Anda di halaman 1dari 42

MIKROMERITIK

as
Mikromeritik : Ilmu dan teknologi partikel kecil.
Kisaran ukuran partikel dalam dispersi farmasi terdapat dalam Tabel dibawah ini.

Tabel 1. Dimensi Partikel dalam Sistem Dispersi Farmasetik

Ukuran Partikel
Mikrometer Millimeter Ukuran ayakan Contoh
(m) (mm) kira-kira
0,5 - 10 0,0005-0,010 - Suspensi, emulsi halus
10 -50 0,010 – 0,050 - Emulsi kasar, suspensi terflokulasi
50 - 100 0,050 – 0,100 325 - 140 Serbuk halus
150 - 1000 0,150 – 1,000 100 - 18 Serbuk kasar
1000 - 3360 1,000 – 3,360 18 - 6 Ukuran granul rata-rata
UKURAN PARTIKEL DAN DISTRIBUSI UKURAN

• Dalam suatu kumpulan partikel, terdapat lebih dari satu ukuran partikel yang
disebut polidispersi.

• Suatu bulatan partikel, ukuran garis tengahnya (diameter) dapat langsung


diketahui.

• Tetapi bila partikel tidak simetris, maka akan sulit mengukur diameternya.
Untuk mengukur partikel yang tidak simetris tersebut maka harus
menggunakan suatu garis tengah bulatan yang ekuivalen, yang
menghubungkan ukuran partikel dan garis tengah bulatan yang mempunyai
luas permukaan, volume dan garis tengah yang sama.
• Pada polidispersi, tidak hanya ukuran suatu partikel tertentu saja yang
perlu diketahui, tetapi juga berapa banyak partikel-partikel dengan
ukuran yang sama yang ada dalam sampel.

• Untuk memperkirakan kisaran ukuran yang ada dan banyaknya (berat)


fraksi dari tiap-tiap ukuran partikel maka digunakan distribusi ukuran
partikel.

• Dari sini bisa dihitung ukuran partikel rata-rata untuk sampel tersebut.
• ds = garis tengah permukaan, garis tengah suatu bulatan yang
mempunyai luas permukaan yang sama seperti partikel yang diperlukan.

• dv = garis tengah volume, garis tengah suatu bulatan yang mempunyai


volume yang sama seperti partikel yang diperlukan.

• dp = garis tengah yang diproyeksikan, garis tengah suatu bulatan yang


mempunyai suatu bulatan yang mempunyai luas pengamatan yang sama
seperti partikel bila dipandang tegak lurus ke bidangnya yang paling
stabil.

• dst = garis tengah stokes, garis tengah suatu bulatan yang mengalami
sedimentasi pada laju yang sama seperti partikel tidak simetris tersebut.
Pentingnya pemilihan diameter tergantung pada relevansinya terhadap suatu
sifat fisik yang nyata.

Misalnya :
• Kekompakan dan aliran dari suatu serbuk/granul tergantung pada
volumenya
 garis tengah volume rata-rata (dv)

• Proses penguraian dan adsorpsi adalah fungsi luas permukaan partikel


 garis tengah permukaan rata-rata (ds)

• Sedimentasi merupakan sifat yang penting dari suspensi


 garis tengah stokes (dst)
UKURAN PARTIKEL RATA-RATA

Menurut Edmundson : drata-rata =  ndpf 1/p


ndf
• n = banyaknya partikel dalam tiap jangkauan
• d = satu dari garis tengah equivalen yang disebutkan sebelumnya
• p = indeks yang dihubungkan pada ukuran dari masing-masing partikel

• d dipangkatkan dengan p, jika p = 1  suatu pernyataan panjang


p = 2  suatu pernyataan luas permukaan
p = 3  suatu pernyataan volume
• ndf = frekuensi atau jumlah suatu partikel dalam suatu kisaran ukuran
tertentu yang terdapat dalam polidispersi

• bila f = 0  jumlah total partikel


f = 1  panjang partikel
f = 2  luas permukaan partikel
f = 3  volume partikel
Tabel 2. Perhitungan Garis Tengah Statistik dari Data yang Diperoleh dengan
Menggunakan Metoda Mikroskopik
DISTRIBUSI UKURAN PARTIKEL

Bila jumlah atau berat partikel yang


terletak dalam suatu kisaran ukuran
tertentu diplot terhadap kisaran ukuran
rata-rata akan diperoleh Kurva Distribusi
Frekuensi.

