Anda di halaman 1dari 98

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH

Disusun Oleh:
Nama : Tomy ismawan
NIM : 22458
Kelas : SPKS B
Kelompok : IV (empat)
Co. Ass : Andi Kismawanto

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
DASAR ILMU TANAH
Disusun oleh:
Figo Herlan Frandika ( 21/22455/BP)
Tomy Ismawan (21/22458/BP)
Asrul Sani (21/22459/BP)
Ramanda Prayoga (21/22460/BP)
M.Iqbal Azkia (21/22461/BP)
Rudolf Kekung Sirait (21/22463/BP)

Telah disusun dan disetujui oleh Co. Assisten pembimbing pada tanggal 07 April
2022. Laporan ini dipersiapkan guna melengkapi persyaratan yang diwajibkan
untuk menempuh ujian akhir semester mata kuliah Dasar Ilmu Tanah.
Di Institut Pertanian Yogyakarta.

Yogyakarta, 07 April 2022


Mengetahui,
Co. Ass Pembimbing Praktikan

(Andi Kismawanto) (Tomy ismawan)


Menyetujui,
Penanggung Jawab Praktikum
Dasar Ilmu Tanah

(Dian Pratama Putra, S.P, M.Sc)

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas curahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami selaku penyusun dapat menyelesaikan penyusunan
laporan Dasar Ilmu Tanah ini dengan baik dan tepat pada waktu yang di tentukan.
Dalam penyusunan laporan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas bantuan beberapa pihak kepada kami, terkhusus kepada:
1. Bapak Dian Pratama Putra, S.P, M.Sc selaku penanggung jawab praktikum
Dasar Ilmu Tanah.
2. Saudara Andi Kismawanto selaku Co. Ass yang telah membantu dan
mendampingi selama kegiatan praktikum berlansung serta rekan-rekan
Co.Ass lainnya yang ikut terlibat.
3. Orang tua yang senantiasa mendo’akan kesuksesan penulis
4. Rekan-rekan kelas yang telah membantu dan berkerja sama dalam
pelaksanaan Pratikum Dasar Ilmu Tanah.

Kami selaku Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi isi maupun format penyusunan laporan. Untuk itu
kami selaku penyusun sangat mengharap kritikan dan saran yang bersifat
memperbaiki laporan ini selanjutnya. Besar harapan kami semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak yang berkepentingan. Atas
segala kekurangan serta kesalahan dalam penyusunan laporan ini kami memohon
maaf dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak
memberikan dukungan dan bantuan kepada kami.

Yogyakarta, 07 April 2022

Tomy ismawan

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………..
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
ACARA PRAKTIKUM
IA. Kadar Lengas Contoh Tanah Kering Angin...............................................2
IB. Kadar Lengas Maksimum..........................................................................4
II. Tekstur Tanah…………………………………………………………....11
III. Struktur Tanah..........................................................................................21
IV. Kemantapan Agregat Tanah Secara Cepat...............................................32
V. pH Tanah Colorimetris.............................................................................40
VI. Kadar Bahan Organik Tanah....................................................................47
VII. Kadar Kapur Equivalen (Setara Tanah)...................................................55
VIII. KPK Tanah Kualitatif..............................................................................62
IX. Menentukan Kematangan Gambut Secara Cepat………………………67
X. Kandungan Pirit………………………………………………………...75
KESIMPULAN UMUM........................................................................................81
DAFTAR PUSTAKA UMUM..............................................................................84
PENUTUP..............................................................................................................89
A. Kesan...........................................................................................................89
B. Pesan...........................................................................................................89

iii
iv
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

DASAR-DASAR ILMU TANAH

Disusun Oleh:
Nama/NIM : Figo Herlan Fandika (21/22455/BP)
Tomy Ismawan (21/ 22458/BP)
Asrul Sani ( 21/22459/BP)
Ramanda Prayoga (21/22460/BP)
M.Iqbal Azkia ( 21/22461/BP)
Rudolf Kekung Sirait ( 21/22463/BP)
Kelas : SPKS B
Kelompok : IV (Empat)
Acara : I (Satu)
Co.Ass : Andi Kismawanto

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2022

1
A. ACARA IA : Kadar Lengas Contoh Tanah Kering Angin
B. TANGGAL : 02 Maret 2022
C. TUJUAN : Menentukan kadar lengas contoh tanah secara gravimetri.
D. METODE : Gravimetri
E. ALAT DAN BAHAN
1. Alat : Botol timbangan, timbangan analitis, oven, eksikator, gelas arloji.
2. Bahan : Tanah Vertisol 0,5 mm dan 2 mm, Aquadest.

F. CARA KERJA
1. Timbang botol kosong bertutup (a gram).
2. Masukkan contoh tanah diameter 0,5mm ke dalam botol timbang sekitar
+½ - ¾ tinggi botol timbang,
3. Timbang kembali botol timbang berisi tanah dengan tutupnya (b gram).
4. Masukkan botol timbang berisi tanah ke dalam oven dengan tutup terbuka,
tutup dan botol timbang diberi label yang sama agar tidak tertukar dengan
yang lain.
5. Oven contoh tanah tersebut dengan suhu 105 – 110 oC selama minimal 24
jam atau sampai berat tanah dalam botol timbang konstan.
6. Keluarkan botol timbang dari oven, tutup rapat-rapat dan dimasukkan
dalam eksisator untuk didinginkan (+15 menit).
7. Timbang botol timbang + tanah beserta tutupnya setelah dingin (c gram).
8. Diulangi langkah 1-7 untuk contoh tanah diameter 2 mm dan gumpalan.

2
G. HASIL PENGAMATAN
1. Data Pengamatan
Botol kosong Botol isi tanah Setelah dioven
Diameter tanah
(a) gram (b) gram (c) gram

0,5 mm 23,251 gr 45,477 gr 40,354 gr

2 mm 48,935 gr 59,522 gr 58,453 gr

Gumpalan 23,735 gr 46,635 gr 41,353 gr

b−c
2. Rumus : Kadar Lengas = x 100%
c−a
3. Perhitungan :
45,477−40,354
KL 0,5 mm Vertisol = x 100%
40,354−23,251

= 29,9 %

59,522−58,453
KL 2 mm Vertisol = x 100%
58,453−48,935

= 11,2 %

46,635−41,353
KL Gumpal Vertisol = x 100%
41,353−23,735

= 45,4 %

3
A. ACARA IB : Kadar Lengas Maksimum
B. TANGGAL : 02 Maret 2022
C. TUJUAN : Menentukan kadar lengas contoh tanah secara gravimetri.
D. METODE : Gravimetri
E. ALAT DAN BAHAN
1. Alat : Botol timbangan, timbangan analitis, oven, eksikator, gelas arloji.
2. Bahan : Contoh tanah (latosol, dll) kering angin 0,5 mm dan 2 mm,
Aquades.

F. CARA KERJA
1. Timbang botol kosong bertutup (a gram).
2. Masukkan contoh tanah diameter 0,5mm ke dalam botol timbang
sekitar +½ - ¾ tinggi botol timbang,
3. Timbang kembali botol timbang berisi tanah dengan tutupnya (b
gram).
4. Masukkan botol timbang berisi tanah ke dalam oven dengan tutup
terbuka, tutup dan botol timbang diberi label yang sama agar tidak
tertukar dengan yang lain.
5. Oven contoh tanah tersebut dengan suhu 105 – 110oC selama
minimal 16 jam atau sampai berat tanah dalam botol timbang
konstan.
6. Keluarkan botol timbang dari oven, tutup rapat-rapat dan
dimasukkan dalam eksisator untuk didinginkan (+15 menit).
7. Timbang botol timbang + tanah beserta tutupnya setelah dingin (c
gram).
8. Diulangi langkah 1-7 untuk contoh tanah diameter 2 mm dan
gumpalan.

4
G. HASIL PENGAMATAN
1. Data Pengamatan
 Berat piring tembaga + kertas saring (a) = 24,385 gram
 Berat tanah jenuh (b) = 74,104 gram
 Berat setelah di oven (c) = 49,204 gram
 Berat piring tembaga + kertas saring kering (d) = 23,297 gram

2. Rumus
(b−a)−(c−d)
Kadar Lengas Maksimum = x 100%
c−d

3. Perhitungan
(74,104−24,385)−(49,204−23,297)
K.L.M. Tanah Mediteran = x 100 %
49,204−23,297

= 91,9 %

5
H. PEMBAHASAN
Tanah merupakan kumpulan dari benda-benda yang ada di alam
tepatnya di permukaan bumi yang tersusun atas horizon-horizon, yang terdiri
dari campuran mineral, bahan organik, air, udara, dan berperan sebagai media
tumbuh tanaman. Pengolahan tanah pada kandungan air yang tepat dapat
meningkatkan volume pori total air tanah atau dapat mendorong proses
strukturisasi tanah yang lebih baik. Komponen yang sangat penting dari tanah
adalah mineral, yaitu kombinasi unsurunsur anorganik yang berupa kristal,
merupakan salah satu faktor yang menentukan sifat fisik suatu tanah. Jenis
mineral yang terdapat di dalam tanah sangat berkaitan erat dengan tingkat
kesuburan yang ada di dalam tanah. Jenis dan sifat-sifat mineral yang terdapat
dalam tanah juga memiliki hubungan yang sangat erat kaitannya dengan
pertumbuhan tanaman. Jenis tanah di belahan dunia ini sangat banyak yang
masing-masing tanah tersebut memiliki kadar lengas yang berbeda-beda,
dimana perbedaan kandungan tersebut yang menyebabkan perbedaan tingkat
kesuburannya pada tiap horizon-horizon yang ada di dalam tanah.
Kadar lengas adalah banyaknya kandungan air tanah yang terdapat di
dalam pori tanah dan bahan-bahan terlarut di dalamnya. Kadar lengas dapat
dihitung pada keadaan tanah lapang, jenuh dan kering. Keberadaan lengas di
dalam tanah tidak sama dari atas sampai ke bawah. Keragaman kandungan
lengas ini menunjukkan adanya keragaman potensial tubuh tanah. Tanaman
sebagian besar memerlukan air berasal dari tanah, kebutuhan air tiap-tiap
tanaman berbeda-beda. Kadar lengas tanah sangat penting dalam pertanian
karena melalui proses pengaturan lengas tanah ini dapat dikontrol pula
serapan hara dan pernapasan pada akar-akar tanaman yang selanjutnya
berpengaruh pada proses pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Tanah
adalah kunci utama ekosistem dimana air mengalami proses run off, infitrasi,
drainase dan penyimpanan. Pross-proses yang dialami air di dalam tanah
sangat kompleks, pengaruh manusia begitu besar pada proses-proses yang
terjadi di dalam tanah.
Dengan mengetahui kadar air dalam suatu tanah dan pengaturan
irigasi yang baik untuk tanaman pertanian maka akan mendatangkan hasil
produksi yang lebih baik pula. Dengan tingkat ketersediaan kadar lengas pada
suatu tanaman yang berbeda akan mempengaruhi hasil partumbuhan yang
berbeda pula, dengan mengetahui volume penyiraman yang tepat untuk
tanaman, sehingga diperoleh kandungan klorofil dan pertumbuhan yang
maksimal, sehingga perlu dipantau tingkat kelembapan nya Teknik
pengukuran kadar air tanah diklasifikasikan ke dalam dua cara, yaitu
langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung adalah berupa

6
pemisahan air dari matrik tanah dan pengukuran langsung dari jumlah air
yang dipisahkan tersebut.
Pemisahan air dari matriks tanah dapat dicapai melalui: (1)
pemanasan; (2) ekstraksi dan penggantian oleh larutan; atau (3) reaksi kimia.
Jumlah air yang dipisahkan ditentukan dengan: (1) mengukur perubahan
massa/berat setelah pemanasan dan (2) pengukuran kuantitatif dari hasil
reaksi. Pemisahan air dengan pemanasan biasa disebut dengan metode
gravimetri, dan merupakan metode pengukuran secara langsung. Menurut
( G. C., And P. A. (T.Y) Ferre Opp), 2002, metode tidak langsung adalah
dengan mengukur beberapa sifat fisik atau kimia tanah yang berhubungan
dengan kadar air tanah. Sifat ini meliputi konstanta dielektrik (permitivity
relatif), konduktivitas elektrik, kapasitas panas, kandungan ion H, dan
kepekaan magnetik. Berlawanan dengan metode langsung, metode tidak
langsung bersifat lebih tidak merusak atau nondestruktif, sehingga kandungan
air dalam contoh tidak berubah selama pengukuran. Penetapan kadar air tanah
dengan neutron probe adalah salah satu cara pengukuran kadar air tanah tidak
langsung.
Alfisol atau tanah mediteran merupakan kelompok tanah merah yang
disebabkan oleh kadar besi yang tinggi disertai kadar humus yang rendah
(Wirjodihardjo, 1963). Tanah jenis ini termasuk tanah yang relatif muda,
masih banyak mengandung mineral primer yang mudah lapuk, mineral liat
kristialin dan kaya unsur hara (Wijanarko, Sudaryono, & Sutarno, 2007).
Alfisol merupakan tanah-tanah di mana terdapat penimbunan liat di horizon
bawah, liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison
diatasnya dan tercuci ke bawah bersama gerakan air perkolasi (Hardjowigeno,
1993). Tanah mediteran atau alfisol ini memiliki tekstur geluh hingga
lempung sehingga memiliki kemampuan mengikat air yang baik karena
didominasi oleh pori meso dan pori mikro.
Kadar lengas maksimum merupakan kondisi di mana seluruh ruang
pori tanah terisi oleh air. Kadar lengas maksimum tanah dapat ditentukan
melalui perhitungan dengan cara mengurangi hasil pengurangan dari berat
tanah jenuh dengan berat piring tembaga serta kertas saring dan berat setelah
di oven dengan berat piring tembaga serta kertas saring kering, lalu dibagi
dengan hasil pengurangan antara berat setelah di oven dan berat piring
tembaga serta kertas saring kering, kemudian dikali 100%.
Dari hasil perhitungan diperoleh kadar lengas maksimum tanah
mediteran yaitu sebanyak 91,9 %. Hal ini berarti bahwa tanah mediteran
mampu mengikat dan menyimpan air dalam jumlah yang banyak. Lengas
berperan sangat penting dalam proses genesa tanah. Kelangsungan hidup
tanaman dan renik tanah. Setiap reaksi kimia dan fisika yang terjadi di dalam

7
tanah hampir selalu melibatkan air sebagai pelarut garam-garam mineral.
Senyawa asam dan basa, serta ion-ion dan gugus-gugus organik maupun
anorganik.

8
I. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum Dasar Ilmu Tanah pada Acara 1 (Satu)
yang berjudul kadar lengas tanah dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Tanah merupakan bagian permukaan kulit bumi yang dapat
melapuk, terdapat juga bangunan alami yang tersusun oleh horizon-
horizon yang terdiri atas bahan mineral dan organik, memiliki sifat
yang tidak padu dan memiliki bentuk tebal tetapi tidak sama.
2. Pertumbuhan tanaman tidak akan lepas dari kandungan air (lengas)
dalam tanah, karena air digunakan tumbuhan untuk menjalankan
proses biologi dalam pertumbuhan.
3. Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan airmoisture
yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar
lengas tanah dapat berupa persen berat atau persen volume.
4. Manfaat kadar lengas dalam bidang pertanian antara lain
pengetahuan kadar lengas tanah digunakan untuk menduga
kebutuhan air untuk persawahan, menduga kebutuhan air selama
proses irigasi dan mengetahui kemampuan suatu jenis tanah
mengenai daya simpan lengas atau airnya.
5. Jumlah sampel tanah yang berbeda mengakibatkan perbedaan pada
persentase kadar lengas yang didapat sehingga jarak persentase nya
sangat jauh.

