Anda di halaman 1dari 32

BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAHTUGAS 1

Nama Mahasiswa : AGUS AFRIDA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 858033184

Kode/Nama Mata Kuliah : MKDK4002/ PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Kode/Nama UPBJJ : 47/ PONTIANAK

Masa Ujian : 2020/21.2 (2021.1)


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAANUNIVERSITAS
TERBUKA

JAWABAN NO 1
ASPEK-ASPEK PENTING DALAM PERKEMBANGAN DAN
PENDIDIKAN ANAK USIA DINIPendidikan anak usia dini
berada dalam suatu lingkup perkemban-gan global dan oleh
karenanya sangat dipengaruhi oleh banyak aspek, sehingga
pada akhirnya, perkembangan anak juga terpengaruh oleh
berbagai faktor tersebut. Berbagai aspek yang saat ini
banyak didis-kusikan oleh para ahli antara lain gender,
budaya, sosial ekonomi, dan pola pengasuhan anak. Aspek-
aspek tersebut sesungguhnya juga saling terkait dan
mempengaruhi satu sama lain, sehingga ketika mendiskusi-
kan satu aspek, pasti akan melibatkan aspek yang lainnya.
Aspek-aspek penting tersebut hendaknya diperhatikan
secara sek-sama, terutama oleh yang berinteraksi langsung
dengan anak, seperti keluarga dan lembaga pendidikan.
Namun demikian, pihak lain seperti pemerintah, juga perlu
memperhatikan berbagai aspek tersebut seba-gai bahan
dalam pengembangan kebijakan yang ramah anak. Berbagai
faktor tersebut secara lebih detail diuraikan berikut ini.

ASPEK GENDER DALAM PERKEMBANGAN DAN PENDIDIKAN


ANAK USIA DINI
Gender berpengaruh terhadap perkembangan dan
pendidikan anak usia dini terutama karena adanya
perbedaan peran-peran sosial terkait jenis kelamin tertentu.
Perbedaan ini menyebabkan timbulnya perbedaan dalam
persepsi, perhatian dan perlakuan terhadap jenis ke-lamin
tertentu, yang mengakibatkan perbedaan dalam
perkembangan anak selanjutnya.Pada akhirnya, gender
berpengaruh terhadap pola pengasuhan, nilai anak, akses
terhadap pendidikan dan kesempatan-kesempatan tertentu
yang lebih luas. Dengan demikian, gender perlu
mendapatkan perhatian terkait dengan anak usia
dini.KLASIfIKASI PERAN GENDERKlasifikasi peran gender
pada umumnya dikaitkan dengan jenis ke-lamin, sehingga
terjadi persamaan dan perbedaan gender. Persamaan dan
perbedaan tersebut terkait dengan fisik, kognitif dan
sosioemo-sional dan mempengaruhi perkembangan serta
pendidikan anak.Sisi fisik. Perempuan memiliki angka
harapan hidup yang lebih tinggi apabila dibandingkan laki-
laki, dan laki-laki lebih mungkin untuk memiliki kelainan fisik
dan mental dibandingkan perempuan. Estro-gen pada
perempuan menguatkan sistem kekebalan tubuh, demikian
pula hormon pada perempuan mendorong liver untuk
memproduksi lebih banyak kolesterol “baik”, yang
menyebabkan pembuluh darah pada perempuan lebih
elastis. Sementara itu, testoteron pada laki-laki memicu
produksi lipoprotein yang memiliki kerapatan rendah, yang
akan menghambat pembuluh darah. Dengan demikian, laki-
laki memi-liki risiko penyakit jantung 2 kali lebih besar
dibandingkan perempuan. Dalam hal struktur dan fungsi
otak, beberapa penelitian menemukan bahwa otak
perempuan lebih kecil daripada otak laki-laki, tetapi otak
perempuan lebih berlekuk, yang memungkinkan jaringan
permukaan otak dalam tengkorak yang lebih luas pada
perempuan. Daerah lobus parietal yang berfungsi untuk
kemampuan visuospasial lebih besar pada laki-laki
dibandingkan pada perempuan (Frederik, dkk, 2000). Semen-
tara itu, daerah otak yang terlibat dalam ekspresi emosi
menunjukkan aktivitas metabolisme yang lebih tinggi pada
perempuan dibandingkan pada laki-laki (Gur, dkk, 1995).Sisi
kognitif. Banyak peneliti di bidang kognitif yang mengang-
gap bahwa perbedaan gender dari sisi kognitif adalah hal
yang terlalu dilebih-lebihkan. Meskipun demikian, Maccoby
dalam Santrock, 2007, menyatakan bahwa akumulasi dari
berbagai penelitian menunjukkan bahwa laki-laki memiliki
kemampuan visuospatial yang lebih baik apa-bila
dibandingkan perempuan, tetapi tidak ada perbedaan dalam
ke-mampuan verbal. Coley dalam Santrock, 2007, di sisi lain
menyatakan bahwa laki-laki memiliki kemampuan
matematika yang sedikit lebih baih baik apabila
dibandingkan dengan perempuan, sementara perem-puan
memiliki kemampuan membaca yang lebih baik.Sisi
sosioemosional. Area perkembangan sosioemosional yang
su-dah diteliti mengenai gender adalah hubungan
interpersonal, agresi, emosi, perilaku prososial dan prestasi.
Tannen, 1990, dalam Santrock, 2007, menyebutkan bahwa
anak perempuan lebih unggul dalam rapport talk, yaitu
bahasa percakapan, cara membangun dan menegosiasikan
hubungan dan relasi. Sementara itu, anak laki-laki lebih
unggul dalam report talk, yaitu pembicaraan yang
memberikan informasi, dan salah satunya adalah
pembicaraan di depan umum. Hal ini terjadi karena laki-laki
dan perempuan tumbuh dalam dukungan yang berbeda-
beda, baik dari orang tua, saudara, teman sebaya, pendidik
ataupun lingkun-gan yang lainnya. Sisi sosioemosional yang
tampak secara konsisten berbeda adalah dalam hal agresi.
Laki-laki lebih agresif secara fisik apabila dibandingkan
perempuan (Dodge, Coie dan Lynam, 2006). Dalam hal
ekspresi emosi, anak laki-laki lebih mungkin menyembu-
nyikan emosi negatif yang dirasakan, misalnya kesedihan,
sedangkan anak perempuan lebih mungkin
menyembunyikan emosi yang akan menyakiti orang lain,
misalnya kekecewaan (Eisenberg, Martin dan Fabes, 1996).
emosi yang lebih rendah dibandingkan perempuan
(Eisenberg, Spin-rad dan Smith, 2004). Kontrol diri yang
rendah dapat berubah men-jadi masalah perilaku. Dalam hal
perilaku prososial, perempuan lebih prososial, lebih empatik,
dan mereka juga lebih banyak terlibat dalam perilaku
prososial dibanding laki-laki (Eisenberg, Fabes dan Spinrad,
2006, Eisenberg dan Morris, 2004). Dalam hal prestasi, tidak
ada per-bedaan gender (Eisenberg dan Fabes, 2008).

JAWABAN NO 2
A. HUKUM PERKEMBANGAN
Carol Gestwicki (1995) mengemukakan beberapa prinsip dasar perkembangan.
1. Hukum Konvergensi
Perkembangan merupakan hasil interaksi faktor-faktor biologis (kematangan) dan faktor-
faktor lingkungan (belajar). Kematangan merupakan prasyarat munculnya kesiapan untuk
belajar. Lingkungan menentukan arah perkembangan.
2. Hukum Tempo Perkembangan
Perkembangan pada suatu tahap merupakan landasan bagi perkembangan berikutnya. Suatu
perkembangan tidak akan mungkin terjadi berkesinambungan dengan baik bila anak didorong
untuk melampaui atau secara tergesa-gesa menjalani tahap-tahap awal. Anak harus diberi waktu
sesuai dengan yang mereka butuhkan sebelum berlanjut pada tahap berikutnya.
3. Hukum Masa Peka
Dalam perkembangan terdapat waktu-waktu yang optimal. Waktu-waktu yang menunjukkan
kesiapan harus dikenal melalui pengamatan yang cermat. Proses belajar akan terjadi dengan
sangat mudah pada saat yang optimal. Setiap pembelajaran tidak akan menjadikan proses belajar
dengan mudah sebelum mencapai kesiapan.
4. Hukum Rekapitulasi
Stanley Hall (1846-1924) berusaha untuk memberikan kontribusi teoretis terhadap
psikologi. Dengan dipengaruhi oleh tulisan dan teori Darwin, Stanley Hall mengemukakan
bahwa perilaku dan perkembangan anak merupakan rekapitulasi dari evolusi spesies (manusia).
Dengan pandangan ini Hall menamai studi perkembangan anak psikologi genetis. Hall juga
berpendapat bahwa pendidikan dan pembimbingan anak seyogianya memupuk kecenderungan
alami anak yang merefleksikan bentuk-bentuk perilaku dan perkembangan spesies (manusia)
yang terdahulu. Hall terutama menekankan masa adolesen, yang menurut pendapatnya menandai
berakhirnya rekapitulasi dan merupakan kesempatan pertama bagi anak untuk mengembangkan
bakat-bakat dan kemampuan individualnya (Hall, 1904).
Dengan perkembangan dan kemajuan penelitian biologis jelaslah bahwa tidak ada proses
rekapitulasi sederhana pada perkembangan manusia. Selanjutnya, banyak ahli-ahli psikologi
Amerika yang lebih tertarik kepada pengaruh lingkungan terhadap perkembangan. Artinya,
bahwa anak memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman dan perilakunya
dapat dijelaskan dengan baik dengan proses belajar yang dialaminya. Masa berikutnya, psikologi
genetis lebih dikenal dengan psikologi perkembangan yang berorientasi pada penelitian
lingkungan dengan menggunakan metode eksperimen. Hal itu mengubah arah studi tentang anak
(Carins, 1983).
5. Perkembangan maju berkelanjutan merupakan kesatuan yang saling berhubungan, dengan semua
aspek-aspek (fisik, kognitif, emosional, sosial) yang saling mempengaruhi. Suatu program untuk
memupuk perkembangan akan mendukung domain-domain yang lain dengan derajat
kepentingan yang sama. Semua pengalaman belajar dikenal sebagai peluang-peluang yang
terintegrasi untuk pertumbuhan, dan bukan merupakan keterampilan yang terpisah-pisah.
6. Setiap individu berkembang sesuai dengan waktunya masing-masing. Suatu hal yang tidak
mungkin dan berbahaya bila kita membandingkan individu-individu ditinjau dari umurnya.
Setiap anak mempunyai kebutuhan dan karakteristik yang unik pada tahap tertentu. Hal ini
memungkinkan terjadinya perbedaan dan pilihan-pilihan. (hukum irama perkembangan)
Perkembangan berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks, dari yang umum kepada
yang khusus. Dengan memperhatikan prinsip ini tidak mungkin anak melampaui tahap tertentu
atau diburu-buru pada perilaku tertentu bila mereka belum siap.
7. Dalam perkembangan terdapat urutan yang dapat diramalkan. Pemaham-an tentang perilaku yang
seharusnya terjadi berikutnya, akan membantu para praktisi untuk mengenal perkembangan yang
khusus dan menantang fase berikutnya yang semestinya (continuity).
Penelitian Sutterly dan Donnely mengenai proses pertumbuhan menghasilkan sepuluh prinsip
dasar pertumbuhan. Beberapa prinsip di antaranya ada yang menunjukkan kesamaan dengan
yang di atas. (hukum rekapitulasi)