Gambar 1. Plot Data dari Tabel 2


Distribusi ukuran partikel
Kurva distribusi frekuensi= jumlah/bobot partikel dg ukuran tertentu vs rentang/rataan ukuran partikel
Kurva Distribusi Normal (Simetris) Kurva Distribusi Asimetris

Mode = partikel dg frekuansi tertinggi  Cummulative distribusi


 Mode= partikel dengan slope tertinggi
Distribusi ukuran partikel…..

• Normal distribusi = 68% pada 1; 95,5% pada 2; 99,7% pada 3

 Log-normal distribusi = bila  lebar/asymmetric-bell-shaped curve/non-


Gausian curve dibuat plot pada kertas semi-log (probability paper)
sb-x = log diameter
sb-Y = persentase jumlah partikel dibawah/diatas ukuran tertentu
• Tabel 3. Konversi Distribusi Jumlah untuk Distribusi Berat
Tabel 4. Konversi Distribusi Jumlah untuk
Distribusi Berat

Gambar 2. Plot Distribusi Frekuensi


dari data dalam Tabel 4
Gambar 3. Plot frekuensi kumulatif dari data dalam Tabel 4

Metode lain  menyatakan data adalah dengan memplot persentase kumulatif diatas
atau dibawah suatu ukuran tertentu terhadap ukuran partikel.
Gambar 4

Gambar 5

Bila log ukuran partikel diplotkan terhadap dg = garis tengah rata-rata


frekuensi  kumulatif pada suatu skala geometrik 50%
g = simpangan baku geometrik
probabilitas  hubungan linier.
DISTRIBUSI JUMLAH DAN BERAT

Data distribusi jumlah dalam Tabel 4 didapat


dengan metode mikroskopik. Data distribusi
berat dapat menggunakan metode sedimentasi
atau pengayakan, tetapi akan lebih mudah bila
sejumlah data yang telah diperoleh diubah dari
distribusi jumlah menjadi distribusi berat atau
sebaliknya.
Contoh 1. Data dari distribusi jumlah dalam Tabel 4 dan Gambar 5 ternyata dg = 7,1 m dan g = 1,43.
Dengan menggunakan persamaan Hatch-Choate yang sesuai, hitung dln (rata-rata jumlah panjang) dan dg
Log dln = log dg + 1,151 log2 g
= 0,8513 + 1,151 (0,1553)2
= 0,8513 + 0,0278
= 0,8791
Dln = 7,57 m
Untuk menghitung dg, kita harus mensubstitusikannya ke dalam persamaan Hatch-Choate berikut :
Log dln = log dg – 5,757 log2 g
0,8791 = log dg – 5,757 (0,1553)2
Atau
Log dg = 0,8791 + 0,1388
= 1,0179
dg = 10,4 m
PR  Cari dsn, dvn, dvs,dwn dan dg
dari masing-masing garis tengah tersebut
JUMLAH PARTIKEL (N)

N= 6
dvn3
Contoh 2.
Garis tengah jumlah volume rata-rata dari serbuk adalah 2,41 m
atau 2,41 x 10-4 cm. Jika kerapatan dari serbuk itu adalah 3,0
g/cm3, berapakah jumlah partikel pergram?

N= 6 = 4,55.1010 partikel/gram
3,14 x (2,41 x 10-4 )3 x 3,0
Kisaran ukuran kira-kira dari metode-metode yang digunakan untuk
analisis ukuran partikel dan luas permukaan spesifik.
METODA UNTUK MENENTUKAN UKURAN PARTIKEL

1. MIKROSKOPIK OPTIK  0,2 m – 100 m


Sampel suspensi atau emulsi dilihat dibawah mikroskop yang ada mikrometernya.
Pemandangan di bawah mikroskop diproyeksikan ke sebuah layar sehingga partikel mudah
diukur dan dilakukan pemotretan.

• Kerugian :
- Garis tengah yang diperoleh hanya dari 2 dimensi dari partikel yaitu panjang dan
lebar. Tebal tidak terlihat.
- Jumlah partikel yang harus dihitung sekitar 300 - 500 agar mendapatkan suatu
perkiraan yang baik dari distribusi (makan waktu dan jelimet).

