Anda di halaman 1dari 26

18

BAB III
DASAR TEORI

3.1 Pemboran
Dalam suatu operasi peledakan batuan, kegiatan pemboran merupakan
pekerjaan yang pertama kali dilakukan untuk membuat sejumlah lubang
ledak dengan geometri dan pola yang sudah tertentu. Lubang tersebut
selanjutnya diisi bahan peledak untuk kemudian diledakkan.

3.1.1 Geometri Pemboran


Geometri pemboran meliputi diameter lubang bor, kedalaman lubang
tembak, kemiringan lubang tembak, tinggi jenjang dan juga pola pemboran.
a. Diameter Lubang Tembak
Diameter lubang tembak yang terlalu kecil menyebabkan faktor
energi yang dihasilkan akan berkurang sehingga tidak cukup besar untuk
membongkar batuan yang akan diledakkan, sedang jika diameter lubang
tembak terlalu besar maka lubang tembak tidak cukup untuk menghasilak
fragmentasi yang baik, terutama pada batuan yang banyak terdapat kekar
dengan jarak kerapatan yang tinggi.
Diameter lubang tembak yang kecil juga memberikan patahan atau
hancuran yang lebih baik pada bagian atap jenjang. hal ini berhubungan
dengan stemming, dimana lubang tembak yang besar maka panjang
stemming juga aka semakin besar dikarenakan untuk menghindari getaran
dan batuan terbang, sedangkan jika menggunakan lubang tembak yang kecil
maka panjang stemming dapat dikurangi. Ukuran diameter lubang ledak
yang akan dipilih akan tergantung pada :
1. Volume massa batuan yang akan dibongkar (volume produksi)
2. Tinggi jenjang dan konfigurasi isian
3. Tinggi fragmentasi yang diinginkan
19

b. Kedalaman Lubang Tembak


Kedalaman lubang tembak biasanya disesuaikan dengan tinggi
jenjang yang diterapkan dan untuk mendapatkan lantai jenjang yang rata
maka hendaknya kedalaman lubang tembak harus lebih besar dari tinggi
jenjang, yang mana kelebihan daripada kedalaman ini disebut dengan sub
drilling.

c. Kemiringan Lubang Tembak (Arah Pemboran)


Arah pemboran yang kita ketahui ada dua, yaitu arah pemboran
tegak dan arah pemboran miring. arah penjajaran lubang bor pada jenjang
harus sejajar untuk menjamin keseragaman burden yang ingin didapatkan
dan spasi dalam geometri peledakan. lubang tembak yang dibuat tegak,
maka pada bagian lantai jenjang aan menerima gelombang tekan yang besar,
sehingga menimbulkan tonjolan pada lantai jenjang, hal ini dikarenakan
gelombang tekan seagian akan dipantulkan pada bidang bebas dan sebagian
lagi akan diteruskan pada bagian bawah lantai jenjang.

Gambar 3.1 Sketsa Pola Pengeboran Pada Tambang Terbuka ( Samhudi, 2001 )
20

Sedangkan dalam pemakaian lubang tembak miring akan


membentuk bidang bebas yang lebih luas, sehingga akan mempermudah
proses pecahnya batuan karena gelombang tekan yang dipantulkan lebih
besar dan gelombang tekan yang diteruskan pada lantai jenjang yang lebih
kecil.

Sumber : Diktat Kursus Juru Ledak 2

Gambar 3.2 Pengaruh Arah Lubang Tembak

d. Pola Pemboran
Pola pengeboran adalah bentuk tatanan letak lubang bor dalam
ukuran jarak tertentu, pada permukaan front kerja yang akan diledakkan,
bentuk pola pengeboran dipengaruhi oleh struktur lapisan batuan, dan tinggi
jenjang yang direncanakan. Ada empat pola pemboran yang dibuat secara
teratur, yaitu :
1. Pola pemboran bujur sangkar (square drill pattern), yaitu jarak
burden dan spasi sama.
2. Pola pemboran persegi panjang (rectangular drill pattern), yaitu
jarak spasi dalam satu baris lebih besar dibanding burden.
3. Pola pemboran zigzag (staggered squere drill pattern), yaitu antara
lubang bor dibuat zigzag yang berasal dari pola bujur sangkar.
21

4. Pola pengeboran segi tiga sama kaki ( stagggered rectangular drill


pattern), yaitu antara lubang bor di buat zigzag yang berasal dari
pola persegi panjang.

