Anda di halaman 1dari 5

UJI ORGANOLEPTIK BAKSO BERBAHAN BAKU DAGING SAPI

YANG DISUBSTITUSI DAGING DOMBA

ORGANOLEPTIC TEST OF MEATBALLS WITH SUBSTITUTED BEEF AND


LAMB MEAT

AAF FALAHUDIN, RACHMAT SOMANJAYA DAN TATAN RUSTANDI


Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Majalengka
Jl. K.H Abdul Halim No. 103 Majalengka
e-mail: aaffalahudin@ymail.com

ABSTRACT
This study aims to analyze the effect and the best dose of beef meatballs substituted with lamb meat on
the organoleptic properties of meatballs. The experimental design used was a Completely Randomized
Design with 5 treatments and 4 replications. The treatments applied are as follows: B0 = 100% beef + 0%
lamb meat, B1 = 75% beef + 25% lamb meat, B2 = 50% beef + 50% lamb meat, B3 = 25% beef + 75%
lamb meat, B4 = 0% beef + 100% lamb meat. The results showed that hedonic panelists still liked the color
and texture of all beef meatballs substituted with lamb meat on a hedonic scale rather like to like. However,
for the smell and taste of meatballs, lamb substitutes are used for a maximum of 50% without affecting the
level of preference.

Keywords: Meatball, Beef, Lamb Meat, Organoleptic Test.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis pengaruh substitusi bahan baku daging domba
terhadap sifat organoleptik dan memperoleh tingkat substitusi daging domba yang memiliki sifat
organoleptik bakso terbaik. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan
5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah sebagai berikut : B0 = 100% daging sapi+0%
daging domba, B1 = 75% daging sapi+25% daging domba, B2 = 50% daging sapi+50% daging domba,
B3=25% daging sapi+75% daging domba, B4=0% daging sapi+100% daging sapi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara hedonik panelis masih menyukai warna dan tekstur semua perlakuan bakso
daging sapi yang disubstitusi daging domba dengan skala hedonik agak suka hingga suka. Akan tetapi, untuk
aroma dan rasa bakso substitusi daging domba yang digunakan maksimal 50% tanpa mempengaruhi tingkat
kesukaan.

Kata Kunci : Bakso, Daging Sapi, Daging Domba, Uji Organoleptik.

PENDAHULUAN populasi domba di Jawa Barat semakin


Domba mempunyai arti penting bagi meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan
kehidupan dan kesejahteraan manusia karena bertambahnya populasi penduduk Jawa Barat.
dapat menghasilkan daging, wool dan lain Populasi domba di Jawa Barat pada tahun
sebagainya. Prospek domba sangat 2012 sebesar 8.249.844 ekor meningkat
menjanjikan untuk dikembangkan, karena menjadi 12.462.091 ekor pada tahun 2016
merupakan ternak prolifik (dapat beranak (Direktorat Jenderal Peternakan dan
lebih dari satu ekor dalam satu siklus Kesehatan Hewan, 2016).
kelahiran) dan mudah beradaptasi dengan Pemanfaatan daging domba di
lingkungan sekitar. masyarakat masih sebatas untuk kebutuhan
Provinsi Jawa Barat merupakan aqiqah dan qurban. Pemanfaatan daging
provinsi dengan jumlah populasi domba domba masih kalah jauh dengan daging sapi,
terbesar di Indonesia. Data menunjukkan sehingga membuat masyarakat bahkan

