi seorang perawat dari berbagai
penanganan penyakit pada pasien, tak hanya itu dalam melakukan praktek ataupun tugas
sebagai seorang perawat pasti anda akan disuruh membuat asuhan keperawatan.
Contoh Asuhan Keperawatan TBC ini bisa anda jadikan pedoman dalam membuat askep
TBC, tidak semuanya harus anda samakan persis, tetapi anda bisa memodifikasinya dan
mencari banyak refrensi agar pembuatan ASKEP ini bisa baik dan benar. ok tidak usah lama-
lama sesuai topik ASKEP kali ini info perawat akan memberikan contoh ASKEP Penyakit
TBC. berikut urainnya;
ASKEP TBC
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh agen yang infeksious yang
ditransmisikan / ditularkan oleh manusia, binatang atau benda kepada host yang rentan.
Penyakit dari manusia atau binatang yang diakibatkan dari adanya infeksi. Host merupakan
manusia atau binatang meliputi burung dan antropoda dimana agen yang infeksious dapat
masuk ke dalamnya. Agen yang infeksius merupakan organisme (virus, riketsia, bakteri,
jamur, protozoa, cacing) yang mampu menimbulkan infeksi pada host.
Sekarang banyak penyakit menular yang gagal berespon terhadap pengobatan yang dulu
berhasil berespon terhadap antibiotik yang dikenal dengan resistensi obat (antibiotik resisten).
Telah banyak penyakit yang sangat menular resisten terhadap antibiotik seperti TB paru,
malaria, salmonella dan gonorhoe.
Pada dari data tahun 1997-2004 [Attachment: Tabel Identifikasi Kasus 1997- 2004 dan
Tingkat Pelaporan 1995- 2000] terlihat adanya peningkatan pelaporan kasus sejak tahun
1996. Yang paling dramatis terjadi pada tahun 2001, yaitu tingkat pelaporan kasus TBC
meningkat dari 43 menjadi 81 per 100.000 penduduk, dan pelaporan kasus BTA positif
meningkat dari 25 menjadi 42 per 100.000 penduduk. Sedangkan berdasarkan umur, terlihat
angka insidensi TBC secara perlahan bergerak ke arah kelompok umur tua (dengan puncak
pada 55-64 tahun), meskipun saat ini sebagian besar kasus masih terjadi pada kelompok umur
15-64 tahun. [Attachment : Age Specific Notification Rate 2004].
Pada negara dengan infeksi HIV endemik, tuberculosis merupakan penyebab tunggal
morbiditas dan mortalitas yang terpenting pada pasien AIDS. Perkiraan yang beralasan
tentang besarnya angka tuberculosis di dunia adalah sepertiga populasi dunia terinfeksi
dengan M. tuberculosis, bahwa 30 juta kasus tuberculosis aktif di dunia, dengan 10 juta kasus
baru terjadi setiap tahun, dan bahwa 3 juta orang meninggal akibat tuberculosis setiap tahun .
Tuberculosis mungkin menyebabkan 6 % dari seluruh kematian di seluruh dunia.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
BAB II
Konsep Dasar Medis
A. Pengertian TB Paru
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meninges, ginjal,
tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda, 2001)
.
B. Etiologi
Agens infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah batang aerobik tahan asam yang
tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultra violet, dengan ukuran
panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um. Yang tergolong kuman mycobakterium tuberkulosis
kompleks adalah:
Mycobakterium tuberculosis
Varian asian
Varian african I
Varian asfrican II
Mycobakterium bovis
Kelompok kuman mycobakterium tuberkulosis dan mycobakterial othetan Tb (mott, atipyeal)
adalah :
Mycobacterium cansasli
Mycobacterium avium
Mycobacterium intra celulase
Mycobacterium scrofulaceum
Mycobacterium malma cerse
Mycobacterium xenopi
1. Tuberkulosis Primer
Bila penyakit timbul setelah beberapa waktu seseorang terkena infeksi primer menyembuh
dan merupakan bentuk yang terpenting oleh karena merupakan bentuk yang paling sering
ditemukan dan dengan terdapatnya kuman dalam sputum yang merupakan sumber penularan.