9
DAFTAR PUSTAKA

A, Prasetio. 2016. Perancangan dan Pengujian Unjuk Kerja Sistem


Monitoring Kadar Lengas Berbasis Gypsum Block Untuk Memantau
Dinamika Other.file:///C:/Users/asus/Downloads/edhy-sst-journal-
manageragung -prasetyo-ok.pdf. Diakses Pada Tanggal 02 Maret 2022
Pukul 21.45 WIB

B, Tamam. 2016. Kadar Lengas atau Kelembapan Tanah.


https://generasibiologi.com/2016/03/kadkelembabantanah.html#:~:text
=Kadar%20lengas%20tanah%20sering%20disebut%20sebagai
%20uap%20air,oleh%20tanaman%2C%20atau%20bisa%20juga
%20disebut%20air%20kristal .
Diakses Pada Tanggal 02 Maret 2022 Pukul 20.55 WIB

P, Cahaya. 2017. Penetapan Kadar Lengas Tanah. https://pertiwicahaya.w


ordpress.com/2017/09
Diakses Pada Tanggal 02 Maret 2022 Pukul 19.30 WIB

R, Fahdilah. 2016. Materi Kadar Lengas Kering Udara. https://blog.uny.a


c.id/rezaagrisukses/2016/01/03/lengaskering-udara
Diakses Pada Tanggal 02 Maret 2022 Pukul 19.45 WIB

Y, R, Ramadhan. 2017. Kadar Lengas Tanah. Jember: Universitas Jember


https://docplayer.info/73109422-Laporan-praktikum-kadar-lengas
tanah.html. Diakses Pada Tanggal 02 Maret 2022 Pukul 21.00 WIB

10
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

DASAR-DASAR ILMU TANAH

Disusun Oleh:
Nama/NIM : Figo Herlan Frandika (21/22455/BP)
Tomy Ismawan (21/22458/BP)
Asrul Sani (21/22459/BP)
Ramands Prayoga (21/22460/BP)
M.Iqbal Azkia (21/22461/BP)
Rudolf Kekung Sirait (21/22463/BP)
Kelas : SPKS B
Kelompok : IV (Empat)
Acara : II (Dua)
Co.Ass : Andi Kismawanto

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2022

10
A. ACARA II : Tekstur Tanah
B. TANGGAL : 15 April 2022
C. TUJUAN
1. Menentukan persentase fraksi-fraksi tanah: pasir, debu dan lempung
2. Menentukan Klas Tekstur Tanah dengan menggunakan Segitiga USDA

D. METODE : Hidrometer
E. ALAT DAN BAHAN
1. Alat:
 Bouyocus Hidrometer ASTM
 Thermometer
 Tabung sedimentasi 1.000 ml
 Bak Sedimentasi
 Stop Watch
 Timbangan analitis
 Gelas arloji
 Gelas piala 600 ml
 Mixer (penggojog)

2. Bahan:
 Contoh Tanah kering angina berdiameter 2 mm
 Khemikalia (Larutan Pendispers (Calgon, Na Piro fosfat, Na Hexameta
fosfat)

11
F. CARA KERJA
1. Timbang 50 gram contoh tanah kering angin (udara) berdiameter 2 mm
(khusus untuk Tanah Regosol 100 gram), masukkan ke dalam gelas piala
2. Tambahkan 10 ml larutan pendispers dan 150 ml aquadest
3. Aduk larutan tanah dengan pengaduk kaca hingga homogen dan biarkan
semalam
4. Pindahkan larutan tanah ke dalam penggojog listrik (Mixer tanah), bilaslah
gelas piala dengan aquadest hingga semua tanah terpindahkan, kemudian
putar mixer selama minimal 10 menit
5. Tuangkan larutan tanah yang telah dimixer ke dalam tabung sedimentasi,
bilas semua tanah dari tabung mixer ke dalam tabung sedimentasi dengan
aquadest hingga bersih, tambahkan aquadest hingga batas tera
6. Tutup tabung sedimentasi dengan telapak tangan kemudian gojog dengan
membalik-balikan tabung sedimentasi sebanyak 10 x
7. Letakkan tabung sedimentasi ke dalam bak sedimentasi (meja), dan segera
masukkan Hidrometer ke dalam larutan tanah, tera Hidrometer setelah 40
detik sebagai RI. Angkat Hidrometer pelan-pelan dan bilas hingga bersih.
Kemudian masukkan   Thermometer ke dalam lanltan tanah, catat suhu
larutan sebagai tl
8. Setalah 2 jam masukkan kembali Hidrometer ke dalam tabung sedimentasi
(Larutan tanah), tera Hidrometer sebagai R2, angkat Hidrometer pelan-
pelan dan bilas hingga bersih, kemudian masukkan Thermometer ke dalam
larutan tanah, tera dan catat sebagai t2.

12
G. HASIL PENGAMATAN
1. Data Pengamatan
 Pembacaan hydrometer I (R1) = 2,4
 Suhu thermometer I (TC1) = 24˚C
 Pembacaan Hidrometer II (R2) = 2,1
 Suhu thermometer II (TC2) = 23˚C

2. Rumus
a. Pembacaan Hidrometer pertama (P1)
P1 = R1 + (TF1-67) x 0,2
R1 = Hasil pembacaan Hidrometer pada 40 detik
tF1 = Temperatur Fahrenheit Suspens
= (9/5 x tC1) + 32oF
tC1 = Temperatur suspense dalam oC
b. Pembacaan Hidrometer kedua (P2)
P2 = R1 + (TF1-67) x 0,2
R2 = Hasil pembacaan Hidrometer pada 40 detik
tF2 = Temperatur Fahrenheit Suspensi
= (9/5 x tC2) + 32oF
c. Menghitung % masing-masing fraksi
100
BTKM = x Berat tanah
100+ KL
KL = Kadar lengas contoh tanah 2 mm
P1
% Pasir = 100 - x 100%
BTKM
P2
% Lempung = x 100%
BTKM
% Debu = 100% - % Pasir - % Lempung

13
1. Perhitungan
TF1 =¿
= 75,2˚F
P1 = 2,4 + (75,2 - 67) x 0,2
= 2,4 + (8,2 x 0,2)
= 2,4 + 1,64
= 4,04

TF2 =¿
= 73,4˚F
P2 = 2,1 + (73,4 - 67) x 0,2
= 2,1 + (6,4 x 0,2)
= 2,1 + 1,28
= 3,38

100
BTKM = x 100%
100+16,73
= 81,986 gram

2,6
% Pasir = 100 - x 100%
85,667
= 95,073 %

2,6
% Lempung = x 100%
85,667
= 4,122 %

% Debu = 100% - 95,073 % - 4,122 %


= 0,805 %

14
Menurut segitiga USDA tekstur tanah Mediteran masuk dalam kategori Berpasir
(Sand),

15
H. PEMBAHASAN
Tekstur tanah adalah perbandingan relative tiga golongan besar
partikel tanah dalam suatu massa tanah, terutama pada perbandingan antara
fraksi –fraksi lempung (clay), debu (silt) dan pasir (sand). Tekstur tanah dapat
menentukan tata air dalam tanah berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi dan
kemampuan pengikatan air oleh tanah, tata udara, kemudahan pengolahan
tanah dan struktur tanah. Penyusun tekstur tanah berkaitan erat dengan
kemampuan memberikan zat hara untuk tanaman, kelengasan tanah,
perambatan panas, perkembangan akar tanaman dan pengolahan tanah.
Tanah Mediteran adalah tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan
kapur dan bersifat tidak subur. Misalnya, bisa kita temukan pada tanah di
Nusa Tenggara, Maluku dan Jawa Tengah. Jenis tanah ini berasal dari batuan
kapur keras yang pada umumnya tersebar didaerah yang beriklim subhumid,
topografi karst dan lereng vulkan dengan ketinggian sekitar 0-400m. Tanah
mediteran berwarna coklat, merah atau kuning. Sementara itu, warna merah
kuning pada tanah mediteran berada didaerah topografi karst yang dikenal
dengan sebutan Terra Rossa.
Tanah mediteran yang berbahan induk batu kapur mempunyai nilai ph
yang tinggi dibandingkan dari yang berbahan induk batu pasir. ph tanah dapat
dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu bahan induk tanah, pengendapan,
vegetasi alami, pertumbuhan tanaman, kedalaman tanah dan pupuk nitrogen.
Ciri dari tanah ini dimana terdapat penimbunan liat pada horizon bawah atau
agrilik atau mempunyai tingkat kejenuhan basa yang tinggi yaitu lebih dari
35% bahkan ada yang sampai lebih dari 50%. Untuk mengembangkan
komoditi pertanian, perlu dilihat jenis tanah sebelum menanam. Ini penting
untuk menentukan tingkat kesesuaian tanah dengan jenis tanaman yang akan
ditanam. Selain itu, zat hara yang terkandung di dalam tanah mediteran ini
sangat sedikit bahkan hampir tidak ada sama sekali.
Berdasarkan persentase perbandingan fraksi –fraksi tanah, tekstur
tanah dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: halus, sedang dan kasar. Makin
halus tekstur tanah mengakibatkan kualitas tanah semakin menurun
karena berkurangnya kemampuan dalam menyerap air. Dalam bidang ilmu
tanah, penentuan ukuran partikel tanah biasanya menggunakan table segitiga
USDA. Tekstur tanah mempunyai hubungan yang dekat dengan kemampuan
tanah mengikat lengas, udara, tanah dan hara tanah.
Tekstur tanah mempengaruhi ruang perakaran tanah dan konsistensi
tanah. Berdasarkan tekstur nya, tanah mempunyai sifat yaitu: Tanah pasiran,
laju peresapan air baik kapasitas menahan air rendah, kandungan hara rendah,
kandungan absorbs rendah, baik untuk system perakaran dan tanahnya mudah
diolah. Tanah lempungan: drainase buruk, kapasitas pengikat air tinggi,

16
aerasi kurang baik, kandungan hara tinggi, kapasitas penyerapan air tinggi,
kurang baik untuk system perakaran karena tidak mudah diolah. Tanah
debuan, mempunyai sifat antara lempung dan pasir.
Menurut segitiga USDA tekstur tanah Mediteran masuk dalam
kategori Berpasir (Sand), Dalam USDA, tanah mediteran merupakan tanah
ordo alfisol. Alfisol berkembang pada iklim lembab dan sedikit lembab.
Curah hujan rata-rata untuk pembentukan tanah alfisol adalah 500 sampai
1300 mm tiap tahunnya. Alfisol banyak terdapat di bawah tanaman hutan
dengan karakteristik tanah: akumulasi lempung pada horizon Bt, horizon E
yang tipis, mampu menyediakan dan menampung banyak air, dan bersifat
asam. Alfisol mempuyai tekstur lempung dan bahan induknya terdiri atas
kapur sehingga permeabilitas nya lambat.
Tanah mediteran merupakan hasil pelapukan batuan kapur keras dan
batuan sedimen. Warna tanah ini berkisar antara merah sampai kecoklatan.
Tanah mediteran banyak terdapat pada dasar-dasar dolina dan merupakan
tanah pertanian yang subur di daerah kapur daripada jenis tanah kapur yang
lainnya.  Tanah mediteran ini banyak terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah,
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Sumatra. Mediteran cocok untuk
tanaman palawija, jati, tembakau, dan jambu mete.
Yang menjadi masalah utama dari jenis tanah mediteran adalah
ketersediaan air dan tingginya pH tanah yang seringkali di atas 7. Tanah yang
bersifat alkalis mengikat fosfat sehingga akan menjadi kendala bagi tanaman
untuk tumbuh. Oleh karena itu, jenis tanah ini tidak cocok untuk dijadikan
lahan pertanian Untuk mengembangkan komoditi pertanian, perlu dilihat jenis
tanah sebelum mulai menanam. Ini penting untuk menentukan tingkat
kesesuaian tanah dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Di samping itu,
zat hara yang dikandung jenis tanah ini hampir tidak ada.

17
I. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum Dasar Ilmu Tanah pada Acara 2 yang berjudul
“Tekstur tanah” dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil pengamatan bahwa tanah Mediteran menurut segitiga USDA
masuk dalam kategori Berpasir (Sand).
2. Tekstur tanah adalah perbandingan berat nisbi fraksi pasir, debu, dan
liat.
3. Pembagian kelas tekstur tanah menurut USDA dibagi ke dalam 12
tekstur.
4. Tanah-tanah bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap satuan berat
mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan
menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi
5. Tingkat pelapukan debu dan pembebasan unsur-unsur hara untuk
diserap akar lebih besar daripada pasir.
6. Partikel-partikel debu terasa licin sebagai tepung dan kurang melekat.
Sedangkan tanah-tanah yang mengandung debu yang tinggi dapat
memegang air tersedia untuk tanaman.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Kemas. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT Raja Garfindo Persada

Bale, Anwar. 1996. Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah. Yogyakarta: Fakultas


Kehutanan, Universitas Gadjah Mada

Dea. 2018. Pengertian Tanah Mediteran. https://www.pengertianilmu.com/2018/0


8/pengertian-tanah-mediteran.html
Diakses Pada Tanggal 15 April 2022 Pukul 12.30 WIB

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo

N, Anton. 2015. Tekstur Tanah. https://docplayer.info/56061674laporan-praktikum-


dasar-ilmu-tanah.html Diakses Pada Tanggal
14 April 2022 Pukul 14.00 WIB

19
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

DASAR-DASAR ILMU TANAH

Disusun Oleh:
Nama/NIM : Figo Herlan Frandika (21/22455/BP)
Tomy Ismawan (21/22458/BP)
Asrul Sani(21/22459/BP)
Ramanda Prayoga (21/22460/BP)
M. Iqbal Azkia(21/22461/BP)
Rudolf Kekung sirait (21/22463/BP)
Kelas : SPKS B
Kelompok : IV (Empat)
Acara : III (Tiga)
Co.Ass : Andi Kismawanto

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2022

20
ACARA 3
STRUKTUR TANAH

Struktur tanah adalah sifat tanah yang menyatakan tentang susunan


partikel partikel tanah primer menjadi agregat tanah (PEI)). Bahan perekat
yang berperan adalah :
1. Koloid organic
2. Koloid lempung
3. Koloid oksida besi dan AL
4. Kapur (CaCO3)
5. Gypsum (CaCO3.2H2O)

PENENTUAN STRUKTUR TANAH


1. Di Lapangan
Dapat dilakukan secara makroskopis maupun mikroskopis. Cara
makroskopis dilakukan di lapangan dengan jalan mengamati struktur
tanah pada horison demi horison dalam profil tanah. Sedangkan cara
mikroskopis dilakukan dengan jalan membuat preparat tanah yaitu
contoh tanah dituangi ramuan parafm-naftalin. Setelah dingin lalu
disiapkan kemasan irisan tipis mikroskopis dan difoto. kemudian
diamati dengan mikroskop.
Pengamatan struktur tanah dilakukan dengan mengamati komponen
struktur tanah yaitu:
a. Bentuk dan susunan agregat, disebut Tipe tanah
b. Ukuran (diameter), disebut Kelas struktur
c. Kemantapan atau kekuatan agregat disebut Derajat Struktur

2. Di Laboratorium
Analisis struktur tanah di laboratorium dilakukan dengan
menentukan Berat Jenis (BJ) dan Berat Volume (BV) dan Porositas
tanah (n).
a. Berat Jenis (particle density) yaitu perbandingan antara berat
butir-butir tanah dengan volume butir-butir tanah (gram.cm-3)
b. Berat Volume (bulk density) tanah yaitu perbandingan antara
berat butirbutir tanah dengan volume bongkah tanah (gram.cm3).
c. Porositas tanah adalah persen volume total pori dalam tanah, atau
n = (IBV/BJ) x 100%.

