Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIKUM

UJI PROTEIN

Oleh :
Kelompok 3/Kelas B

1. Nabila Chika Emalia (201510501062)


2. Indra Cipta Maulana Ishaq (201510501063)
3. Ken Ilmaya Chairani (201510501065)
4. Abdul Malik Suyuti Luthfi (201510501067)
5. Akmalus Salam Al Musa (201510501068)
6. Muhammad Zulfa Khairuttamam (201510501070)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makanan menjadi kebutuhan pokok manusia sebagai makhluk hidup untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuh. Makanan umumnya mengandung
sumber nutrisi yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak dan mineral (Bakhtra
dkk, 2018). Protein merupakan salah satu dari nutrisi makro yang berperan
penting dalam pembentukan biomolekul sel (Rosaini dkk, 2017). Menurut
Probosari (2019), protein merupakan makromolekul polipeptida yang disusun
oleh banyak asam amino yang dihubungkan oleh rantai ikatan peptida. Protein
memiliki peranan penting dalam perlindungan terhadap infeksi dan kekuatan
mekanik sel (Azhar, 2016). Selain itu protein memiliki peran penting dalam 80%
kegiatan sel (Zhang et al, 2017) dan pengendalian kesehatan serta penyedia
sumber energi tubuh manusia (Lee et al, 2018).
Proses uji protein yang dilakukan dengan menggunakan alat sentrifugasi
dan spektrofotometer bertujuan untuk mengukur kadar protein. Bahan atau objek
yang digunakan yaitu kedelai dan juga beras. Menurut Azni (2019), kedelai
merupakan tanaman hortikultura yang memiliki nilai protein tinggi. Oleh karena
itu, kedelai biasanya dijadikan sebagai bahan dalam pembuatan susu yaitu susu
kedelai (Arianty dan Masyhura, 2019). Berbeda dengan beras yang memiliki
kandungan karbohidrat tinggi (Li et al, 2018). Hal tersebut yang menyebabkan
beras menjadi makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Penggunaan alat
sentrifugasi diharapkan dapat memisahkan antara supernatan dan butir yang
menjadi objek penelitian dalam uji protein (Lamichhane et al, 2018). Supernatan
adalah substansi hasil sentrifugasi yang memiliki bobot lebih rendah dan berada
pada lapisan paling atas, serta berwarna lebih jernih. Begitu pula pada saat
penggunaan spektrofotometer yang menjadi langkah terakhir dalam proses uji
protein (Grasse et al, 2015).
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui kadar protein pada kedelai dan beras beserta
pengujiannya dengan menggunakan uji protein.
BAHAN DAN METODE

2.1.Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Mesin sentrifugasi
2. Spektrofotometer
3. Mortar dan Alu
4. Tip biru dan Tip putih
5. Tube (6 buah)
6. Mikropipet biru (1000 mikrometer)
7. Mikropipet orange (10 mikrometer)
8. Eppendorf (rak hijau)
9. Blender
10. Freezer
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Biji kedelai yang dihaluskan sebanyak 0,75 gram
2. Beras yang dihaluskan sebanyak 0,75 gram
3. Aquades 33,75 mikroliter
4. Buffer fosfat 750 mikroliter (konsentrasi 20 milimolar)

2.2.Metode
Prosedur kerja dalam praktikum ini yaitu:
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menghaluskan sampel berupa biji kedelai dan beras menggunakan
mortar dan alu
3. Melakukan penyaringan terhadap sampel agar mendapatkan sampel
yang halus
4. Menimbang sampel dengan berat 0,75 gram pada masing-masing
sampel
5. Memasukkan sampel kedalam 6 tube (masing-masing tube dengan
berat 0,25 gram)
6. Melakukan pencampuran sampel dengan buffer fosfat sebanyak 750
mikroliter (konsentrasi 20 milimolar dengan pH 7,4)
7. Melakukan proses sentrifugasi pada sampel dengan kecepatan 10.000
rpm dengan waktu 10 menit
8. Mengambil larutan supernatant sebanyak 1,2 mikroliter pada masing-
masing sampel
9. Memindahkan masing-masing jenis supernatant kedalam tube baru
yaitu 1 tube beras dan 1 tube kedelai sebanyak 3,6 mikromolar per
tube
10. Menambahkan reagen bradford sebanyak 712,5 mikroliter
11. Menambahkan aquades sebanyak 33,75 mikroliter kedalam tube
12. Melakukan pendiaman pada sampel selama 10 menit
13. Melakukan pengamatan menggunakan spektrofotometer dengan
panjang gelombang 595 nanometer
14. Mengamati hasil akhir dari sampel