3m 3m

3m 2,5 m

1. Pola Bujursangkar 2. Pola Persegi panjang

3m 3m

3m 2,5 m

3. Pola zigzag 4. Pola zigzag


persegipanjang
Sumber : Suwandi, 2009; 6
Gambar 3.3 Sketsa Pola Pemboran

Table 3.1 Keuntungan dan Kerugian Lubang Ledak Tegak

Keuntungan Kerugian

Pemboran dapat dilakukan Kemungkinan timbulnya pecah


lebih akurat belakang (back break) lebih besar

Jarak atau rute yang Jenjang diperoleh kurang stabil


ditempuh lebih dekat

Dapat melakukan pemboran Kemungkinan timbulnya tonjolan


lebih dekat dengan dinding pada lantai jenjang lebih besar
jenjang

Sumber : Diktat Teknik Peledakan Jurusan Teknik Pertambangan UPN “ Veteran “ Yogyakarta
22

Table 3.2 Keuntungan dan Kerugian Lubang Ledak Miring

Keuntungan Kerugian

Fragmentasi dari tumpukan Panjang lubang ledak dan waktu


hasil peledakan yang yang dibutuhkan menjadi lebih
dihasilkan lebih baik panjang

Dinding jenjang yang Pada pemboran lubang ledak


dihasilkan relatif rata dalam sudut yang dibentuk akan
semakin besar

Powder factor yang Mengalami kesulitan pada


digunakan lebih efesien penempatan alat bor

Mengurangi tejadinya pecah Dibutuhkan pengawasan yang


berlebihan dan menjadikan lebih ketat
lantai jenjang lebih rata

Memperkecil bahaya Mengalami kesulitan dalam


longsor pada jenjang pengisian bahan peledak

Sumber : Diktat Teknik Peledakan Jurusan Teknik Pertambangan UPN “ Veteran “ Yogyakarta

3.2 Rancangan Peledakan


Suatu kegiatan peledakan dapat dikatakan berhasil dengan baik jika
menghasilkan fragmentasi batuan yang seragam dan sesuai dengan yang
diharapkan serta terhindar dari flaying rock dan vibration dan airblast serta
menggunakan biaya yang relatif rendah. Kondisi-kondisi tertentu pada operasi
akan mempengaruhi secara detail daripada desain peledakan. Dalam merancang
suatu peledakan mencakup beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya :
23

3.2.1 Pola Peledakan


Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang-lubang
bor dalam satu baris dengan lubang bor pada baris berikutnya ataupun antar
lubang bor yang satu dengan lubang bor yang lainnya. Pola peledakan ini
ditentukan berdasarkan urutan waktu peledakan serta arah runtuhan batuan,
pola peledakan diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Box cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kedepan dan
membentuk kotak.
b. Corner cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke salah
satusudut dari bidang bebasnya.
c. V cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kedepan dan
membentuk huruf V.

Gambar 3.4 Pola Peledakan Box Cut

Gambar 3.5 Pola Peledakan Echelon


24

Berdasarkan urutan waktu peledakan, pola peledakan diklasifikasikan


sebagai berikut :
a. Pola peledakan serentak, yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan secara
serentak untuk semua lubang ledak.
b. Pola peledakan berurutan, yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan dengan
waktu tunda antara baris yang satu dengan baris yang lainnya

Gambar 3.6 Peledakan Tunda Antar Baris

Gambar 3.7 Peledakan Tunda Antar Beberapa Lubang

Gambar 3.8 Peledakan Tunda Antar Lubang


25

3.2.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Dalam Merancang Peledakan


Peledakan (blasting) merupakan proses lanjutan dari pemboran dan
mendahului proses pemuatan (loading), pengangkutan (hauling) dan pengolahan
(unit operation). Pelaksanaan kegiatan peledakan membutuhkan suatu rancangan
peledakan yang meliputi konsep-konsep dasar rancangan peledakan yang ideal
dan dimodifikasi sesuai dengan kondisi geologi setempat agar batuan hasil
peledakan tidak mengganggu proses-proses selanjutnya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kegiatan peledakan dapat dikelompokkan dalam dua kategori
yaitu peubah yang dapat dikendalikan (controllable variable) dan tidak dapat
dikendalikan (uncontrollable variable). Oleh karena itu seorang blaster harus
melakukan perencanaan peledakan dengan menggunakan pertimbangan yang
terbaik dalam menyesuaikan tujuan peledakan, rancangan peledakan dan kondisi
batuan yang diledakkan dalam rangka untuk memperoleh hasil peledakan yang
diinginkan.