21
A. PENETAPAN STRUKTUR TANAH DI LABORATORIUM
1. Menetapkan Kerapatan Massa Tanah (BV)
A. Metode : Lilin
B. Bahan dan Alat
- Tanah Vertisol
- Cawan pemanas lilin
- Lampu Spiritus
- Penumpu kaki tiga
- Tabung ukur
- Pipet Ukur 10 ml
- Thermometer

C. Cara Kerja
1. Ambil sebongkah contoh tanah sedemikian rupa, sehingga
dapat masuk ke dalam gelas ukur dengan longgar.
Bersihkan permukaannya dari butir-butir tanah yang
menempel secara hati-hati dengan kuas, ikat dengan benang
sehingga dapat digantung. Timbang bongkah tanah ini
misal a gram.
2. Cairkan lilin dalam cawan pemanas, ukur suhunya dengan
Thermometer. Celupkan bongkah tanah pada lilin yang
mencair dengan suhu tepat 600C. Lilin cair dapat meresap
masuk ke dalam pori-pori tanah jika suhunya lebih tinggi
dari 600C, tetapi bila lilin mencair pada suhu < 600C maka
tidak akan menempel pada bongkah tanah sehingga bila
dicelupkan ke dalam air, air dapat masuk ke pori-pori dalam
bongkah tanah. Pastikan lilin betul-betul menutupi
permukaan bongkah secara merata. Setelah dingin timbang
lah bongkah tanah yang dibungkus lilin tersebut misal b
gram.
3. Isi gelas ukur dengan air sampai volume tertentu misal p ml
dan tenggelam kan bongkah tanah ber lilin ke gelas ukur
(volume air akan naik). Tambah volumenya dengan pipet
ukur sampai tepat di garis volume tertentu (misal q ml).
Catat berapa ml air yang telah ditambahkan dari pipet ukur,
misal r ml.

22
D. Perhitungan

BJ Lilin = 0,87
100
BTKM = x a gram
(100+𝐾𝐿 𝐵𝑜𝑛𝑔𝑘𝑎 ℎ)
(𝑏−𝑎)
Vol. Bongkah Tanah (VBT)= (𝑞 − 𝑟 − 𝑝) − ml
0,87
𝐵𝑇𝐾𝑀
Kerapatan massa tanah (BV) = gr/cm 3
𝑉𝐵𝑇

 Berat bongkah tanah (a) = 6,07 gr


 Berat bongkah dilapisi lilin (b) = 6,34 gr
 Volume awal (p) = 30 ml
 Volume akhir (q) =34 ml
 Ml air dari Pipet (r) = 0 ml

100
BTKM = x 6,07
(100+ 45,4)

= 0,68 x 6,07

= 4,12 gr

(6,34−6,07)
VBT = (34 – 30 – 0) - ml
0,87

0,27
=4-
0,87

= 4 – (-0,6)

= 4,6 ml

4,12
BV =
4,6

= 0,89 gr/cm3

2. Kerapatan Butir Tanah (BJ)

23
A. Metode: Piknometri
B. Bahan dan Alat
- Tanah Vertisol berdiameter 2 mm
- Piknometer
- Kawat pengaduk halus
- Thermometer

C. Cara Kerja
1. Timbang piknometer kosong bersumbat, misal a gram
2. Isilah dengan air sampai di atas leher, pasang sumbat nya
hingga air dapat mengisi pipa kapiler sampai penuh
3. Timbang piknometer penuh air, misal b gram, ukur
suhunya misal t1 0C, dan lihat BJ air (BJ1) pada suhu tsb di
dalam daftar label BJ.
4. Bersihkan dan keringkan piknometer dari air dan isilah
piknometer tsb dengan tanah kira-kira 5 gram (kira-kira 3/4
cm, jika Vol, piknometer 50 ml dan I cm jika vol.
piknometer 25 ml). Pasang sumbat nya dan timbang misal c
gram.
5. Tambahkan air ke dalam piknometer sampai 1/2 volume,
aduk dengan kawat supaya gelembung udara keluar (bantu
dengan menggoyanggoyangkan piknometer). Pasang
sumbat nya dan biarkan semalam.
6. Ulangi pengadukan dengan menggunakan kawat biarkan
sebentar untuk mengendapkan sebagian tanahnya.
Tambahkan air sampai penuh dengan cara seperti langkah l.
Usahakan agar suspensi tanah tidak ikut teraduk.
7. Timbang piknometer + tanah + air, missal d gram,
kemudian ukur suhu di dalam piknometer missal t2 °C.
Lihat Bj air (BJ2) berdasar suhu pada daftar table BJ yang
tersedia.

24
D. Perhitungan

100
BTKM = x ( c – a ) gram
(100 +𝐾𝐿 ɸ 2 𝑚𝑚 )

(𝑏−𝑎 ) (𝑑 −𝑐)
Vol. Butir tanah (VBT) = −
𝐵𝐽 1 𝐵𝐽 2

𝐵𝑇𝐾𝑀
Kerapatan Butir (BJ) = gr/cm3
𝑉𝐵𝑇

BV
Porositas = (1 -
) x 100%
BJ
BJ yang digunakan adalah Kerapatan Butir (BJ)

100
BTKM = x (33,22 – 28,26)
100+11,2

= 0,89 x 4,96

= 4,41 gr

(63,77−28,26) (62,28−33,22)
VBT = -
0,9963 0,9960

= 35,64 – 29,17

= 6,47 ml

4,41
BJ =
6,47

= 0,68 gr/cm3

0,89
Porositas = (1- ) x 100%
0,68

25
= -30%

E. PEMBAHASAN

Tanah merupakan lapisan atas kerak bumi yang melapuk, yang


berupa bangunan alami yang tersusun atas horizon-horizon yang terdiri atas
bahan-bahan mineral dan organik. Tanah bersifat galir (tidak padu), dan
mempunyai tebalyang tidak sama yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetis dan
lingkungan, memiliki sifat yang berbeda dengan bahan dibawahnya (Sutanto,
2005).
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan
keruangan partikel-partikel tanah yang bergabung menjadi satu dengan yang lain
membentuk agregat. Dalam tinjauan morfologi struktur tanah diartikan sebagai
susunan partikel-partikel primer menjadi satu kelompok partikel (cluster) yang
disebut agregat yang dapat dipisah-pisahkan kembali serta mempunyai sifat yang
berbeda dari sekumpulan partikel primer yang tidak teragregasi
(Handayani,2002). Tingkat perkembangan struktur ditentukan berdasar atas
kemantapan atau ketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan.
Ketahanan struktur tanah dibedakan menjadi: Tingkat perkembangan lemah
(butir-butir struktur tanah mudah hancur), Tingkat perkembangan sedang (butir-
butir struktur tanah agak sukar hancur, Tingkat perkembangan kuat (butir-butir
struktur tanah sukar hancur).
Hal ini sesuai dengan jenis tanah dan tingkat kelembaban tanah. Tanah-tanah
permukaan yang banyak mengandung humus biasanya mempunyai tingkat
perkembangan yang kuat. Tanah dengan struktur baik (granuler, remah)
mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan
mudah diolah. Struktur tanah yang baik adalah yang bentuknya membulat
sehingga tidak dapat saling bersinggungan dengan rapat. Akibatnya pori-pori
tanah banyak terbentuk. Disamping itu struktur tanah harus tidak mudah rusak
(mantap) sehingga pori-pori tanah tidak cepat tertutup bila terjadi hujan
(Hardjowigeno, 2007).
Struktur tanah berfungsi memodifikasi pengaruh tekstur terhadap kondisi
drainase atau aerasi tanah, karena susunan antara ped atau agregat tanah
menghasilkan ruang yang lebih besar ketimbang susunan antar partikel primer.
Oleh karena itu, tanah yang berstruktur baik akan mempunyai kondisi drainase
dan aerasi yang baik pula, sehingga lebih memudahkan sistem perakaran tanaman
untuk berpenetrasi dan mengabsorpsi (menyerap) hara dan air, sehingga
pertumbuhan dan produksi menjadi lebih baik. (Hanafiah, 2004)
Dalam pembentukan dan pemantapan agregat, struktur tanah dipengaruhi
oleh bahan induk penyusun tanah tersebut mempengaruhi agregat tanah serta
kemantapan tanah, bahwa organik tanah sebagai bahan perekat, tanaman pada

26
suatu wilayah dapat membantu pembentukan agregat yang mantap dengan
perekatan akar tanaman yang sangat kuat, organisme tanah dapat mempercepat
terbentuknya agregat dan membantu menggambarkan tanah. Waktu menentukan
semua faktor pembentuk tanah dapat berjalan dengan sesuai sering semakin lama
waktu berjalan maka agregat yang terbentuk pada tanah tersebut makin mantap.
Iklim berpengaruh terhadap proses pengeringan, pembasahan, pembekuan,
pencairan. (Yazid, 2011)

Derajat struktur tanah dapat dibedakan menjadi: Yang tidak ber agregat, yaitu
pejal (jika ber koherensi dan butir tunggal) lepas-lepas (jika tidak ber koherensi),
Yang derajat strukturnya lemah, jika tersentuh akan mudah hancur, derajatnya
dapat dibedakan lagi menjadi sangat lemah dan agak lemah, Yang derajat
strukturnya cukup, dalam hal ini agregat nya sudah jelas terbentuk dan masih
dapat dipecah-pecah, Yang derajat strukturnya kokoh, agregat nya mantap dan
jika dipecahkan (dipecah-pecah) agak liat (terasa ada ketahanan nya), derajatnya
dapat dibedakan lagi menjadi yang sangat kokoh dan yang cukup kokoh.
(Kartaspoetra dan Mulyani, 1987)
Tanah dikatakan tidak berstruktur bila butir-butir tanah tidak melekat satu
sama lain (disebut lepas, misalnya tanah pasir) atau saling melekat menjadi satu
satuan yang padu (kompak) dan disebut massive atau pejal. (Hardjowigeno, 1987)

27
F. KESIMPULAN
Berdasarkan Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah pada Acara 3 yang
berjudul Struktur Tanah dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan
ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain
membentuk agregat dari hasil proses pedogenesis.
2. Struktur tanah adalah gabungan dari butiran-butiran tanah karena adanya
penggumpalan partikel debu, liat dan pasir yang terikat satu sama lain oleh
suatu perekat yang berupa bahan-bahan organik, besi, oksida-oksida dll.
3. Struktur tanah berfungsi memodifikasi pengaruh tekstur terhadap kondisi
drainase atau aerasi tanah, karena susunan antara ped atau agregat tanah
menghasilkan ruang yang lebih besar ketimbang susunan antar partikel
primer.
4. Tingkat perkembangan struktur ditentukan berdasar atas kemantapan atau
ketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan.
5. Tanah dikatakan tidak berstruktur bila butir-butir tanah tidak melekat satu
sama lain (disebut lepas, misalnya tanah pasir) atau saling melekat menjadi
satu satuan yang padu (kompak) dan disebut massive atau pejal.

28
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2021. Panduan Praktikum DIT. Yogyakarta: Institut Pertanian


Yogyakarta

Ismunidar. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Malang: Universitas Brawijaya

Komang, T. 2011. Struktur Tanah. https://www.scribd.com/doc/57926100/


Diakses Pada Tanggal 10 Maret Pukul 21.00 WIB

Majid, A. 2011. Definisi Tanah, Fungsi dan Profil Tanah. Palembang:


Universitas Sriwijaya

Syukri. 2013. Struktur Tanah. https://www.scribd/embeds/243220728/ Diakses


Pada Tanggal 10 Maret Pukul 22.00 WIB

29
30
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

DASAR-DASAR ILMU TANAH

Disusun Oleh:
Nama/NIM : Figo Herlan Frandika(21/22455/BP)
Tomy Ismawan (21/22458/BP)
Asrul Sani(21/22459/BP)
Ramnda prayoga (21/22460/BP)
M. Iqbal Azkia(21/22461/BP)
Rudolf Kekung Sirait(21/22463/BP)
Kelas : SPKS B
Kelompok : V (Lima)
Acara : IV (Empat)
Co.Ass : Andi Kismawanto

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2022

31
A. ACARA IV : Kemantapan Agregat Tanah Secara Cepat
B. TANGGAL : 23 Maret 2022
C. TUJUAN : Untuk mengetahui kekuatan ikatan antar partikel tanah.
D. METODE : Perendaman Campuran Air dan Alkohol

E. ALAT DAN BAHAN


1. Alat : Pisau, Pipet Tetes, Cawan Plastik
2. Bahan : Tanah Vertisol, Alkohol dan H2O

F. CARA KERJA
1. Ambil contoh tanah kering (kalau perlu dikeringkan dulu di bawah
terik matahari atau dibakar dengan spiritus), dan pilihlah agregat
berdiameter kira-kira 8 mm.
2. Siapkan sederet campuran air-alkohol dengan perbandingan air.
Alkohol (100:0), (90:10), (80:20), (70:30), (60:40), (50:50), (40:60),
(30:70), (20:80), (10:90) dan (0:100). Jadi semua ada 1 1 macam
perbandingan.
3. Isi lekukan piring tetes dengan campuran itu, 4 lekukan diisi dengan
campuran yang sama (pengamatan dengan 4 ulangan), jadi seluruhnya
ada 44 buah lekukan.
4. Kemudian tiap lekukan diisi dengan agregat tanah secukupnya (4-5
butir) dan diamati gejala penguraian agregat. Untuk tanah ringan
perendaman dilangsungkan selama 1-2 menit sebelum dimulai
pengamatan, sedang untuk tanah yang lebih berat ditunggu selama 10-
15 menit.
5. Agregat dicatat sebagai terurai kalau gejala itu teramati pada
sekurang- kurangnya 75% dari jumlah ulangan (3 dari 4 ulangan).
Catatlah % air tertinggi dalam campuran yang agregat tidak tampak
terurai.
6. Makin tinggi (%) air agregat tidak terurai, makin mantap agregatnya.
Klasifikasi kemantapan agregat dapat disusun sebagai berikut:

32
Catatan :
a. Daya air mengurai agregat > daripada alkohol karena:
 Tetapan dielektriknya lebih besar (pada 25 °C air 78,54
dan alkohol 24,30) Tegangan mukanya lebih besar (pada
20 °C air 72,75 dyne.cm-1 dan alkohol 23,04 dyne.cm-1
 Viskositasnya lebih kecil (pada 20°C air 1,005 centipoise
dan alkohol 1,200)
 Karena tegangan mukanya lebih besar dan viskositasnya
lebih kecil, air lebih mudah dan lebih cepat memasuki
pori-pori, sehingga udara yang berada dalam pori-pori
berkesempatan lebih sedikit untuk terlepas keluar, hal ini
berakibat tekanan dakhil lebih cepat karena udara yang
termampat.
b. Diameter agregat yang diuji boleh lebih kecil daripada 8 mm,
asal untuk satu derert pengamatan seragam.
c. Pada tanah ringan gejala penguraian agregat lebih jelas, karena
hanya ada dua kemungkinan, yaitu utuh dan terurai sama
sekali. Pada tanah yang lebih berat (lempungan) dapat terjadi
gejala-gejala antara berupa retak dan pecah. Gejala -gejala
semacam ini sudah termasuk terurai.
d. Agregat harus kering, sebab kalau lembab atau basah air yang
ada akan mengubah harga-harga tetapan dielektrika, tegangan
muka dan viskositas, sehingga tidak tepat lagi menurut
perbandingan air : alkohol.

