APPENDICITIS
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 9
KONSEP TEORI
A. PENGERTIAN
Appendicitis adalah peradangan Appendix vermiformis jenis yang akut
merupakan penyebab umum dari abdomen akut (Mansjoer, Arif dkk, 2000)
Appendicitis adalah ujung jari yang kecil panjangnya kira-kira 10cm (4 inci) melekat
pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Appendix berisi makanan dan mengosongkan
diri secara teratur ke dalam sekum, karena pengosongannya tidak efektif dan lumennya
kecil appendix cendrung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi (Brunner &
Suddarth, 2002)
Appendicitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu (apendiks). Infeksi
ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah untuk
mencegah komplikasi yang berbahaya. (Wim de Jong et al. 2005)
B. ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi
Fisiologi
Fungsi utama system pencernaan adalah memindahkan zat nutrein (zat yang sudah
dicerna), air dan garam yang berasal dari zat makanan untuk distribusikan ke sel-sel
melalui system sirkulasi.
C. ETIOLOGI
Apendiks merupakan organ yang belum diketahui fungsinya tetapi menghasilkan
lender 1-2 ml per hari yang normalnya di curahkan ke dalam lumen dan selanjutnya
mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan dalam
pathogenesis apendiks. (Wim de Jong)
Menurut Brunner & Suddarth (1999) :
a. Penyebab pasti apendiks belum diketahui
b. Factor yang berpengaruh : obstruksi dan infeksi
c. Obstruksi pada colon pecalit (feses yang keras)
Gambar 6.1 apendicitis
Appendicitis
kronik Akut
Terjadi pembengkakan
Aliran arteri terganggu (infeksi, bakteri, ulcerasi)
Resiko infeksi
pentalaksanaan
Tanda dan gejala appendicitis menurut (Buku Ajar Patofisiologi, EGC. 2011) meliputi :
1. Nyeri abdomen yang disebabkan oleh inflamasi apendiks dan distensi serta obstruksi
usus, rasa nyeri ini di mulai pada region epigastrium dan kemudian beralih ke
kuadran kanan bawah
2. Anoreksia sesudah nyeri
3. Mual atau muntah yang disebabkan oleh inflamasi
4. Demam dengan derajat rendah (subfebris) akibat manifestasi sistemik inflamasi dan
leukositosis
5. Nyeri tekan karena inflamasi
1. Nyeri pada daerah umbilicus merupakan gejala utama ada appendicitis yaitu nyeri
pada perut yang disebabkan oleh penyumbatan apendiks yang sifatnya sama pada
obstruksi usus yang pada mulanya timbul seperti bokil
2. Anoreksia hamper selalu terdapat dan muntah merupakan hal yang khas, muntah
terjadi segera setelah rasa sakit dan pada mulanya timbul secara reflex
3. Malaise atau lemah
4. Demam yang tidak terlalu tinggi merpakan gejala umum pada appendicitis dan
demam yang tidak terlalu tinggi akan menyebabkan hyperpireksia bila terjadi
ferforasi
5. Biasa terjadi konstipasi tetapi kadang-kadang terjadi diare mual muntah
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut NANDA NIC-NOC Jilid 1 meliputi :
1. Pemeriksaan fisik
- Inspeksi : akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut dimana
dinding perut tampak mengencang (distensi)
- Palpasi : di daerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan bila
tekanan dilepasjuga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana merupakan
kunci dari diagnosis apendicits akut
- Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat atau tungkai di angkat
tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah (psoas sign)
- Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila pemeriksaan
dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga
- Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih menunjang
lagi adanya radang usus buntu.
- Pada apendiks terletak pasda retro sekal maka Psoas akan positif dan tanda
perangsangan peritoneum tidak begitu jelas, sedangkan bila apendiks terletak di
rongga pelvis maka Obturator sign akan positif dan tanda perangsangan
peritoneum akan lebih menonjol
2. Pemeriksaaan Laboratorium
Kenaikan darii sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000-18.000/mm3. Jika
terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan appendiks sudah
mengalami perforasi(pecah)
3. Pemeriksaan radiologi
- Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang membantu).
- Ultrasonografi ( USG). CT scan
- Kasus kronik dapat dilakukan rontgen poto abdomen, USG abdomen dan
appendikogram.
Menurut At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga (Pierce A. Grace & Neil R. Borley)
meliputi :
1. Diagnosis berdasarkan klinis, namun sel darah putih (hamper selalu leukositosis)
dan CRP (biasanya meningkat) sangat membantu.
2. Ultrasonografi untuk masa apendiks dan jika masih ada keraguan untuk
mnyingkirkan kelainan pelvis misalnya kista ovarium.
3. Laparascopi biasanya digunakan untuk menyingkirkan kelainan ovarium sebelum
dilakukan apendikstomi pada wanita muda.
4. CT scan (heliks) pada pasien usia lanjut atau dimana penyebab lain masih
mungkin.
G. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana appendicitis pada kebanyakan kasus adalah apendektomi.
Keterlambatan dalam tatalaksana dapat meningkatkan kejadian perforasi. Tekhnik
laparaskopi, apendiktomi laparaskopi sudah terbukti menghasilkan nyeri pasca bedah
yang lebih sedikit, pemulihan yang lebih cepat dan angka kejadian infeksi luka yang lebih
rendah. Akan tetapi terdapat peningkatan abses intrabdomen dan pemanjangan waktu
operasi. Laparaskopi itu dikerjakan untuk diagnosa dan pada terapi pada pasien dengan
akut abdomen, terutama pada wanita ( Aplikasi NANDA NIC-NOC Jilid 1, 2015)
Menurut Mansjoer, Arief (2000) :
1. Apendiktomi cyto (apendiks akut, dan ferforasi)
2. Apendiktomi elektif (appencitis kronis)
3. Konservatif kemudian operasi elektif (appendicitis infiltrat)
Terapi konservatif :
a. Bedrest total posisi fowler (anti trendelenberg)
b. Diet rendah serat
c. Antibiotik spectrum luas
d. Metronidazol
e. Monitor :
a) Infiltrat
b) Tanda-tanda peritonitis
c) Suhu tiap 6 jam
d) Laju endap darah
Operatif :
Menurut At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga (Pierce A. Grace & Neil R. Borley)
meliputi :
a. Infeksi luka
b. Abses intraabdomen (pelvis, fosa iliaka kanan, subfrenikus)
c. Perlekatan
d. Aktinomikosis abdomen
e. Piemia porta
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan dari berbagai sumber dan untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).
a. Pengumpulan Data
1. Identitas
a) Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, pendidikan,dan alamat
b) Identitas penanggungjawab
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, pendidikan, alamat dan
hubungan dengan pasien.
2. Keluhan utama
Keluhan pada pasien berbeda-beda antara klien yang satu dengan klien yang lain.
Kemungkinan keluhan yang timbul pada klien Post Operasi Appendictomy adalah
nyeri pada daerah bekas operasi, keluhan rasa tidak nyaman hal ini ditunjukkan
dari expresi klien dan ungkapan dari klien sendiri.
3. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang dirasakan oleh klien saat ini dengan menanyakan :
P (Provocative/palliative) : apa yang menyebabkan keluhan menjadi lebih
berat/ringan
Q (Quality/Quantity) : bagaiman dirasakan, dilihat/ didengar
R (regional/Radition) : daerah mana? Apakah menyebar?
S (Saverity Scale) : Jika terjadi nyeri di daerah mana pada saat skala
nyeri 0-10
T (Timing) : kapan mulai terjadi?
4. Riwayat penyakit dahulu
Menanyakan pada klien/keluarga klien apakah klien pernah mengalami penyakit
seperti yang dialami seperti saat sekarang.
5. Riwayat penyakit keluarga
Mengetahui apakah diantara keluarga klien ada yang pernah menderita penyakit
seperti yang dialami klien.
6. Pola kebiasaan sehari-hari
Menurut Tarwoto & Wartonah (2003)
a. Nutrisi
b. Pola makan klien sebelum sakit dan saat klien sakit
c. Istirahat tidur
d. Pola kebiasaan istirahat tidur klien sebelum klien sakit dan pada saat klien
sakit
e. Eliminasi
f. Frekuensi dan pola eliminasi klien sebelum sakit dan pada saat klien sakit
baik dalam proses BAK maupun BAB
7. Pemeriksaan fisik
Menurut Barbara, Bates (1998) :
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : compos menits
c. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
2) Nadi
3) Respirasi
4) suhu
d. Berat badan/tinggi badan
e. Body system
Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5 : Bowel)
Adanya anorexia, mual muntah penurunan lemak subkutan, kelemahan,
membrane mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut (Doenges,
Marilyn, 2000 (KTI))
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mengetahui penyebab dan membantu
dalam menegakkan diagnose sehingga mempermudah dalam proses perawatan
dan pemberian asuhan keperawatan dan medis.
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan merupakan suatu proses dalam pemberian terapi medis maupun
tindakan asuhan keperawatan dari sistem keperawatan dalam memenuhi
kebutuhan perawatan klien.
b. Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis untuk menentukan masalah klien.
Analisa merupakan proses intelektual yang meliputi keadaan mentabulasi,
menyeleksi, mengklasifikasi data, mengelompokkan, mengkaitkan menentukan
kesenjangan informasi, membandingkan dengan standar, menginterprestasikan serta
akhirnya membuat kesimpulan.
1. Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai sesuatu pendapat
terhadap suatu situasi dan kejadian, informasi tersebuttidak dapat ditentukan oleh
perawat secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi
(Nursalam, 2001)
2. Data obyektif adalah data yang diobservasi dan dapat diukur (Nursalam, 2001).
Data obyektif yang ditemukan pada klien dengan appendicitis adalah : klien
tampak meringis, klien kelihatan gelisah, klien banyak ngorok, kebutuhan
aktivitas kurang, expresi lemah, klien tampak bedrest, klien sering bertanya
tentang penyakitnya, pucat/ sianosis pada bibir.
ANALISA DATA (Doenges, Marilyn, 2000)
NO Tanda dan Gejala Penyebab Masalah
1 DS : Klien mengeluh nyeri Insisi prosedur invasive Nyeri
daerah operasi
DO : Distensi jaringan usus oleh
a. Tampak adanya luka inflamasi
operasi
b. Klien tampak Nyeri
kesakitan/ meringis
c. Gelisah
pembengkakan
resiko infksi
3 DS : pola nafas tidak efektif Akut Ketidakefektifan
DO : pola nafas
Ekspansi paru meningkat
Sekresi mucus meningkat
Terjadi pembengkakan
(infeksi, bakteri, ulcerasi)
4 DS : bersihanjalan nafas Pusat kesadaran Ketidakefektifan
DO : reflek batuk bersihan jalan
nafas
Reflek batuk menurun
Akumulasi saluran
pernafasan
5 DS : klien mengeluh sakit Nyeri pada daerah luka Mobilitas fisik
jika bergerak operasi
DO :
a. keadaan umum lemah
b. ketahanan gerakan Kelemahan
atas menurun
C. INTERVENSI
Menurut Aplikasi NANDA NIC-NOC jilid 1 (2015)
1. Nyeri akut
NOC
o Pain level
o Pain control
o Comfort level
NIC
Pain management
o Lakukan pengajian nyeri secara komprehensip termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
o Observasi reksi non verbal dari ketidak nyamanan
o Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
o Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
o Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
o Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektipan control nyeri masa lampau
o Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
o Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
o Kurangi faktor yang presipitasi nyeri
o Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi
dan interpersonal )
o Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan nyeri
o Ajarkan tentang teknik non farmakologi
o Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
o Eveluasi keefektifan control nyeri
2. Resiko infeksi
NOC
o Status imun
o Infection control (control infeksi)
o Risk control
NIC
Control infeksi
Airway management
o Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
o Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
o Identifikasi pasien perlunya pemasangan ventilasi
o Pasangmayo bila perlu
o Lakukan fisioterpi dada jika perlu
o Keluarkan secret dengan batu atau suction
o Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
o Monitor respirasi dan status O2
5. Hambatan mobilitas
NOC
o Joint movement : active
o Mobility level
o Self care : ADLs
o Transfer performance
NIC
Exercise therapy : ambulation
o Monitoring vital sign sebelum/ sesudah latihan dan lihat respon pasien
saat latihan
o Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
o Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
o Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lai tentang teknikambulasi
o Latih pasien dalampemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan
o Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuanjika
diperlukan
D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membnatu klien dari masalah status yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan criteria hasil yang di harapkan.
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah di catat dalam
rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ atau perencanaan ini dapat tepat waktu dan
efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas keperawatan, memantau dan mencatat respon pasien
terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan
(Doenges Marilyn E. 2000.rencana Asuhan Keperawatan).
E. EVALUASI
Menurut Aplikasi NANDA NIC-NOC jilid 1 (2015)
1. Nyeri akut
Kriteria hasil
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik
untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
2. Resiko infeksi
Kriteria hasil
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi
penularan serta penatalakanaanya
- Menunjukkan kemampuan untuk mecegah timbulnya infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas normal
- Menunjukkan perilaku hidup sehat
3. Ketidakefektifan pola nafas
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih tidak ada sianosis
dan dispneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips)
- Menunjukkanjalan nafas yangpaten
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal
4. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih tidak ada sianosis
dan dispneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips)
- Menunjukkanjalan nafas yangpaten
- Mampu mengidentifikasi dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan
nafas.
5. Hambatan mobilitas
Kriteria hasil
- Klien meningkat dalam aktivitas fisik
- Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
- Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan
berpindah
- Memperagakan penggunaan alat
- Bantu untuk mobilisasi (walker)
DAFTAR PUSTAKA
Anatomi fisiologi : kurikulum berbasis kompetensi untuk keperawatan dan kebidanan/ penulis,
H. Syaifuddin : editor, Monica Ester.- ed. 4.-Jakarta : EGC, 2011
At a Glance Ilmu Bedah. Edisi 3, Pierce A. Grace & Neil R. Borley: Erlangga
Buku Ajar Patofisiologi/editor Jennifer P. Kowalak, Williem Welsh, Brenna Mayer, Alih Bahasa
Andi Hartono. Editor Edisi Bahasa Indonesia Renata Komalasari, AnastasiaOnny
Tampubulon, Monica Ester: -Jakarta: EGC, 2011
KTI Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan medis Apendicitis, 2007/2008