3.2.2.1 Faktor- Faktor Yang Tidak Dapat Dikendalikan


Adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh kemampuan
manusia, hal ini disebabkan karena prosesnya terjadi secara alamiah. Yang
termasuk faktor-faktor ini adalah :
a. Geologi
Batuan yang menyusun kerak bumi dikelompokkan menjadi tiga
kelompok besar yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf.
Proses terbentuknya suatu jenis batuan berbeda dengan jenis batuan lain.
Tiap-tiap tipe batuan tersusun dari mineral-mineral dalam berbagai
komposisi, ukuran, tekstur, dan struktur yang berlainan. Batuan yang
tersingkap dipermukaan bumi akan mengalami proses pelapukan dan proses
pelapukan untuk tiap-tiap batuan juga berbeda. Hal ini sangat berpengaruh
pada sifat fisik dan mekanik dari batuan. Batuan yang masih segar umumnya
mempunyai kekuatan yang lebih besar, dan akan berkurang sejalan dengan
proses pelapukan yang dialami.
26

b. Pengaruh Muka Air Tanah


Kandungan air dalam jumlah yang cukup banyak dapat mempengaruhi
stabilitas kimia bahan peledak yang sudah diisikan kedalam lubang ledak.
Kerusakan sebagian isian bahan peledak dapat mengurangi kecepatan reaksi
bahan peledak sehingga akan mengurangi energi peledakan, atau bahkan isian
akan gagal meledak (misfire). Misalnya ANFO yang dapat larut dalam air,
tidak dapat digunakan untuk zona peledakan yang banyak airnya. Untuk
mengatasi pengaruh air, dapat menggunakan pompa untuk mengeluarkan air
tersebut dari lubang ledak kemudian membungkus bahan peledak
menggunakan plastik. Penutupan pada lubang ledak pada saat hujan juga
merupakan salah satu cara mengurangi pengaruh air. Alternatif lain dalam
mengatasi adanya pengaruh air dalam lubang ledak adalah dengan
menggunakan bahan peledak yang mempunyai ketahanan terhadap air (water
resistance) yang sangat baik, contohnya emulsi, watergel atau slurries.

c. Sifat Kekuatan Batuan


Sifat batuan yang penting untuk dipertimbangkan dalam rangka
perbaikan fragmentasi hasil peledakan antara lain :
- Sifat fisik : bobot isi
Pada umumnya bobot isi batuan digunakan sebagai petunjuk kemudahan
batuan untuk dipecahkan dan dipindahkan. Untuk volume batuan yang
sama, batuan yang berat memerlukan energi yang lebih besar untuk
membongkarnya
- Sifat mekanik : cepat rambat gelombang, kuat tekan dan kuat tarik.
Kecepatan rambat gelombang tiap batuan berbeda. Batuan yang masif
mempunyai kecepatan perambatan gelombang yang tinggi, berkaitan
dengan hal tersebut, penggunaan bahan peledak yang mempunyai
kecepatan detonasi yang tinggi dapat memberikan hasil fragmentasi yang
baik. Kuat tekan dan kuat tarik juga dapat digunakan sebagai petunjuk
kemudahan batuan untuk dipecahkan. Batuan pada dasarnya lebih kuat
27

atau tahan terhadap tekanan dari pada tarikan, hal ini dicirikan oleh kuat
tekan batuan lebih besar dibandingkan dengan kuat tariknya.

3.2.2.2 Faktor- Faktor Yang Dapat Dikendalikan

- Geometri Peledakan

- Pola Peledakan

- Waktu Tunda

3.2.3 PeralatanPeledakan
Peralatan peledakan yang digunakan terdiri dari :
- Shoot gun, yang digunakan untuk meledakkan lead in line Detonator.
- Cangkul, yang digunakan untuk menempatkan drill cutting ke lubang
tembak.
- MMU (Mobil Manufacturing Unit), digunakan untuk mengangkut
produk curah sebelum dilakukan loading ke lubang tembak.
- Patok, barikade, papan peringatan dan pita (bendera), untuk membuat
barikade bahwa lokasi tersebut akan dilakukan peledakan.
- Mobil box, yang digunakan untuk membawa aksesoris bahan peledak
dari gudang bahan peledak ke lokasi peledakan.

3.2.4 Perlengkapan Peledakan


Perlengkapan yang digunakan terdiri :
- Bahan peledak utama yaitu ANFO ( Ammonium Nitrate dan fuel oil )
- Bahan penguat peledakan adalah booster 400 gram.
- Inhole delay dengan waktu tunda 500 ms dan 600 ms.
- Surface delay, dengan waktu tunda 17ms, 25ms, 42ms, 67ms, 109ms.
- Plastic liner, digunakan untuk melindungi bahan peledak dari air jika
lubang tembak terisi air.
28

3.3 Energi Pada Peledakan


Ada dua ( 2 ) jenis energi yang dilepaskan pada saat terjadi ledakan, yaitu
work energy dan waste energy. Work energy merupakan energi peledakan yang
menyebabkan terpecahnya batuan. Energi ini terbagi dua, yaitu shock energy
dan gas energy. Pada saat peledakan terjadi, tidak semua energi yang dihasilkan
akan digunakan untuk menghasilkan fragmentasi batuan. Energi yang sisa yang
dihasilkan ini disebut waste energy. Waste energy terdiri dari light, heat, sound
dan seismic energy.