Catatan: Proses pengamatan dengan spektrofotometer tidak dilakukan karena


terdapat kesalahan sehingga tidak mendapatkan nilai absorbansinya. Pengamatan
selanjutnya dilakukan dengan mengamati warna pada sampel.
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil
Tabel 3.1.1. Hasil Pengujian Protein
No. Sampel Perubahan Dokumentasi
Warna
1. Kedelai biru

2. Beras Ungu

3.2. Pembahasan
Kedelai merupakan salah satu biji-bijian yang sering dikonsumsi dan
dijadikan sebagai bahan baku dalam makanan oleh masyarakat Indonesia. Kedelai
sering dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembuatan tempe, tahu, dan susu
kedelai. Kedelai memiliki kandungan gizi berupa protein, lemak, vitamin,
mineral, dan serat sehingga baik untuk dikonsumsi (Pratama & Busman, 2020).
Kandungan protein pada kedelai dapat diketahui dengan melakukan uji protein.
Uji protein pada kedelai dapat dilakukan dengan metode atau uji bradford.
Metode bradford merupakan pengukuran konsentrasi protein total dengan
menggunakan pewarna Coomasie Brilliant Blue atau CBB (Wadjdy & Setiadi,
2021). Uji protein menggunakan metode bradford dilakukan dengan
mencampurkan sampel kedelai dengan buffer fosfat dan reagen bradford. Setelah
sampel kedelai dicampur dengan reagen bradford, terjadi perubahan warna
menjadi biru. Perubahan warna tersebut terjadi karena pada kedelai mengandung
protein yang cukup tinggi. Menurut Krisnawati (2017), kandungan protein pada
kedelai berkisar antara 35-38% dan termasuk dalam nilai yang cukup tinggi,
sehingga ketika kedelai diuji menggunakan metode bradford terjadi perubahan
warna sampel menjadi biru.
Beras merupakan bahan pangan utama masyarakat Indonesia dengan
kandungan karbohidrat cukup tinggi. Selain mengandung karbohidrat, beras juga
mengandung protein, lemak, vitamin, dan gizi lainnya yang dibutuhkan tubuh.
(Fitriyah dkk, 2020). Protein merupakan senyawa organik yang mengandung
asam amino dan begabung dengan ikatan peptide. Protein manjadi bahan utama
dalam pembentukan sel dan perbaikan sel, selain itu protein juga memiliki fungsi
penting untuk metabolisme tubuh (Fitriyah dkk, 2020). Kegiatan uji kandungan
protein pada beras ini dilakukan dengan mencampur sampel beras dengan larutan
buffer fosfat dan reagen bradford.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan menggunakan larutan
bradford, dapat diketahui bahwa uji protein pada beras menghasilkan warna ungu.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kandungan protein dalam beras cukup rendah
dikarenakan kandungan protein yang tinggi pada uji menggunakan bradford akan
menghasilkan warna biru. Hal ini sesuai dengan pernyataan Martak dkk (2019)
yang menjelaskan bahwa penambahan reagen bradford akan memberikan warna
biru pada sampel yang disebabkan komponen bahan yang dimiliki reagen
bradford yaitu Coomaste Brilliant Blue (CBB). Perubahan warna sampel beras
menjadi warna ungu juga disebabkan karena kandungan beras yang di dominasi
oleh karbohidrat. Fitriyah dkk (2020) menjelaskan bahwa kandungan nutrisi pada
tiap 100 gram beras yaitu karbohidrat sebesar 74,9-79,95 gram, protein sebesar 6-
14 gram, total lemak sebesar 0,5-1,08 gram, dan sisanya berupa berbagai jenis
vitamin. Karbohidrat pada beras sebagian besar adalah pati. Pada uji karbohidrat,
pati menghasilkan warna ungu pekat yang artinya pati memiliki kandungan
karbohidrat.
KESIMPULAN

Protein merupakan makromolekul polipeptida yang disusun oleh banyak


asam amino yang dihubungkan oleh rantai ikatan peptida. Protein memiliki
peranan penting dalam perlindungan terhadap infeksi dan kekuatan mekanik sel.
Uji protein yang dilakukan pada biji kedelai dan beras dengan menggunakan alat
sentrifugasi dan spektrofotometer bertujuan untuk mengukur kadar protein. Uji
protein menggunakan metode bradford dilakukan dengan mencampurkan sampel
kedelai dengan buffer fosfat dan reagen bradford dihasilkan perubahan warna
menjadi biru. Perubahan warna tersebut terjadi karena pada kedelai mengandung
protein yang cukup tinggi. Uji protein pada beras menghasilkan warna ungu yang
menunjukkan bahwa kandungan protein dalam beras cukup rendah dikarenakan
kandungan protein yang tinggi pada uji menggunakan bradford akan
menghasilkan warna biru. Perubahan warna sampel beras menjadi warna ungu
juga disebabkan karena kandungan beras yang di dominasi oleh karbohidrat.
DAFTAR PUSTAKA

Arianty, N, dan Masyhura MD. 2019. Strategi Pemasaran Susu Kedelai Dalam
Upaya Meningkatkan Pendapatan Keluarga. Proseding Seminar Nasional
Kewirausahaan. 1(1) :257-264.