1. Pertumbuhan adalah Kompleks dan Semua Aspek-aspeknya Berhubungan Sangat Erat


Perubahan semua dimensi pertumbuhan memilliki hubungan yang
dinamis. Untuk dapat mengonseptualisasikan perkembangan manusia secara seksama, kita harus
menyadari lingkup yang luas dari berbagai proses dan transformasi yang dapat terjadi secara
simultan pada seorang individu. Sebagai contoh kompleksnya pertumbuhan ialah anak yang
gagal untuk tumbuh karena kurangnya curahan kasih sayang dari ibunya. Hal ini menjelaskan
bahwa faktor emosional merupakan bagian yang integral dari proses pertumbuhan.
2. Pertumbuhan Mencakup Hal-hal Kuantitatif dan Kualitatif
a. Perubahan-perubahan terjadi secara berangsur dan ada yang melalui penggantian sehingga
memungkinkan tubuh kita untuk tetap bertahan. Pertumbuhan yang terjadi secara berangsur-
angsur mengimbangi bagian-bagian yang hilang agar dapat tetap berinteraksi dengan lingkungan.
Misalnya, anak tumbuh secara berangsur baik tinggi maupun berat badannya, ia bertahan tumbuh
walaupun ada bagian-bagian yang terbuang dan hilang dalam bentuk urine, kotoran, keringat
pada kulit, oksidasi pada paru-paru, dan penggantian sel-sel yang rusak. Kejadian-kejadian itu
menggambarkan fakta bahwa organisme adalah suatu konfigurasi yang harus terus-menerus
berubah agar dapat terus bertahan. Pengetahuan tersebut merupakan landasan untuk memahami
pertumbuhan yang normal dan tidak normal, termasuk kanker, mekanisme yang belum
sepenuhnya dipahami melalui penelitian mutakhir sekalipun.
b. Pertumbuhan terus terjadi melalui perkembangan dan integrasi sel dan jaringan yang berbeda,
dengan kapasitas fungsional khusus untuk aktivitas internal dan tidak nampak.
c. Kematangan adalah proses pertumbuhan yang mengubah organisme dalam arti mengganti dan
menolak apa yang telah dipelajari dan diperoleh sebelumnya untuk dapat menggantikannya atau
menyesuaikannya dengan fungsi atau proses yang baru yang lebih sesuai dengan ukuran, bentuk,
dan fungsi yang sedang tumbuh dan kapasitas-kapasitas lainnya yang sedang berkembang. Istilah
pertumbuhan dimaksudkan bukan hanya menunjukkan berangsurnya pertumbuhan tinggi dan
besarnya fisik. Pertumbuhan ini mencakup juga diferensiasi struktur dan perubahan bentuk dan
fungsi secara berkesinambungan. Hal ini akan jelas dengan adanya urutan dalam proses
pertumbuhan.
3. Pertumbuhan adalah Proses yang Berkesinambungan dan Terjadi Secara Teratur
Semua dimensi pertumbuhan terjadi secara teratur dan dalam urutan
yang dapat diramalkan. Walaupun prosesnya terjadi secara reguler dan teratur hasilnya tidak
seragam. Fase-fase perkembangan manusia terjadi penggandaan sel-sel (yang disebut
incremental growth) dan berlanjut dengan adanya perbedaan-perbedaan. Kekhususan menjadi
sangat perlu demi ketahanan sel-sel yang tumbuh secara cepat. Pertumbuhan berlanjut dalam dan
melalui sel-sel yang berbeda-beda serta membangkitkan jaringan dari sistem organ.
Karena pertumbuhan merupakan proses yang berkesinambungan dan teratur, kita dapat
mengenal pola pertumbuhan bagi kebanyakan anak. Setiap anak (kecuali yang mengalami
kelainan) bergerak melalui tahap-tahap yang sama dengan karakteristik yang manusiawi. Tahap-
tahap ini dihubungkan dengan aspek-aspek pertumbuhan seperti pengukuran fisik,
perkembangan organ-organ, dan kematangan fungsi perilaku. Keteraturan pola perkembangan
dari konsepnya jelas. Kematangan struktur dan badan dari berbagai urutan akan berfungsi
dengan karakteristik tertentu yang memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya.
Karena itu pola perilaku yang dihasilkan akan muncul dalam urutan yang teratur, misalnya dalam
perkembangan bahasa dan perilaku sosial. Urutan normatif perkembangan motorik berlangsung
sesuai dengan struktur perkembangan fisik melalui rangkaian perubahan-perubahan yang terjadi
pada kematangan otot-otot, saraf, dan organ-organ. Dengan perkembangan yang simultan
(serempak) pada postur dan gerakan anak yang pada awalnya belum dapat mengendalikan mata,
tangan, dan jari-jarinya. Whipple (1966) mengatakan bahwa perkembangan pada mata-tangan-
mulut merupakan koordinasi dalam melihat, meraba, menjangkau, dan menjajaki objek-objek.
Pandangan yang hampa dan belum terarah pada bayi yang baru lahir, menunjukkan bahwa otot-
otot mata tidak terkoordinasi pada waktu lahir. Koordinasi ini bertambah baik, dan pada usia
tertentu bayi sudah dapat melihat objek-objek yang dekat. Usia tiga bulan dia melihat dan
mengikuti objek-objek bergerak pada 180 derajat dan keadaan-keadaan sekelilingnya. Usia
empat bulan pandangannya sudah jelas dan mulai melihat berbagai objek yang berbeda, terutama
yang besar dan warna yang mencolok. Badannya mulai bereaksi dan tangannya secara "global"
menuju objek, walaupun belum tentu berhasil menggapainya. Pada usia lima bulan bayi mulai
mencoba memfungsikan tangannya dengan batas gerak sampai sikut dan mulai "membawa"
objek ke mulutnya. Sungguh menarik untuk diperhatikan perilakunya yang selalu
memperhatikan tangannya sendiri. Tangan yang satu memegang tangan yang lain, seolah-olah
sebagai objek yang asing. Pada usia tujuh bulan kedua tangannya sudah lebih difungsikan,
dengan berlatih memegang dan melepaskan pegangan.
Urutan-urutan normatif seperti itu terjadi pula pada perkembangan-perkembangan kognitif,
sosial, dan psiko sosial. Karena perkembangan itu berkesinambungan, dari tahap yang satu akan
beralih dengan berpengaruh pada tahap berikutnya.
4. Pada Pertumbuhan dan Perkembangan Terdapat Keteraturan Arah Pada awal
pertumbuhan bayi pada manusia, seperti juga spesies
binatang, tumbuhlah bagian kepala yang kompleks dan besar sedangkan pada masa pertumbuhan
bayi yang pesat terdapat pada bagian badan. Pada masa kanak-kanak pertumbuhan yang pesat
terdapat pada bagian kaki.
Penguasaan bayi mengenal mata dan kepalanya diperoleh pada tiga bulan pertama sejak
kelahirannya, tiga bulan kedua penguasaan pada bagian atas dan tangan, tiga bulan ketiga pada
bagian-bagian bawah. Gerakan-gerakan kaki pada tiga bulan keempat. Pada urutannya itu dapat
dilihat gerakan motorik dari kepala sampai ke kaki.
Perkembangan lain terjadi pada simetri kiri dan kanan yang disebut perkembangan bilateral.
Tanner (1965) menyatakan bahwa manusia terdapat asimetri dalam simetri. Maksudnya, secara
eksternal bagian kiri (badan) manusia hampir menjadi cerminan bagian kanan; bagaimanapun
secara internal organ-organ tubuh seperti jantung, usus, dan hati adalah asimetri. Sepintas lalu
otak seolah-olah simetri. Sisi kiri otak mempunyai tanggung jawab langsung untuk sisi kanan
badan dan sebaliknya. Hasil dari kajian yang dilakukan diketahui bahwa daerah bicara pada otak
sebelah kiri lebih besar dari yang kanan. Orang yang dominan tangan kanannya (tidak
kidal) mungkin menjadi norma pada manusia, karena daerah bicara berada pada sisi kiri otak.
Fakta menunjukkan bahwa kedua sisi otak tidak simetri, baik ukuran maupun fungsinya.
Penelitian yang berkelanjutan mungkin menemukan bahwa apa yang nampaknya simetri pada
perkembangan fisik tidak perlu simetris pada fungsinya.
5. Tempo Pertumbuhan Tidak Sama
Dari uraian terdahulu diketahui bahwa terdapat urutan yang tertentu dan
teratur pada proses pertumbuhan. Pada setiap anak terdapat variasi umur dalam mencapai
jenjang-jenjang pertumbuhan karena kecepatan menjalani kehidupan antara seorang dan lainnya
berbeda, walaupun setiap orang melalui jalan yang sama. Anak yang telah berkembang secara
berkelanjutan sejak masa konsepsi, mengalami interupsi pada masa kelahiran dan kehilangan
berat badan, secara berangsur bertambah ukuran/besar dan beratnya. Pemberian makan yang
tidak memadai dan tidak semestinya akan memperlambat pertumbuhan serta mungkin akan
mengalami kesulitan asimilasi dan mencerna bahan makanan. Pertambahan berat badan yang
terjadi secara teratur merupakan salah satu indikasi terjadinya perkembangan yang normal tetapi
itu bukan satu-satunya ciri. Kita tidak dapat menentukan tempo pertumbuhan anak hanya dengan
melihat berat dan besarnya badan. Ukuran dan kriteria yang baik tentang pertumbuhan adalah
sistem rangka tubuh. Rangka tubuh tumbuh mengikuti rencana perkembangan secara genetik
yang terkontrol dan digunakan sebagai indeks kecepatan pertumbuhan organisme. Dengan
menggunakan X-ray, osifikasi pada 29 tulang pergelangan dan tangan diketahui variasi yang
terdapat pada anak-anak yang sama usianya. Urutan osifikasi ini teratur dan terjadi melalui
tahap-tahap yang dapat diramalkan bila anak berada dalam keadaan sehat. Menentukan umur
rangka dan umur tulang merupakan hal yang sangat berguna untuk mengukur kecepatan
pertumbuhan dan kematangan fisiologis.
Dalam menggunakan setiap ukuran tentang pertumbuhan akan terdapat variasi pada anak-
anak yang seusia. Setiap anak secara individual mempunyai pola pertumbuhan sendiri-sendiri.
Meskipun pertumbuhan sama dengan anak lain waktu terjadinya pertumbuhan akan sangat
individual. Adalah lebih penting untuk diketahui bahwa anak mempunyai hubungan yang
konsisten dalam tinggi dan beratnya dengan anak lain daripada hanya mengetahui bahwa dia itu
tinggi atau pendek.
6. Aspek-aspek yang Berada dari Pertumbuhan Berkembang pada Waktu dan Kecepatan
yang Berbeda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai bagian tubuh tumbuh
pada waktu dan kecepatan yang berbeda serta mencapai titik maksimal pertumbuhan yang
berbeda dari seluruh siklus kehidupan.
Dibandingkan dengan ukuran bagian badan lainnya, kepala bayi yang baru lahir lebih besar.
Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan kepala lebih pesat pada masa sebelum lahir (pranatal).
Selama tahun pertama pada saat pertumbuhan tulang belakang mendominasi, anak menjadi
nampak bulat dan gemuk. Pada saat anak mulai belajar berjalan kepala dan badannya masih berat
dan menyebabkan anak kelihatan pendek. Setelah tahun pertama kakinya tumbuh lebih cepat dari
pada bagian tubuh yang lain, sebagian lemak menghilang. Penampilan anak prasekolah nampak
kecil.
Makin lambat masa puber, makin lama pula waktunya untuk mencapai pertumbuhan kaki
yang pesat karena anak itu yang cepat matang lebih pendek kakinya daripada yang lambat
matang. Anak laki-laki, yang matang lebih lambat dari anak perempuan, mempunyai dua sampai
dua setengah tahun lebih lama sampai mencapai kepesatan pertumbuhan kaki.
Adalah hal yang tidak baik dan tidak menguntungkan baik bagi laki-laki maupun anak
perempuan untuk memupuk persaingan antara kedua jenis kelamin di sekolah karena anak
perempuan berkembang dua tahun lebih awal. Pada waktunya, anak laki-laki akan menyusul
ketinggalannya dan menjadi kuat.
Otot-otot tidak menjadi hilang kekuatannya dengan bertambahnya umur, tapi akan berkurang
bila tidak digunakan. Kekuatan maksimum akan tercapai pada masa dewasa awal dan hanya akan
dapat dipertahankan dengan menggunakan atau memanfaatkannya. Beberapa ahli berpendapat
bahwa untuk menghitung proses penuaan yang normal diperlukan studi-studi deskriptif yang
lengkap. Suatu kajian tentang mekanisme penuaan dapat dimulai. Hasil-hasil penelitian yang
dilakukan beberapa tahun terakhir mulai menantang konsep-konsep penuaan. Trend terakhir dari
penelitian mengenai aspek-aspek fisiologis penuaan menunjukkan perubahan metode dan desain
dari pada yang digunakan terdahulu. Hal ini dapat mengubah dasar bimbingan dan perawatan.
Penelitian yang dilakukan Shock menunjukkan bahwa penelitian terdahulu tentang perbedaan
usia biasanya dilaksanakan terhadap subjek yang berusia tua di lembaga tempat mereka dirawat,
kemudian dibandingkan dengan temuan-temuan dari kelompok-kelompok siswa pendidikan
kesehatan, perbedaannya didasarkan atas usia. Penelitian saat ini mempertanyakan seberapa
besar perubahan-perubahan yang terjadi pada berbagai variabel seperti prestasi belajar,
pengalaman hidup, tingkat pendapatan, dan penyakit yang diderita.

7. Kecepatan dan Pola Pertumbuhan Dapat Dimodifikasi oleh Faktor-Faktor Intrinsik dan
Ekstrinsik
Faktor yang paling jelas mempengaruhi pertumbuhan adalah nutrisi.
Selain mempengaruhi kecepatan pertumbuhan, nutrisi ini mempengaruhi pencapaian
kedewasaan. Anak yang makannya tidak bergizi dapat dirangsang untuk mempercepat
pertumbuhannya dengan memperbaiki gizinya. Dalam keadaan kelaparan, pertumbuhan dapat
terhambat dan masa puber akan tertunda, tetapi bila kelaparan itu berakhir dengan memakan
makanan yang semestinya, pertumbuhan akan berlangsung semestinya pula. Dapat tidaknya
seseorang mencapai kurva pertumbuhan normal bergantung pada jangka waktu dan keparahan
malnutrisi yang dialaminya. Pertumbuhan dipengaruhi pula oleh kesehatan fisik dan lingkungan.
Pertumbuhan, kesehatan, dan kemampuan mental dapat pula dipengaruhi oleh pengaruh-
pengaruh nutrisi awal. Di daerah-daerah terbelakang dan serba kekurangan pertumbuhan bukan
hanya lambat pada masa anak dan remaja tetapi angka kematian anak dapat tinggi pula. Dari
hasil penelitian dapat dibuktikan pula bahwa faktor emosional mempengaruhi pertumbuhan.
Bayi dan anak kecil yang kurang mendapat kasih sayang ibunya akan sulit merespon atau
bertambah berat badannya.
Faktor-faktor intrinsik yang disebutkan di atas sangat mempengaruhi proses pertumbuhan yang
terjadi pada seluruh siklus kehidupan. Lihat gambar berikut.
Bertambah tingginya anak terutama disebabkan oleh kematangan yang lebih awal. Dua orang
anak laki-laki dan perempuan berusia 5 tahun pada tahun 1965, dengan kondisi ekonomi yang
sedang, lebih tinggi 5 cm dibandingkan anak lain pada usia yang sama setengah abad
sebelumnya; anak berusia 9 tahun rata-rata lebih tinggi 9 cm dan yang berusia 11 tahun hampir
12 cm lebih tinggi. Angka-angka tersebut diperoleh dari pengukuran di Amerika dan Eropa
(disajikan dari Early Maturation in Man, Tanner, James, 1968).
Setelah masa bayi dan kanak-kanak, otak tidak akan mendapat kesempatan lain, karena otak
tidak dapat mengejar ketinggalan seperti halnya tulang yang dengan bertambahnya waktu
memungkinkan seseorang mencapai tinggi badan yang seharusnya. Satu-satunya faktor yang
paling krusial dalam pertumbuhan otak adalah nutrisi. Dr. Winick telah mendemonstrasikan
bahwa pemecahan sel akan berhenti pada waktu yang sama baik pada anak yang nutrisinya baik
maupun tidak baik nutrisinya. Malnutrisi berpengaruh langsung terhadap cara pertumbuhan otak.
Bila anak yang baru lahir menderita kekurangan makanan (ASI atau penggantinya) secara serius
pada enam bulan pertama, pemecahan sel akan lebih terlambat 20 persen dari pada yang
semestinya. Bayi yang secara serius mengalami kekurangan nutrisi akan memiliki 20 persen
lebih sedikit (kekurangan) sel-sel otaknya dibandingkan dengan yang normal. Bila bayi tidak
mendapatkan nutrisi selayaknya saat dalam rahim dan setelah lahir maka dia mungkin hanya
memiliki 60 persen dari pada yang seharusnya. Hal ini akan mempunyai implikasi tragis
terhadap kecerdasan kelompok-kelompok sosio ekonomik dan etnik yang tidak beruntung.

8. Pada Pertumbuhan Dan Perkembangan Terdapat Masa-Masa Kritis


Pada siklus kehidupan yang dilalui seorang individu mungkin
menghadapi masa-masa sulit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai gangguan yang terjadi
pada suatu tahap perkembangan anak menghasilkan akibat yang sama, tetapi gangguan yang terjadi
pada tahap perkembangan yang berbeda akan menyebabkan akibat yang sangat berbeda. Misalnya
virus rubella atau virus lainnya yang mematikan bila menyerang wanita hamil pada trimester pertama
bisa berakibat fatal. Virus yang sama bila menyerang wanita hamil pada bulan kedelapan mungkin
tidak berakibat apa-apa atau hanya sedikit saja akibatnya. Pertumbuhan akan lambat bila lingkungan
tidak memadai. Pada fase-fase awal perkembangan semua sel ada kesamaan bahwa gangguan akan
berakibat serius, bisa mematikan. Bila gangguannya tidak parah, perkembangan bisa berlanjut tetapi
lambat. Dr. Winick secara lebih khusus menekankan bahwa 45 bulan pertama merupakan masa
pertumbuhan yang paling kritis, karena pertumbuhan otak, yang berkembang paling pesat selama
dalam rahim, akan berlanjut setelah lahir dengan masa transisi pada saat sel membelah dan sel yang
telah ada mulai tumbuh membesar.
Menurut Wyden pada saat-saat akhir tahun pertama sel-sel otak akan berhenti membelah. Semua
pertumbuhan yang terjadi berupa pengembangan sel dalam ukuran (membesar) bukan dalam jumlah.