3.3.1 Work Energy


Pada peledakan suatu media padat akan timbul tekanan detonasi
(detonation pressure ) dan tekanan peledakan ( eksplosion pressure ) yang
merupakan efek dari shock energy hasil dari perubahan kimia bahan peledak.
Untuk bahan peledak dari jenis high exsplosive, pertama kali akan terjadi
tekanan detonasi yang kemudian diikuti tekanan peledakan, sedangkan untuk
bahan peledak low exsplosive hanya terjadi tekanan peledakan. Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan kecepatan penjalaran reaksi kimia dalam kolom
bahan peledak. Bahan peledak high exsplosive mempunyai kecepatan penjalaran
reaksi yang lebih besar dari kecepatan penjalaran suara dalam bahan peledak,
yang dikenal sebagai kecepatan detonasi. Kecepatan detonasi ini menyebabkan
timbulnya gelombang kejut ( shock wave ) atau gelombang detonasi ( detonation
wave ) yang terletak di depan daerah reaksi utama ( primary reaction zone )
dalam kolom bahan peledak. Gelombang kejut ini menyebabkan timbulnya
tekanan detonasi . Tekanan detonasi ini dinyatakan sebagai fungsi dari bobot isi
bahan peledak kali kuadrat dari kecepatan detonasi bahan peledak. ( Calvin J.
Konya ).
Pd = 2,5 x p x VOD2

Dimana : Pd = Tekanan detonasi ( Mpa )


p = Bobot isi bahan peledak ( Kg/m3 )
VOD = Kecepatan detonasi ( m/detik )
29

3.3.2 Waste Energy


Bahan peledak melepaskan energi dan menghasilkan rock fracturing,
plastic deformation, dan elastic deformation pada batuan. Energi peledakan yang
menyebabkan terjadinya elestic deformation dapat menghasilkan stress waves
(body wave ) yang merambat melalui massa batuan.

Sumber : Charles H. Dowding, Blast Vibration Monitoring and Control

Gambar 3.9 Distribusi Energi Bahan Peledak

Energi peledakan membutuhkan sejumlah energi yang cukup sehingga


melebihi atau melampaui kekuatan batuan atau melampaui batas elastis batuan
untuk memecahkan suatu batuan. Proses pemecahan batuan ini akan
berlangsung terus hingga energi yang dihasilkan oleh bahan peledak makin lama
makin berkurang dan menjadi lebih kecil dari kekuatan batuan, sehingga proses
pemecahan batuan berhenti. Energi yang tersisa (seismic energy) akan menjalar
melalui batuan, mengakibatkan deformasi dalam batuan tetapi tidak
memecahkan batuan, karena masih di dalam batas elastisnya. Hal ini akan
menghasilkan gelombang seismik. Gelombang ini pada batas tinggi tertentu
dapat menyebabkan kerusakan pada struktur bangunan dan juga dapat sangat
mengganggu manusia. Gelombang seismik ini dirasakan oleh manusia sebagai
getaran.
30

3.4 Mekanisme Pecahnya Batuan


Proses pemecahan batuan dibagi berdasarkan tiga tahap, yaitu :
1. Proses Pemecahan Tahap Pertama
Pada saat bahan peledak meledak, tekanan tinggi yang dihasilkan bahan
peledak akan menghancurkan batuan didaerah sekitar lubang tembak.
Gelombang kejut (shock wave) yang merambat meninggalkan lubang
tembak (tekanan positif) akan mengakibatkan tekanan tangensial
(tangensial stress) yang menimbulkan rekahan radial (radial crack) yang
menjalar dari daerah lubang tembak.
2. Proses Pemecahan Tahap Kedua
Gelombang kejut yang mencapai bidang bebas akan dipantulkan.
Bersamaan dengan itu tekanannya akan turun dengan cepat dan akan
berubah menjadi negatif serta menimbulkan gelombang tarik (tension
wave) yang merambat kembali di dalam batuan. Oleh karena itu kuat
tarik batuan lebih kecil daripada kuat tekan, maka akan terbentuk
rekahan-rekahan (primary failure cracks) karena tegangan tarik (tension
stress) yang cukup kuat sehingga menyebabkan terjadinya slabbing atau
spalling pada bidang bebas. Efek gelombang kejut (shock wave) pada
tahap pertama dan kedua adalah membuat sejumlah rekahan-rekahan
kecil pada batuan. Kurang dari 15% dari energi total bahan peledak yang
dihasilkan oleh energi gelombang kejut. Jadi gelombang kejut tidak
secara langsung memecahkan batuan, tetapi mempersiapkan kondisi
batuan untuk proses pemecahan tahap akhir.
3. Proses Pemecahan Tahap Ketia
Dibawah Pengaruh tekanan yang sangat tinggi dari gas-gas hasil
peledakan, rekahan radial utama (tahap kedua) akan diperlebar secara
cepat oleh efek dari kombinasi tegangan tarik yang disebabkan kompresi
radial (radial compression) dan pembajian (pneumatic wedging). Jika
massa batuan di depan lubang tembak gagal mempertahankan posisinya
dan bergerak kedepan maka tegangan tekan (compression stress) tinggi
yang berada dalam batuan akan dilepaskan (unloaded), sebagai
31