• Keuntungan :
- Bisa mendeteksi jika ada gumpalan dan partikel-partikel yang lebih dari 1 komponen.
M
I
K
R
O
S
K
O
P

24
2. PENGAYAKAN
• Menggunakan suatu seri ayakan standard yang dikalibrasi oleh The National Bureau of Standards.
Biasanya untuk partikel-partikel kasar tapi bisa juga untuk partikel sampai yang sehalus 44 m,
dengan ayakan no 325 tapi harus hati-hati mengerjakannya.

• Fotoeksa dan pembentukan listrik  90 m – 5 m

• Metode USP  menguji kehalusan serbuk


Cara : massa sampel dalam ayakan digoyang secara mekanik selama waktu tertentu, bahan yang
dapat melewati suatu ayakan ditahan oleh ayakan berikutnya yang lebih halus, dikumpulkan lalu
ditimbang.

• Cara lain : ayakan disusun berturut-turut mulai dari yang kasar diatas sampai yang terhalus
dibawah. Serbuk diletakkan diayakan paling atas lalu ayakan digoyang selama waktu tertentu.
Serbuk yang tertinggal diatas tiap saringan ditimbang.
Kerugian :
- kesalahan pengayakan bisa terjadi dari beban ayakan, lama penggoyangan dan
intensitas penggoyangan.
- pengayakan dapat menyebabkan bahan-bahan granul rusak.
3. SEDIMENTASI (PENGENDAPAN)
Ultrasentrifugasi
Hukum Stokes
V = h = dst2 (s-0)g ........................(1)
t 180
Atau

dst =  180h ........................(2)


(s - 0)gt

V = laju pengendapan
h = jarak jatuh
t = waktu
dst = garis tengah rata-rata dari partikel berdasarkan kecepatan sedimentasi
s = kerapatan partikel
0 = kerapatan medium dispersi
g = gravitasi
0 = viskositas
Syarat Hukum Stokes :
• Persamaan diatas hanya berlaku untuk laju yang konstan, walaupun
bentuk partikel tidak beraturan.
• Aliran dari medium dispersi sekitar partikel ketika partikel mengendap
adalah laminar atau streamline.
• Laju sedimentasi tidak boleh terlalu cepat sehingga terjadi turbulensi.
Apakah suatu aliran turbulensi atau laminar dinyatakan dengan angka
Reynold (Re)

Re = Vd0 ..................................................(3)

Jika Re lebih dari 0,2 Hukum Stokes tidak dapat digunakan.
Dari persamaan (1) dan (3) maka :

V = Re  d2(s - 0)g
d0 18


d3 = 18 Re 2
(s - 0)0 g
Beberapa metode berdasarkan sedimentasi :
• Metode pipet (analisis mudah, teliti, alat ekonomis)
• Metode timbangan
• Metode hidrometer

Alat Andreasen untuk menentukan ukuran partikel dengan


metode sedimentasi gravitasi
• Alat Andreasen terdiri dari :
• Bejana silinder 550 ml
• Pipet 10 ml
• Cara : Suspensi 1 atau 2% dimasukkan ke bejana silinder
sampai mencapai tanda 550 ml. Tutup lalu kocok pada
temperatur konstan. Sampel diambil 10 ml pada berbagai
interval waktu. Sampel diuapkan, ditimbang lalu dianalisis.
PENGUKURAN VOLUME PARTIKEL
Alat : Coulter Counter
• Prinsip : Jika suatu partikel disuspensikan dalam suatu cairan yang
mengkonduksi melalui suatu lubang kecil yang pada kedua sisinya
ada elektroda akan terjadi suatu perubahan tahanan listrik.
• Mekanisme kerja : Suspensi encer dipompa melalui lubang kecil.
Elektroda-elektroda dilewati tegangan listrik yang konstan
sehingga menghasilkan suatu aliran. Ketika partikel melewati
lubang, partikel akan menggantikan vol elektrolit dan tahanan
antara kedua elektroda akan naik sehingga pulsa tegangan
diperbesar. Semua partikel-partikel yang menghasilkan pulsa
dicatat secara elektronik yang akhirnya dapat menghasilkan
Distribusi Ukuran Partikel.
• Alat ini dapat menghitung partikel pada laju kira-kira 4000/det.
Keuntungan :
• Waktunya singkat
• Data dapat dengan segera diubah dari suatu distribusi volume ke
distribusi berat.
BENTUK PARTIKEL DAN LUAS PERMUKAAN
• Makin tidak simetris suatu partikel maka luas permukaan persatuan
volumenya akan makin besar.
• Bola mempunyai luas permukaan minimum pervolumenya.