33
G. HASIL PENGAMATAN
1. Data Pengamatan Tanah Vertisol
H2O Alkohol Keterangan
100 % 0% L K -
90 % 10 % K S S
80 % 20 % L K K
70 % 30 % K K K
60 % 40 % K K K
50 % 50 % K K K
40 % 60 % L K S
30 % 70 % K K L
20 % 80 % K S L
10 % 90 % S K K
0% 100 % K L K

Ket:
K: Kuat
S: Sedang
L: Lemah

2. Keterangan
 Agregat tanah Vertisol (Kuat).
 Kondisi bongkah rata-rata mengalami (Retak).

34
H. PEMBAHASAN
Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah
melawan pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air.
Kemantapan tergantung pada ketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi
air dan kekuatan sementasi atau pengikatan. Faktor-faktor yang berpengaruh
dalam kemantapan agregat antara lain bahan-bahan penyemen agregat tanah,
bentuk dan ukuran agregat, serta tingkat agregasi Stabilitas agregat yang
terbentuk tergantung pada keutuhan tanaga permukaan agregat pada saat
rehidrasi dan kekuatan ikatan antarkoloid-partikel di dalam agregat pada saat
basah. Pentingnya peran lendir (gum) microbial sebagai agen pengikat adalah
menjamin kelangsungan aktivitas mikroba dalam proses pembentukan ped
dan agregasi. Nilai bobot isi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya pengolahan tanah, bahan organik, pemadatan oleh alat-alat
pertanian, tekstur, struktur, dan kandungan air tanah. Nilai ini banyak
dipergunakan dalam perhitungan- perhitungan seperti dalam penentuan
kebutuhan air irigasi, pemupukan, pengolahan tanah, dan lain-lain.
Kemantapan agregat sangat penting bagi tanah pertanian dan perkebunan.
Agregat yang stabil akan menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan
tanaman.
Agregat dapat menciptakan lingkungan fisik yang baik untuk
perkembangan akar tanaman melalui pengaruhnya terhadap porositas, aerasi
dan daya menahan air. Tanah yang agregat nya, kurang stabil bila terkena
gangguan maka agregat tanah tersebut akan mudah hancur. Butir-butir halus
hasil hancuran akan menghambat pori-pori tanah sehingga bobot isi tanah
meningkat, aerasi buruk dan permeabilitas menjadi lambat. Kemantapan
agregat juga sangat menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi.
Kemampuan agregat untuk bertahan dari gaya perusak dari luar (stabilitas)
dapat ditentukan secara kuantitatif melalui Aggregate Stability Indeks (ASI).
Indeks ini merupakan penilaian secara kuantitatif terhadap kemantapan
agregat (Santi, 2008)
Agregat tanah merupakan partikel-partikel primer di dalam tanah
tergabung dalam suatu kelompok yang dinamakan sebagai agregat tanah,
yang merupakan satuan dasar struktur tanah (Baveretal). Agregat terbentuk
diawali dengan suatu mekanisme yang menyatukan partikel-partikel primer
membentuk kelompok atau gugus (cluster) dan dilanjutkan dengan adanya
sesuatu yang dapat mengikat menjadi lebih kuat (sementasi). Pembentukan
agregat tanah melalui proses penjonjotan yang dilanjutkan dengan agregasi
dengan atau tanpa diikuti proses sementasi (Baveretal., Notohadiprawiro,
1994)

35
Kemantapan agregat merupakan sifat fisik tanah yang
memanifestasikan ketahanan agregat tanah terhadap pengaruh disintegrasi
oleh air dan manipulasi. Oleh karena itu pengukuran agregat yang berkaitan
dengan pengaruh dispersif air sangat relevan untuk dilakukan. Pengukuran
kemantapan bisa dibatasi pada hanya agregat makro, agregat mikro, bahan
yang dapat di dispersikan, atau dapat meliputi rentang ukuran aggregate yang
luas. Hasil pengukuran akan sangat ditentukan oleh kelas ukuran agregat dan
kadar air awal dari agregat yang digunakan, serta kondisi bagaimana
pembasahan itu terjadi. Kemantapan agregat dipengaruhi oleh banyak faktor,
diantaranya jenis dan kadar Iiat, bahan organik. serta jenis dan jumlah kation
terjerap.
Tanah yang teragregasi dengan baik biasanya dicirikan oleh tingkat
infiltrasi, permeabilitas, dan ketersediaan air yang tinggi. Sifat lain adalah
tanah tersebut mudah diolah, aerasi baik, menyediakan media respirasi akar
dan aktivitas mikrobia tanah yang baik (Russel, 1971).
Untuk dapat mempertahankan kondisi tanah seperti itu, maka
perbaikan kemantapan agregat tanah perlu diperhatikan. Kemantapan agregat
tanah dapat didefinisikan sebagai kemampuan tanah untuk bertahan terhadap
gaya-gaya yang akan merusaknya. Gaya-gaya tersebut dapat berupa kikisan
angin, pukulan hujan, daya urai air pengairan, dan beban pengolahan tanah.
Agregat tanah yang mantap akan mempertahankan sifat-sifat tanah yang baik
untuk pertumbuhan tanaman, seperti porositas dan ketersediaan air lebih lama
dibandingkan dengan agregat tanah tidak mantap. Atas dasar itu, maka
Kemper dan Rosenau (1986) mengembangkan temuan bahwa makin mantap
suatu agregat tanah, makin rendah kepekaannya terhadap erosi (erodibilitas
tanah). El-Swaify dan Dangler (1976) mendapatkan bahwa parameter-
parameter kemantapan agregat (berat diameter rata-rata dan ketidakmantapan
agregat kering dan basah) adalah lebih besar korelasinya terhadap erodibilitas
dibandingkan dengan kandungan liat, debu, debu dan pasir sangat halus,
bahan organik, struktur dan permeabilitas.
Sejumlah faktor mempengaruhi kemantapan agregat. Faktorfaktor
tersebut antara lain pengolahan tanah, aktivitas mikrobia tanah, dan tajuk
tanaman terhadap permukaan tanah dari hujan. Pengolahan tanah yang
berlebihan cenderung memecah agregat mantap menjadi agregat tidak
mantap. Sangat sering terjadi kemantapan agregat tanah menurun pada sistem
pertanian tanaman semusim, seperti pada tanaman jagung.

36
I. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum Dasar Ilmu Tanah pada Acara 4 yang
berjudul “Kemantapan Agregat Tanah Secara Cepat” dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kemantapan agregat antara lain
bahan-bahan penyemen agregat tanah, bentuk dan ukuran agregat,
serta tingkat agregasi Stabilitas agregat yang terbentuk tergantung
pada keutuhan tanaga permukaan agregat pada saat rehidrasi dan
kekuatan ikatan antarkoloid-partikel di dalam agregat pada saat basah.
2. Tanah yang agregat nya, kurang stabil bila terkena gangguan maka
agregat tanah tersebut akan mudah hancur.
3. Agregat tanah yang mantap akan mempertahankan sifat-sifat tanah
yang baik untuk pertumbuhan tanaman, seperti porositas dan
ketersediaan air lebih lama dibandingkan dengan agregat tanah tidak
mantap.
4. El-Swaify dan Dangler (1976) mendapatkan bahwa parameter-
parameter kemantapan agregat (berat diameter rata-rata dan
ketidakmantapan agregat kering dan basah) adalah lebih besar
korelasinya terhadap erodibilitas dibandingkan dengan kandungan liat,
debu, debu dan pasir sangat halus, bahan organik, struktur dan
permeabilitas.
5. Semakin stabil suatu agregat tanah, makin rendah kepekaan nya
terhadap erosi (erodibilitas tanah).

37
DAFTAR PUSTAKA

El-Swaify, S. A., and E. W. Dangler. 1976. Erodibilities of selected tropical


soil in relation to structural and hydrological parameters. USA:
Hawai Agric

Hanafiah. 2011. Ilmu Tanah. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Hardjowigeno, S. 1987. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Mediatama Sarana


Perkasa

Rachman. 2017. Penetapan Agregat Tanah. https://balittanah.litbang.pertani


An.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku%20sifat
%20%fisik20%tanah/06penetapan/agregattanah
Diakses Pada Tanggal 24 Maret 2022 Pukul 12.30 WIB

Vivi. 2018. Struktur Tanah dan Kemantapan Agregat. https://www.academia


u/23757457/struktur_tanah_dan_kemantapan_agregat
Diakses Pada Tanggal 23 Maret 2022 Pukul 15.00 WIB

38
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

DASAR-DASAR ILMU TANAH

Disusun Oleh:
Nama/NIM : Figo Herlan Frandika (21/22455/BP)
Tomy Ismawan (21/22458/BP)
Asrul sani (21/22459/BP)
Ramanda Prayoga (21/22460/BP)
M. Iqbal Azkia (21/22461/BP)
Rudolf Kekung sirait (21/22463/BP)
Kelas : SPKS B
Kelompok : IV (Empat)
Acara : V (Lima)
Co.Ass : Andi Kismawanto

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2022

39
ACARA 5
pH TANAH COLORIMETRIS

A. Tujuan:
1. Menetapkan pH tanah secara colorimetris dengan H2O (pH H2O) /
pH Aktual
2. Menetapkan pH tanah secara colorimetris dengan KCl (pH KCl) /
pH Potensial.

B. Metode : Colorimetris
C. Alat dan Bahan
Alat:
1. Tabung reaksi
2. pH Stik
3. Sprayer
4. Kertas label
5. pH meter

Bahan:
1. Tanah Vertisol dengan diameter: 0,5 mm.
2. Aquades
3. KCl

D. Cara Kerja
1. Tabung reaksi diisi contoh tanah dan H20 (Aquades) dengan c. Pada
tanah ringan gejala penguraian agregat lebih jelas, karena
perbandingan I tanah 1 cm, Aquades 4 cm, sehingga tinggi hanya
ada dua kemungkinan, yaitu utuh atau terurai sama tanah + Aquades
menjadi 5 cm.
2. Larutan dikocok hingga homogen dan dibiarkan mengendap gejala -
gejala antara bempa retak dan pecah. Gejala-gejala lalu warna jernih
di bagian atas dicatat, misalnya kuning.
3. Dimasukkan pH stik dengan hati-hati dalam tabung reaksi (seluruh
indikator stik tercelup dalam larutan jernih).
4. pH lebih stik akurat kemudian bisa digunakan dicocokkan pH meter.
Dengan balok komparator dan perbandingan dicatat pH-nya.
5. Ulangi langkah I -4 dengan menggunakan KCI.

40
E. Hasil Pengamatan

Data H2O, Tanah Vertisol


 Menggunakan pH Stick =5
 Menggunakan pH Meter = 6,82
 Warna = Keruh

Data KCL, Tanah Vertisol


 Menggunakan pH Stick =5
 Menggunakan pH Meter = 5,75
 Warna = Keruh

41
F. Pembahasan
pH adalah tingkat keasaman atau suatu benda yang diukur dengan
menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai pH antara
0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH 7 hingga 14. Sebagai contoh,
jus jeruk dan air aki mempunyai pH antara 0 hingga 7, sedangkan air laut dan
cairan pemutih mempunyai sifat basa (yang juga di sebut sebagai alkaline)
dengan nilai pH 7 – 14. Air murni adalah netral atau mempunyai nilai pH 7.
Dalam sistem alami pH tanah dipengaruhi oleh mineralogi, iklim dan
pelapukan. Pengolahan tanah sering kali mengubah pH alami dari tanah
akibat dari pupuk nitrogen penghasil asam atau akibat pengambilan basa-basa
kalium (K), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg). Tanah yang mengandung
mineral penghasil sulfur dapat menyebabkan kondisi tanah menjadi sangat
asam apabila mineral tersebut terkena udara bebas.
Larutan mempunyai pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7 disebut
masam, dan lebih besar dari 7 disebut alkalis. Reaksi tanah ini sangat
menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah. Status kimia tanah
mempengaruhi proses-proses biologis (Hakim, dkk, 1986).
pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan
tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung
berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya
unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah
mineral biasanya antara 3,5–10 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur,
pH tanah dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari 3,6.
Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan
tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu
tanaman (Sarwono, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang
terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral tanah, air
hujan dan bahan induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang
bervariasi sesuai dengan mineral penyusun nya dan asam nitrit yang secara
alami merupakan komponen renik dari air hujan juga merupakan faktor yang
mempengaruhi pH tanah, Selain itu bahan organik dan tekstur. Bahan organik
mempengaruhi besar kecilnya daya serap tanah akan air. Semakin banyak air
dalam tanah maka semakin banyak reaksi pelepasan ion H+ sehingga tanah
menjadi masam. Tekstur tanah liat mempunyai koloid tanah yang dapat yang
dapat melakukan kapasitas tukar kation yang tinggi. tanah yang banyak
mengandung kation dapat berdisiosiasi menimbulkan reaksi masam (Kemas,
2005)
Keasaman tanah ditentukan oleh kadar atau kepekatan ion hidrogen di
dalam tanah tersebut. Bila kepekatan ion hidrogen di dalam tanah terlalu

42
tinggi maka tanah akan bereaksi asam. Sebaliknya, bila kepekatan ion
hidrogen terIalu rendah maka tanah akan bereaksi basa. Pada kondisi ini
kadar kation OH- lebih tinggi dari ion H+.
Tanah masam adalah tanah dengan pH rendah karena kandungan H+
yang tinggi. Pada tanah masam lahan kering banyak ditemukan ion Al3+
yang bersifat masam karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+.
Dalam keadaan tertentu, yaitu apabila tercapai kejenuhan ion Al3+ tertentu,
terdapat juga ion Al-hidroksida dengan demikian dapat menimbulkan variasi
kemasaman tanah (Yulianti, 2007).
Di daerah rawa-tawa, tanah masam umumnya disebabkan oleh
kandungan asam sulfat yang tinggi. Di daerah ini sering ditemukan tanah
sulfat masam karena mengandung, lapisan cat clay yang menjadi sangat
masarn bila rawa dikeringkan akibat sulfida menjadi sulfat. Kebanyakan
partikel lempung berinteraksi dengan ion H+. Lempung jenuh hidrogen
mengalami dekomposisi spontan. Ion hidrogen menerobos lapisan oktahedral
dan menggantikan atom Al. Aluminium yang dilepaskan kemudian di jerap
oleh kompleks lempung dan suatu kompleks lempung-Al-H terbentuk dengan
cepat ion. Al3+ dapat terhidrolisis dan menghasilkan ion H.
Reaksi tersebut menyumbang pada peningkatan konsentrasi ion H+
dalam tanah. Sumber keasaman atau yang berperan dalam menentukan
keasaman pada tanah gambut adalah pirit (senyawa sulfur) dan asam-asam
organik. Tingkat keasaman gambut mempunyai kisaran yang sangat lebar.
Keasaman tanah gambut cenderung semakin tinggi jika gambut semakin
tebal. Asam-asam organik yang tanah gambut terdiri dari atas asam humat,
asam fulvat, dan asam humin. Pengaruh pirit yaitu pada oksida pirit yang
akan menimbulkan keasaman tanah hingga mencapai pH 2 - 3. Pada keadaan
ini hampir tidak ada tanaman budidaya yang dapat tumbuh baik. Selain
menjadi penghambat pertumbuhan tanaman, pirit menyebabkan terjadinya
karatan (corrosion) sehingga mempercepat kerusakan alat-alat pertanian yang
terbuat dari logam.
Terdapat dua jenis reaksi tanah atau kemasaman tanah, yakni
kemasaman (reaksi tanah) aktif dan potensial. Reaksi tanah aktif ialah yang
diukur nya konsentrasi hidrogen yang terdapat bebas dalam larutan tanah.
Reaksi tanah inilah yang diukur pada pemakaiannya sehari-hari. Reaksi tanah
potensial ialah banyaknya kadar hidrogen dapat tukar baik yang terjerap oleh
kompleks koloid tanah maupun yang terdapat dalam larutan (Hanafiah, 2007).