33
pemerintah pun sangat ketergantungan daging domba sebanyak 1.600 g, tepung
terhadap daging sapi. Padahal potensi dan tapioka 800 g, karaginan 60 g, serta bumbu –
sumberdaya domba tidak kalah dengan daging bumbu yang terdiri dari garam 120 g, bawang
sapi. Oleh karena itu, perlu diversifikasi putih 16 g, merica 12 g dan es batu serta air
produk daging domba sehingga pemanfaatan secukupnya untuk merebus. Peralatan yang
daging domba bisa lebih luas dan nantinya digunakan untuk membuat bakso terdiri dari
dapat menggantikan swasembada daging timbangan elektrik, alat penggiling daging,
khususnya dari daging sapi. blender dan peralatan untuk memasak serta
Salah satu produk daging yang sangat alat untuk uji sifat organoleptik diantaranya
digemari masyarakat adalah bakso. Bakso piring, gelas, kertas tisu dan daftar perintah
merupakan salah satu produk olahan yang kerja uji sifat organoleptik (terlampir).
berbahan utama daging dengan bentuk Variabel yang diamati adalah tingkat
umumnya bulat. Selain daging, bahan utama kesukaan seperti warna, aroma, rasa dan
yang diperlukan dalam pembuatan bakso tekstur bakso.
adalah tepung, bumbu dan bahan pengenyal.
Faktor yang menentukan mutu bakso Metode Penelitian
terletak pada bahan baku yang digunakan dan Penelitian menggunakan Rancangan
proses pengolahannya. Bahan baku Acak Lengkap (RAL) 5 perlakuan yang
dipengaruhi oleh jenis dan mutu daging, diulang empat kali yang diuji secara hedonik
bahan pengisi, bahan pengenyal dan bahan (Steel and Torrie, 1993). Bakso dibuat dari
pengikat. bahan dasar daging 80 % dan tepung tapioka
Bakso pada umumnya menggunakan sebanyak 20 % dari total adonan. Perlakuan
bahan utama daging sapi. Jenis daging lainnya yang digunakan adalah substitusi bahan dasar
yang hampir mirip dengan daging sapi yaitu daging sapi dan domba dengan perbandingan
daging domba. Daging sapi dan domba sebagai berikut :
memiliki komposisi kimia yang hampir sama.
Menurut Fennema (1985), komposisi kimia B0 = daging sapi 100%, daging domba 0%
daging sapi terdiri dari kadar air sebesar 70- B1 = daging sapi 75%, daging domba 25%
75%, protein 20-22%, lemak 4-8%, abu 1%, B2 = daging sapi 50%, daging domba 50%
sedangkan daging domba terdiri dari air B3 = daging sapi 25%, daging domba 75%
sebesar 73%, protein 20%, lemak 5-6%, abu B4 = daging sapi 0%, daging domba 100%
1,6%.
Berdasarkan hal tersebut perlu adanya Kegiatan penelitian dimulai dengan
diversifikasi produk bakso berbahan utama membuat bakso daging sapi yang disubstitusi
selain daging sapi, salah satunya dengan daging domba. Proses pembuatan bakso
menggunakan daging domba. Bahan utama antara lain sebagai berikut:
daging domba diharapkan dapat mensubstitusi 1. Bahan – bahan untuk pembuatan bakso
bahkan menggantikan bahan utama bakso dari disiapkan sesuai dosis perlakuan (lihat
daging sapi. Sehingga dapat meminimalisir Tabel 1).
ketergantungan terhadap daging sapi yang 2. Daging sapi dan domba ditimbang sesuai
sebagian didapat dari impor. Akan tetapi, sifat dengan perlakuan, kemudian dipotong –
organoleptik bakso yang berbahan daging potong menjadi bagian kecil dan dibuang
domba sebagai substitusi belum banyak lemak serta urat dagingnya.
diketahui. Berdasarkan hal tersebut maka 3. Daging yang telah dipotong – potong
perlu dilakukan penelitian Uji Organoleptik dicampurkan dengan bahan – bahan
Bakso Berbahan Baku Daging Sapi yang lainnya sesuai dengan komposisi adonan
Disubstitusi dengan Daging Domba. bakso daging sapi dan domba pada Tabel
1. Kemudian dilumatkan dengan blender
MATERI DAN METODE selama 1,5 menit.
Materi Penelitian 4. Setelah selesai, adonan didiamkan selama
Bahan yang digunakan dalam penelitian 30 menit dan siap dibentuk bulatan –
ini adalah daging sapi sebanyak 1.600 g, bulatan kemudian direbus ke dalam air