Faktor Predisposisi
Tubercolosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara. Individu terinsfeksi
melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet besar ( lebih
besar dari 100u ) dan kecil ( 1 sampai 5 u ). Droplet yang besar menetap, sementara droplet
yang kecil tertahan diudara dan tertiup oleh individu yang rentan. Individu yang beresiko
tinggi untuk tertular tuberculosis adalah sebagai berikut:
Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel
efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit ( biasanya sel T ) adalah imunoresponsifnya.
Tipe imunitas seperti ini basanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat
infeksi oleh limposit dan limfokinnya. Raspon ini desebut sebagai reaksi hipersensitifitas
(lambat).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai unit yang
terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cendrung tertahan dihidung dan cabang
bronkus dan tidak menyebabkan penyakit ( Dannenberg 1981 ). Setelah berada diruang
alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah, basil
tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak didaerah
tersebut dan memfagosit bakteria namun tidak membunuh organisme ini.
Sesudah hari-hari pertama leukosit akan digantikan oleh makrofag . Alveoli yang terserang
akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler akan
sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa atau proses akan berjalan terus dan bakteri
akan terus difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah
bening menuju kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi
lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang
dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini butuh waktu 10-20 hari.
Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju yang biasa disebut
nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya
yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan respon yang berbeda.Jaringan
granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk
suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru dinamakn fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening
regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Respon lain yang dapat terjadi didaerah
nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan
kavitas. Materi tuberkel yang dilepaskan dari dindingkavitas akan masuk kedalan
percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat terulang lagi kebagian paru lain atau terbawa
kebagian laring, telinga tengah atau usus.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan
parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen brokus dapat menyempit dan tertutup oleh
jaringan parut yang terdapt dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkejuan dapat
mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh
dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi kapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat
dengan tanpa gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan brokus
sehingge menjadi peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos
dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, kadang dapat
menimbulkan lesi pada oragan lain. Jenis penyeban ini disebut limfohematogen yang
biasabya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen biasanya merupakan fenomena akut yang
dapat menyebabkan tuberkulosis milier.Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh
darah sehingga banyak organisme yang masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar
keorgan-organ lainnya
D. Manifestasi Klinis
Advertiser
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul
sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada
kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
E. Pemeriksaan Diasnotik
Test Fungsi Paru : VC menurun, Dead Space meningkat, TLC meningkat dan
menurunnya saturasi oksigen yang merupakan gejala sekunder dari fibrosis/infiltrasi
parenchim paru dan penyakit pleura.
F. Penatalaksanaan TBC
Pengobatan penyakit Tuberculosis dahulu hanya dipakai satu macam obat saja. Kenyataan
dengan pemakaian obat tunggal ini banyak terjadi resistensi. Untuk mencegah terjadinya
resistensi ini, terapi tuberculosis dilskukan dengan memakai perpaduan obat, sedikitnya
diberikan 2 macam obat yang bersifat bakterisid. Dengan memakai perpaduan obat ini,
kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan karena jarang ditemukan resistensi terhadap 2
macam obat atau lebih serta pola resistensi yang terbanyak ditemukan ialah INH
Obat Primer
Obat Sekunder
1. Isoniazid (H)
2. Ekonamid
3. Rifampisin (R)
4. Protionamid
5. Pirazinamid (Z)
6. Sikloserin
7. Streptomisin
8. Kanamisin
9. Etambutol (E)
10. PAS (Para Amino Saliciclyc Acid)
11. Viomisin
12. Kapreomisin
● Tahap INTENSIF
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya
kekebalan terhadap rifampisin. Bila saat tahab intensif tersebut diberikan secara tepat,
penderita menular menjadi tidak tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar
penderita TB BTA positif menjadi negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif.
Pengawasan ketat dalam tahab intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan
obat.
● Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih panjang dan jenis obat lebih
sedikit untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Tahap lanjutan penting untuk membunuh
kuman persisten (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
Nonfarmakologi
BAB III
Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian
a. Tanda dan gejala
1). Aktivitas
Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, napas pendek, kesulitan tidur pada mmalam
atau demam malah hari, menggiggil dan atau berkeringat, mimpi buruk.
Tanda : Takhikardia, takhipnea/dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri, dan sesak
Tanda : Turgor kulit buruk, kering / bersisik, kehilangan otot/ hilang lemak subkutan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan bear badan.
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi dan gelisah
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
5). Pernapasan
6). Keamanan
Gejala : Perasaan isolasi / penolakan karena menular, perubahan pola biasa dalam
tanggungjawab/ perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan laboratorik
d. Pemeriksaan radiologi
Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi
sembuh primer atau effusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat
termasuk rongga, area fibrosa.
Rekasi positif (area 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi,
intradermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak
secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara
klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan
oleh mikobakterium yang berbeda.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kelemahan
2. Sering batuk / produksi sputum, dispnea
3. Anoreksia
4. Ketidakcukupan sumber keuangan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanda dan gejala yaitu malaise, anoreksia, berat badan menurun, keringat malam. Akut :
Demam tinggi seperti flu, menggiggil. Kronis : demam akut, sesak nafas, sianosis.
Respiratorik : batuk lebih dari 2 minggu, riak mukoid / mukopurulen, nyeri dada, batuk
darah, nyeri pleuritik, sesak nafas. Gejala meningeal : nyeri kepala, kaku kuduk
Etiologi dan sifat kuman yaitu mycobacterium Tuberculosis yang merupakan kuman tahan
asam, mati oleh sinar matahari langsung, airbone infektion, penyebaran melalui aliran
linfogen, hematogen.
B. Saran
1. Untuk penderita diharapkan untuk selalu kontrol dengan teratur, selalu konsultasi bila
ada keluhan dan ketidaktahuan tentang penyakitnya.
2. Untuk petugas sebaiknya dalam prosedur pengobatan dan perawatannya tidak
dipersulit sehingga penderita dapat berobat tanpa halangan, dilakukan perawatan tidak
lanjut dirumah dengan melakukan pengkajian penderita dirumah untuk menggali
penyebab penyakit TB paru yang diderita.
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner dan Suddarth, 2001, Keperawatan Mediakal Bedah, edisi 8 volume 3, buku
Kedokteran EGC, Jakarta
2. Doengoes, 1993, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3, EGC, Jakarta
3. Tri Susilo Hadi, 2005, Makalah Mata Kuliah Keperawatan Komunitas Panyakit TB
Paru, Semarang
4. Arif Mansjoer dkk. 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta
Sudah lengkap kan sebuah susunan ASKEP TBC, anda tinggal mengganti dan membuat
format yang bagus di word, kali ini saya belum bisa memberikan link download untuk askep
TBC, tunggu saja update berikutnya ya, terimakasih
Ina fitriana F
20.30 Askep Anak, Askep Perawat
Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.
Next Post
Previous Post
Next Post
Previous Post
Facebook
Blogger
Pilih Sistem Komentar
Popular Posts
Laporan Pendahuluan CKD Memiliki tujuan awal dalam penangan seorang pasien
yang mengalami gangguan pada ginjal, CKD sendiri memiliki kepanj...
Masih Hangat
Laporan Pendahuluan CKR ( Cidera Kepala )
Laporan Kasus Keperawatan DHF / Demam Berdarah
Struktur Organisasi Profesi Keperawatan
4 Terlalu Kehamilan ( Terlalu Muda, Terlalu Tua, Terlalu Dekat, Terlalu
Banyak )
Waktu / Jadwal Pelaksanaan Kunjungan Neonatus (KN) Dan Kunjungan Nifas
(KF)
Pengertian Neonatus, Ciri-ciri dan Cara Penganganannya
Asuhan Keperawatan ( ASKEP ) Hipokalemia
Laporan Pendahuluan SC ( Sectio Caesaria )
Pengertian Buta Warna, Mekanisme, Gejala dan Pengobatannya
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dengue Haemorragic Fever ( DHF )