43
G. Kesimpulan
Berdasarkan Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah pada Acara 5
yang berjudul pH Tanah Colorimetris dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Penentuan nilai pH suatu tanah penting artinya sebagai diagnosa
untuk menentukan tindakan perbaikan kesuburan tanah. Baik untuk
memilih tanaman yang cocok, maupun untuk menciptakan suasana
atau reaksi tanah tertentu sehingga sesuai dengan kehendak tanaman
dan cocok bagi penyediaan hara.
2. pH tanah sangat berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman karena
apabila pH tanah rendah maka tanaman akan bersifat menjadi racun
bagi tanaman.
3. Faktor yang mempengaruhi pH tanah diantaranya yaitu tingkat
kejenuhan basa sifat koloid, macam kation yang terjerap, drainase
tanah internal dll.
4. Larutan mempunyai pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7 disebut
masam, dan lebih besar dari 7 disebut alkalis.
5. pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan
pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengaruh langsung berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak
langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya
unsur beracun.

44
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2021. Panduan Praktikum DIT. Yogyakarta: Institut Pertanian


Yogyakarta

Bahar. 2015. Reaksi Tanah. https://www.academia.edu/25105790/pHtanah


Diakses Pada Tanggal 11 Maret 2022 Pukul 11.00 WIB

Sugeng, P. 2013. Pengukuran pH dan Bahan Organik. Malang: Universitas


Brawijaya

Sulaiman. 2006. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk. Bogor: Balai
Penelitian Tanah Bogor

Yohan. 2018. Kesuburan Tanah. https://tanicerdasramahlgkungan.blogspot


/20.html Diakses Pada Tanggal 11 Maret 2022 Pukul 13.00 WIB

45
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

DASAR-DASAR ILMU TANAH

Disusun Oleh:
Nama/NIM : Figo Herlan Frandika (21/22455/BP)
Tomy Ismawan (21/22458/BP)
Asrul sani (21/22459/BP)
Ramanda Prayoga (21/22460/BP)
M. Iqbal Azkia (21/22461/BP)
Rudolf Kekung sirait (21/22463/BP)
Kelas : SPKS B
Kelompok : IV (Empat)
Acara : VI (Enam)
Co.Ass : Andi Kismawanto

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2022

46
A. ACARA VI : Kadar Bahan Organik Tanah
B. TANGGAL : 15 Maret 2022
C. TUJUAN : Menetapkan kadar bahan organic
D. METODE : Walkiey & Black
E. ALAT DAN BAHAN
1. Alat:
 Labu takar 50 ml
 Pipet tetes
 Pipet ukur IO ml dan 5 ml
 Pipet volume 5 ml
 Timbangan analistis
 Elenmeyer 100 atau 125 ml
 Buret dan statis
 Gelas ukur 25 atau 50 ml
 Sprayer

2. Bahan:
 Tanah Vertisol diameter 0,5 mm
 Aquadest
 Diphenylamine
 K2Cr2071 N
 H2S04 pekat (min 96%)
 H3P04 85%
 FeS04 IN

47
F. CARA KERJA
1. Ditimbang tanah vertisol seberat 1 gram.
2. Contoh tanah dimasukkan dalam labu takar dan ditambahkan IO ml
K2Cr207 IN (Oksidator) dan 10 ml 112,S04 pekat.
3. Dikocok dengan gerakan mendatar dan memutar. Warna harus tetap
merah jingga. Kalau warna berubah menjadi biru atau hijau tambahkan
Iagi K2Cr207 IN dan H2S04 dan setiap penambahan jumlahnya harus
dicatat, penambahan blanko harus sama banyak,
4. Larutan tanah diamkan kurang lebih 30 menit/sampai larutan dingin.
5. Setelah dingin tambahkan 5 ml 1131>04 85%, dan I ml diphenyl-amine
kemudian tambahkan aquadest sampai batas terra.
6. Larutan tanah dikocok dengan cara membolak-balik sampai homo-gen
dan dibiarkan mengendap.
7. Ambil dcngan pipet volume 5 ml larutan yang jerníh, kemudian
masukkan kedalam erlenmeyer dan tambahkan 15 ml aquadest.
8. Kemudian dititrasi dengan FeS04 1 N hingga wama menjadi kehijauan,
dan dicatat volumen titrasinya (langkah 7 dan 8 diulangi 3 kali).
9. Langkah 1-8 diulangi tanpa contoh tanah untuk keperluan blanko (fungsi
análisis blanko untuk koreksi alat maupun bahan/regensia murni tidaknya
dan untuk mempermudah hitungan).

48
G. HASIL PENGAMATAN
1. Data Pengamatan
 Berat tanah (a) gram = 1 gram
Hasil titrasi:
 Baku I = 15,3 ml
 Baku II = 7,4 ml
 Rata-rata baku (A) = 9,03 ml
 Blanko I = 17,5 ml
 Blanko II = 17,5 ml
 Rata-rata blanko (B) = 17,5 ml
 n =1

2. Rumus
( B− A ) . nx 3
C = 100 x 10 x 100/77 x 100%
x berat tanah
100+ KL 0,5 mm
BO = [C] x 100/58

3. Perhitungan
( 17,5−9,03 ) 1 x 3
C = 100 x 10 x 100/77 x 100%
x 1 gr
100+29,9
8,47 x 3
= x 12,98 x 100%
0,76 gr
329,82
= x100%
0,76
= 43,3 %

BO = [43,3] x 100/58
= 74,65 %

49
H. PEMBAHASAN
Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan
tanah, baik secara fisika, kimia maupun biologi tanah. Bahan organik adalah
bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Sekitar setengah dari
kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan organik. Ia merupakan sumber
hara tanaman. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi dari sebagian
besar organisme tanah. Dalam memainkan peranan tersebut bahan organik
sangat ditentukan oleh sumber dan susunannya, oleh karena kelancaran
dekomposisinya, serta hasil dekomposisi itu sendiri (Hakim et al., 1986).
Daerah rawa-rawa seperti daerah rawa-rawa pasang surut sering dijumpai
tanah-tanah dengan kandungan bahan organik yang sangat tinggi dan tebal.
Apabila tanah tersebut mengandung bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah
pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah liat) dan tebalnya lebih dari 40 cm maka
tanah tersebut tanah organik atau tanah gambut   Tanah yang banyak
mengandung humus atau bahan organik adalah tanah-tanah lapisan atas atau top
soil. Semakin ke lapisan bawah tanah maka kandungan bahan organik semakin
berkurang, sehingga tanah semakin kurus. Oleh karena itu, top soil perlu
dipertahankan (Harjowidgeno, 2003).
Kandungan bahan organik di dalam tanah dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi bahan organik ialah proses
terbentuknya yang terdiri dari 2 sumber, yaitu: Sumber primer bahan organik
adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, bunga, dan buah.
Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke
lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan tidak saja
sumber bahan organik tanah, tetapi sumber bahan organik dari seluruh makhluk
hidup (Hakim et al., 1986) Sumber sekunder bahan organik adalah binatang.
Fauna atau binatang terlebih dahulu harus menggunakan bahan organik tanaman.
Setelah itu barulah binatang menyumbangkan pula bahan organik nya. Berbeda
sumber bahan organik tanah tersebut akan berbeda pula pengaruh yang
disumbangkan nya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan komposisi atau
susunan dari bahan organik tersebut (Hakim et al., 1986)
Kandungan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-
organik kandungan karbon (C) bahan organik bervariasi antara 45 sampai 60%
dan konversi C-organik menjadi bahan = % C-organik x 1,724. Kandungan
bahan organik dipengaruhi oleh arus akumulasi bahan asli dan arus dekomposisi
dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi lingkungan (vegetasi, iklim,
batuan, timbunan, dan praktik pertanian). Arus dekomposisi jauh lebih penting
dari pada jumlah bahan organik yang ditambahkan. (Foth, 1984).
     Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan kemudian terhadap
tanaman tergantung pada laju proses dekomposisinya. Secara umum faktor-
faktor yang mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi faktor bahan organik

50
dan faktor tanah. Faktor bahan organik meliputi komposisi kimiawi, kadar lignin
dan ukuran bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperatur, kelembaban,
tekstur, struktur dan suplai oksigen, serta reaksi tanah dan ketersediaan hara
(Hanafiah, 2010).
     Umumnya, penambahan jumlah sisa-sisa organik setiap tahun ke tanah
ditingkatkan, disini terjadi suatu peningkatan dalam kandungan bahan organik
total. Dengan meningkatnya curah hujan dan diiringi meningkatnya produksi
bahan organik setiap tahun, terjadi suatu peningkatan kandungan bahan organik
tanah. Penyebab umum adalah laju peningkatan kegiatan mikrobia dan
perombakan bahan organik dengan meningkatnya temperature (Foth, 1988).
     Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab
bahan organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi semua unsur-unsur
hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik
mempengaruhi struktur tanah dan cenderung menjaga menaikkan kondisi fisik
yang diinginkan. Hewan-hewan tanah tergantung pada bahan organik untuk
makanan dan mendukung kondisi fisik yang diinginkan dengan mencampur
tanah membentuk alur-alur. Umumnya banyak hal-hal menarik dalam mengelola
bahan organik agar tanah lebih produktif (Foth, 1988).

51
I. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum Dasar Ilmu Tanah pada Acara 6 yang berjudul
Kadar Bahan Organic Tanah dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya.
Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan
organik. Ia merupakan sumber hara tanaman. Disamping itu bahan organik
adalah sumber energi dari sebagian besar organisme tanah.
2. Tanah yang banyak mengandung humus atau bahan organik adalah tanah-
tanah lapisan atas atau top soil.
3. Salah satu faktor yang mempengaruhi bahan organik ialah proses
terbentuknya yang terdiri dari 2 sumber, yaitu: Sumber primer bahan
organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun,
bunga, dan buah. Sumber sekunder bahan organik adalah binatang.
4. Faktor bahan organik meliputi komposisi kimiawi, kadar lignin dan ukuran
bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperatur, kelembaban, tekstur,
struktur dan suplai oksigen, serta reaksi tanah dan ketersediaan hara.
5. Dengan meningkatnya curah hujan dan diiringi meningkatnya produksi
bahan organik setiap tahun, terjadi suatu peningkatan kandungan bahan
organik tanah.

52
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2021. Buku Petunjuk Dasar-dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Institut


Pertanian Stiper Yogyakarta

Arifuddin. 2016. Bahan Organik Tanah. https://www.scribd.com/32217/


Diakses Pada Tanggal 15 Maret 2022 Pukul 13.00 WIB

Hanafiah. 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Rajagra Findo Persada

Madjid, Abdul. 2007. Bahan Organik Tanah. Lampung: Universitas Lampung

Sri, Nurul. 2014. Organik Tanah. http://ttaamiiyy.blogspot.com/2015/02/


Diakses Pada Tanggal 15 Maret 2022 Pukul 11.45 WIB

53
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

DASAR-DASAR ILMU TANAH

Disusun Oleh:
Nama/NIM : Figo Herlan Frandika (21/22455/BP)
Tomy ismawan (21/22458/BP)
Asrul Sani (21/22459/BP)
Ramanda prayoga (21/22460/BP)
M.Iqbal Azkia (21/22461/BP)
Rudolf Kekung sirait (21/22463/BP)
Kelas : SPKS B
Kelompok : IV (Empat)
Acara : VII (Tujuh)
Co.Ass : Andi Kismawanto

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2022

54
A. ACARA VII : Kadar Kapur Equivalen (Setara Tanah)
B. TANGGAL : 23 Maret 2022
C. TUJUAN : Menetapkan kadar kapur (CaC03) secara tepat
D. METODE : Mohr
E. ALAT DAN BAHAN
Alat :
 Kalsimeter
 Timbangan Analitis
 Lampu Spritus (Bunsen)
 Penumpu kaki tiga dan asbes

Bahan :
 Tanah Vertisol, dengan (I) 0,5 mm.
 HCl 2 N

F. CARA KERJA
1. Ditimbang kalsimeter kosong, bersih, kering (a gr),
2. Masukkan contoh tanah ± 5 gr ke dalam Kalsimeter lalu ditimbang (mi-
sal b gr).
3. Isi bagian atas kalsimeter dengan HCI 2N sampai % nya (harus dijaga
agar kran kalsimeter tertutup rapat hingga HCI tidak menetes) kemudian
ditimbang (c gr)
4. Kran dibuka dan HCI dialirkan setetes demi setetes ke dalam tempat tanah
dengan digoyang-goyangkan perlahan.
5. Setelah HCI habis kalsimeter dihangatkan sebentar dalam api kecil (hati-
hati terhadap penguapan air).
6. Didinginkan 30 menit, kemudian ditimbang (d gr). Reaksi: CaC03 + 2HCl
—. CaCl2 + H2O + C02
1)

55
G. HASIL PENGAMATAN
4. Data Pengamatan Tanah Vertisol
 Kalsimeter kosong (a) = 99,94 gram
 Tanah 5 g + kalsimeter (b) = 104,82 gram
 Kalsimeter + HCL 2N (c) = 128,18 gram
 Kalsimeter dingin (d) = 128,14 gram