34
panas dengan suhu 800C, hingga bakso Tabel 2. Rataan Nilai Kesukaan Bakso
mengambang sebagai tanda bakso telah Daging Sapi dan Daging domba
masak kemudian ditiriskan. Perlakuan
Peubah
5. Bakso yang sudah ditiriskan siap untuk B0 B1 B2 B3 B4
diuji sifat organoleptik meliputi tekstur, Warna 3,40a 3,33a 3,27a 3,33a 3,33a
aroma, warna dan rasa. Aroma 3,53a 3,40a 3,33a 2,60b 2,47b
6. Tahap 1 sampai 5 diulang sebanyak empat Rasa 3,53a 3,47a 3,47a 2,73b 2,60b
kali. Tekstur 3,60a 3,53a 3,47a 3,20a 3,20a
Semua data yang diperoleh dianalisis Keterangan : Superskrip yang berbeda pada
secara statistik menggunakan analisis ragam baris yang sama menunjukkan
(analysis of variance) dengan bantuan perbedaan yang nyata
program SPSS versi 16 dan apabila ada (P<0,05)
perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan
Uji Wilayah Ganda Duncan (Steel dan Torrie, Warna
1993). Mutu bahan makanan ditentukan oleh
berbagai faktor salah satunya faktor visual.
Tabel 1. Komposisi Bahan – Bahan Faktor visual terpenting yang dapat
Pembuatan Bakso Substitusi Daging menentukan penilaian konsumen dan
Sapi dan Domba memberikan pengaruh yang besar adalah
B0 B1 B2 B3 B4 warna. Rataan nilai hedonik panelis terhadap
Bahan
(g) warna bakso daging sapi yang disbustitusi
Daging Sapi 160 120 80 40 0 daging domba dapat dilihat pada Tabel 2.
Daging Domba 0 40 80 120 160 Hasil analisis ragam berdasarkan Tabel
Tepung Terigu 40 40 40 40 40 2 menunjukkan bahwa substitusi daging
Garam 6 6 6 6 6 domba terhadap bakso daging sapi
Karaginan 3 3 3 3 3 memberikan pengaruh yang tidak nyata
Merica 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 (P>0,05) terhadap tingkat kesukaan warna
Bawang Putih 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 bakso. Hal tersebut menunjukkan bahwa
Serpihan es 40 40 40 40 40 panelis masih menyukai warna yang
dihasilkan dari bakso daging sapi yang
Semua data yang diperoleh dianalisis disubstitusi daging domba. Warna bakso yang
secara deskriptif berdasarkan uji hedonik disubstitusi daging domba agak merah cerah
menggunakan bantuan program SPSS versi 16 dibandingkan dengan bakso yang berasal dari
dan apabila ada perbedaan antar perlakuan daging sapi. Nilai hedonik warna bakso
dilanjutkan dengan Uji Wilayah Ganda daging sapi yang disubstitusi daging domba
Duncan (Steel dan Torrie, 1993). berkisar antara 3,27-3,40 artinya panelis
menilai cenderung agak suka hingga suka.
HASIL PENELITIAN Warna bakso sangat dipengaruhi oleh
Tingkat kesukaan konsumen terhadap bakso warna daging yang berhubungan dengan
daging sapi yang disubstitusi daging domba kandungan mioglobin pada daging (Lawrie,
diuji secara organoleptik menggunakan 2003). Nilai warna bakso daging sapi yang
metode hedonik yang terdiri dari penilaian disubstitusi daging domba tidak berbeda nyata
sensorik terhadap warna, aroma, rasa dan secara hedonik. Hal ini diduga karena
tekstur. Penilaian organoleptik pada penelitian kandungan mioglobin daging sapi dan domba
ini menggunakan lima skala hedonik yaitu (1) hampir sama dikarenakan sama-sama daging
sangat tidak suka, (2) tidak suka, (3) agak merah (ruminansia). Sudrajat (2007)
suka, (4) suka dan (5) sangat suka. Rataan menyatakan bahwa warna bakso juga
nilai kesukaan bakso daging sapi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
disubstitusi daging domba dapat dilihat pada pengaruh kesegaran daging dan penambahan
Tabel 2. bahan tambahan pangan seperti bumbu.