• Bola (bentuk bulat)  Luas permukaan =  d2


d = garis tengah partikel
V =  d3
6
• Bentuk tidak bulat  Luas permukaan = s dp2 =  ds2
V = s dp3 =  dv3
6
Jadi untuk sebuah bola
s =  ds2 = 3,142
dp2
v =  dv3 = 0,524
6 dv3
Jika partikel bulat  s = 6
v
Makin asimetris suatu partikel  makin jauh harga perbandingan ini mencapai
harga minimal 6.
LUAS PERMUKAAN SPESIFIK
• Luas permukaan spesifik adalah luas permukaan persatuan volume (Sv)
atau persatuan berat (Sw)
• Ukuran partikel asimetris :
Sv = Luas permukaan = n sd2 = s
Volume partikel n vd3 v d
Sw = Sv

n = jumlah partikel
 = kerapatan partikel
Kalau Sv dan Sw disubstitusikan maka

Sw = s dvs = garis tengah volume permukaan


 dvs v

Kalau partikel bulat 

Sw = 6
 dvs
METODE UNTUK MENENTUKAN LUAS
PERMUKAAN
1. METODE ADSORPSI
• Prinsip : Jumlah dari suatu zat terlarut, gas atau cairan
yang diadsorpsikan diatas sampel serbuk dan
membentuk suatu lapisan tunggal (monolayer) adalah
suatu fungsi langsung dari luas permukaan sampel.
Partikel-patikel dengan luas permukaan spesifik besar,
merupakan adsorben yang baik untuk adsorpsi zat
terlarut dan gas dari larutan. Dalam menentukan
permukaan adsorben, volume dari gas yang teradsorpsi
dalam cm3 pergram adsorben bisa diplot terhadap
tekanan gas tersebut pada temperatur konstan.
• Alat yang digunakan : Quantasorb
• Contoh : Zink oksid  diameter volume permukaan rata-
rata = 0,3 m
2. METODE PERMEABILITAS UDARA
• Prinsip : Tahanan terhadap aliran dari suatu cairan,
melalui suatu sumbat dari serbuk kompak adalah
luas dari serbuk tersebut. Makin besar luas
permukaan pergram serbuk Sw maka makin besar
pula tahanan untuk mengalir.
• Alat yang digunakan : Fisher Subsieve Sizer
• Contoh : Befenium hidroksinaftoat  anthelmintik
(suspensi), harus mempunyai luas permukaan tidak
kurang dari 7000 cm2/g, jika kurang  aktivitas
obat turun
UKURAN PORI
• Bahan-bahan yang mempunyai luas spesifik tinggi bisa
mempunyai retakan-retakan dan pori-pori yang
mengadsorpsi gas dan uap (air) ke dalam sela-selanya.
Dengan kata lain memperbesar ukuran pori akan
meningkatkan jumlah tempat untuk serapan air, yang
akhirnya akan meningkatkan kelarutan bahan obat.
Kombinasi model pori dari pori bentuk silindris dan
bentuk celah panjang memberikan data kuantitatif
yang terbaik.

• Serbuk obat yang tidak larut  larut


• Tablet  meningkatkan disolusi tablet
• Untuk mengukur garis tengah pori rata-rata tablet
digunakan alat permeabilitas udara.
SIFAT-SIFAT TURUNAN SERBUK
• Sifat-sifat dasar : ukuran dan luas permukaan

• Sifat2 turunan : Porositas , Susunan pengepakan, Kerapatan partikel

Porositas
• Porositas (rongga) =  = perbandingan volume rongga terhadap volume
bulk dari pengepakan, dinyatakan dalam %
= V
Vb  = Vb – Vp
• Kalau serbuk tidak berpori  Vb = Vp + V Vb
V = Vb – Vp  = 1 – Vp
Vb
V = Volume rongga
Vb = Volume bulk
Vp = Volume partikel sebenarnya
Contoh soal : Dik : Kalsium oksida   = 3,203 g/cm3
Berat = 131,3 g
Vb = 82,0 cm3
Dit :  ?
Jwb : Volume partikel = berat = 131,3 g = 41,0
cm3
Kerapatan 3,203 g/cm3
V = Vb – Vp
= 82,0 cm3 – 41,0 cm3
= 41,0 cm3

 = Vb – Vp
Vb
= 82,0 cm3 – 41,0 cm3
82,0 cm3
= 0,5 x 100% = 50%
Susunan Pengepakan