5. Rumus
100
BTKM = x (b-a) gram
100+ KL 0,5 mm
c−d
CaCO3 = x 100 gram
44
CaCO3
Kadar Kapur = x 100%
BTKM

6. Perhitungan
100
BTKM = x (104,82 – 99,94) gram
100+29,9
= 3,75 gram

128,18−128,14
CaCO3 = x 100 gram
44
= 0,09 gram

0,09
Kadar Kapur = x 100%
3,75
= 2,42 %

56
H. PEMBAHASAN
Keberadaan kapur tanah erat kaitannya dengan keberadaan kalsium atau
magnesium. Magnesium berasal dari mineral fero-magnesium dan kalsium dari
feldspor dan akumulasi bahan kapur(karbonat), dolomit, kalsit, dan gipsum
sebagai mineral sekunder. Kandungan Ca dan Mg yang tinggi dalam tanah
berhubungan dengan taraf perkembangan tanah tersebut. Semakin kuat
pelindian, semakin kecil kandungan kedua hara tersebut. Kandungan kapur tanah
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain komposisi batuan induk dan iklim.
Kedua faktor ini berhubungan dengan kadar lengas tanah, terbentuknya lapisan-
lapisan tanah, dan tipe vegetasi.
Pengaruh kapur terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman dapat
ditinjau dari 2 segi, yang pertama ialah pengaruh langsung yaitu kapur sebagai
sumber hara Ca dan Mg dan yang kedua ialah pengaruh tidak langsung yaitu
berupa perbaikan sifat dan ciri tanah. Manfaat dari pengapuran tanah antara lain
untuk menaikan harga pH tanah,  menyediakan Ca dan Mg untuk tanaman, yang
berperan pada serapan dan pergerakan unsur P didalam jaringan tanaman,
meperbaiki struktur tanah serta memperbaiki pembentukan bintil-bintil akar.
Bahan kapur pertanian ada 3 macam, yaitu CaCO3 atau CaMg(CO3)2, CaO
atau MgO, dan Ca(OH)2 atau Mg(OH)2. Kapur yang disarankan adalah
CaCO3 atau CaMg( CO3)2 yang digiling dengan kehalusan 100% melewati
saringan 20 mesh dan 50% melewati saringan 80- 100 mesh (Safuan, 2005)
Dua faktor utama yang menentukan kualitas kapur partikel (mesh) adalah
ukuran dan komposisi kimia. Ukuran partikel mempengaruhi kecepatan di mana
materinya larut (laju reaksi). Komposisi kimia menentukan nilai bahan
pengapuran yang menetralkan asam-atau jumlah asam yang telah ditentukan
bahan dapat menetralkan. Murni kalsium karbonat (CaCO3) adalah standar
untuk semua bahan pengapuran dan memiliki nilai menetralisir asam 100 persen.
Ketika bahan pengapuran dievaluasi, dibandingkan dengan kalsium karbonat,
dan nilainya menetralkan disebut Kalsium Karbonat Setara (CCE) nilai atau
CCE persen.
Faktor lain yang menentukan kualitas bahan pengapuran adalah kadar air
tersebut. Kadar air persen menentukan berapa banyak bahan kimia reaktif telah
diganti dengan air. Oleh karena itu, kadar air yang lebih tinggi mengurangi
efektivitas bahan pengapuran berdasarkan berat, yaitu satu ton kering kapur akan
menetralisir asam lebih dari satu ton kapur basah. Namun, penelitian telah
menunjukkan bahwa persen 4-5 persen kadar air di dalam tanah sebuah kapur
pertanian meningkatkan keseragaman penyebaran dengan mengurangi meniup
denda (<mesh 100) partikel dibandingkan dengan benar-benar kering (<1
persen) pengapuran material. Faktor terakhir menentukan kualitas bahan
pengapuran isi Mg.

57
Masalah – masalah yang berkaitan dengan keasaman tanah, perlahan akan
menurunkan material organik, miskin gumpalan dan fiksasi N2 oleh tanaman
legum, kekurangan Ca dan Mg, Al dan Mn bersifat toxic dapat diobati dengan
kapur. Batu kapur dalam tanah, kapur, tanah campuran antara liat dengan kapur
dan ampas yang digunakan sebagai material konsituen utama CaCO3 dengan
beberapa kapur oksida (CaCO) dan hidrat kapur (Ca (OH) 2). Walaupun Ca
(OH)2 tergolong basa kuat reaksi dengan melarutkan CO2 dari tanah udara ke
bentuk Ca (HCO3)2 supaya menghasilkan reaksi sempurna (White,2006).
Penambahan kapur menimbulkan muatan positif (kation) dalam air pori.
Penambahan kation ini memungkinkan terjadinya proses tarik menarik antara
an-ion dari partikel tanah dengan kation dari partikel kapur serta kation dari
partikel kapur dengan anion dari partikel air (proses pertukaran ion/cation
exchange). Proses ini mengganggu proses tarik menarik antara an-ion dari
partikel tanah dengan kation dari partikel air serta proses tarik menarik antara
an-ion dan kation dari partikel air, sehingga partikel tanah kehilangan daya tarik
antar partikelnya. Berkurangnya daya tarik antar partikel tanah dapat
menurunkan kohesi tanah.Penurunan kohesi ini menyebabkan mudah
terlepasnya partikel tanah dari ikatannya. Penambahan kapur yang semakin
banyak akan menyebabkan semakin turunnya nilai kohesi. Dengan turunnya
nilai kohesi akan menyebabkan turunnya nilai batas cair pada tanah (Wiqoyah,
2006). Namun apabila berlebihan, pengapuran dapat berdampak negatif berupa
penurunan ketersediaan Zn, Mn, Cu, B yang dapat menyebabkan tanah menjadi
devisiensi keempat unsur ini, serta dapat mengalami keracunan Mo (Hanafiah,
2005).

58
I. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum Dasar Ilmu Tanah pada Acara 7 yang berjudul
“Kadar Kapur Equivalen (Setara Tanah)” dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pengaruh kapur terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman dapat
ditinjau dari 2 segi, yang pertama ialah pengaruh langsung yaitu kapur
sebagai sumber hara Ca dan Mg dan yang kedua ialah pengaruh tidak
langsung yaitu berupa perbaikan sifat dan ciri tanah.
2. Batu kapur dalam tanah, kapur, tanah campuran antara liat dengan kapur
dan ampas yang digunakan sebagai material konsituen utama CaCO3
dengan beberapa kapur oksida (CaCO) dan hidrat kapur (Ca (OH)2).
3. Penambahan kation ini memungkinkan terjadinya proses tarik menarik
antara an-ion dari partikel tanah dengan kation dari partikel kapur serta
kation dari partikel kapur dengan anion dari partikel air (proses pertukaran
ion/cation exchange).
4. Proses ini mengganggu proses tarik menarik antara an-ion dari partikel
tanah dengan kation dari partikel air serta proses tarik menarik antara an-
ion dan kation dari partikel air, sehingga partikel tanah kehilangan daya
tarik antar partikelnya.
5. Faktor yang mempengaruhi kadar kapur adalah komposisi bahan induk
dan iklim.

59
DAFTAR PUSTAKA

Habib. 2014. Kadar Kapur Tanah. https://denisaputra22.blogspot/2014/04


Diakses Pada Tanggal 24 Maret 2022 Pukul 20.30 WIB

Hakim, N., Y. Nyakpa. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas


Lampung

Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Suryawan. 2005. Kapur Tanah. https://arisetiadi11911.blogspot/2012/10/


Diakses Pada Tanggal 23 Maret 2022 Pukul 10.00 WIB

60
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

DASAR-DASAR ILMU TANAH

Disusun Oleh:
Nama/NIM : Figo Herlan Frandika (21/22455/BP)
Tomy Ismawan (21/22458/BP)
Asrul Sani (21/22459/BP)
Ramanda Prayoga (21/22460/BP)
M. Iqbal Azkia (21/22461/BP)
Rudolf kekung sirait (21/22463/BP)
Kelas : SPKS B
Kelompok : IV (Empat)
Acara : VIII (Delapan)
Co.Ass : Andi Kismawanto

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA

61
2022
A. ACARA VIII : KPK Tanah Kualitatif
B. TANGGAL : 04 Maret 2022
C. TUJUAN
1. Membuktikan muatan negatif zarah-zarah tanah dengan 2 macam zat
warna.
2. Membuktikan pengaruh luas permukaan zarah tanah terhadap KPK
(Kapasitas Pertukaran Kation) tanah.
3. Menentukan KPK tanah

D. METODE : Kualitatif
E. ALAT DAN BAHAN
Alat:
1. Tabung reaksi
2. Corong kaca
3. Kertas saring
4. Rak tabung reaksi
5. Pipet tetes
6. Erlenmeyer
7. Kertas label

Bahan:
1. Tanah Vertisol diameter 0,5 mm dan 2 mm.
2. Gention Violet (GV) 0,2 % (bermuatan negative)
3. Eosin Red (ER) 0,2 % (bermuatan positif)

F. CARA KERJA
1. Diambil dua tabung reaksi masing-masing diisi contoh tanah diameter
0,5 dan 2 mm ( ± setinggi I cm )
2. Ditambahkan dalam tabung reaksi GV, sehingga tinggi tanah dan GV
menjadi 5 cm.
3. Tabung reaksi dikocok sehingga homogen ( ± 2 menit), kemudian
disaring dengan kertas saring dan masing-masing filtrate ditampung di
dalam erlenmeyer.
4. Teteskan dengan pipet tetes filtrate tadi pada kertas saring

62
5. Bandingkan masing-masing filtrate, diameter 0,5 mm, 2 mm dan
control. Bila warna Iarutan di kertas saring semakin muda, berarti KPK
nya tinggi.
6. Untuk menentukan muatan listrik tanahnya, apabila warna filtrate
pekat maka muatan listrik tanah sama dengan GV yaitu negatif, tetapi
bila warna filtratnya jernih berarti muatan listrik tanahnya berlawanan
dengan G V yaitu positif.
7. Ulangi langkah 1-6 dengan menggunakan ER.

G. HASIL PENGAMATAN
1. Data Pengamatan

No Diameter tanah GV ER
1. Kontrol (-) (+)
Pekat Jernih

2. 0,5 mm (-) (-)


Pekat Pekat

3. 2 mm (-) (-)
Pekat Pekat

63
H. PEMBAHASAN
KPK tanah merupakan kemampuan tanah untuk menjerap dan menukar
kembali kation dari dan ke dalam larutan tanah. Hal ini dapat terjadi karena
koloid lempung tanah pada umumnya bermuatan negatif sehingga kation dapat
terjerap dan tertukar kembali oleh partikel lempung tersebut. Kapasitas
pertukaran kation tanah berbeda-beda jenisnya. Tanah dengan kapasitas
pertukaran kation tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih
baik daripada tanah dengan KPK rendah. Selain KPK, juga terdapat KPA tanah
yang merupakan kemampuan tanah untuk menjerap dan menukar kembali anion
dari dan ke dalam larutan tanah. KPA dan KPK merupakan salah satu sifat kimia
tanah yang memiliki sifat berlawanan. Nilai KPK dipengaruhi oleh jumlah
mineral lempung, jumlah dan tipe mineral lempung, dan jumlah jenis bahan
organik. Suatu jenis tanah yang mempunyai nilai KPK tertentu dapat diubah
(dinaikkan atau diturunkan) dengan cara dicampur dengan bahan-bahan lain
yang nilai KPK-nya berbeda. Untuk membuktikan muatan zarah-zarah tanah
digunakan dua macam zat warna yaitu gentian violet (+) untuk menunjukkan
tanah yang bermuatan negatif dan eosin red (-) untuk menunjukkan tanah yang
bermuatan positif. Pada kesempatan kali ini, dilakukan praktikum Dasar-Dasar
Ilmu Tanah Acara VII berjudul Muatan Tanah (KPK dan KPA Tanah Kualitatif)
yang bertujuan untuk membuktikan muatan negatif zarah-zarah tanah dengan
dua macam warna (gentian violet dan eosin red) serta untuk membuktikan
pengaruh luar permukaan zarah terhadap KPK.
Kapasitas Pertukaran Kation atau Cation Exchange Capacity (CEC)
merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid
yang bermuatan negatif. Berdasarkan pada jenis permukaan koloid yang
bermuatan negatif, KPK dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: a) KPK
koloid anorganik atau KPK liat yaitu jumlah kation yang dapat dipertukarkan
pada permukaan koloid anorganik (koloid liat) yang bermuatan negatif, b) KPK
koloid organik yaitu jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan
koloid organik yang bermuatan negatif, dan c) KPK total atau KPK tanah yaitu
jumlah total kation yang dapat dipertukarkan dari suatu tanah baik kation pada
permukaan koloid organik (humus) maupun kation pada permukaan koloid
anorganik (liat) (Madjid, 2007).
Sifat pertukaran ini berperan dalam penilaian tingkat kesuburan tanah.
Koloid tanah yang berperan dalam proses pertukaran dan jerapan ion adalah
koloid anorganik (mineral lempung) dan koloid organik (humus). Bahan-bahan
tersebut mempunyai spesifik tinggi. Proses pertukaran dalam fraksi debu
kemungkinan sangat rendah, sedangkan pada fraksi pasir tidak terlihat sama
sekali. Kapasitas Pertukaran Kation diartikan sebagai kemampuan koloid tanah

64
untuk menjerap dan mempertukarkan kation yang bermuatan negatif. Koloid
tanah yang bermuatan negatif adalah mineral lempung dan senyawa organik.
Kation yang tertukar kan paling penting adalah Ca, Mg, K, Na, H, Al, yang
relatif lebih rendah adalah NH₄ dan Fe dan dalam jumlah sedikit Mn, Cu, Zu
(Sutanto, 2005).
Selain itu juga ada faktor-faktor yang mempengaruhi KPK tanah, yaitu:
(Muklis, 2007) Tekstur tanah. Semakin halus tekstur pada tanah maka akan
meningkatkan KPK, karena tanah lebih mampu dalam menahan air dan unsur
hara. Semakin halus tekstur, maka hara akan tertahan dan terjerap dalam koloid
tanah, serta unsur hara tidak mudah mengalami pencucian. Kandungan humus
dan bahan organic. Bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah sehingga
terbentuk agregat tanah yang mengurangi terjadinya erosi. Selain itu, dengan
adanya C organik yang tinggi, hal ini berkorelasi positif terhadap KPK karena
lambat laun hara akan tersedia dari dekomposisi bahan organik dan juga tanah
akan lebih kuat menahan unsur hara. pH Tanah. Keadaan tanah yang sangat
masam menyebabkan tanah kehilangan KPK.
Reaksi tukar kation dalam tanah terjadi terutama di dekat permukaan
lempung yang berukuran seperti koloida dan partikel-partikel humus yang
disebut misel. Setiap misel dapat mempunyai beribu-ribu muatan negatif yang di
netralisir oleh kation yang diabsorpsi. Pertukaran misel yang bermuatan negatif
membentuk satu ikatan selama muatan negatif ada dan dimana terdapat satu
kekuatan tarik menarik yang kuat terhadap kation. Kation menetralkan
permukaan muatan negatif. Kation dapat ditukar, di hidrasi atau ditarik selain
molekul dan air hidrasi berpindah (Buringh, 1983).
Besarnya jerapan kation-kation atau anion oleh koloid tanah tergantung
dari luas permukaan koloid tanah. Luas permukaan mineral lempung tipe 2:1
sekitar 700-800 m (Nursyamsi dan Suprihati, 2005). Akibat perbedaan
perbedaan muatan pada kation-kation tersebut, KPK biasanya dinyatakan dalam
satuan milliequivalen (Mc. Laren dan Cameron, 1990).