9. Pada suatu Organisme Ada Kecenderungan untuk Mencapai


Potensi Perkembangan yang Optimal
Suatu organisme akan mencari dan berusaha untuk mencapai potensi optimal baik dalam struktur
atau fungsinya. Meskipun potensi pertumbuhan seseorang banyak dipengaruhi oleh genetik,
pertumbuhan anak yang nyata secara individual ditentukan oleh potensi genetika maupun kondisi
lingkungan. Asumsi bahwa terdapat pertumbuhan maksimum bagi tiap individu, secara logika akan
berakibat timbulnya asumsi kedua bahwa penyimpangan dari pertumbuhan optimal itu akan terefleksi
pada pengaruh yang jelek terhadap lingkungan. Untuk menentukan pertumbuhan yang maksimum
pada individu sulit ditentukan. Bisa saja dipilih dari informasi data yang ada dan mungkin berguna
dalam membantu anak untuk mencapai tingkat perkembangan manusia yang optimal. Perbaikan
lingkungan tidak menjamin individu menambah potensi genetiknya, walaupun hal itu mungkin saja
memaksimalkan potensinya. Tugas utama yang dihadapi manusia ialah mengetahui bahwa faktor-
faktor nongenetik disesuaikan sehingga setiap individu menyadari potensi dirinya sendiri sepenuhnya.

10. Setiap Individu Tumbuh dengan Caranya Sendiri yang Unik


Kita ketahui bahwa setiap individu mengalami perkembangannya
sebagai suatu proses yang teratur. Bagaimanapun setiap individu dalam menjalani hidupnya
dilengkapi dengan pembawaannya yang unik serta pengalaman yang bersifat pribadi yang dilalui
dengan kecepatan tersendiri. Keunikan ini sangat penting untuk diperhatikan dan merupakan konsep
yang perlu dipertimbangkan dalam pertumbuhan.
Ibu-ibu yang mempunyai anak lebih dari satu akan dapat melihat kenyataan bahwa sejak minggu-
minggu pertama kehidupan, bayi sudah menunjukkan karakter yang unik. Karena itu orang yang
bertanggung jawab memelihara dan merawat bayi hendaknya memperhatikan individualitas bayi
dengan merespon dan menghargai perbedaan yang terdapat pada individu-individu itu. Walaupun
bayi-bayi itu nampaknya sama, namun sebenarnya terdapat perbedaan. Di samping perbedaan warna
mata dan rambut, terdapat pula perbedaan telapak kaki, sidik jari, dan suara yang sangat individual.
Bentuk, jarak, dan waktu tumbuhnya gigi menunjukkan pola yang individual pula. Pola-pola ini dapat
menetap dan dapat pula berubah pada perkembangan-perkembangan bayi selanjutnya. Perilaku bayi
dalam merespon lingkungan, kepada ibunya, dan menghadapi situasi makan yang dihadapinya sangat
unik. Tidurnya pun, yang merupakan bagian terpenting bagi pertumbuhan fisiknya dan kognitif pada
tahun-tahun pertama, sangat individual sifatnya, baik mengenal lamanya waktu tidur atau sering
tidaknya tidur.
Para ahli berpendapat bahwa kepribadian dibentuk oleh pola hubungan yang menetap antara
temperamen dan lingkungan. Bila hubungan antara keduanya harmonis maka dapatlah diharapkan
terjadinya perkembangan yang sehat hubungan yang sebaiknya akan menimbulkan masalah. Karena
itu orang yang bekerja yang berkaitan dengan kepentingan anak hendaknya memahami karakteristik
anak dan tuntutan lingkungan, serta mengetahui cara menjalin hubungan antara keduanya sehingga
anak dapat berkembang sesuai dengan yang diharapkan baik oleh anak itu sendiri maupun oleh
lingkungannya.
Proses-proses dalam pertumbuhan terjadi secara serentak. Anak tumbuh dan berkembang dari
keadaan yang sepenuhnya bergantung pada ibunya menjadi orang yang mampu mandiri. Anak
diharapkan untuk belajar memenuhi berbagai tuntutan, mampu melihat dan memanfaatkan berbagai
peluang dalam kehidupan.

JAWABAN NO 3

American Academy of Padiatrics 2012 dalam Maria dan Amalia (2016) menjelaskan perkembangan
sosial emosional anak usia dini adalah kemampuan anak dalam mengelola dan mengekspresikan
emosi secara lengkap baik emosi positif maupun negatif. Anak mampu berienteraksi dengan teman
sebayanya atau orang dewasa disekitarnya secara aktif belajar dengan mengeksplorasi lingkungannya.
Perkembangan sosial emosional adalah proses belajar anak dalam menyesuaikan diri untuk
memahami keadaan serta perasaan ketika berinteraksi dengan orang-orang di lingkungannya yang
diperoleh dengan cara mendengar, mengamati dan meniru hal-hal yang dilihatnya.

Menurut Nurjannah (2017) perkembangan sosial emosional anak usia dini merupakan proses belajar
pada diri anak tentang berinteraksi dengan orang disekitarnya yang sesuai dengan aturan sosial dan
anak lebih mampu dalam mengandalikan perasaannya yang sesuai dengan kemampuannya dalam
mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaannya yang diperoleh secara bertahap dan melalui proses
penguatan dan modeling.

Berdasarkan dua pengertian di atas maka dapat disimpulkan perkembangan sosial emosional anak
usia dini adalah proses perkembangan anak dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya kepada
orang tua, teman sebaya dan orang dewasa. Serta proses perkembangan keadaan jiwa anak dalam
memberikan respon terhadap keadaan dilingkungannyan yang sesuai dengan aturan sosial yang
diperoleh melalui mendengar, mengamati, meniru dan dapat distimulasi melalui penguatan dan
modeling (contoh).

Hurlock (1993) perkembangan emosi terjadi sangat kuat pada usia 2,5-3,5 dan 5,5 – 6,4 tahun.

1. Reaksi emosi anak sangat kuat, anak akan merespon peristiwa dengan kadar emosi yang sama.
Semakin bertambah usia anak samakin mampu untuk mengontrol emosinya.
2. Reaksi emosi muncul setiap peristiwa dengan cara yang diinginkannya dan dengan waktu
yang diinginkannya pula.
3. Emosi mudah berubah dan memperlihatkan reaksi spontanitas atau kondisi asli dan anak
sangat terbuka dengan pengalaman-pengalaman hatinya.
4. Reaksi emosi berdsifat individual dan pemicu emosi yang sama, namun reaksi yang
ditimbulkan berbeda-beda. Hal ini diakibatkan oleh factor pemicu emosi
5. Keadaan emosi anak dikendalikan dengan gejala tingkah laku yang ditampilkan dan anak sulit
mengungkapkan emosi secara verbal dan emosi mudah dikenali melalui tingkah laku yang
ditunjukkan.

Hurlock (1978) perilaku prososial yang umum terjadi pada diri anak diantaranya:

1. Meniru : melakukan perilaku orang dewasa disekitarnya


2. Persaingan : keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orang lain
3. Kerja sama : bermain koperatif bersama teman
4. Simpati : menggambarkan perasaan belas kasih atas kesedihan orang lain (KBBI)
5. Empati : menempatkan diri pada posisi kesedihan orang tersebut (KBBI)
6. Dukungan sosial : dukungan dari orang sekitar
7. Berbagi : memberikan miliknya kepada teman atau orang dewasa sebagai bentuk keperdulian
8. Perilaku akrab : hubungan erat dan personal dengan orang lain atau teman sebaya.

Selain perilaku prososial anak juga memiliki perilaku anti sosial:


1. Negatifisme : perilaku melawan otoritas orang dewasa
2. Agresif : perilaku menyerang jika diganggu orang lain
3. Perilaku berkuasa : menganggap semua benda miliknya
4. Memikirkan diri sendiri : mementingkan keinginan sendiri
5. Merusak : membanting atau menghancurkan barang-barang.

Perkembangan sosial emosional anak merupakan perkembangan tingkah laku pada anak untuk dapat
menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. pada masa ini proses
anak belajar dalam menyesuaikan diri dengan norma, moral dan tradisi dalam masyarakat. Piaget
dalam teorinya menyebutkan adanya sifat egosentris yang tinggi pada anak karena anak belum dapat
memahami perbedaan perspektif pikiran orang lain. Pada tahap ini anak hanya mementingkan dirinya
sendiri dan belum mampu bersosialisasi dengan baik dengan orang lain. (Nurmalitasari, 2015)

Menurut Hurlock 2000 dalam Musyafaroh (2017) untuk mencapai perkembangan sosial dan mampu
bermasyarakat, seorang individu harus memerlukan tiga proses. ketiga proses tersebut saling
berkaitan dan apabila terjadi kegagalan dalam satu proses dari tiga proses tersebut, maka akan
menurunkan kadar sosialisasi individu tersebut. ketiga proses tersebut adalah; pertama, perprilaku
yang dapat diterima secara sosial dan setiap kelompok masyarakat memiliki standar perilaku tersebut.
Kedua, belajar memainkan peran sosial. Ketiga, perkembangan proses sosial yakni menyukai orang
lain dan kegiatannya. Menurut Moh Padil dan Trio Supriyatno dalam Musyarofah (2017)
perkembangan sosial anak dapat dilakukan dengan du acara: pertama, proses belajar sosial dan
pembentukan loyalitas sosial.

Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa proses sosial anak dapat dikembangkan dengan cara
mengajak anak secara langsung berinteraksi dengan lingkungan sekitanya. Dengan demikian perlahan
kemampuan bersosial dalam diri anak akan terus berkembang dan pada proses ini juga perkembangan
emosi anak juga akan berkembang.

Musyafaroh (2017) Berdasarkan teori sosialisasi, anak dapat melakukan proses sosialisasi pasif
maupun sosialisasi aktif. Teori sosialisasi pasif menerangkan bahwa anak hanya akan memberikan
respon kepada orang tua dan mengabaikan orang lain. Teori sosialisasi aktif yakni sosialisasi yang
dilakukan anak dengan mengembangkan peran sosialnya. Media yang berperan penting dalam
mengembangan proses sosialisasi anak adalah: orang tua, sekolah, lembaga keagamaan, lingkungan
sosial dan media massa.

Selanjutnya Campos dalam Nurmalitasari (2015) mendefinisikan emosi sebagai perasaan atau afeksi
yang timbul saat seseorang berada dalam suatu keadaan yang dianggap penting. Emosi diwakilkan
oleh perilaku yang mengekspresikan kenyamanan dan ketidaknyamanan terhadap situasi yang
dialami. Emosi tersebut dapat berupa rasa senang, takut, marah dsb. Adapun karakteristik emosi pada
anak usia dini: berlangsung secara singkat dan berakhir tiba-tiba, terlihat lebih kuat dan hebat dan
berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba. Emosi dikategorikan menjadi dua yakni emosi positif dan
emosi negatif. Santrock mengungkapkan sebagian besar dipengaruhi oleh dasar bilologis dan
pengalaman masa lalu.

Sebagian besar penelitian yang berkaitan pada dengan hubungan sosial manusia, menunjukkan,
bahwa pengalaman sosial awal (keluarga) dan dimulai pada masa kanak-kanak dan akan menetap
pada diri seseorang dan berpengaruh untuk kehidupan orang tersebut. Wulan dalam Mulyani 2014
Ada beberapa hal yang mempengaruhi pengalaman sosial pada anak usia dini, sebagai berikut:

1. Penyesuaian sosial, jika perilaku menyesuaikan diri pada anak berkembang dengan baik, maka
akan menetap pada diri anak hingga ia dewasa.
2. Keterampilan sosial, sikap yang tertanam pada diri anak akan berpengaruh pada
keterampilannya dalam bergaul.
3. Partisipasi aktif, pengalaman sosial sejak dini pada diri anak akan mempengaruhi keaktifan
seorang anak dalam berpartispasi di masyarakat hingga ia dewasa.

Ketiga poin di atas saling berkiatan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Kemampuan
menyesuaikan diri dengan baik akan memudahkan anak memiliki keterampilan dalam bergaul atau
berteman. Dan memiliki kemampuan bergaul yang baik akan membuat anak giat dalam berpartipasi
di lingkungannya. Aspek sosial emosional pada anak usia dini sangat penting dikembangkan sejak
usia dini. Anak yang cerdas sosial emosionalnya akan mengatarkannya memiliki jaringan pergaulan
yang luas dan kedepan anak akan memiliki keterampilan kerja sama yang baik dan memudahkannya
dalam memperoleh pekerjaan.