Azhar M. (2016). Biomolekul sel. UNP Press Padang: Padang.

Azni, I. N. 2019. FORMULASI BAHAN MAKANAN CAMPURAN


BERBAHAN DASAR KEDELAI, BERAS MERAH, DAN PISANG
KEPOK UNTUK MAKANAN PENDAMPING-ASI. Jurnal Teknologi
Pangan dan Kesehatan. 1(1) :1-7.

Bakhtra, D. D. A., Rusdi, & Mardiah, A. (2018). Penetapan Kadar Protein Dalam
Telur Unggas Melalui Analisis Nitrogen Menggunakan Metode Kjeldahl.
Jurnal Farmasi Higea, 8(2), 143–150.

Fitriyah, D., M. Ubaidillah, dan F. Oktaviani. 2020. Analisis Kandungan Gizi


Beras dari Beberapa Galur Padi Transgenik Pac Nagdong/Ir36. ARTERI:
Jurnal Ilmu Kesehatan. 1(2): 154-160.

Grasse, E. K., M. H. Torcasio, and A. W. Smith. 2015. Teaching UV−Vis


Spectroscopy with a 3D-Printable Smartphone Spectrophotometer.
Journal of Chemical Education. 93 :146-151.

Krisnawati, A. 2017. Kedelai sebagai Sumber Pangan Fungsional. Iptek Tanaman


Pangan. 12(1): 57-65.

Lamichhane, P., A. L. Kelly, and J. J. Sheehan. 2018. Effect of milk


centrifugation and incorporation of high-heat-treated centrifugate on the
composition, texture, and ripening characteristics of Maasdam cheese.
Journal of Dairy Science. 101(7) :5724-5737.

Li, G., Q. Hu., Y. Shi., K. Cui., L. Nie., J. Huang, and S. Peng. 2018. Low
Nitrogen Application Enhances Starch-Metabolizing Enzyme Activity and
Improves Accumulation and Translocation of Non-structural
Carbohydrates in Rice Stems. Frontiers In Plant Science. 9(1128) :1-15.

Martak, F., H. S. Putro, S. Fatmawati, A. Fadlan, dan A. S. Purnomo. 2019.


Peningkatan Kemampuan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar di Kawasan
Keputih, Sukolio Surabaya Melalui Eksperimen Sains dengan Pembuatan
Yoghurt. Sewagati. 3(2): 23-29.
Lee, Y. Q., Collins, C. E., Gordon, A., Rae, K. M., & Pringle, K. G. (2018). The
relationship between maternal nutrition during pregnancy and offspring
kidney structure and function in humans: A systematic review. Nutrients,
10(2).

Pratama, A. N., & H. Busman. 2020. Potensi Antioksidan Kedelai (Glycine Max
L) Terhadap Penangkapan Radikal Bebas. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Husada. 9(1): 497-504.

Probosari, E. (2019). Pengaruh Protein Diet Terhadap Indeks Glikemik. Journal


of Nutrition and Health, 7(1), 33–39.

Rosaini, H., Rasyid, R., & Hagramida, V. (2017). Penetapan Kadar Protein Secara
Kjedahl Beberapa Makanan Olahan Kerang Remis (Corbiculla moltkiana
Prime.) dari Danau Singkarak. Jurnal Farmasi Higea, 7(2), 120–127.

Wadjdy, E. F., & S. Setiadi. 2021. Uji Kadar Protein Terlarut pada Vaksin
Aeromonas hydrophila Menggunakan Piercetm BCA Protein Assay
KIT. Buletin Teknik Litkayasa Akuakultur. 19(2): 129-132.

Zhang, C., Freddolino, P. L., & Zhang, Y. (2017). COFACTOR: Improved


protein function prediction by combining structure, sequence and protein-
protein interaction information. Nucleic Acids Research, 45(1), 291–299.
LAMPIRAN

Dokumentasi:

Anda mungkin juga menyukai