65
I. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum Dasar Ilmu Tanah pada Acara 8 (Delapan) yang


berjudul “KPK Tanah Kualitatif” dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Muatan tanah dipengaruhi oleh mineral lempung dan bahan organik
2. Semakin besar kadar lempung suatu tanah dan semakin besar kandungan
bahan organik nya, maka kapasitas pertukaran kation akan semakin tinggi.
3. Semakin halus tanah dan luas permukaan kecil, maka semakin tinggi nilai
KPK dari tanah tersebut.
4. Semakin luas permukaan zarah tanah maka semakin tinggi kapasitas
pertukaran kation (KPK). Sebaliknya, semakin kecil luas permukaan zarah
tanah maka semakin rendah kapasitas pertukaran kation (KPK).
5. Faktor yang mempengaruhi kapasitas pertukaran kation antara lain jenis
mineral lempung, kandungan humus dan bahan organik, dan pH tanah.

66
DAFTAR PUSTAKA

Ghea, K. 2021. KPK Tanah. https://www.scribd.com/document/514453652/8


KPK-Tanah-Kualitatif
Diakses Pada Tanggal 03 Maret Pukul 12.30 WIB

Lubis, E. R., and A. Widanarko. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta:
Agro Media.

Sasongko. 2013. Muatan Tanah. https://katonsasongko.wordpress.com/2013.


Diakses Pada Tanggal 02 Maret Pukul 11.45 WIB

Susanto. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah: Muatan Tanah.


Yogyakarta: UGM

Y, Djitmau. 2014. KPK dan KPA Kualitatif. https://pdfcoffee.com.html


Diakses Pada Tanggal 03 Maret 2022 Pukul 11.30 WIB

67
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

DASAR-DASAR ILMU TANAH

Disusun Oleh:
Nama/NIM : Figo herlan Frandika (21/22455/BP)
Tomy ismawan (21/22458/BP)
Asrul sani (21/22459/BP)
Ramanda prayoga (21/22460/BP)
M . Iqbal Azkia (21/22461/BP)
Rudolf kekung sirait (21/22463/BP)
Kelas : SPKS B
Kelompok : IV (Empat)
Acara : IX (Sembilan)
Co.Ass : Andi Kismawanto

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2022

68
A. ACARA IX : Menentukan Kematangan Gambut Secara Cepat
B. TANGGAL : 14 April 2022
C. TUJUAN : Mengetahui tingkat kematangan tanah gambut
D. METODE : Warna larutan dalam Na Pirofosfat
E. ALAT DAN BAHAN
1. Alat : Cawan plastic, Pipet, Pengaduk, Kertas saring dan Buku munseli.
2. Bahan : Tanah gambut, Natriumpirofosfat

F. CARA KERJA
1. Isi lekuk cawan plastik setengah penuh dengan contoh tanah gambut.
2. Beri 5 tetes larutan jenuh pirofosfat, aduk dan biarkan 5 menit, aduk lagi,
biarkan lagi, biarkan 5 menit lagi, lalu di aduk sekali lagi sampai
tercampur betul.
3. Celupkan ujung secarik keŕtas saring berukuran Ix5 cm kedalam larutan
kemudian angkat kertas saringnya setelah larutan terhisap setinggi
kirakira 1 1/4.
4. Biarkan kertas saring mengering sampai kilat airnya menghilang.
5. Baca warna yang tampak pada pertengahan jarak rambatan cairan antara
batas pencelupan dan akhir rambatan dengan buku munsell pada hue I
OYR.
6. Catat indeks pirofosfatnya, yaitu angka value di kurangi angka chroma:
Fibrik, IP (8/1, 8/2, 8/3, 7/1, 7/2, 6/1) Hemik, IP = 4 (8/4, 7/3, 6/2, 5/1)
Saprik, IP 3 (8/6, 8/8, 7/4, 7/6, 6/3, 6/4, 6/6, 5/2, 5/3, 5/4, 4/1 , 4/2, 4/3,
4/4, 3/1, 3/2, 3/3, 2/1, 2/2).

69
G. HASIL PENGAMATAN

1. Data Pengamatan
 pH Gambut = 6
Indeks Pirofosfat gambut:
 10 YR = Dark Yellowish Brown
 Warna = Coklat Hitam Kekuningan
 IP = 4/6

2. Keterangan
Jenis kematangan tanah gambut yang diamati berdasarkan ialah saprik.

70
H. PEMBAHASAN
Sifat fisik tanah gambut merupakan faktor yang sangat menentukan
tingkat produktivitas tanaman yang diusahakan pada lahan gambut, karena
menentukan kondisi serasi, drainase, daya menahan beban, serta tingkat atau
potensi degradasi lahan gambut. Dalam pemanfaatan lahan gambut untuk
pertanian, karakteristik atau sifat fisik gambut yang penting untuk dipelajari
adalah kematangan gambut, kadar air, berat isi (bulk density), daya menahan
beban (bearing capacity), penurunan permukaan tanah (subsidence), sifat
kering tak balik (irreversible drying) (Agus dan Subiksa, 2008). Kematangan
gambut diartikan sebagai tingkat pelapukan bahan organik yang menjadi
komponen utama dari tanah gambut. Kematangan gambut sangat menentukan
tingkat produktivitas lahan gambut, karena sangat berpengaruh terhadap
tingkat kesuburan tanah gambut, dan ketersediaan hara. Ketersediaan hara
pada lahan gambut yang lebih matang relatif lebih tinggi dibandingkan lahan
gambut mentah. Struktur gambut yang relatif lebih matang juga lebih baik,
sehingga lebih menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu,
tingkat kematangan gambut merupakan karakteristik fisik tanah gambut yang
menjadi faktor penentu kesesuaian gambut untuk pengembangan pertanian.
Berdasarkan tingkat kematangannya, gambut dibedakan menjadi saprik
(matang). bemuk (setengah matang), dan fibrik (mentah).
Identifikasi tingkat kematangan tanah gambut bisa dilakukan secara
langsung di lapangan, dengan cara meremas gambut dengan menggunakan
tangan (Gambar I). Jika setelah diremas kurang dari sepertiga gambut yang
tertinggal dalam tangan (lebih dari dua pertiga yang lolos) maka gambut
digolongkan sebagai gambut saprik, sebaliknya jika yang tertinggal lebih dari
dua pertiga maka gambut tergolong sebagai gambut fibrik. Gambut
digolongkan sebagai gambut hemik, jika yang tertinggal atau yang lolos
sekitar 508 . Pada gambut saprik, bagian gambut yang lolos relatif tinggi
kurena strukturnya relatif lebih halus, sebaliknya gambut mentah masih
didominasi oleh serat kasar. Gambut yang terdapat di permukaan (lapisan
atas) umumnya relutif lebih matang, akibat laju dekomposisi yang lebih
cepat. Namun demikian seringkali juga ditemui gambut matang pada lapisan
gambut yang lebih dalam. Hal ini mengindikasikan buhwa gambut terbentuk
dalam beberapa tahapan waktu, artinya gambut yang ada puda lapisan dalam
pernah berada di posisi permukaan.
Berdasarkan hasil pengamatan di atas diketahui bahwa tanah gambut
pada Ul, U2, U5, U7 dan U8 memiliki tingkat kematangan yaitu saprik
sedangkan pada U3 dan U4 memiliki tingkat kematangan yaitu Hemik. Tanah
gambut yang memiliki tingkat kematangan saprik menunjukkan bahwa tanah
gambut tersebut memiliki kandungan bahan organik yang tinggi dan dalam
keadaan yang telah melapuk sempurna yang ditunjukkan dengan rata-rata
kadar serat utuh yaitu sebesar 304. Tanah gambut dengan tingkat kematangan

71
saprik umumnya memiliki ketersediaan hara yang cukup tinggi dibandingkan
tanah gambut dengan tingkat kematangan yang masih rendah seperti hemik
dan fibrik. Hal ini dikarenakan bahan organik yang telah melapuk tersebut
berubah menjadi humus.
Humus merupakan bahan organik yang tidak dapat melapuk lagi.
Hasil pelapukan bahan organik pada tanah gambut berupa unsur-unsur hara
yang diperlukan tanaman. Hanya saja tanah gambut memiliki pH yang sangat
rendah sehingga ketersediaan haranya untuk tanaman menjadi tergangggu
kecuali dinaikkan terlebih dahulu pH tanahnya. Tanah gambut dengan tingkat
kematangan hemik memiliki kandungan bahan organik yang juga tinggi
hanya saja bahan organik tersebut belum melapuk secara sempurna sehingga
belum dapat menyediakan hara yang cukup bagi tanaman budidaya apabila
kadar kemasaman tanah tidak diperhitungkan. Tanah gambut dengan tingkat
kematangan hemik dapat dijadikan lahan budidaya tanaman tetapi terlebih
daulu dinaikkan pH tanahnya. Hal ini dikarenakan tanah gambut dengan
tingkat kematangan hemik memiliki kadar pH tanah yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan tanah gambut dengan tingkat kematangan yaitu saprik.
Hal ini merupakan akibat dari respirasi dan pertukaran kation dari bahan-
bahan organik yang belum melapuk tersebut di dalam tanah berupa ion H+
yang merupakan salah satu penyebab kemasaman pada tanah gambut.

72
I. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum Dasar Ilmu Tanah pada Acara 9 yang berjudul
“Menentukan Kematangan Gambut Secara Cepat” dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Tanah gambut dengan tingkat kematangan fibrik memiliki kandungan
bahan organik yang tinggi dan telah melapuk sempurna sedangkan pada
tanah gambut dengan tingkat kematangan hemik memiliki kandungan
bahan organik yang juga tinggi akan tetapi dalam keadaan yang belum
melapuk sempurna. Sehingga jika dibandingkan antar keduanya yang
lebih cocok digunakan untuk lahan budidaya tanaman adalah lahan
gambut dengan tingkat kematangan yaitu saprik.
2. Menentukan kematangan gambut secara cepat dengan di amati ialah
saprik.
3. Tanah yang cocok untuk tanaman ialah gambut kematangan saprik.
4. Gambut yang tingkat kematangan saprik sangat berguna bagi para
petani.

73
DAFTAR PUSTAKA

B, Surbakti. 2013. Tingkat Kematangan Gambut. https://bramsurbakti.word


press.com/2013/03/04/laporan-tingkat-kematangangambutlengk
ap-bram/
Diakses Pada Tanggal 14 April 2022 Pukul 14.30 WIB

Hardjowigeno, H. Sarwono., 2002. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika


Pressindo

Rosmarkam, Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Jakarta: Kanisius


Media

Subiksa, I G.M, W. Hartatik, dan F. Agus. 2011. Pengelolaan lahan gambut


secara berkelanjutan. Hal.73-88. Dalam Nurida er al. (Eds.).
Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan. Riau: Badan Litbang
Pertanian.

Widjaja, A. 1988. Masalah tanaman di lahan gambut. Cisarua: Balai


Penelitian Bogor

74
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

DASAR-DASAR ILMU TANAH

Disusun Oleh:
Nama/NIM : Figo Herlan Frandika (21/22455/BP)
Tomy ismawan (21/22458/BP)
Asrul sani (21/22459/BP)
Ramanda prayoga (21/22460/BP)
M. Iqbal Azika (21/22461/BP)
Rudolf kekung sirait (21/22463/BP)
Kelas : SPKS B
Kelompok : V (Lima)
Acara : X (Sepuluh)
Co.Ass : Andi Kismawanto

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2022

75
A. ACARA X : Kandungan Pirit
B. TANGGAL : 14 April 2022
C. TUJUAN : Mengetahui Kandungan Pirit di dalam Tanah Gambut
D. METODE : Oksidasi dengan H202
E. ALAT DAN BAHAN
1. Alat : Cup Plastik, pH meter, Pipet dan Pengaduk.
2. Bahan : H202 30 %, Aquades 10 ml dan Tanah gambut

F. CARA KERJA
1. Ambil tanah gambut 5 gram dan masukkan dalam cup plastik
2. Tambahkan H202 20 ml, biarkan selama 15 menit.
3. Aduk hingga homogen, untuk memastikan kesempurnaan reaksi
tambahkan lagi 10 ml H202, biarkan lagi selama 15 menit.
4. Tambahkan H202 10 ml kemudian diaduk.
5. Ukur pH menggunakan pH meter.
6. Bila pH nya menurun hingga di bawah 2,5 berarti bahan tersebut bersifat
sulfirik potensial atau mengandung Pirit banyak
7. Bila pH > 2,5 maka bahan tersebut tidak mengandung pirit.

G. HASIL PENGAMATAN
2. Data Pengamatan
 pH Gambut + H2O2 = 2,69

3. Keterangan
Gambut tidak mengandung pirit dibuktikan dengan pH yang lebih dari 2,5.

76
H. PEMBAHASAN
Tanah sulfat masam potensial mempunyai kandungan pirit yang
cukup tinggi pada kedalaman kurang dari 50 cm dari permukaan tanah.
Apabila pirit teroksidasi akan menghasilkan asam sulfat dan bila produksi
asamnya melebihi kapasitas netralisasi tanah, maka pH tanah akan turun di
bawah 4 (Widjaya-Adhi., et al., 1991). Selanjutnya menurut Soedarsono
(1991), akibat peningkatan keasaman ini maka beberapa unsur hara seperti
Al dan Fe akan meningkat kelarutannya sehingga dapat bersifat racun bagi
tanaman. Juga mengakibatkan berkurangnya ketersediaan P dan rendahnya
kejenuhan basa sehingga tanaman kahat akan unsur hara. Bila diketahui
berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk oksidasi pirit menjadi sulfat,
maka petani tidak mempunyai masalah untuk mengganti air genangan
asalkan waktu datangnya air pengganti tidak melebihi waktu yang
dibutuhkan untuk teroksidasinya pirit.
Ada pendapat dengan mengering udarakan tanah berpirit akan
terbentuk tanah sulfat masam dalam waktu 12 hari, namun berapa lama
waktu yang dibutuhkan untuk teroksidasinya pirit pada keadaan
sesungguhnya di lapang sampai saat ini secara pasti belum diketahui.
Surjanto., et al., (1991), menyatakan bahwa potensi tanah untuk menjadi
tanah sulfat masam selain ditentukan oleh adanya lapisan pirit, juga
ditentukan oleh kedalaman muka air tanah dari permukaan tanah.
Berdasarkan uraian di atas perlu kiranya dilakukan penelitian untuk
mengetahui bagaimana perubahan sifat-sifat kimia tanah berpirit pada
kedalaman muka air tanah dan lama pengeringan yang berbeda. Pada lahan
rawa pasang surut sebagian besar tanah-tanah berkembang dari bahan induk
yang kaya senyawa pirit (FeS2) dan tanah yang terbentuk disebut Tanah
Sulfat Masam. Di dunia terdapat sekitar 12 juta ha tanah sulfat masam dan
1,5 juta ha di antaranya terdapat di Indonesia (Bos, 1990; Anda dan
Siswanto, 2002). Sekitar 200.000 ha dari lahan pasang surut Kalimantan
Selatan ditempati oleh jenis tanah ini (Ismangun dan Karama, 1995).
Drainase lahan rawa pasang surut menyebabkan senyawa pirit yang
terkandung di dalam tanah menjadi teroksidasi (Zhang dan Luo, 2002).
Proses oksidasi senyawa pirit menghasilkan asam sulfat yang berakibat
terjadi proses pemasaman tanah yang hebat (Priatmadi, 1999; Priatmadi dan
Purnomo, 2000, Priatmadi dan Mahbub, 2003; Toyyibah, 2006). Kendala
utama dalam pengembangan lahan rawa pasang surut untuk persawahan
adalah reaksi tanah yang sangat masam dan sumber utama pemasaman tanah
adalah oksidasi senyawa pirit (Priatmadi, 2007; Priatmadi, 2008).