JAWABAN NO 4
Bahasa tak terlepas dari hakikat keberadaan manusia karena itulah yang menjadi peranti komunikasi
antarmanusia. Manusia tanpa bahasa sama seperti burung tanpa sayap karena sayaplah yang mencirikan
burung dan bahasalah yang mencirikan manusia. Noam Chomsky, Bapak Liguistik dunia, menyebutkan bahwa
jika mempelajari bahasa, pada hakikatnya kita sedang mempelajari esensi manusia, yang menjadikan
keunikan manusia itu sendiri. Bahasa dikatakan menjadi keunikan yang mencirikan manusia dan
membedakannya dengan makhluk hidup lainnya. Pernyataan ini tidak berarti bahwa hanya manusia yang
memiliki peranti komunikasi. Binatang disebut tidak berbahasa, tetapi tetap bisa berkomunikasi. Namun,
seperti peribahasa “lidah tak bertulang”, dalam berkomunikasi terkadang tanpa sadar atau bahkan secara
sadar kita menyampaikan sesuatu dengan menggunakan bahasa yang mengandung makna ganda sehingga
memunculkan persepsi yang berbeda. Terlebih jika ternyata bahasa yang kita gunakan mengandung ujaran
kebencian, penghinaan, atau bahkan pencemaran nama baik yang berakhir di meja hijau. Di sinilah diperlukan
pemahaman tentang bahasa hukum. Di sinilah juga diperlukan pemahaman bagaimana agar terhindar dari
kejahatan bahasa yang berujung jerat hukum. Linguistik forensik adalah bidang kajian yang mampu
menyelisik hubungan antara bahasa, hukum, dan kejahatan. Lingustik forensik atau linguistik hukum
merupakan cabang dari linguistik yang menganalisis dan meneliti kehidupan kebahasaan manusia yang
terkait dengan hukum. Linguistik forensik merupakan bidang linguistik terapan yang melibatkan hubungan
antara bahasa, hukum, dan kejahatan, baik secara lisan maupun tulis. Secara lisan bisa saja terjadi saat
berpidato, presentasi, iklan, merek, acara di televisi, dan ujaran langsung dan secara tulis dapat terjadi saat
menulis buku, status di media sosial, percakapan melalui media sosial. Menurut Janet Holmes dalam An
Introduction to Sociolinguistics (2013: 430), para ahli bahasa forensik bekerja dalam konteks sosio yang
sangat luas. Juga meneliti tentang bagaimana bahasa dalam bentuk tulisan dan ucapan secara legal. Mereka
juga memberikan fakta-fakta hukum tentang permasalahan kebahasaan. Kadang-kadang permasalahan
kebahasaan ini melibatkan analisis bahasa dan komunikasi dalam konteks hukum, seperti polisi yang
mengitrograsi, interaksi dalam ruang hukum, atau dokumen yang legal, atau bisa juga menguji kebahasaan
dalam academic writing (kasus plagiat), merek dagang, percakapan dalam telepon, pesan ataupun email.
Coulthard dan Johson (2007:5) menyimpulkan bahwa fokus utama kajian linguistik forensik yaitu bahasa
dokumen legal, bahasa polisi penegak hukum, interview dengan anak-anak atau saksi- saksi, interaksi di ruang
sidang, bukti-bukti linguistik, kesaksian ahli dalam persidangan, kepengarangan dan plagiarisme, dan fonetik
forensik identifikasi penutur. Ini dibutuhkan seorang ahli bahasa yang berpengalaman dalam hukum. Seorang
ahli sosiolinguistik forensik untuk mengidentifikasikan klue sosiolinguistik serta pengertiannya yang akan
membantu menjawab pertanyaan secara legal dan berkontribusi terhadap keadilan secara tuntas. Janet
Holmes juga menjelaskan bahwa ahli bahasa forensik telah berkontribusi sebagai ahli terhadap masalah
hukum pembunuhan, pelecehan seksual, penculikan, penggelapan, narkoba, dan masih banyak tindak
kriminal lainnya serta pelanggaran hukum. Berdasarkan gambaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa betapa
pentingnya peranan seorang ahli linguistik forensik dalam menganalisis antara bahasa, hukum, dan
kejahatan. Selain menjadi garda terdepan dalam membela kebenaran, ia juga dapat menyelisisk sebuah kasus
kebahasan hingga terungkap sesuai dengan keadilan dan kebenaran yang seharusnya memang hadir
menyelamatkan seseorang atau sekelompok orang yang tertuduh. Fungsi dan peran ahli bahasa Indonesia
sebagai penganalisis hubungan antara bahasa dan penegakan, masalah, perundang-undangan, perselisihan
atau proses dalam hukum yang berpotensi melibatkan beberapa pelanggaran terhadap hukum atau
keharusan untuk mendapatkan penyelesaian hukum. Selain itu, ahli bahasa berperan sebagai pengkaji bahasa
proses hukum dan bahasa sebagai bukti, baik lisan maupun tulisan. Ahli bahasa juga berperan sebagai ahli
klasifikasi teks untuk mengetahui bentuk linguistik sebagai bukti investigasi fungsi teks tersebut dan
mengaitkankannya pada konteks masalah tersebut berada. Terakhir, peranan ahli bahasa juga adalah sebagai
pengungkap suatu kejahatan berbahasa baik kejahatan berbahasa berwujud lisan maupun tulisan yang
berupa penghinaan, ancaman, penipuan, bahkan kejahatan seperti pencurian dan penculikan Siapa yang
harus Menyelisik Linguistik Forensik? Untuk menjadi seorang ahli bahasa yang baik dan benar dibutuhkan
beberapa persyaratan yang berhubungan dengan sikap dasar dan kompetensi. Sikap dasar yang pertama, niat
tulus membela kebenaran, independen, tidak memihak kepada salah satu pihak, fokus pada kasus yang
ditangani saat itu, tidak menghubung-hubungkan dengan kasus sebelumnya yang pernah menimpa salah satu
pihak, jujur, hanya berbicara tentang masalah berdasarkan sisi bahasa dan multidisiplin ilmunya. Sementara
itu, kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang ahli bahasa forensik secara formal berlatar belakang bahasa;
menguasai teori bahasa; berpengalaman menangani konflik kebahasaan atau minimal pernah magang atau
pernah menjadi asisten ahli linguistik forensik untuk beberapa kasus, menyelisik secara komprehensif dan
kontekstual, fokus pada bidang yang digeluti, dan mengetahui undang-undang atau peraturan dan norma
agama, sosial atau budaya yang berhubungan dengan kasus. Terdapat dua istilah yang biasa digunakan di
masyarakat tentang orang yang menyelisik forensik bahasa: yakni saksi ahli bahasa dan ahli bahasa. Apa
berbedaan di antara kedua istilah itu? Saksi ahli bahasa biasa diberikan seorang ahli bahasa yang dihadirkan
di persidangan sebagai saksi yang dapat meringankan pelapor atau terlapor atau sebaliknya memberatkan
pelapor atau terlapor. Seorang saksi ahli bahasa dapat berdiri pada posisi pembela pelapor atau terlapor.
Sementara itu, ahli bahasa adalah ahli dalam bidang bahasa yang ditunjuk oleh negara/lembaga
hukum/pengacara untuk menganalis kasus bahasa forensik yang terjadi. Sebagai contoh, saat gelar perkara
yang melibatkan Basuki Tjahaja Purnama dalam kasus dugaan penistaan agama, dihadirkan beberapa saksi
ahli bahasa dari pelapor dan saksi ahli bahasa dari terlapor yang akan membela terlapor, juga dihadirkan ahli
bahasa yang sengaja ditunjuk oleh Pemerintah (kepolisian) untuk menjadi penerang dalam menyelisik kasus
bahasa forensik. Ahli bahasa tidak memiliki kepentingan untuk membela baik terlapor maupun pelapor,
tetapi akan bicara sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuninya, yakni bahasa. Sehubungan dengan penjelasan
tersebut, saya cenderung hanya menggunakan istilah ahli bahasa, bukan saksi ahli bahasa, karena
berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), saksi adalah orang yang dapat
memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan suatu perkara pidana yang
ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa istilah saksi
ahli bahasa kuranglah tepat selama ia tidak mendengar sendiri, tidak melihat sendiri, dan tidak mengalami
sendiri peristiwa tersebut. Istilah ahli bahasa adalah yang paling tepat karena kehadiran seorang ahli bahasa
seperti yang Janet Holmes katakan adalah sebagai pengidentifikasi masalah secara komprehensif sehingga
hingga tuntas (2013: 340). Ia akan menyelisik dari berbagai bidang ilmu yang berkaitan dengan bahasa. Ia
tidak hanya menganalisis secara gramatikal, struktural, tetapi juga mengaitkan dengan bidang ilmu bahasa
yang lain seperti sosiolinguistik, psikolinguistik, analisis wacana, semantik, semiotik, hermeneutik, dan
stilistik. Ia hanya boleh bicara sesuai dengan kemampuan bidang yang ditekuni dan dikuasainya: bahasa.
Jikalau harus menguasai ilmu lain yang berhubungan dengan kasus yang sedang ditanganinya, cukuplah ia
mengetahuinya. Ia harus belajar dan mengetahui KUHAP, Undang-Undang Pornografi, Undang-Undang
Informatika dan Transaksi Elektronik, peraturan penanganan ujaran kebencian, ilmu agama, sosial, politik,
hokum, plagiat, dll. Namun, perlu digarisbawahi bahwa semua itu hanya untuk menambah wawasan atau
pengetahuan yang dapat membantu kelancaran tugasnya sebagai ahli bahasa. Ia harus berkontribusi dalam
menemukan kebenaran demi keadilan dari sisi bahasa. Jadi, hapus dan lupakanlah ungkapan bahwa “Seorang
ahli bahasa membela yang bayar, bukan membela yang benar!” Justru ia hadir sebagai “Pembela Kebenaran
secara Komprehensif”. Kesadaran atas Keterbatasan Seorang Ahli Linguistik Forensik Seorang ahli linguistik
forensik juga manusia yang tak luput dari keterbatasan. Oleh karena itu, pihak kepolisian biasanya akan
mencari opini kedua sebuah kasus sebagai perbandingan jawaban atau jika perlu dihadirkan ahli bahasa
ketiga untuk penyempurnaan jawaban. Namun, jika memiliki kesadaran diri yang tinggi, kita bisa menghindari
kesalahan tersebut atau paling tidak mampu meminimalisasinya. Potensi kesalahan itu, biasanya, ada pada
pilihan seorang ahli bahasa dalam menentukan pisau yang akan mengupas masalah tertentu. Metode apa
atau pendekatan apa yang akan digunakan untuk menyelisik kasus konflik bahasa tersebut? Sebuah kasus
tidak hanya cukup tuntas diselisik oleh satu atau dua pendekatan. Bisa jadi beberapa pisau analisis sehingga
pemahamannya menjadi lengkap dan komprehensif. Sebagai contoh kasus seorang pria yang tersinggung
ketika dirinya disebut “berengsek” oleh pesaingnya dalam dunia usaha. Menurut KBBI “berengsek” memang
dimaknai sebagai umpatan, tetapi seorang ahli bahasa harus melihat secara gramatikal. Apakah kata itu
mengacu atau ditujukan kepada seseorang atau pada situasi yang ada? Atau ketika seorang ahli bahasa
menyelisik pernyataan seorang politikus “Kalau saya boleh berkata, rasanya ingin saya katakan bahwa kamu
itu bangsat!” Secara gramatikal, tidak ada yang salah dari kalimat itu. Itu hanya pengandaian dengan hadirnya
ungkapan “Kalau saya boleh…”. Namun, berdasarkan analisis wacana bahwa setiap kalimat itu mempunya
maksud yang dapat ditelusuri sebagai tindak tutur ilokusi. Ada niat dan motif yang tidak terungkap di balik
sebuah pernyataan. Kalimat tersebut bisa saja mengandung niat dan motif ketidaksukaan atau kebencian.
Kasus berikutnya misalnya kasus seseorang yang tersinggung karena ungkapan “Goblok, rek!” Menurut KBBI,
kata goblok berarti bodoh sekali. Seorang ahli bahasa jangan langsung memutuskan bahwa ungkapan itu
mengandung penghinaan. Lihatlah secara kontekstual. Lihat dari sudut pandang sosiolinguitik. Bagaimana
bahasa pisuhan digunakan di masyarakat Surabaya. Penutur yang berasal dari Surabaya biasa menggunakan
ungkapan pisuhan itu sebagai keakraban. Sementara itu, lawan bicara yang berasal dari Jawa Barat, tentu
tidak akan menerima masalah ini sebagai suatu kesalahpahaman bahasa. Unsur budaya dapat menjelaskan
masalah ini. Oleh karena itulah, diperlukan pemahaman yang komprehensif dan kontekstual dalam
menangani konflik bahasa yang melibatkan multidisiplin ilmu bahasa. Contoh kasus selanjutnya, seseorang
melaporkan sebuah kalimat di dalam buku yang dinilai mengandung perbuatan mengajak perzinaan. Kalimat
tersebut adalah “Kalau pacarmu ngajak ML, boleh-boleh saja.” Seorang ahli linguistik forensik tidak bisa
hanya menggunakan pendekatan gramatikal atau struktural. Dia harus menyelisik sesara holistik. Dia harus
mampu membaca bingkai kalimat tersebut. Sebuah teks tidak akan bermakna sempurna ketika berdiri
sendiri. Teks tersebut akan berhubungan dengan teks sebelum atau sesudahnya. Di sinilah diperlukan analisis
wacana, bahwa menyelisik sebuah teks haruslah menyertakan konteks. Setelah diselisik, ternyata kalimat itu
berasal dari “Kalau pacarmu ngajak ML, boleh-boleh saja, tapi ini loh akibatnya! Kamu akan berisiko hamil di
luar nikah. Kamu akan dipaksa menikah muda. Ya, itu masih mending kalau pasanganmu mau bertanggung
jawab. Bagaimana jika tidak? Dst….” Apakah kalimat itu mengandung pornografi atau mengajak ke perbuatan
zina? Tentu tidak! Justru kalimat itu mengandung pendidikan seks yang baik bagi remaja. Dengan demikian,
pemahaman semesta kasus akan meminimalisasi kesalahan ahli bahasa dalam menangani sebuah kasus.
Potensi terjadi kesalahan adalah ketika ahli bahasa minim pengetahuan tentang identitas terlapor. Sebagai
contoh, kasus konflik bahasa Ratna Sarumpaet yang melibatkan orang lain atas cuitannya di Twitter yang
berbunyi "Sy juga dokter. Sy melihat meraba dan memeriksa luka Bu Ratna kemarin. Sy bisa membedakan
mana gurat pasca operasi & pasca dihujani tendangan, pukulan. Hinalah mereka yg menganggap sbg berita
bohong. Krn mereka takut, kebohongan yg mereka harapkan, sirna oleh kebenaran." Apakah tulisan tersebut
cenderung mengandung kebohongan dan dapat menimbulkan keonaran? Mari kita selisik bersama. Kalimat
pertama mengandung lokusi. Penulis memberikan informasi bahwa dirinya seorang dokter. Kalimat pertama
ini berkoherensi dengan kalimat kedua yang juga berilokusi bahwa sebagai seorang dokter, penulis telah
meraba dan memeriksa luka Bu Ratna kemarin. Kemudian, kalimat ketiga tidak hanya mengandung lokusi,
tetapi juga ilokusi dan prelokusi. Penulis tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga mempunyai tujuan
dengan memberikan argumen bahwa sebagai seorang dokter, penulis telah meraba dan memeriksa luka Bu
Ratna, dan sebagai seorang dokter, penulis berusaha memberikan argumen agar pembaca yakin dan percaya
atas keahliannya (dokter) dengan mengatakan bahwa dirinya tahu benar dan dapat membedakan antara
gurat pascaoperasi dan pasca dihujani tendangan dan pukulan. Penulis memberikan persuasif dengan cara
memberikan penilaian bahwa mereka yang menganggap berita tentang luka Bu Ratna sebagai gurat
pascatendang dan pukulan itu bohong adalah hina karena ketakutan kebohongan yang diharapkan terjadi
sirna oleh kebenaran. Jika tidak mengetahui apa latar belakang penulis, seorang ahli bahasa akan kurang
komprehensif dalam menyesilik masalah bahasa tersebut. Di sinilah diperlukan rekam jejak atau pengetahuan
tentang latar belakang terlapor. Nah, hal ini, sebetulnya bertolak belakang dengan pernyataaan di atas
tentang syarat menjadi ahli bahasa forensik. Telah dijelaskan bahwa seorang ahli bahasa harus fokus pada
masalah yang saat itu sedang ditanganinya. Ia tidak boleh menghubungkan dengan jejak rekamnya atau
berdasarkan latar belakang pendidikan. Menelusuri rekam jejak seseorang dalam menangani kasus bahasa
forensik berpotensi salah, tetapi ada kalanya hal ini diperlukan sebagai pertimbangan lebih lanjut. Dengan
mengetahui rekam jejaknya, ahli bahasa akan mengetahui bahwa penulis adalah seorang dokter. Apa yang
salah dengan pernyataannya? Sah-sah saja bukan ketika seorang dokter menilai atau mendiagnosis sesuatu
yang berhubungan dengan medis! Permasalahannya adalah penulis bukanlah seorang dokter spesialis kulit.
Dari segi kelogisan bahasa dan juga dari segi materi atau proses penalarannya, penulis melakukan
ketidakcermatan penalaran dan melakukan manipulasi dengan cara memberikan informasi dengan
penyamarataan para ahli. Salah nalar ini disebabkan oleh anggapan orang tentang berbagai ilmu dengan
pandangan yang sama. Penulis berpikir bahwa setiap dokter memiliki ilmu dan pandangan yang sama dalam
menghadapi masalah. Penulis juga berpikir bahwa karena ia seorang dokter, ia juga dapat meraba dan
memeriksa luka guratan yang sebenarnya bukan kapasitas dia mendiagnosis masalah medis tersebut. Dalam
hal ini, dokter ahli bedah kulit yang lebih berkemampuan dan memiliki kapasitas untuk mendiagnosis masalah
medis yang berhubungan dengan legam kulit pascaoperasi. Apalagi, seperti yang kita ketahui bahwa penulis