35
Aroma konsumen yaitu kegurihan, keasinan dan rasa
Aroma bakso dipengaruhi oleh aroma daging (Andayani, 1999).
daging, aroma tepung bahan pengisi, bumbu- Uji kesukaan terhadap rasa bakso
bumbu dan bahan lain yang ditambahkan. daging sapi yang disubstitusi daging domba
Proses pemasakan bakso dapat mempengaruhi sangat bergantung pada kesukaan panelis
warna, aroma, rasa dan kekenyalan. Menurut terhadap daging domba. Pada umumnya
Aberle et al. (2001), rasa dan aroma produk panelis lebih menyukai daging sapi bila
daging berasal dari sejumlah bahan yang ada dibandingkan dengan daging domba atau
di dalam lemak dan bersifat menguap ketika kambing.
dipanaskan. Selama pemasakan akan terjadi Substitusi daging domba terhadap
berbagai reaksi antara bahan pengisi dan bakso daging sapi memberikan pengaruh yang
daging, sehingga aroma yang khas pada nyata (P<0,05) terhadap nilai hedonik rasa
daging sapi maupun daging domba akan bakso (Tabel 2). Rasa bakso dengan substitusi
berkurang selama pengolahan produk. daging domba sampai 50% cenderung masih
Tingkat kesukaan terhadap aroma diterima panelis dengan rataan 3,47-3,53. Hal
bakso daging sapi yang disubstitusi daging ini dikarenakan rasa daging domba tidak
domba memberikan pengaruh yang nyata terasa pada perlakuan bakso tersebut.
(P>0,05). Berdasarkan skala hedonik, Sedangkan rasa bakso dengan substitusi
penerimaan panelis terhadap aroma bakso daging domba diatas 50% memberikan
daging sapi yang disubstitusi daging domba penilaian secara hedonik tidak suka hingga
pada perlakuan B0, B1 dan B2 menyatakan agak suka dengan nilai rataan 2,60-2,73.
agak suka sampai suka, sedangkan untuk B3 Rasa bakso selain dipengaruhi oleh
dan B4 tidak suka sampai agak suka. Hal ini daging juga dipengaruhi dari bumbu-bumbu
disebabkan substitusi daging domba diatas dan garam serta bahan pengisi yang
50% aroma dombanya tercium dan umumnya ditambahkan selama pengolahan. Menurut
panelis kurang menyukai bau atau aroma Laroche (1992), pengaruh aditif garam,
daging domba. bumbu-bumbu dan penyedap membantu
Soeparno (2005) menyatakan bahwa dalam hal pembentukan citarasa dan aroma.
jenis kelamin, lama dan temperatur
pemasakan dapat mempengaruhi aroma Tekstur
daging masak. Selain itu, aroma daging Nurhayati (2009), aspek yang dinilai
olahan juga dipengaruhi oleh bahan-bahan dari tekstur bakso ditandai dengan kasar atau
yang ditambahkan selama pemasakan, halusnya produk yang dihasilkan. Selain itu,
khususnya bumbu. Wibowo (2005) kekenyalan merupakan bagian pembentuk
menyatakan bahwa mutu sensori bakso tekstur yang diperhitungkan konsumen dalam
memiliki bau khas daging segar rebus yang menilai kesukaan dan penerimaan daging
dominan, tanpa bau tengik, masam, basi atau serta produknya. Kekenyalan adalah
busuk serta bau bumbu yang cukup tajam. Hal kemampuan produk pangan untuk kembali ke
tersebut menunjukkan bahwa aroma bakso bentuk asal sebelum produk pecah. Bakso
sangat dipengaruhi oleh jumlah daging dan yang kenyal akan terasa elastis jika dikunyah.
bahan lain yang digunakan. Hasil analisis ragam berdasarkan Tabel
2 menunjukkan bahwa bakso daging sapi yang
Rasa disubstitusi daging domba tidak berpengaruh
Rasa merupakan salah satu faktor yang nyata (P<0,05) terhadap nilai hedonik tekstur
mempengaruhi nilai penerimaan seseorang bakso. Nilai rataan hedonik tekstur bakso
terhadap suatu makanan. Rasa adalah faktor daging sapi yang disubstitusi daging domba
penentu daya terima konsumen terhadap dapat dilihat pada Tabel 2.
produk pangan. Rasa bakso dibentuk oleh Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan
berbagai rangsangan bahkan terkadang juga bahwa substitusi daging domba menghasilkan
dipengaruhi oleh aroma dan warna. Namun nilai hedonik panelis yang sama terhadap
pada umumnya ada tiga macam rasa bakso tekstur bakso. Hal ini kemungkinan
yang sangat menentukan penerimaan disebabkan kesamaan kondisi dan bagian
daging yang digunakan. Nilai hedonik semua