Teori : partikel  bulat


• Paling dekat   = 26%
• Paling jauh   = 48%

Kenyataan : bentuk partikel tidak bulat dan ukuran


partikel berbeda.
Praktek : porositas   30 – 50%
• Ukuran partikel sangat berbeda    26% (teori)
• Serbuk mengandung flokulat/agregat    48%
(teori)
• Cat : setiap derajat porositas adalah mungkin.
Kerapatan Partikel = 
• Partikel  keras, lembut, kasar, berpori, dll.
• Secara umum  = berat
vol
• sulit jika partikel memp. retakan2, pori2 dlm, ruang2 kapiler
• Ada 3 tipe kerapatan : a. Kerapatan sebenarnya
b. Kerapatan granul
c. Kerapatan bulk.
a. Kerapatan sebenarnya =  = kerapatan dari bahan padat yang nyata
• Padatan tidak berpori  kerapatan sebenarnya = kerapatan granul
Cara : perpindahan gas (He) atau cairan (Hg, benzen, Air), dimana padatan tidak larut
dalam gas atau cairan tersebut.
• Padatan berpori  kerapatan sebenarnya dapat diket dari perpindahan tempat Helium sampai
penetrasi ke pori ( tidak diadsorpsi), kalau digunakan cairan maka harus penetrasi sampai ke pori.
Alat : Densitometer Helium (Franklin)
Cara : diukur vol Helium pada alat yang kosong. Serbuk dimasukkan ke tabung dgn brt ttt. Gas yang
diadsorpsi dihilangkan dr serbuk (semua pori2 hrs dikosongkan) lalu Helium dimasukkan lagi. Tahanan
dibaca pada nanometer Hg.
• Vol yg ditempati serbuk (Vp) = Vol He pd alat kosong – Vol He yg ada sampel

• Dengan mengetahui berat sampel   dapat dihitung


V = berat   = berat
 V
Alat : Piknometer  utk zat pdt yg tdk larut dlm cairan lbh brt dr cairan tsb.
b. Kerapatan Granul = g  met. pemindahan cairan (air
raksa)
• Vol granul = Vol partikel + Vol dlm partikel (tdk ikut pori).
Jika berat serbuk diket maka akan didpt g. Porositas
dalam partikel bisa diket dari  dan g.

• dalam partikel = 1 – Vp dalam partikel = 1 - g


Vg 

Contoh soal : Kerapatan granul dari Natrium bicarbonat


1,450 dan kerapatan sebenarnya 2,033. Hitung porositas
antarpartikel !
dalam partikel =1 – 1,450 = 0,286 = 28,6%
2,033
c. Kerapatan Bulk = b = massa serbuk
Vol bulk
Met 3 kali ketukan, tinggi 1 inchi, jarak 2 detik  kerapatan
sebenarnya tdk tercapai, kalau
mau tercapai diketuk 500 kali. Dilab 3 kali ketukan, hasilnya
konsisten.
Kerapatan bulk bergantung pada :
- distribusi ukuran partikel
- bentuk partikel
- kecenderungan partikel untuk melekat satu sama lain
Ruang antara atau porositas celah dari serbuk granul berpori
ruang antara = 1- Vg = 1 - b
Vb g
Porositas total  serbuk berpori
total = 1 – Vp = 1 – b
Vb 
• Soal : Berat sebuah tablet natrium iodida adalah 0,3439
g dan volume bulk yg diukur dengan menggunakan
kapiler adalah 0,0963 cm3. Kerapatan sebenarnya dari
NaI adalah 3,667 g/cm3. Berapakah kerapatan bulk dan
porositas total dari tablet tersebut.

• Volume spesifik sebenarnya = Volume bahan padat


Massa serbuk
• Volume granul spesifik = Volume zat padat + Volume
pori

• Volume bulk spesifik = Volume zat padat + Volume pori


+ Volume ruang antar partikel
Soal : Berikut ini adalah data untuk 1 g sampel
serbuk granul ; volume zat padat itu sendiri = 0,3
cm3/g ; volume pori dalam partikel = 0,1 cm3/g ;
volume ruang antar partikel = 1,6 cm3/g.
(a). Berapakah volume spesifik sebenarnya,V,
volume spesifik granul, Vg, dan volume
spesifik bulk, Vb?
(b). Hitung porositas total ; porositas antar ruang
dan porositas dalam partikel!

Anda mungkin juga menyukai