misalnya adalah seorang dokter gigi. Hal tersebut akan mengakibatkan kekeliruan dalam mengambil
kesimpulan dan ini pun benar-benar terjadi. Penulis akhirnya menyimpulkan sesuatu yang keliru. Terakhir
adalah keberpihakan. Keberpihakan akan berpotensi menjadi kesalahan seorang ahli bahasa dalam
menangani konflik bahasa. Apalagi ketika konflik bahasa ini melibatkan dua kelompok yang berseteru, dua
golongan yang bersaing. Menjelang pemilihan kepala daerah atau menjelang pemilihan presiden, kasus-kasus
bahasa sebagai hulu ledak mulai bermunculan. Biasanya salah satu pihak merasa terpancing untuk
melaporkan lawan politik guna mencari pengaruh atau pendukung. Seperti yang kita ketahui bersama, kita
mengenal adanya istilah pendukung “kampret” vs pendukung “cebong”. Di sinilah bermunculan konflik
bahasa, terutama di media sosial yang akhirnya dapat diwujudkan dalam dunia nyata. Yang diusung bukanlah
kebenaran, melainkan pembenaran. Konflik bahasa yang dibalut dengan politik sangat kental. Tak jarang,
konflik bahasa ini ditumpangi oleh kepentingan pihak tertentu dalam membangun opini yang pada akhirnya
mampu mengumpulkan pendukung dan berpengaruh baik bagi partainya. Di sinilah peran seorang ahli
bahasa untuk lebih mengasah hati dan jiwanya agar lebih jernih dalam menangani konflik bahasa tersebut.
Independen! Kata itulah yang diperlukan untuk menguatkan hasil selisik seorang penyelisik linguistik forensik.
Mengindari Konflik Bahasa dan tidak Terseret Jerat Hukum Bagaimana upaya pencegahan agar tidak terjadi
konflik bahasa? John Austin dan John Scarle (Dalam Deborah Schiffrin, 2007: 63) mengembangkan teori
tindak tutur dari keyakinan bahwa bahasa digunakan untuk melakukan tindakan. Jadi, paham
fundamentalnya berfokus pada bagaimana makna dan tindakan dihubungkan dengan bahasa. Lebih lanjut,
Austin (dalam Deborah Schiffrin, 2007: 66) menjelaskan bahwa semua tuturan menyebabkan tindak tutur
yang merupakan tindak lokusi (produksi suara dan kata yang mempunyai makna), tindak ilokusi (isu suatu
tuturan dengan komunikasi konvensional yang diwujudkan dalam perkataan), dan perlokusi (efek nyata yang
diwujudkan dalam tuturan). Dapat disimpulkan bahwa ketiga tindak tutur tersebut dapat menjadi acuan
dalam berbahasa yang baik dan benar. Sebelum berkomunikasi harus kita sadari terlebih dahulu, informasi
apa yang akan disampaikan, apa maksud informasi itu disampaikan, dan bagaimana pengaruh informasi itu
jika sudah disampaikan. Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan sebagai saran agar dapat menghindari
konflik bahasa dan tidak terseret ke dalam jerat hukum. Pertama, iktikad, yakni maksud atau kemauan yang
baik. Iktikad harus berasal dari diri sendiri. Kita harus selalu berhati-hati ketika berkomunikasi dengan orang
lain baik secara lisan maupun tulis. Baik dalam berbahasa, benar dalam bersikap, dan bijak dalam
berkomentar di mana pun berada, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Sebaiknya selalu selimuti tujuan
komunikasi kita dengan maksud yang baik. Kedua, motif atau niat awal dalam berkomunikasi. Sebaiknya, kita
selalu menyadari apa alasan kita untuk memberikan komentar. Setiap bentuk komunikasi apa pun sebaiknya
ada manfaat yang ditarik, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Ketiga, taksa, gunakan bahasa Indonesia
yang efektif, jelas, tidak bermakna ganda atau ambigu karena kadang-kadang dapat menimbulkan keraguan,
kekaburan, ketidakjelasan. Kalimat tuduhan itu biasanya terucap melalui kalimat pernyataan. Kalimat “Bupati
X korupsi” tentu berbeda makna dengan kalimat “Apakah Bupati X korupsi?” “Sepertinya Bupati X korupsi”
“Jangan-jangan Bupati X korupsi”. Perhatikan kalimat ini: “Wanita cantik itu istri pejabat yang muda.” Siapa
yang muda? Istri pejabat atau pejabat yang muda? Inilah yang namanya ambigu. Sadari benar bahwa ketika
kita mengungkapkan kalimat dengan pernyataan tentang kondisi seseorang yang bersifat negatif, kita dapat
dituduh melakukan penghinaan atau fitnah bahkan ketika ternyata kalimat tersebut ditulis di media sosial
yang dapat diketahui umum, kita dapat dituntut dengan delikan pencemaran nama baik. Untuk
menghindarinya, jangan menggunakan kalimat pernyataan, lebih baik dibungkus dengan kalimat tanya,
curiga, dan tanda baca yang jelas. Keempat, agitasi dan provokasi. Apa yang dimaksud dengan agitasi?
Apakah berbeda dengan istilah provokasi? Agitasi adalah pidato yang berapi-api untuk memengaruhi massa
dalam suatu kelompok. Agitasi biasa berisi hasutan kepada orang banyak dalam sebuah kelompok untuk
memiliki semangat yang sama menyerang kelompok lain. Agitasi bersifat aktif dan lawan kelompok bersifat
pasif. Keberpihakan seorang agitator jelas. Sebagai contoh kelompok cebong memiliki keberpihakan yang
jelas, yakni mendukung pemerintahan Jokowi. Sementara itu, kelompok kampret juga jelas memiliki
keberpihakan kepada lawan politik Jokowi. Baik cebong maupun kampret melakukan agitasi di dalam
kelompoknya masing-masing, menghasut agar memiliki semangat yang sama untuk tujuan yang sama.
Provokasi adalah perbuatan untuk membangkitkan kemarahan, memancing massa untuk melakukan
perbuatan yang merangsang beberapa pihak berseteru. Provokator biasanya berasal dari luar kelompok. Ia
menjadi penumpang gelap yang sengaja mengadu domba kedua belah pihak agar berbenturan. Provokator
adalah pihak lain (di luar kelompok cebong dan kampret) yang sengaja membangkitkan kedua belah pihak
agar terjadi benturan. Kedua kelompok aktif bereaksi atas provokasi yang dimainkan oleh provokator.
Keberpihakannya tidak jelas. Kejelasannya hanya satu, keinginan memecah belah bangsa Indonesia. Seorang
provokator dengan mudah berganti peran demi kepentingan perpecahan kedua pihak. Provokasi bertujuan
membenturkan agar berkonflik secara sistematis. Umumnya provokator memilki data fakta yang berlawanan
sehingga menjadi basis untuk menyerang kedua pihak. Apakah kedua istilah itu bermakna negatif? Provokasi
ya, benar negatif, tetapi agitasi bisa positif bisa juga negatif bergantung pada sudut pandang. Pada zaman
penjajahan, Bung Karno, menurut rakyat Indonesia adalah seorang agitator yang ulung. Ia sanggup berpidato
dengan berapi-api untuk membakar semangat rakyat Indonesia dalam menyerang Belanda. Namun, menurut
Belanda, Bung Karno sebagai agitasi bermakna negatif. Di dalam agitasi keberpihakan jelas. Bung Karno jelas
sebagai seorang agitator. Apakah bisa orang yang berada di luar kelompok itu menjadi agitator? Tentu bisa!
Multatuli seorang Belanda, tetapi dengan jelas berpihak kepada Indonesia. Bahkan sosok dengan nama asli
Eduard Douwerd Dekker ini menentang aturan tanam paksa dan membantu Indonesia menuju peraihan
kemerdekaan. Apakah Multatuli seorang agitator bermakna positif? Ya, bagi Indonesia. Namun, bagaimana
pandangan orang Belanda? Kelima, berita negatif dan berita hitam. Biasanya penyampaian kalimat berupa
berita negatif dan berita hitam banyak dilakukan menjelang pemilihan umum atau pemilu. Apa perbedaan
berita negarif dan berita hitam? Berita negatif adalah informasi yang negataif tentang seseorang atau
sekelompok orang dan berita itu memang benar adanya. Berita negatif didukung dengan adanya fakta dan
data yang cukup, benar, dan digali dari pihak yang berkompeten. Namun, data dan fakta itu akan mengerucut
pada suatu simpulan atau rapor (kinerja) buruk suatu pihak. Contoh kalimat berupa berita negatif: Menurut
keimigrasian, di era presiden A, tenaga kerja asing (TKA) membanjiri Indonesia bahkan naik hingga 5 kali lipat
dibanding era presiden B. (informasi negatif dan benar). Berita negatif ini masih dapat dibenarkan untuk
menekan popularitas pihak lain meskipun yang diungkapkan tidak seimbang karena yang diungkap hanya
fakta negatif, tidak menyertakan fakta positif atau kondisi yang sesungguhnya, misalnya dengan adanya TKA
ke Indonresia justru investasi asing meningkat, industri pun tumbuh dan berkembang secara signifikan.
Sementara itu, berita hitam disampaikan tanpa adanya fakta dan data yang benar. Kalau pun ada, data dan
fakta itu tidak valid dan biasanya dirilis oleh orang yang tidak berkompeten. Berita hitam inilah berhubungan
dengan poin keenam yakni berita bohong atau hoaks. Ada baiknya kita selalu menyaring informasi apa pun
terlebih dahulu sebelum membagikannya kepada orang lain. Untuk menghindari hoaks, kita dapat
menggunakan aplikasi pengecekan berita seperti Google Image dan Hoax Analyzer. Saya sangat suka dengan
program Kementerian Informasi dan Komunikasi dalam melawan hoaks: “Saring sebelum Sharing”. Mari kita
melakukan saring berita sebelum sharing. Ketujuh, klarifikasi. Masih ingat kalimat kontroversi juru bicara
pemerintah dalam penanganan Covid-19, Achmad Yurianto? Ya, beberapa saat setelah kalimat pernyataan
tentang si kaya dan si miskin menjadi pembicaraan masyarakat, segera Achmad Yurianto memberikan
klarifikasi atas pernyataannya yang dinilai ambigu bagi sebagian masyarakat Indonesia. Oleh karena itu,
ketika tanpa sadar kita terlanjur berbahasa yang sanggup memunculkan konflik, segera lakukan klarifikasi
sebelum semua terlambat. Kedelapan, penggunaan media komunikasi. Sadarilah dan bijaklah dalam
menggunakan media komunikasi terutama media sosial. Kembali ke poin yang pertama dan kedua: iktikad
dan motif. Niat baik dan selalu ingin bermanfaat bagi orang lain menjadi dasar ketika berkomunikasi dengan
menggunakan media sosial. Sadarilah bahwa kita tidak bisa seenaknya menyuarakan perasaan atau pikiran
kita tanpa memperhatikan apakah pernyataan kita pantas atau tidak diucapkan atau disampaikan. Sadarilah
bahwa ketika kita berani melakukannya, ingatlah bahwa akan banyak masyarakat yang membaca dan
mengetahui apa yang kita lontarkan. Bagaimana jika di antara mereka ada yang tersinggung? Kalau pun tidak
bermaksud menjelek-jelekkan orang lain, tetapi bagaimana jika ada orang lain yang tidak menyukai kita lalu
melaporkan kita kepada orang lain? Penggunaan media komunikasi tidak hanya di media sosial, tetapi juga
melalui media lain seperti buku, acara rapat, seminar, aplikasi rapat daring, dan WA Group. Hal ini
berhubungan dengan poin selanjutnya kesembilan, yakni potensi ketersebaran. Ketika menggunakan bahasa
sebagai alat komunikasi di ruang publik, sadarilah bahwa apa yang kita sampaikan itu bisa berpotensi
ketersebarannya bisa ke mana saja. Saat ini siapa pun bisa menjadi penulis dadakan, wartawan dadakan,
kamerawan dadakan, videografer dadakan dan dengan mudah menggunggah sebuah berita atau cerita ke
media sosial seperti Facebook, Youtube, dll yang bisa diakses oleh siapa pun. Suatu hari, seorang teman
datang kepada saya dengan membawa kisah yang menyedihkan. Dia seorang mahasiswa S-3 di sebuah
perguruan tinggi yang baru saja menyelesaikan ujian tertutup. Dia merasa mendapatkan perlakuan yang
kurang menyenangkan saat salah satu penguji menolak temuan penelitiannya dan penguji itu meminta agar
dia mengikuti apa yang biasa dilakukannya. "Sudahlah, ikuti apa kata penguji! Yang penting kita lulus!" "Ya,
benar, ikuti kaya penguji saja dulu biar cepat lulus!" "Kalau mau mempertahankan idealismemu, nanti saja
berkarya setelah lulus. Jangan sekarang! Saran kami, ikuti saja penguji agar segera jadi doktor!" Begitulah
saran dari teman, dosen, dan promotor. Pikir dia, untuk apa kuliah dan mengadakan penelitian selama tiga
tahun, tetapi temuan barunya itu ditolak salah satu penguji. Itu sama saja mengingkari hati nurani. Itu
paradigma lama. Kita harus mereposisinya. Justru disertasi kita haruslah merupakan puncak karya kita yang
terhebat dan wajib kita pertahankan secara ilmiah. Ingat, S-3 adalah strata pendidikan tertinggi, tidak ada lagi
S-4. Kemudian, dia mencurahkan isi hati dengan segala kekecewaannya di What’s App Group (WAG) kelasnya
yang anggotanya sudah seperti saudara sendiri. Mungkin karena di antara mereka bernasib yang sama,
berjuang mencapai gelar doktor dengan usaha yang maksimal. Dengan leluasanya, dia menceritakan
kekecewaannya kepada salah salah penguji tersebut juga kepada promotornya. Dia juga merasa heran,
mengapa orang yang mengujinya adalah dosen S-2 yang tidak pernah mengajar bahkan membimbing
mahasiswa S-3. Mengapa Kaprodi memilihnya? Dia juga mengajak agar teman-teman seangkatannya
menjiwai penelitian dengan minat dan idealism yang bermakna besar. Warnailah penelitian dengan gairah
ruh ideologi sehingga menjadi penelitian yang berjiwa. Jika harus melulu mengikuti apa kata penguji, di mana
prinsip kebebasan akademik? Bukankah sah-sah saja jika kita tetap mempertahankan penelitian kita asal
temuan kita diimbangi dengan idealisme yang disertai argumen yang kuat. Ternyata, curhatannya berujung
masalah. Di antara anggota kelompok, ada seseorang di group itu membuat tangkapan layar dan entah
bagaimana caranya, hasil tangkapan layar itu sampai ke penguji tersebut. Masalah ini berujung pada
ancaman penguji bahwa kalau tidak mau meminta maaf, penguji itu akan melaporkan teman saya dengan
tuduhan pencemaran nama baik. Di sinilah sebagai ahli bahasa, pengetahuan Undang-Undang ITE
dibutuhkan. Berdasarkan hasil disekusi dengan ahli ITE dan juga berdasarkan hasil memperlajari Undang-
Undang ITE, dijelaskan bahwa orang yang mencurahkan perasaannya di WAG tidak dapat dikenai tuduhan
pencemaran nama baik karena dia curhat di grup terbatas. Lagipula orang yang dicurhatkan tidak ada di
dalam kelompok tersebut. Justru, seseorang yang melakukan tangkap layar itulah yang dinilai melakukan
kejahatan dan dapat dikenai UU ITE Pasal 45 Ayat (3) Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah). Sepuluh, persepsi.
Ketika berkomunikasi di mana pun, hindari persepsi yang bisa digolongkan ujaran kebencian, penghinaan,
penistaan, pencemaran nama baik, dan perbuatan yang kurang menyenangkan orang lain dengan tetap
merawat penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hindari berkomunikasi yang dapat
dipersepsikan sebagai upaya membangun opini dan berpeluang memunculkan konflik bahasa. Terakhir,
sebelas, bukalah hati dan pikiran kita untuk belajar literasi digital. Bila dihubungkan dengan dunia komunikasi
saat ini dengan keanekaragaman media komunikasi di media sosial dan dengan kemudahan berkomunikasi
tanpa batas berpeluang menimbulkan konflik kebahasaan. Kita dituntut jeli dalam membedakan antara berita
bohong atau informasi yang sengaja dibuat untuk menyesatkan orang dan kebenaran. Oleh karena itu,
diperlukan suatu upaya menapis setiap informasi yang akan kita bagikan atau setiap komentar yang akan kita
sampaikan. Selain harus terbiasa menapis bahasa yang akan kita gunakan, menapis informasi yang akan kita
serap dan sebar, diperlukan juga pengetahuan literasi digital berdasarkan Undang-Undang ITE sehingga akan
terbangun budaya bermedia sosial dengan bijak. Dengan demikian, diharapkan semua ini mampu
menghindari konflik bahasa yang mampu memicu perpecahan bangsa. Merawat bahasa berarti merawat
bangsa. Mari gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar demi persatuan dan kesatuan bangsa kita yang
tercinta ini: Indonesia. Mari juga ikut membantu Kepolisian Indonesia dalam menangani dan mengatasi
masalah konflik bahasa yang harus dapat ditangani dengan baik karena jika tidak, konflik bahasa dapat
merongrong prinsip berbangsa dan bernegara Indonesia yang Berbhineka Tunggal Ika serta melindungi
keragaman kelompok dalam bangsa ini. Mari kita ikut serta belajar dalam memahami dan mengetahui
bentuk-bentuk konflik bahasa dan cara menghindari konflik tersebut sehingga terbebas dari jeratan hukum.
Terakhir, mari kita dukung peran penting pihak kepolisian selaku aparat negara yang memiliki tugas
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, melindungi, mengayomi, dan
melayani masyarakat demi terciptanya kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia yang Berbhineka
Tunggal Ika.