36
perlakuan menunjukkan agak suka hingga NURHAYATI, E. 2009. Sifat fisik dan
suka. organoleptik bakso daging domba
Kekenyalan bakso dipengaruhi oleh pada lama postmortem dan taraf
kondisi daging dan daya mengikat air. Nurmi penambahan tepung tapioca yang
(1995) menyatakan bahwa tingginya daya berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan.
mengikat air menghasilkan tekstur bakso yang Institu Pertanian Bogor, Bogor.
tidak mudah pecah bila ditekan atau dikunyah. NURMI, A. 1995. Sifat Fisik dan Palatabilitas
Konsumen lebih menyukai bakso yang kenyal Bakso Sapi dan Domba Bagian Paha
dan tidak cepat pecah (kompak) dengan tanpa dan Lemusir. Skripsi. Fakultas
penambahan bahan pengenyal. Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
KESIMPULAN SOEPARNO. 2005. Ilmu dan Teknologi
Bakso daging sapi yang disubstitusi Daging. Gadjah Mada University
daging domba berpengaruh nyata (P<0,05) Press. Yogyakarta.
terhadap nilai kesukaan aroma dan rasa bakso, STEEL, R.G. DAN J.H. TORRIE. 1993.
tetapi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) Prinsip dan Prosedur Statistik.
terhadap nilai kesukaan warna dan tekstur Terjemahan B. Sumantri. Gramedia.
bakso. Jakarta.
Penggantian daging sapi menggunakan SUDRAJAT, G. 2007. Sifat Fisik dan
daging domba dalam pembuatan bakso Organoleptik Bakso Daging Kerbau
disarankan maksimal 50% tanpa dengan Penambahan Karagenan dan
mempengaruhi daya terima bakso. Perlu khitosan. Skripsi. Teknologi Hasil
penelitian lebih lanjut mengenai sifat fisik dan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut
kimia bakso daging sapi yang disubstitusi Pertanian Bogor. Bogor.
daging domba. WIBOWO, S. 2005. Pembuatan Bakso
Daging dan Bakso Ikan. Penebar
DAFTAR PUSTAKA Swadaya, Jakarta.
ABERLE, E.D., J.C. FORREST., D.E. STEEL, R.G.D. DAN J.H. TORRIE. 1993.
GERRARD AND E.W. MILLS. Prinsip dan Prosedur Statistik Suatu
2001. Principles of Meat Science. Pendekatan Biometrik. Edisi Kedua,
Kendall/Hunt Publishing Company, Gramedia, Jakarta. (Diterjemahkan oleh
Lowa. Bambang Sumantri).
ANDAYANI, R.Y. 1999. Standarisasi Mutu
Bakso Sapi Berdasarkan Kesukaan
Konsumen (Studi Kasus Bakso di
Wilayah DKI Jakarta). Skripsi (tidak
dipublikasikan). Fakultas Teknologi
Pertanian. IPB. Bogor.
DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN
DAN KESEHATAN HEWAN. 2016.
Populasi Domba MElveira, Genurut
Provinsi. Kementerian Pertanian.
Jakarta.
FENNEMA, O. R. 1996. Food Chemistry 3rd
edition.Marcel Dekker, New York.
LAROCHE, M. 1992. Cooking. In: J.P
Girrand (Ed) Technology of Meat and
Meat Product. Ellis Horwood, New
York.
LAWRIE, R.A. 2003. Ilmu Daging. Edisi
Kelima. UI Press. Jakarta.

37

Anda mungkin juga menyukai