akibatnya akan timbul tegangan tarik yang besar didalam massa batuan.
Tegangan tarik inilah yang melengkapi proses pemecahan batuan yang
telah pada tahap kedua.

Sumber : Buku Teknik Peledakan

Gambar 3.10 Proses Pecahnya Batuan Akibat Peledakan

3.5 Getaran Peledakan


3.5.1 Teori Dasar Gelombang Seismik
Gelombang adalah merupakan gejala terjadinya penjalaran suatu bentuk
gangguan melalui suatu medium dengan mekanisme perambatan getaran yang
32

mempunyai kecepatan tertentu. Setelah gangguan ini lewat medium akan


kembali ke keadaan semula, seperti sebelum gangguan itu datang. Gelombang
seismik merupakan salah satu gelombang yang menggambarkan penjalaran
energi melalui bumi yang padat. Salah satu penghasil gelombang seismik selain
gempa bumi adalah getaran tanah akibat kegiatan peledakan. Gelombang
seismik dibagi menjadi dua, yaitu gelombang badan, gelombang permukaan.
(Palungan , Z., dkk., 2012 ).

3.5.2 Macam – Macam Gelombang


Gelombang dibagi menjadi dua yaitu gelombang badan yang merambat
melalui medium dan menembus ke bagian dalam medium. Gelombang badan
merambat melalui massa batuan, gelombang badan dibagi menjadi dua, yaitu
gelombang tekan (P), gelombang geser (S). Gelombang tekan adalah jenis
gelombang tekan-tarik, yang akan menghasilkan pemadatan ( kompresi ) dan
pemuaian pada arah yang sama dengan arah perambatan gelombang .
Gelombang geser adalah gelombang melintang ( transversal ) yang bergerak
tegak lurus pada arah perambatan gelombang.
Gelombang permukaan adalah gelombang yang merambat diatas
permukaan batuan tetapi tidak menembus batuan. Kedalaman batuan yang
dipengaruhi oleh gerak gelombang ini kira-kira satu panjang gelombang. Ada
dua macam gelombang permukaan , yaitu gelombang love dan gelombang
reyleigh. Gerakan partikel pada gelombang love mempunyai gerakan seperti
pada gelombang transversal yang terpolarisasi secara horisontal. Gerakan
partikel pada gelombang reyleigh adalah berputar mundur dan vertikal terhadap
arah perambatan gelombang. Dalam penelitian ini digunakan gelombang yang
menembus medium, yaitu gelombang badan berdasarkan arah pergerakan
partikel-partikel medium terhadap arah penjalaran gelombang dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu gelombang longitudinal dan transversal.

a. Gelombang Longitudinal
Gelombang longitudinal adalah gelombang yang getarannya
mempunyai arah yang sama dengan arah perambatannya. Pada gelombang ini
33

gerakan dari medium gelombang searah dengan propagasi gelombang. Bunyi


adalah salah satu contoh dari gelombang ini. Pada gelombang bunyi yang
menjadi medium perantara adalah udara. Medium tersebut secara bergantian
merapat dan merenggang karena adanya pergeseran getaran ( berpindah
tempat).

1 gelombang
Arah getar arah rambat

Gambar 3.11 Gelombang Longitudinal ( Jaeger & Cook, 1979 )

b. Gelombang Transversal
Gelombang transversal adalah gelombang yang mempunyai arah getaran
yang tegak lurus terhadap arah perambatannya. Contoh gelombang transversal
dapat ditemui pada gelombang tali dan gelombang air. Karena arah
rambatannya tegak lurus arah getaran, bentuk gelombang ini adalah seperti
gunung dan lembah yang berurutan. Berikut ini ilustrasi pada gelombang
transversal :
34

1 gelombang
Bukit gelombang

Arah rambat

Dasar
gelombang
T ( Periode
)
Gambar 3. 12 Gelombang Transversal ( Jaeger & Cook, 1979 )

Getaran tanah yang dihasilkan akibat kegiatan peledakan terdiri dari tiga
arah yaitu transversal, vertical, dan longitudinal (Gambar 3.13).