JAWABAN NO 5

Gejala Disartria

Beberapa gejala yang umumnya dirasakan oleh penderita disartria adalah:

 Suara serak atau sengau


 Nada bicara monoton
 Irama berbicara yang tidak biasa
 Berbicara terlalu cepat atau berbicara dengan lambat
 Tidak mampu berbicara dengan volume keras, atau malah berbicara dengan volume terlalu pelan.
 Bicara cadel
 Kesulitan menggerakkan lidah atau otot-otot wajah
 Kesulitan menelan (disfagia), yang bisa menyebabkan air liur keluar secara tidak terkontrol

Penyebab Disartria

Penderita disartria mengalami kesulitan dalam mengontrol otot-otot bicaranya, sebab bagian otak
serta saraf yang mengontrol pergerakan otot-otot tersebut tidak berfungsi secara normal. Beberapa
kondisi medis yang bisa menimbulkan gangguan tersebut adalah:

 Cedera kepala
 Infeksi otak
 Tumor otak
 Stroke
 Sindrom Guillain-Barre
 Penyakit Huntington
 Penyakit Wilson
 Penyakit Parkinson
 Penyakit Lyme
 Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) atau penyakit Lou Gehrig
 Distrofi otot
 Myasthenia gravis
 Multiple sclerosis
 Lumpuh otak (cerebral palsy)
 Bell’s palsy
 Cedera pada lidah
 Penyalahgunaan NAPZA.

Secara umum, berdasarkan lokasi kerusakan yang menyebabkan terjadinya disartria, kondisi ini dapat
dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

 Disartria spastik. Ini merupakan jenis disartria yang peling sering terjadi. Disartria spastik disebabkan
kerusakan pada otak besar. Paling sering, kerusakan tersebut disebabkan oleh cedera kepala berat.
 Disartria ataksik. Disartria ataksik muncul pada seseorang akibat adanya pada otak kecil (serebelum),
seperti peradangan, yang mengatur kemampuan berbicara.
 Disartria hipokinetik. Disartria hipokinetik terjadi akibat adanya kerusakan di salah satu bagian otak
yang dianamakan ganglia basal. Salah satu contoh penyakit yang menyebabkan disartria hipokinetik
adalah penyakit Parkinson.
 Disartria diskinetik dan distonik. Disartria ini muncul akibat kelainan pada sel-sel otot yang berperan
pada kemampuan berbicara.Contoh dari disartria tipe ini adalah penyakit Huntington.
 Disartria flaksid. Disartria flaksid terjadi akibat kerusakan pada batang otak atau saraf tepi. Disartria
ini muncul pada penderita penyakit Lou Gehrig atau tumor pada saraf tepi. Selain itu, penderita
myasthenia gravis juga dapat mengalami disartria flaksid.
 Disartria campuran. Ini merupakan kondisi ketika seseorang menderita beberapa jenis disartria
sekaligus. Disartria campuran dapat terjadi akibat kerusakan pada jaringan saraf yang menyebar luas,
seperti pada cedera kepala berat, ensefalitis, atau stroke.

Diagnosis Disartria

Dokter mengidentifikasi gejala dan tanda klinis yang dialami oleh pasien sebagai langkah awal
diagnosis.

Dokter akan mengevaluasi kemampuan berbicara dan menentukan tipe disartria, dengan memeriksa
kekuatan otot bibir, lidah, dan rahang saat pasien berbicara. Pasien akan diminta untuk melakukan
beberapa aktivitas, seperti:

 Meniup lilin
 Menghitung angka
 Membuat beragam suara
 Bernyanyi
 Menjulurkan lidah
 Membaca tulisan.

Dokter juga akan melakukan pemeriksaan neuropsikologi, yaitu pemeriksaan yang akan mengukur
kemampuan berpikir, serta pemahaman terhadap kata, membaca, dan menulis.

Selanjutnya, beberapa pemeriksaan yang biasanya dilakukan dokter untuk mengetahui penyebab
disartria adalah:

 Uji pencitraan, seperti MRI atau CT scan, untuk mendapatkan gambar detail dari otak, kepala, dan
leher pasien. Hal ini membantu dokter mengidentifikasi gangguan bicara pasien.
 Tes urine dan darah, untuk mengidentifikasi adanya infeksi atau peradangan.
 Pungsi lumbal. Dokter akan mengambil sampel cairan otak untuk diteliti lebih lanjut di laboratorium.
 Biopsi otak. Metode ini akan dilakukan jika terdapat tumor pada otak. Dokter akan mengambil
sampel jaringan otak pasien untuk dilihat di bawah mikroskop.

Pengobatan Disartria

Pengobatan yang akan dijalani oleh penderita disartria dibedakan berdasarkan beberapa faktor, yaitu
penyebab, tingkat keparahan gejala, dan jenis disartria yang diderita.

Fokus pengobatan disartria adalah untuk mengatasi penyebabnya, misalnya jika disebabkan oleh
tumor, pasien akan menjalani operasi untuk mengangkat tumor, sesuai dengan petunjuk dokter.

Pasien disartria dapat menjalani terapi untuk memperbaiki kemampuan berbicara, sehingga dapat
berkomunikasi dengan lebih baik. Terapi yang dijalani oleh pasien akan disesuaikan dengan jenis dan
tingkat keparahan disartria, seperti:

 Terapi untuk memperlambat kemampuan berbicara


 Terapi untuk berbicara dengan lebih keras
 Terapi untuk berbicara dengan perkataan dan kalimat yang lebih jelas
 Terapi untuk melatih otot mulut lebih kuat
 Terapi untuk memperlincah gerakan lidah dan bibir

Selain untuk meningkatkan kemampuan berbicara, alternatif lain untuk memperbaiki komunikasi,
pasien dapat dilatih untuk menggunakan bahasa isyarat.

Untuk membantu komunikasi, beberapa hal yang dapat dilakukan pasien disartria, antara lain adalah:

 Katakan satu topik sebelum menjelaskan keseluruhan kalimat agar lawan bicara tahu topik apa yang
sedang dibicarakan.
 Tidak berbicara terlalu banyak ketika sedang lelah, karena tubuh yang lelah akan membuat
pembicaraan menjadi sulit dimengerti.
 Tanyakan kepada lawan bicara untuk memastikan bahwa lawan bicara benar-benar mengerti apa
yang Anda katakan.
 Berbicara dengan lebih lambat dan ada jeda, sehingga pembicaraan menjadi jelas.
 Membantu pembicaraan dengan menunjuk benda, menggambar, atau tulisan.

Komplikasi Disartria

Penderita disartria dapat mengalami gangguan kualitas hidup akibat menderita kondisi ini, seperti
mengalami perubahan kepribadian, gangguan dalam interaksi sosial, serta gangguan emosi akibat
sulitnya berkomunikasi dengan orang lain. Selain itu, gangguan komunikasi dapat menyebabkan
penderita disartria merasa terisolasi dan cenderung mendapatkan stigma yang buruk di lingkungan
sekitarnya.

Hal ini tidak terkecuali pada anak-anak. Kesulitan berkomunikasi pada anak-anak dapat
menyebabkan anak mengalami frustrasi, serta perubahan emosi dan perilaku. Pendidikan dan
perkembangan karakter anak dapat terpengaruh akibat hal-hal tersebut, sehingga interaksi sosial anak
dapat mengalami hambatan terutama saat anak berkembang menjadi dewasa.

Untuk menghindari hal tersebut, penderita disartria baik dewasa maupun anak-anak membutuhkan
dukungan dari keluarga dan orang terdekat untuk menjaga kualitas hidup dan berkomunikasi dengan
lingkungan sekitar dengan baik.

Pencegahan Disartria

Meskipun penyebab munculnya disartria cukup beragam, beberapa jenis penyebab disartria dapat
dicegah dengan kebiasaan dan pola hidup sehat, seperti:

 Rutin berolahraga
 Membatasi konsumsi minuman beralkohol
 Tidak mengonsumsi obat-obatan tanpa resep dari dokter
 Mengonsumsi lebih banyak buah dan sayur
 Berhenti merokok

JAWABAN NO 6

Metode pendidikan islam

motede itu dapat diartikan juga sebagai jalan baik atau jalan yang dilalui. Metode berasal dari dua
kata yakni "meta" yang berarti 'melalui' dan hodos yang artinya suatu "jalan atau cara".
[1] maka dengan ini dapat ditelaah bahwasannya metode merupakan suatu jalan atau cara yang akan
dilalui untuk mencapai tujuan tertentu atau suatu tujuan yang akan dikehendaki, Lalu apa
hubungannya dengan pendidikan?

Kita harus mengenal terlebih dahulu tentang ruang pendidikan itu sendiri, ruang pendidikan yang
dimaksud disini merupakan lingkup yang berada pada sekolah ataupun pesantren yang kedua tempat
inilah anak didik dapat menuntut ilmu, dalam ruang pendidikan ini akan ada sebuah interaksi antara
pengajar dan pelajar merupakan komunikasi dalam suatu lembaga yang bisa kita sebut sekolah
sebagai tempat pertukaran atau penerimaan suatu pelajaran.

Disana selain guru dan anak didik juga ada komponen lain seperti kepala sekolah, pengurus,
pengomitean dan lain-lain yang juga saling berinteraksi, Didalam ruang belajar memiliki banyak
ilmu pengetahuan yang siap untuk dibagi seperti pendidikan agama, beberapa ilmu pengetahuan
seperti sains, fisika, teknologi, matematika, sosial, dan lain-lain yang akan disampaikan oleh pendidik
kepada para muridnya disekolah tersebut.

Inilah titik awal yang akan menjadi tempat rangsangan untuk anak didik yang akan menjadi sosok
yang telah tumbuh besar atau menjadi seorang yang dewasa yang siap mengahadapi rumitnya dunia,
dan dari titik ini mereka juga sudah bisa membandingkan mana yang terbaik untuk mereka dan mana
yang tidak baik untuk mereka, meninggalkan masa kanak-kanannya dan maju lebih depan lagi.

Dari umur Sd, Smp, Sma hingga menjadi mahasiswa mereka akan dikembangkan intelektualnya agar
menjadi orang yang berguna bagi masa depan lingkungan maupun bangsanya,menjadi contoh teladan
sosial yang baik untuk masyarakat. Disini peran sebuah agama juga sama pentingnya agar
menciptakan suatu karakter yang berakhlak mulia, sopan santun, dapat mengetahaui baik buruk dan
dapat mengendalikan dirinya.

