BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
DASAR TEORI
3
4
3. Cara kering memerlukan suhu yang relatif tinggi, sedangkan cara basah
suhunya relatif rendah
4. Cara kering digunakan untuk sampel yang relatif banyak, sedangkan cara
basah sebaiknya sampel sedikit dan kadangkala memerlukan reagensia
yang cukup berbahaya. (Sumantri & Rahman, 2007)
Cara lain yang lebih teliti dan cepat untuk pengabuan adalah cara
konduktometri. Namun karena memerlukan persyaratan khusus dan alat yang
lebih rumit, cara ini belum banyak digunakan. prinsip cara ini adalah larutan
gula atau bahan atau konstituen mineral mengalami disosiasi sedangkan
sukrosa yang merupakan bahan non elektrolit tidak mengalami disosiasi.
(Sudarmadji, 2010)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Mulai
Selesai
6
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1 Hasil Analisis Kadar Abu
Kel Sampel B1 (g) B2 (g) B3 (g) Kadar Abu
(%)
1 Kacang hijau 21,28 26,01 21,48 4,07
2 Kedelai putih 21,73 26,37 21,98 5,29
3 Kedelai hitam 28,43 33,02 28,57 2,97
4 Kacang tanah 20,99 25,74 21,10 2,35
5 Kacang hijau 20,88 26,45 22,07 3,95
6 Kedelai putih 27,88 32,53 28,21 6,40
7 Kedelai hitam 21,64 26,34 21,87 4,87
8 Kacang tanah 21,49 26,97 21,61 2,26
Keterangan
B1: berat cawan porselin konstan
B2: berat cawan porselin dan sampel sebelum diabukan
B3: berat cawan porselin dan sampel setelah diabukan
4.2 Pembahasan
Prinsip penentuan kadar abu secara langsung adalah dengan
mengoksidasikan semua zat organik pada suhu tinggi sekitar 500-600 oC dan
menimbang zat yang tersisa setelah pembakaran serta mengasumsikan zat
yang tersisa itu sebagai abu. (Sudarmadji, 2010)
Praktikum ini dilakukan untuk menentukan kadar abu pada kacang
hijau, kedelai putih, kedelai hitam, dan kacang tanah dengan metode
pengabuan kering. Sampel yang digunakan merupakan hasil analisis kadar air
(B3 kadar air) pada praktikum sebelumnya. Langkah yang pertama kali
dilakukan adalah mengambil cawan porselin berisi sampel hasil analisis kadar
air yang sebelumnya disimpan dalam desikator dan menimbangnya dengan
7
8
Keterangan:
B1: berat cawan porselin konstan
B2: berat cawan porselin dan sampel sebelum diabukan
B3: berat cawan porselin dan sampel setelah diabukan
Dalam praktikum ini, diperoleh data kadar abu kacang hijau yaitu
4,0661% serta kadar abu kacang kedelai 5,29% dan 2,974%.
Pada Tabel Komposisi Pangan Indonesia, kadar abu kacang hijau
adalah 3,3 gram per 100 gram BDD (berat dapat dimakan) atau sebesar 3,3%.
Kadar abu kacang kedelai sebesar 5,5% dan kadar abu kacang tanah adalah
2,4%. (Mahmud, 2009) Jika dibandingkan dengan data praktikum, terdapat
perbedaan dengan kadar abu pada Tabel Komposisi Pangan Indonesia.
Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah metode penentuan dan jenis atau varietas sampel yang berbeda,
kesalahan pengamatan dan pengukuran, perbedaan suhu dan waktu saat
pemijaran atau pengabuan dalam tanur, hasil pengabuan saat praktikum masih
9
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Prinsip menentukan kadar abu pada kacang-kacangan dengan cara
kering adalah mengoksidasi semua zat organik dalam bahan makanan melalui
pemanasan pada suhu 500-600 oC dengan tanur dan mengasumsikan zat yang
tertinggal sebagai abu. Selain itu, temperatur pengabuan harus diperhatikan
sungguh-sungguh, karena banyak elemen yang menguap pada suhu tinggi.
5.2 Saran
Praktikan diharapkan berhati-hati dalam menggunakan peralatan di
laboratorium sehingga tidak terjadi kerusakan ataupun kekeliruan dalam
mengoperasikan alat, serta dalam melakukan penimbangan dibutuhkan
ketelitian untuk mendapat hasil yang akurat.
11
12
DAFTAR PUSTAKA
12