Vertikal

Shot

Longitudinal

Transversal

Gambar 3.13 Arah relatif getaran tanah

a. Transversal
Gerakan getaran tanah secara horisontal, tegak lurus arah rambatannya.
b. Vertical
Gerakan getaran tanah atau pergerakan vertikal ke atas dan ke bawah.
35

c. Longitudinal
Gerakan horisontal searah perjalanan gelombang disepanjang antara
lubang ledak dengan alat perekam.

3.5.3 Getaran Tanah (Ground Vibration)


Getaran tanah (ground vibration) adalah gelombang yang bergerak di
dalam tanah disebabkan oleh adanya sumber energi. Sumber energi tersebut
dapat berasal dari alam, seperti gempa bumi atau adanya aktivitas manusia,
salah satu diantaranya adalah kegiatan peledakan. Getaran tanah (ground
vibration) terjadi pada daerah elastis (elastic zone). Getaran tanah terjadi akibat
tegangan ( karena peledakan ) yang diterima oleh material lebih kecil dari
kekuatan material sehingga hanya menyebabkan perubahan bentuk dan volume.
Getaran peledakan yang berupa gelombang seismik adalah gelombang
yang menjalar melalui bumi, yang menggambarkan penebaran energi melalui
bumi yang padat. .( Palungan , Z., dkk., 2012 ).

3.5.3.1 Parameter Getaran


Parameter getaran merupakan sifat-sifat dasar dari gelombang yang
digunakan untuk menguraikan karakteristik dari gerakan tanah atau batuan.
Parameter dasar didefinisikan sebagai berikut :
- Perpindahan adalah jarak partikel batuan yang bergerak dari posisi awal,
dinyatakan dalam satuan panjang (mm/inch).
- Kecepatan adalah kecepatan partikel batuan ketika bergerak
meninggalkan posisi awal. Mulai dari nol meningkat ke maksimum dan
kembali ke nol, satuan dalam milimeter per detik / inch per detik.
- Percepatan adalah gaya menyebabkan perubahan kecepatan partikel.
Gaya yang dapat digunakan oleh getaran partikel sebanding dengan
percepatan partikel dan diukur dalam satuan g ( percepatan gravitasi = 32
ft/detik2 ). ( Koesnaryo., dkk., 1994 ).

3.5.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Getaran Tanah


Dua faktor prinsip yang mempengaruhi tingkat getaran tanah hasil dari
36

ledakan suatu muatan bahan peledak, yaitu faktor yang dapat dikontrol dan
yang tidak dapat dikontrol. Yang dimaksud faktor yang tidak dapat dikontrol
adalah faktor geologi dan geomekanika batuan. Dan faktor yang dapat
dikontrol pengaruhnya terhadap getaran tanah adalah :
1. Jumlah Muatan Bahan Peledak Per Waktu Tunda ( Charge Weigh )
Besarnya getaran yang dihasilkan peledakan dipengaruhi oleh jumlah
muatan total bahan peledak per waktu tunda. Besar kecilnya Intensitas
getaran tanah akan tergantung kepada jumlah berat bahan peledak
maksimum yang meledak bersamaan pada interval waktu. ( lamanya
interval waktu adalah 8 millisecond). Jadi lubang– lubang tembak yang
mempunyai selisih waktu meledak kurang dari sama dengan 8 ms, dianggap
meledak bersamaan. Jumlah muatan total handak yang dianggap meledak
bersamaan ini merupakan muatan bahan peledak per waktu tunda. Semakin
besar muatan bahan peledak per waktu tunda, besaran getaran yang
dihasilkan akan semakin meningkat tetapi hubungan ini bukan merupakan
hubungan yang sederhana, misalnya muatan dua kali lipat jumlahnya tidak
menghasilkan getaran yang dua kali lipat.
2. Jarak dari lokasi peledakan ( Distance )
Jarak dari titik atau lokasi peledakan, juga memberikan pengaruh yang
besar terhadap besaran vibrasi yang dihasilkan, seperti juga muatan
maksimal bahan peledak per waktu tunda. Semakin dekat suatu titik
pengukuran getaran ke titik atau lokasi peledakan, maka getaran yang
terukur akan semakin besar. ( Koesnaryo., dkk., 1994 ).
3. Waktu Tunda ( Delay Period )
Interval waktu tunda antar lubang ledak sangat mempengaruhi tingkat
getaran yang dihasilkan. Jika interval waktu tunda tersebut makin besar,
maka kemungkinan jumlah bahan peledak yang dianggap meledak
bersamaan (selisih waktu meledak kurang dari sama dengan 8 ms) akan
makin kecil, sehingga tingkat getaran yang dihasilkan akan makin kecil.
Tetapi perlu diperhatikan pula bahwa agar tingkat getaran yang dihasilkan
kecil, maka jumlah lubang ledak yang memiliki interval delay kurang dari
37

sama dengan 8 ms harus diusahakan sedikit mungkin agar jumlah bahan


peledak yang meledak per waktu tundanya sedikit pula. ( Koesnaryo., dkk.,
1994 ).