Pendidikan dikenal untuk meningkatkan kualitas hidup untuk mendapatkan kesejahteraan serta ini
merupakan kesempatan memperbaiki generasi agar menjadi lebih baik dari sebelum-sebelumnya.

pendidikan islam disini bertujuan untuk "memproses dalam bentuk perwujutan pembangunan karakter
anak-anak didik agar mampu mewujudkan dan merealisasikan sesuatu baik terhadap tuhannya allah
swt, atau sesama makhluk lainnya".[2]

bersumber dari al quran dan hadis sumber terpecaya dan merupakan panutan dari zaman nabi-nabi
dan para sahabatnya terdahulu, maka akan dimudahkan urusannya dalam mencapai tujuan tersebut,
Hal dasar dalam memahami peserta didik yang mana selalu menjadi tanda tanya, bagaimana mereka
memahami apa itu pendidikan islam dalam filsafat?

Ini merupakan peranan dari filsafat dalam menyudut pandangi pendidikan islam Maka dalam filsafat
telah disiapkan beberapa referensi atau cara untuk pengembangan dan pengkajiannya dengan cara
yang berbeda (khusus).

B. Hakikat, dasar dan prinsip metode pendidikan islam

Mengenal kata hakikat, hakikat atau haqiqat adalah kata benda yang berasal dari bahasa arab yaitu
berasal dari kata "al-haqq" yang mana artinya dalam bahasa indonesia yakni "hak" atau kepunyaan
atau kepemilikan. Sedangkan menurut bahasa ini memiliki arti "suatu, sesuatu, puncak atau sumber
dari segala sesuatu".[3]

jadi hakikat merupakan kebahasaan yang merujuk pada suatu hak dalam pemikiran, hal yang
diungkapkan dan lain-lain. Kemudian dalam memahami hakikat dalam metode ini memiliki tujuan
utama dalam upaya pendidikan islam yaitu membentuk pribadi yang beriman untuk senantiasa
mengingat allah swt sebagai junjungan, juga menyadarkan pada mereka bahwa metode ini membantu
mereka untuk mendapatkan pahala juga sebagai pendorong atau motivasi untuk belajar, karna pada
dasarnya wajib diantara kamu untuk mencari ilmu atau belajar, agar tinggi derajatmu dan dekat
dengan allah.

Bahkan rosulullah mengakatan dalam salah satu hadisnya, bahwasannya "wajib bagimu untuk
mencari ilmu rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim" (hr. Ibnu majah no. 224,)"[4]

Tak lepas dari kewajiban ilmu yang harus kita tuntut sebenarnya agamapun juga ikut berperan dalam
kehidupan manusia maka dari itu metode pendidikan islam ini bertujuan untuk "mengantarkan peserta
didik kesuatu prosedur umum dalam pencapaian materi pendidikan yang baik berdasarkan asumsi
yang jelas dengan al quran hadis sebagai pedomannya".

Ada baiknya jika seandainya gurupun mengimplementasikan strategi rosululloh yang dianggap
akurat dala menjalankan metode pendidikan ini, Seperti halnya guru dapat menyesuaikan situasi
kondisi, memahami karakter anak didiknya agar mampu menstanfer ilmu dengan mudah dan lancar,
dengan begini anak didik dapat bersuka cita dengan materi pembelajaran, dari segi akademik dan
spiritual dan tak lupa mengingatkan peserta didik untuk setia mengingat allah swt, Agama juga
merupakan pokok dasar pemelajaran sedari kita masih kecil sudah ulai diperdengarkan tentang
agama, merupakan suatu pokok yang akan selalu terbawa hingga akhir hayat, pembelajaran itu
penting karna dari para nabi dan ulama' yang mencarinya hingga tanpa terputus.

Pendidikan agama islam membawa kita selamat dari kesesatan yang disalah gunakan oleh orang lain
hingga terkadang itu dapat menjadi bomerang bagi kita kaum yang gampang terhasut dan terbawa.
Paling tidak dengan adanya pengetahuan ini kita tidak terlalu bodoh dalam menghadapi sesuatu, lewat
pemikiran yang matang kita akan selamat dari hasutan orang yang akan berbuat buruk pada kita.

Pernakah kalian berfikir tentang pertanyaan berikut, mengapa pendidikan agama itu penting selain
untuk memperbaiki akhlak? Sebenarnya ilmu pengetahuan bukanlah hal yang harus selalu kita
bangga-banggakan, dikutip dari kisah imam besar "al gahazali" yang merupakan tokoh kemajuan
dalam bidang pendidikan atau ilmu pengetahuan yang termasyur juga karya-karya yang hebat pun
merasakan ketimpang tindihan dalam hati saat ia hanya terfokus akan duniawi. Kedudukan yang
tinggi, dihormati oleh seluruh negeri, tokoh yang disegani tapi beliau mau meninggalkan tahtahnya
karna merasa kekosongan.[5]

beliau tinggalkan semua masa-masa kejayaannya untuk kembali kepada allah swt karna ia sempat
buta akan kenikmatan duniawi, Jadi ilmu pengetahuan yang tidak didampingi oleh agama maka akan
menimbulkan kehampaan dalam hidup, maka yang terjadi selalu merasa kurang puas dari yang telah
ia capai.

Meskipun didunia hidupnya terang seterang matahari namun pada dasarnya hatinya hanya ada
kekosongan dan labirin yang gelap gulita, Sebuah kesalahan apabila kita sebagai manusia yang
bertuhan mengabaikan peran agama sebagai tolak ukur kita dalam sistem nilai etika dan moral yang
kita jalankan secara relavan dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak menampik fakta bahwa sesungguhnya pendidikan merupakan sebuah proses yang akan terus
menerus terjadi dalam kehidupan manusia, Karna pada hakikatnya manusia mempelajari sesuatu
dimulai dari 0 menuju ke titik pendewasaan tertua.
Pendidikan juga bisa di dimanfaatkan sebagai pembinaan dan pengembangan diri mencangkup
kepribadian atau karakter, kerohanian, dan kesehatan yang berlangsung melalui step by step semua
tidak tercipta langsung sempurna melainkan merangkap secara berhatap melalui sebuah proses.
Dalam hal ini dapat di saring tingkat kematangannya dan bisa diharapkan menjadi titik awal
pengoptimalan dari potensi-potensinya.

C. Macam, tujuan, tugas, fungsi dan prosedur metode pendidikan

Filsafat pendidikan islam dalam memecahkan problema pendidikan islam dapat menggunakan
metode-metode antara lain:

 Metode spekulatif dan kontemplatif, yakni mengumpulakan bahan-bahan fakta yang ada.
 Pendekatan normatif, Menggunakan norma sebagai bahan acuan.
 Analisa konsep atau analisa bahasa, menyiapkan seorang objek yang akan menjadi kajiannya.
 Pendekatan ilmiah terhadap masalah aktual dalam sistem filsafat islam, mengumpulkan masalah-
masalah yang membutuhkan kajian solusi untuk jawabannya.

Pembahasan selanjutnya tentang macam-macam metode pendidikan ini merupakan cara yang dapat
digunakan untuk diterapkan dalam pembelajaran agar memudahkan peserta didik dalam lingkungan
pendidikan.

 Metode teladan

Dalam alquran keteladanan biasa dicerminkan sebagai sikap yang yang disebut dengan kata uswah
yang kemudian di gabungkan atau ditambahkan belakangnya dengan sifat hasanah yang berarti baik.
Dalam al quran disebutkan bahwa "uswatun hasanah" artinya berupa teladan yang baik merupakan
contoh yang patut ditiru, Suatu hal yang tak dapat dipungkiri bahwa anak-anak cendrung suka dan
senang meniru tingkah laku orang tua, guru/pendidik serta orang lain yang dikaguminya.

Seperti yang disebutkan oleh syafarudfin didalam bukunya "bahwa setiap pribadi secara psikologis
akan mencari tokoh yang dapat diteladan"i.[6] (syafaruddin, dkk. 2009: 112).

Mari kita sajikan contoh sampel pada diri para nabi, seperti nabi muhammad saw, nabi ibrahim, dan
kaum yang beriman teguh pada allah. Salah satu ayat yang menyinggung tentang uswah sekaligus
menjelaskan bahwa rasul lah yang menjadi teladan bagi kita, adalah tedapat pada al quran surat al-
ahzab ayat 21 yang menyebutkan "bahwa sesungguhnya telah ada pada (diri) rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut allah. ( q.s. Al-ahzab: 21").

Rosul telah memberi contoh yang baik disetiap perjalannya dalam menyebarkan agama, dihina,
dilempari batu, tak pernah marah, dendam, iri hati, sungguh mulia hati beliau. Hal yang perlu
diperhatikan oleh para orang tua yakni menetapkan anak-anak mereka dilingkumga yamg baik, yang
bertata krama, sopan santun maka akan membiasakan sanga anak berprilaku yang sama seperti yang
dicontohkan masyarakat sekitar.

Yang kedua orang tua harus menciptakan kehidupan berkeluaga yang harmonis dan mengajar anak-
anaknya tentang ketaatann kepada tuhan, mengenalkan dengan gejala-gejala ssial yang ada
dilingkungan, menerapkan cara berfikir yang positif dan tidak berprasangka buruk, Tidak melalukan
tindakan menyakiti fisik maupun mental, pasalnya secara alami seorang dapat meniru bahkan trauma
akan datangnya kekerasan mental maupun fisik kepada orang lainnya.

Dan guru orang tua yang bertanggung jawab didalam lingkungan sekolah juga memastikan anak
didiknya berada pada pergaulan yang baik, berteman dengan semua tanpa ada pembeda-bedaan, juga
mendisiplan mereka agar menjadi orang yang rapi, dalam arti baik, Mencegah adanya bullying dalam
pergaulan anak. Guru harus bisa meastikan itu semua karna wali murid menitipkan anaknya pada
masa sekolah pada guru-gurunya disekolah.

Mengajikan mereka agar bisa mencontoh guru-gurunya, dan akan diberikan pelajaran adap yang
mana bisa merubah perkembangan adat istiadat yang sedikit berkurang pada era ini. Karna seperti
yang disinggung diatas anak selalu menirukan apa yang rang dewasa contohkan, maka kita sebagai
orang dewasa wajib memberikan tauladan yang baik agar dapat dicontoh dengan baik juga leh anak-
anak kita atau adik-adik kita.

2. Metode kisah-kisah

Metode kisah ini menampilkan cerita sejarah secara faktual, dan benar-benar sudah terbukti adanya
yang menyangkut tentang kehidupan manusia sebagai pelaku yang ditampilkan oleh kisah-kisah
yang terdapat di dalam sumber pendidikan islam itu sendiri, Mengartikan metode kisah suatu cara
mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran melalui kisah atau cerita karna dianggap
metode ini bisa dijadikan objek mengasyikan karna pembelajarannya berbeda dari pembelajaran
lainnya.

Dalam prinsip metode ini diambil dalam alqur'an surat yusuf ayat 3 yang menyatakan "bahwa kami
menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan al quran ini kepadamu, dan
sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang belum
mengetahui. (q. S, yusuf: 3)" memuat kisah yang baik yang berisi tentang pendidikan yang mana
mungkin dapat diterapkan dan dicontoh oleh anak didik karna merasa tersentuh hatinya mendengar
kisah tersebut, bawaan penceritaan dimuat semenarik mungkin agar anak didik tidak merasa bosan
saat mendengar, tidak ngantuk, dibawakan semenarik mungkin semenyenangkan mungkin dan
membuat anak didik terarik untuk menyimaknya.

 Salah satu contohnya disinggung dalam buku tulisan abdurrahman yang membicarakan bahwa di
dalam alquran diceritakan kisah antara nabi musa a.s dengan raja fir'aun, dari kisah ini terdapat
beberapa contoh perbuatan baik yang dilakukan oleh nabi musa dan contoh perbuatan buruk oleh
fir'aun.[7]

 Kisah nabi ismail yang rela di gorok lehernya oleh ayahnya sebagai tanda berbaktinnya ia kepada sang
ayah sebagai orang tua, nabi ismail merupakan tauladan yang baik dimana ia dan sang adaik begitu
penurut dan tak pernah mendurhakai orang tuanya, taat adalah kata yang pas untuk mereka berdua,
namun melihat kepatuhan nabi ibrahim dalam menjalankan perintah allah, allah sw pun menganti
nabi ismail dengan seekor kambing dan kemudian ditetapkanlah hari raya kurban.

 Kisah iman al ghazali yang tak pernah putus dalam mencari ilmu hingga ia menjadi tokoh
pembangunan kejayaan pendidikan islam pada masanya.

 Kisah abu hurairah yang mencari ilmu sembari berdagang dengan tanpa mengeluh, selalu bersyukur,
mensyukuri apa yang allahswt berikan padannya.

3. Metode nasihat.

Sebuah ungkapan yang merupakan sebuah seruan yang dikatakan orang lain dengan tujuan
kebaikan. Inilah yang kemudian dikenal dengan nasehat saat pembelajaran berlangsung pastinya guru
akan menyelipkan beberapa nasihat-nasihat kepada anak didiknya karna sewaktu-waktu materi yang
diterangkan mengambil contoh dari gejala sosial yang sedang terjadi disekitar, nasehat merupakan
cara mendidik yang bertumpu pada tutur kata dalam bahasa yang halus dan sifatnya tidak mekan pada
semua hal tertentu, metode nasihat ini terkadang tidak hanya diterapkan didalam pembelajaran dan
oleh pendidik saja, tapi semua orang yang berfikir dewasa dan tentu sudah mengenal baik buruknya
sesuatu dapat memberikan nasihat yang baik bagi penerusnya agar tidak terperosk dalam sebuah
kesalahan yang dulu pernah dibuat.

Al quran telah menyesebutkan dan meterangkan tentang bagaimana cara penyampaian sebuah nasehat
yang baik? Caranya telah dikutip dalam alquran, karena nasehat pada dasarnya bersifat penyampain
pesan dari sumbernya kepada pihak yang dipandang memerlukannya dan tentu beridi kebaikan,
Dalam surah luqman ayat 13 dan 14 misalnya, merupkan contoh menarik dalam menasehati anaknya.

Berikut kutipan ayat tersebut yang menyatakan "bahwa dan (ingatlah) ketika luqman berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
allah, sesungguhnya mempersekutukan (allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Dan kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-kulah kembalimu. (q.s,
luqman: 13-14)".

Dalam surat al luqman ini menyebutkan cara pembelajaran luqman kepada anaknya, yang mana
isinya melarang anak nya untuk tidak menyukutukan allah, karna itu merupakan dosa besar dan tidak
akan merasakan surga, maka ia akan dimasukan kedalam neraka. Dalam metode nasihatnya ia tidak
menggunakan bahsa yang kasar, yang tidak sampai menyakiti hati, diucapkan secara halus, tegas, dan
membawa wibawa seorang ayah didalam karakteristiknya.

4. Metode pembiasaan

Metode ini digunakan untuk merubah suatu kebiasaan yang biasanya sering dilakukan anak-anak
walaupun itu hal sepele apapun, ini termasuk upaya merubah kebiasaan-kebiasaan yang negatif yang
dipandang buruk atau tidak pantas.

Menurut ahmad tafsir, inti pembiasaan adalah pengulangan. Contohnya kita dapat memulai dari hal
sederhana seperti, jika guru setiap masuk kelas mengucapkan salam, itu telah dapat diartikan sebagai
usaha membiasakan. Apabila ada anak didiknya masuk kelas tidak mengucapkan salam, maka
pembimbing dapat mengingatkannya agar saat masuk ruangan hendaklah mengucapkan salam, ini
juga satu cara membiasakan,

Seperti di katakan tadi metode ini dijalankan secara bertahap-tahap jadi tidak langsung kelihatan
hasilnya, naun dijamin metode ini dapat menghasilkan hasil yang memuaskan.

5. Metode hukum dan ganjaran

dalam metode ini sebenarnya ada kandungan pro dan kontra keberadaannya, kenapa demikian? Ada
pihak yang menyetujuinnya dan ada pula yang menolak. Pro dan kontra ini terjadi karna adanya dua
sudut pandang yang berbeda dijaman ini, Di masa modern ini cenderung berfikaran tentang hak asasi
lalu pendidikan modern sekarang memandang tabu terhadap itu, padahal dalam kenyataan, semua
orang pasti banyak melakukan pelanggara atau kesalahan pasalnya tidak ada makhluk yang sempurna,
jika ada suatu pelanggaran atau kesalahan yang keras ini tidak dapat dibiarkan.

Dalam menyikapi ini agama islam memandang bahwa hukuman bukan sebagai tindakan yang
pertama kali yang harus dilakukan oleh seorang pendidik, dan bukan pula cara yang didahulukan.
Nasihatlah yang paling didahulukan. Didalam al-quran hukuman biasa dikenal dengan nama azab
yang didalamnya diulang sebanyak 373 kali.
Jumlah yang besar ini menunjukkan perhatian yang amat besar terhadap masalah hukum ini, dan
meminta perhatian dari ummat manusia. Sedangkan kata ganjaran disebutkan dalam kata ajrun yang
termuat didalam al quran disebukan sebanyak 105 kali dengan berulang, bukankah sangat
menakjubkan, karna didalam al quran telah termuat segalanya.

Menurut abdullah yang telah memuat berapa bahan persoalan tentang hukuman ini menyaakan
bahwa relevansi hukuman dan ganjaran hendaknya dilihat kearah tabiat atau sifat dasar manusia
melalui pengaruhnya atas keamanan individu dan pilihan-pilihan yang dilakukan, jika menurut saya
perlu ditinjau kembali hukuman seperti apa yang kiranya tidak terlalu memuat kekerasan baik fisik
maupun mental.

Hal ini akan berdampang melalui acuan kepada pengujian terhadap kekuatan motivasi. Hukuman dan
ganjaran kiranya dipergunakan oleh guru untuk meneguhkan atau melemahkan respon-respon khusus
tertentu, dalam hal ini yang dikira sudah melampaui batas. Namun hukuman hendaknya menjadi
pijakan awal yang tidak akan diberikan kecuali ganjaran telah gagal membawa hasil yang diinginkan.

Salah satu contoh yang berkaitan dengan hukuman di dalam al-quran adalah tentang hukuman
potong tangan bagi yang mencuri "(q.s. Al-maidah: 38)". Dan yang berkaitan dengan ganjaran adalah
tentang pahala yang didapat oleh orang yang beramal yaitu ampunan dari tuhan dan surga yang di
dalamnya mengalir sungai-sungai "(q.s.alimran: 135)".

6. Metode ceramah (khutbah)

Metode ceramah ini merupakan metode yang tidak asing bagi pembimbing karna memang metode ini
yang paling sering digunakan saat menuntun para anak didiknya. Metode ceramah hampir sama
dengan kata tabligh artinya menyampaikan suatu ajaran.

Dalam hal metode ceramah saleh, menggabungkan metode ceramah dengan metode cerita,
maksudnya biasanya para pembimbing akan bercerita terlebih dahulu cerita tentang segala kisah dan
kemudian akan dipadukan dengan ceramah disela-selanya. Sehubungan dengan dekatnya kata metode
ceramah dengan kata tabligh maka ayat yang menunjukkan metode ceramah terdapat dalam ayat al
quran surat yasin ayat 17.

Ceramah bukanlah hal yang tabu jika dalam pembelajaran justru malah merupakan kegiatan yang
selalu dilakukan saat pembelajaran. Pembelajaran ini berguna untuk semua yang sedang menuntust
ilmu, pembimbing menyampaikan isi dari pembelajarannya sedangkan anak didik sebagai objek yang
mendengarkan. Jika ada hal yang perlu ditanyakan maka peserta didik dipersilahkan untuk bertanya.

7. Metode diskusi

Metode ini dicoba untuk mendidik dan mengajar manusia dengan tujuan lebih memantapkan
pengertian contohnya dapat menerima apa adanya dengan pertimbangan-pertimbangan dari pihak lain
dan dilakukan secara terbuka, agar bisa menyikapi pengetahuan mereka terhadap suatu masalah, dan
ini disinggung dalam al quran juga. Abdurrahman saleh, juga menggabungkan metode diskusi, tanya
jawab dan dialog, karna pada dasarnya antara metode yang ketiga tersebut saling mendukung yang
tidak bisa dipisahkan.

Ramayulis (2008: 194) dalam bukunya yang berjudul ilmu pendidikan islam, metode diskusi adalah
"suatu cara penyajian atau penyampaian beban metode pendidikan islam dalam perspektif filsafat
pendidikan islam dimana pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik membicarakan dan
menganalisis secara ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun
berbagai alternatip pemecahan atas suatu masalah".[8] dengan metode ini diharap untuk menjunjung
diskusi bermusyawarah bersama dan memecahkan masalah atau persoalan-persoalan yang perlu
dibaha keberadaannya yang mana jika disekolah dipimping oleh seorang moderator.

8. Metode demonstrasi

Metode demonstrasi dimaksudkan sebagi suatu kegiatan memperlihatkan suatu gerakan atau proses
kerja sesuatu. Maksudnya "menunjukan sebuah situai sesuatu dahal konteks ini situasi yang
dimaksudkan didapatkan lewat benda sebenarnya atau hanya tiruan yang dipertunjukan oleh
pembimbing".[9]

Beralih dari macam-macam metode sekarang kita harus mengetahui pula tujuan dari pendidikan
islam filsafat ini menurut "made pidarta (2007:86)" mengutip zanti arbi mengungkapkan tentang
tujuan filsafat pendidikan sebagai berikut :

 Menginspirasikan;

Maksud menginspirasi adalah memberikan pikiran secara terbuka dengan kreatifitas sebagai pemeran
utamanya kepada para pendidik untuk melaksanakan ide tertentu dalam pendidikan.

 Menganalisis;

 Menganalisis dalam filsafat pendidikan adalah memeriksa kembali secara teliti setiap bagian-bagian
dari pendidikan yang jelas tentunya agar dapat diketahui secara jelas validitasnya berdasarkan fakta-
fakta nyata yang sudah ada dan dijelaskan. Perwujudatan penganalisisan ini harus dikerjakan seteliti
mungkin karna jika tidak akan terjadi kesalahpahaman yang awalnya sepele menjadi besar.

 mengpreskriptifkan;

mengpestifkan ini adalah sebuah upaya dalam menjelaskan atau memberi pengarahan kepada
pendidik melalui filsafat pendidikan seperti hakikat manusia, aspek peserta didik yang perlu
dikembangkan, batas-batas keterlibatan pendidik, arah dan target pendidikan sesuai dengan minat dan
bakat peserta didik.

Tujuan filsafat tersebut antara lain :

Pertama, filsafat dijadikan oleh para pakar pendidikan sebagai bahan atau media (intrument) analisis
maksudnya filsafat dapat dimanfaatkan sebagai pendekatan yang biasanya digunakan oleh para ahli
yang mana menjadi bahan perbandingan dengan yang lain.

Hal ini terjadi karena filsafat merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli
pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan yang ada dari zaman dahulu hingga ke masa
sekarang untuk menangani problematika yang ada dan bertujuan jelas dan menyusun atau
mengumpulkan teori-teori pendidikan sebagai bahan bahan pembahasannya disamping menggunakan
metode-metode ilmiah lainnya.

Kedua, filsafat juga berfungsi memberikan arah dan tujuan agar teori pendidikan yang telah
dikembangkan oleh para ahlinya, dengan ini pasti akan mempermudah jalan yang harus dilakukan
untuk menuju suatu tujuan yang diinginkan tersebut, dengan ini menjadikan filsafat sebagai alat
penuntunan, yang didasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu akan mendapatkan
hasil yang baik dan diinginkan, mempunyai relevansi dengan prokehidupan yang realistis (nyata) dan
jelas juga ada faktanya.
Mengarahkan agar teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan dapat
diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang
berkembang dalam masyarakat, ini merupakan kenyataan bahwa setiap masyarakat hidup dengan
pandangan dan filsafat hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu sama lainnya, dan dengan
sendirinya akan menyangkut kebutuhan hidupnya.

Di sinilah fungsi filsafat dan filsafat pendidikan dalam memilih dan mengarahkan teori-teori
pendidikan dan kalau perlu adanya relevansi dengan kebutuhan, tujuan, dan pandangan hidup dan
masyarakat.

Ketiga, termasuk filsafat pendidikan, yakni untuk memberikan petunjuk dan arah dalam
pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu atau paedagogik yakni sebuah pengajaran dari
pembimbing itu sendiri.

Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu
akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejalagejala kependidikan yang tertentu
pula maksudnya disini dalam pengembangan teori ini akan dilakuakan sebuah tinjauan yang
prosesnya panjang namun jelas arah tujuannya karna pasalnya data-data pendidikan berbagai macam
gejalanya. Fungsi filsafat pendidikan kepada para pendidik sebagai berikut :

 Fungsi spekulatif;
 fungsi normatif;
 Fungsi kritik;

Hal-hal yang dilakukan filsafat dengan fungsi spekulatif sebagai berikut :

 Menarik kesimpulan atau merangkum berbagai persoalan pendidikan ke dalam satu gambaran pokok
melalui proses abstrak dan generalisasi, maksudnya datanya ini mengambil dari semua data yang
telah terkumpul dan sudah terkaji dengan baik maka filsafat telah membatu dalam segi
mempermudahkan spekulatif yang ada. Spekulatif yang disajikan juga harus jelas dari mana
sumbernya?, alasan mengapa mengeluarkan spekulatif seperti itu, dan lain-lain. Dengan begitu
filsafat akan mudah dispekualitasi asalkan dengan data yang valid, jelas dan terbukti adanya.
 Untuk berspekulatif harus memahami persoalan pendidikan secara keseluruhan atau semuanya yang
dicantumkan , dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pendidikan dengan cara memahami
berulang ulang kembali materi yang dipesoalkan, dengan mencari sumber yang akurat, dan mencari
perbandingan-perbandingan yang diperlukan.

Fungsi normatif filsafat pendidikan berhubungan dengan fungsi filsafat pendidikan sebagai perumus
formulasi tujuan, penilaian norma,juga perbandingan dalam acuan pendidikan. Filsafat pendidikan
akan menentukan arah tujuan pendidikan, akan kemana pendidikan itu?, model masyarakat yang
bagaimana yang dikehendaki oleh pendidikan dan seterusnya.

Moral yang dijunjung tinggi dalam perkembangan daya pendidikan, sudah dijelaskan lewat metode-
metode yang dijabarkan diatas. Norma tidak mesti hanya nilai-nilai agama saja, terdapat nilai sosial
nilai tata krama dan lain-lain, norma sangat dijunjung tinggi didalam kehidupan bermasyarakat dari
yang kalangan atas hingga bawah semua menjungjung norma. Fungsi normatif disini yakni
menempatkan nilai norma-norma diatas menjadi sebuah acuan dalam bermasyarakat.

Fungsi kritik berhubungan dengan fungsi filsafat pendidikan untuk melakukan penelitian secara
cermat yang didasarkan atas pemikiran-pemikiran dan praktik pendidikan, dalam hal-hal berikut :

 Tahap pengujian yang mendasar dari dasar pemikiran yang logis, berdasarkan fakta, dan kesimpulan
pendidikan ada didalamnya;
 Tahap pengujian yang teliti yakni bahasa yang digunakan benar-benar harus terang dan jelas juga
menuntut untuk tidak bertele-tele, bahasa yang lugas;
 Memerlukan bukti yang banyak, agar dapat dipergunakan untuk menguatkan atau menyangkal
ungkapan tentang fakta pendidikan yang akurat agar tidak ada kesalah pahaman atau kekeliruan.

Fungsi teori bagi praktik menyatakan bahwa "konsep, ide, analisis dan kesimpulan-kesimpulan yang
tardapat dalam fungsi filsafat pendidikan berfungsi sebagai teori".

Fungsi pendidikan lebih kongkret lagi dijelaskan oleh ahmad d. Marimba. Didalam bukunya yang
dicetak pada tahun 2010 yang menyatakan pendapatnya tentang fungsi pendidikan filsafat ini
menurutnya, "bahwa filsafat pendidikan dapat menjadi pegangan pelaksanaan pendidikan yang
menghasilkan generasi-generasi baru yang berkepribadian muslim, menjadi pegangan hal mendasar
untuk menjadi penyongkong pembimbang filsafat dalam memperkenalkannya kepada peserta
didiknya".

Kemudian generasi-generasi baru ini selanjutnya yang akan mengembangkan kembali usaha-usaha
pembimbing kependidikan dan mungkin juga akan melakukan mengadakan penyempurnaan atau
penyusunan kembali filsafat agar jauh lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh generasi-genari
selanjutnya dimasa depan yang mana akan mendasari juga usaha-usaha pendidikan itu sehingga
membawa hasil yang lebih besar, lebih lengkap dan lebih baik juga terjamin mutunya.

Selanjutnya muzayyin arifin mengatakan, "bila dilihat dari fungsinya, maka filsafat pendidikan islam
merupakan pemikiran yang mendasar yang melandasi dan mengarahkan proses pelaksanaan
pendidikan islam, menjadi pondasi yang dasar untuk menjadi bahan utama agarsesuai penyajiannya
mendai sebuah penyongkong dari perbandingan lainnya yang dikuti alasan yang logis dan faktual".

Oleh karena itu filsafat ini juga memberikan gambaran tentang lingkup pendidikan islam yang serasa
mendarah daging didalam kependidikan ini hingga mencakup tentang sampai di mana proses tersebut
dapat direncanakan dan dalam ruang lingkup serta dimensi bagaimana proses tersebut dilaksanakan,
mempermudahkan pembimbingan dalam penjelaskan dan menanamkan pemahaman yang baik untuk
anak didiknya dari masa kemasa.

Selain itu, filsafat pendidikan islam juga bertugas melakukan kritik-kritik tentang metode-metode
yang digunakan dalam proses pendidikan islam itu serta sekaligus memberikan pengarahan mendasar
tentang bagaimana metode tersebut harus didaya gunakan atau diciptakan agar efektif untuk mencapai
tujuan.

Anda mungkin juga menyukai