3.5.3.3 Prinsip Pengukuran Getaran Peledakan


Getaran tanah adalah gerakan bumi (ground motion) yang terjadi akibat
perambatan gelombang seismik. Kegiatan peledakan akan selalu menghasilkan
getaran atau gelombang seismik. Tujuan peledakan umumnya adalah untuk
memecahkan batuan. Kegiatan ini membutuhkan sejumlah energi yang cukup
sehingga melebihi atau melampaui kekuatan batuan atau melampaui batas
elastis batuan. Apabila hal tersebut terjadi maka batuan akan pecah. Proses
pemecahan akan berjalan terus sampai energi yang dihasilkan oleh bahan
peledak makin lama makin berkurang dan menjadi lebih kecil dari kekuatan
batuan, sehingga proses pemecahan batuan berhenti. Energi yang tersisa akan
menjalar melalui batuan, karena masih di dalam elastisnya. Hal ini akan
menghasilkan gelombang seismik.

Gambar 3.14 Contoh rekaman getaran tanah pada arah transversal,


longitudinal dan vertical

Tingkat getaran dari hasil peledakan dipengaruhi oleh dua faktor utama
yaitu jumlah bahan peledak/ waktu tunda (charge weight per delay) dan jarak
38

pengukuran (lenght of delay). Semakin banyak bahan peledak yang digunakan


maka semakin tinggi nilai kecepatan partikel puncak, dan semakin jauh jarak
pengukuran peledakan maka semakin rendah nilai partikel puncak.

3.5.3.4 Alat Pengukur Getaran Tanah


Pengukuran getaran peledakan dilapangan yang digunakan adalah
III
blasmate . Sebelum pengukuran, blastmateIII di setting terlebih dahulu
blastmateIII didesain untuk mengukur dan mencatat getaran tanah dengan tepat.
Peralatan ini disebut dengan seismograf dan terdiri dari 2 bagian penting, yaitu
sensor dan recorder. Kotak sensor mempunyai 3 unit independent sensor yang
letaknya saling tegak lurus antara satu unit dengan unit lain. Dua unit terletak
horisontal dan saling tegak lurus dan unit yang lain dipasang secara vertikal.

Gambar 3.15 Blastmate III

Ketiga sensor tersebut mencatat 3 arah komponen getaran peledakan yaitu :


1. Gelombang Tekan ( Longitudinal Wave )
Yakni jenis gelombang tekan- tarik yang akan menghasilkan pemadatan
( kompresi ) daan pemuaian pada arah yang sama dengan arah
perambatan gelombang.
39

2. Gelombang Geser ( Transversal Wave )


Yakni gelombang melintang yang bergetar tegak lurus pada arah
perambatan gelombang.
3. Gelombang Reyleigh ( Vertical Wave )
Yakni gerakan partikel yang bergerak mundur dan vertikal terhadap
arah perambatan gelombang.

Gambar 3.16 Variasi pergerakan partikel karena bentuk gelombang getaran


(a). Tekan –longitudinal, b). Geser –transversal, c). Reyleigh –
mewakili vertikal

Mekanisme pengukuran getaran adalah sebagai :


1. Getaran dan kebisingan peledakan (getaran mekanis) di rekam oleh
geophone dan microphone, diubah menjadi getaran elektris lalu
disimpan di memori.
2. Hasil pengukuran (dalam memori) di download ke komputer dengan
menggunakan program BlastWare.
3. Hasil akhir berupa seismogram yang dapat menampilkan angka-angka
besar getaran dan kebisingan serta grafik.
4. Untuk mengetahui besar getaran apakah masih didalam atau melebihi
ambang batas, dapat memilih grafik baku tingkat getaran dari 13 negara
yang ada di dalam program.
40

Gambar 3.17 Cara monitor getaran oleh BlasmateIII

3.5.3.5 Kontrol Getaran


Peledakan tunda (delay blasting) adalah suatu teknik peledakan dengan
cara meledakkan sejumlah besar muatan bahan peledakan tidak sebagai satu
muatan (single charge) tetapi sebagai suatu seri dari muatan-muatan yang lebih
kecil. Maka getaran yang dihasilkan terdiri seri kumpulan getaran kecil, bukan
getaran besar. Dengan mempergunakan delay, pengurangan tingkat getaran
dapat dicapai. Untuk mengetahui mengapa peledakan delay adalah efektif
dalam pengurangan tingkat getaran perlu mengerti perbedaan antara kecepatan
partikel (particle velocity) dan kecepatan perambatan (propagation velocity
atau transmission velocity).
Kecepatan perambatan adalah kecepatan gelombang seismik merambat
melalui batuan, berkisar antara 2000 –20.000 fps, tergantung pada jenis batuan.
Untuk suatu daerah dengan batuan tertentu, kecepatan relatif konstan.
Kecepatan perambatan tidak dipengaruhi oleh besarnya energi (input energy).
Peledakan delay mengurangi tingkat getaran sebab setiap delay menghasilkan
masing-masing gelombang seismik yang kecil yang terpisah. Gelombang hasil
41

delay pertama telah merambat pada jarak tertentu sebelum delay selanjutnya
meledak. Kecepatan perambatan tergantung pada jenis batuannya.

3.6 Teori Scale Distance


3.6.1 Scale Distance
Scale Distance adalah parameter untuk dimensi jarak. Scale distance dinyatakan
sebagai perbandingan antara jarak dan isian bahan peledak yang mempengaruhi
hasil getaran dan energi ledakan di udara. Jika isian lubang, gelombang akan
dirambatkan di depan lubang bor. Scale distance (d/w½). Rumus di atas dapat
dirumuskan kecepatan puncak partikel ( PPV ). ( Blasting and Explosives
Quick Reference Guide : 2010, dalam Nur 2015 ).

PPV = K (d/w½)-m

Keterangan:
PPV = Peak particle velocity (mm/s),
d = Jarak dari recorder ke lokasi peledakan,
W = Total berat bahan peledak perminimum 8ms/ delay
K,m = Konstanta/ site factor
(d/w½)-m = scale distance

3.6.2 Prediksi Besarnya Getaran Tanah Menurut United State Bureau of


Mines
Penelitian yang Ekstensif telah menunjukkan hubungan matematika antara
tingkat vibrasi, jumlah isian bahan peledak per delay dan jarak. The United
Satate Bureau of Mines Bulletin 656 (Nichols, Johnson dan Duvall, 1971)
menetapkan hubungan tersebut sebagai berikut :
𝐷 𝑚
PPV = K. ( )
√𝑊

PPV = K . SD𝑚
42

dimana :
PPV = Prediksi Peak Particle Velocity (mm/s)
D = Jarak dari peledakan ke lokasi pengukuran (m)
W = Berat isian bahan peledak per delay (kg)
SD = Scaled distance
K, m = konstanta/ site factor
Nilai K dan m ditetapkan dari kondisi di lapangan, tipe batuan, geologi
lokal dan kedalaman overburden. Pada umumnya nilai dari m = -1,6. (Calvin J.
Konya, 1995).

3.7 Standard Vibrasi


Standart vibrasi adalah besar/kuat getaran yang diijinkan akibat dari kegiatan
peledakan dimana tidak melewaati batas aman. Ada beberapa pihak/negara telah
melakukan standarisasi vibrasi peledakan yaitu acuan kriteria kerusakan, seperti :
1. Badan Standardisasi Nasional (SNI)
2. United State Bereau of Mines (USBM)
3. Langefors, Kihlstrom Westerberg (1957)
4. Edwards & Northwood (1959)
5. Nicholls, Johnson & Duval (1971)

Adapun acuan kriteria baku tingkat getaran peledakan terhadap bangunan


berdasarkan SNI pada tabel di bawah ini.
43

Tabel 3.3 Acuan Standar ground vibration berdasarkan SNI 7571 : 2010
PVS PPV
Kelas Jenis Bangunan Frekuensi
mm/s mm/s

0-5 2
Bangunan kuno yang di lindungi
1 2 5-20 3
undang-undang benda cagar budaya
20-100 5

Bangunan dengan pondasi, pasangan 0-5 3


bata dan adukan semen saja, termasuk
2 3 5-20 5
bangunan dengan pondasi dari kayu dan
lantainya diberi adukan semen 20-100 7

0-5 5
Bangunan dengan pondasi, pasangan
3 bata dan adukan semen diikat dengan 5 5-20 7
slope beton
20-100 12

Bangunan dengan pondasi, pasangan 0-5 7


bata dan adukan semen slope beton,
4 7-20 5-20 12
kolom dan rangka diikat dengan ring
balk 20-100 20

0-5 12
Bangunan dengan pondasi, pasangan
5 bata dan adukan semen, slope beton, 12-40 5-20 24
kolom dan diikat dengan rangka baja
20-100 40

Anda mungkin juga menyukai