77
Penelitian ini dilandasi pemikiran untuk menghambat reaksi
pemasaman tanah oleh pirit secara langsung, yaitu dengan memberikan
amelioran silika dan fosfat serta kapur. Amelioran diharapkan akan
menyelimuti pirit sehingga senyawa pirit yang bereaksi tehadap oksigen,
reaksi oksidasi dapat dihambat. Dengan terhambatnya reaksi oksidasi pirit,
maka reaksi pemasaman tanah juga akan terhambat. Shamsuddin and
Sarwani (2002) menyebutkan bahwa bahan-bahan alami dapat digunakan
untuk menghanbat reaksi pemasaman pirit.Penelitian ini bertujuan untuk
melihat penghambatan reaksi oksidasi pirit dengan beberapa bahan
amelioran agar reaksi pemasaman tanah oleh senyawa ini dapat
diminimalkan. Gambut tidak mengandung pirit dibuktikan dengan pH yang
lebih dari 2,5.

78
I. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum Dasar Ilmu Tanah pada Acara 10 yang
berjudul “Kandungan pirit” dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Membuktikan bahwa pH lebih dari 2,5 maka tidak mengandung pirit
2. Tanah yang mengandung pirit yang sangat kuat maka tidak dapat
dijadikan sebagai lahan budidaya pertanian. Untuk tanah ini karena
tidak mengandung pirit maka cocok untuk lahan budidaya pertanian
3. Jika kandungan pirit tanah yang potensial jika belum mengalami
oksidasi tapi keberadaannya tentu sangat merugikan dikarenakan dapat
juga berlaku sebagai senyawa beracun yang dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya.
4. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tanah ini tidak
mengandung pirit dengan pH gambut + H2O2 = 2,69

79
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Nurjati, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas


Lampung

M. Mahbub. 2003. Karakteristik kimia, fisika dan morfogenesis tanah sulfat


masam. Jambi: Universitas Jambi

Madjid, A. R. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bogor: Balai Penelitian


Tanah Jawa Barat

Priatmadi, B.J. dan E. Purnomo. 2000. Karakterisasi tanah sulfat masam


dan zonasi produktivitas padi. J. Tanah Trop. 11: 59-68.
Lampung: Universitas Lampung

Ria, S. 2014. Kandungan Pirit.


http://riausurbakti.blogspot/2013/03/ujipirit-gambut-bram.html
Diakses Pada Tanggal 14
April 2022 Pukul 15.00 WIB

80
ACARA LAPANGAN 1.

PENGAMATAN PROFIL TANAH

A. Tujuan
1.. untuk mengetahui sifat – sifat tanah
2.Untuk mengetahui cara identifikasi tanah lapang

B. Metode : pengamatan deskripsi secara langsung dengan membuat


minipit melalui sikapan tanah.

C. Alat dan Bahan

1.Alat : meteran,buku munsell soll color chart,cangkul pisau,


lapang ,lebar pengamatan ,meteran dan alat tulis.
2.Bahan : contoh tanah jenis tertentu dan air mineral.

D. Parameter pengamatan :

A . Konsistensi tanah

NO Konsistensi Konsistensi Konsistensi Tingkat


Basah Lembab Kering plastisltas

Lapisan
1 Lapisan 3(E) Lapisan 2(A) Lapisan 1(o) 34,8%

B . tekstur tanah

Keterangan Kelas tekstur Pengulangan

81
Lapisan 1(o) Pasir Berlempung 1 Kali

Lapisan 2(A) Lempung Berdebu 1Kali

Lapisan 3(E) Lempung Berdebu 1Kali

C . Profil Horizontal (O,A,E)

Koordinat :
Berdasarkan pada tabel data pengamatan, terlihat bahwa setiap
lapisan tanah mempunyai horison-horison yang berbeda ,seperti
pada horison o tekstur tanahnya yaitu lempung liat berdebu.
Kedalaman tanah juga sangat merupakan mempengaruhi banyak
tidaknya unsur hara yang terkandung dalam kedalaman tanah,
maka semakain banyak beragamnya ditemukan akar
tumbuhan ,baik itu berupa rambut akar maupun akar primer
maupun tersier.

D . Ketebalan horizon tanah ( cm)

Keterangan Ketebalan tiap horizon (cm)

Lapisan 1 (o) 0-35 cm

Lapisan 2(A) 35-50 cm

Lapisan 3(E) >50 cm

82
E . Perakaran (jumlah)

Keterangan Jenis akar Jumlah akar


(primer,sekundr,tersier)
Lapisan 1(o) Akar primer 3
Lapisan 2(A) Akar skunder 5
Lapisan 3(E) Akar tersier 6
F .Warna tanah (munsell)

Keterangan Warna berdasarkan buku munsell


Lapisan 1(o) ¾ Yellowish Brown
Lapisan 2(A) 4/6 Yellowish Red
Lapisan 3(E) Park Brown

83
KESIMPULAN UMUM
Berdasarkan Praktikum Dasar Ilmu Tanah dapat ditarik beberapa
kesimpulan umum sebagai berikut:
1. Tanah merupakan bagian permukaan kulit bumi yang dapat melapuk,
terdapat juga bangunan alami yang tersusun oleh horizon-horizon yang
terdiri atas bahan mineral dan organik, memiliki sifat yang tidak padu
dan memiliki bentuk tebal tetapi tidak sama.
2. Pertumbuhan tanaman tidak akan lepas dari kandungan air (lengas)
dalam tanah, karena air digunakan tumbuhan untuk menjalankan proses
biologi dalam pertumbuhan.
3. Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan airmoisture yang
terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas tanah
dapat berupa persen berat atau persen volume.
4. Manfaat kadar lengas dalam bidang pertanian antara lain pengetahuan
kadar lengas tanah digunakan untuk menduga kebutuhan air untuk
persawahan, menduga kebutuhan air selama proses irigasi dan
mengetahui kemampuan suatu jenis tanah mengenai daya simpan lengas
atau airnya.
5. Jumlah sampel tanah yang berbeda mengakibatkan perbedaan pada
persentase kadar lengas yang didapat sehingga jarak persentase nya
sangat jauh.
6. Dari hasil pengamatan bahwa tanah Mediteran menurut segitiga USDA
masuk dalam kategori Berpasir (Sand).
7. Tekstur tanah adalah perbandingan berat nisbi fraksi pasir, debu, dan liat.
8. Pembagian kelas tekstur tanah menurut USDA dibagi ke dalam 12
tekstur.
9. Tanah-tanah bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap satuan berat
mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan
menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi
10. Tingkat pelapukan debu dan pembebasan unsur-unsur hara untuk diserap
akar lebih besar daripada pasir.
11. Partikel-partikel debu terasa licin sebagai tepung dan kurang melekat.
Sedangkan tanah-tanah yang mengandung debu yang tinggi dapat
memegang air tersedia untuk tanaman.
12. Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan
ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain
membentuk agregat dari hasil proses pedogenesis.
13. Struktur tanah adalah gabungan dari butiran-butiran tanah karena adanya
penggumpalan partikel debu, liat dan pasir yang terikat satu sama lain

84
oleh suatu perekat yang berupa bahan-bahan organik, besi, oksida-oksida
dll.
14. Struktur tanah berfungsi memodifikasi pengaruh tekstur terhadap kondisi
drainase atau aerasi tanah, karena susunan antara ped atau agregat tanah
menghasilkan ruang yang lebih besar ketimbang susunan antar partikel
primer.
15. Tingkat perkembangan struktur ditentukan berdasar atas kemantapan atau
ketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan.
16. Tanah dikatakan tidak berstruktur bila butir-butir tanah tidak melekat
satu sama lain (disebut lepas, misalnya tanah pasir) atau saling melekat
menjadi satu satuan yang padu (kompak) dan disebut massive atau pejal.
17. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kemantapan agregat antara lain
bahan-bahan penyemen agregat tanah, bentuk dan ukuran agregat, serta
tingkat agregasi Stabilitas agregat yang terbentuk tergantung pada
keutuhan tanaga permukaan agregat pada saat rehidrasi dan kekuatan
ikatan antarkoloid-partikel di dalam agregat pada saat basah.
18. Tanah yang agregat nya, kurang stabil bila terkena gangguan maka
agregat tanah tersebut akan mudah hancur.
19. Agregat tanah yang mantap akan mempertahankan sifat-sifat tanah yang
baik untuk pertumbuhan tanaman, seperti porositas dan ketersediaan air
lebih lama dibandingkan dengan agregat tanah tidak mantap.
20. El-Swaify dan Dangler (1976) mendapatkan bahwa parameter-parameter
kemantapan agregat (berat diameter rata-rata dan ketidakmantapan
agregat kering dan basah) adalah lebih besar korelasinya terhadap
erodibilitas dibandingkan dengan kandungan liat, debu, debu dan pasir
sangat halus, bahan organik, struktur dan permeabilitas.
21. Semakin stabil suatu agregat tanah, makin rendah kepekaan nya terhadap
erosi (erodibilitas tanah).
22. Penentuan nilai pH suatu tanah penting artinya sebagai diagnosa untuk
menentukan tindakan perbaikan kesuburan tanah. Baik untuk memilih
tanaman yang cocok, maupun untuk menciptakan suasana atau reaksi
tanah tertentu sehingga sesuai dengan kehendak tanaman dan cocok bagi
penyediaan hara.
23. pH tanah sangat berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman karena apabila
pH tanah rendah maka tanaman akan bersifat menjadi racun bagi
tanaman.
24. Faktor yang mempengaruhi pH tanah diantaranya yaitu tingkat kejenuhan
basa sifat koloid, macam kation yang terjerap, drainase tanah internal dll.
25. Larutan mempunyai pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7 disebut
masam, dan lebih besar dari 7 disebut alkalis.

85
26. pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan
tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh
langsung berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu
tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun.
27. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya.
Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan
organik. Ia merupakan sumber hara tanaman. Disamping itu bahan
organik adalah sumber energi dari sebagian besar organisme tanah.
28. Tanah yang banyak mengandung humus atau bahan organik adalah
tanah-tanah lapisan atas atau top soil.
29. Salah satu faktor yang mempengaruhi bahan organik ialah proses
terbentuknya yang terdiri dari 2 sumber, yaitu: Sumber primer bahan
organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun,
bunga, dan buah. Sumber sekunder bahan organik adalah binatang.
30. Faktor bahan organik meliputi komposisi kimiawi, kadar lignin dan
ukuran bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperatur, kelembaban,
tekstur, struktur dan suplai oksigen, serta reaksi tanah dan ketersediaan
hara.
31. Dengan meningkatnya curah hujan dan diiringi meningkatnya produksi
bahan organik setiap tahun, terjadi suatu peningkatan kandungan bahan
organik tanah.
32. Pengaruh kapur terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman dapat
ditinjau dari 2 segi, yang pertama ialah pengaruh langsung yaitu kapur
sebagai sumber hara Ca dan Mg dan yang kedua ialah pengaruh tidak
langsung yaitu berupa perbaikan sifat dan ciri tanah.
33. Batu kapur dalam tanah, kapur, tanah campuran antara liat dengan kapur
dan ampas yang digunakan sebagai material konsituen utama CaCO3
dengan beberapa kapur oksida (CaCO) dan hidrat kapur (Ca (OH)2).
34. Penambahan kation ini memungkinkan terjadinya proses tarik menarik
antara an-ion dari partikel tanah dengan kation dari partikel kapur serta
kation dari partikel kapur dengan anion dari partikel air (proses
pertukaran ion/cation exchange).
35. Proses ini mengganggu proses tarik menarik antara an-ion dari partikel
tanah dengan kation dari partikel air serta proses tarik menarik antara an-
ion dan kation dari partikel air, sehingga partikel tanah kehilangan daya
tarik antar partikelnya.
36. Faktor yang mempengaruhi kadar kapur adalah komposisi bahan induk
dan iklim.
37. Muatan tanah dipengaruhi oleh mineral lempung dan bahan organik

86
38. Semakin besar kadar lempung suatu tanah dan semakin besar kandungan
bahan organik nya, maka kapasitas pertukaran kation akan semakin
tinggi.
39. Semakin halus tanah dan luas permukaan kecil, maka semakin tinggi
nilai KPK dari tanah tersebut.
40. Semakin luas permukaan zarah tanah maka semakin tinggi kapasitas
pertukaran kation (KPK). Sebaliknya, semakin kecil luas permukaan
zarah tanah maka semakin rendah kapasitas pertukaran kation (KPK).
41. Faktor yang mempengaruhi kapasitas pertukaran kation antara lain jenis
mineral lempung, kandungan humus dan bahan organik, dan pH tanah.
42. Tanah gambut diartikan sebagai jenis tanah yang terdiri atas timbunan
bahan organik yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang sedang atau
sudah mengalami proses dekomposisi.
43. Tanah gambut dengan tingkat kematangan fibrik memiliki kandungan
bahan organik yang tinggi dan telah melapuk sempurna sedangkan pada
tanah gambut dengan tingkat kematangan hemik memiliki kandungan
bahan organik yang juga tinggi akan tetapi dalam keadaan yang belum
melapuk sempurna. Sehingga jika dibandingkan antar keduanya yang
lebih cocok digunakan untuk lahan budidaya tanaman adalah lahan
gambut dengan tingkat kematangan yaitu saprik.
44. Menentukan kematangan gambut secara cepat dengan di amati ialah
saprik.
45. Tanah yang cocok untuk tanaman ialah gambut kematangan saprik.
46. Gambut yang tingkat kematangan saprik sangat berguna bagi para petani.
47. Membuktikan bahwa pH lebih dari 2,5 maka tidak mengandung pirit
48. Tanah yang mengandung pirit yang sangat kuat maka tidak dapat
dijadikan sebagai lahan budidaya pertanian. Untuk tanah ini karena tidak
mengandung pirit maka cocok untuk lahan budidaya pertanian
49. Jika kandungan pirit tanah yang potensial jika belum mengalami oksidasi
tapi keberadaannya tentu sangat merugikan dikarenakan dapat juga
berlaku sebagai senyawa beracun yang dapat menghambat pertumbuhan
dan perkembangan tanaman budidaya.
50. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tanah ini tidak
mengandung pirit dengan pH gambut + H2O2 = 2,69

87
DAFTAR PUSTAKA UMUM

A, Prasetio. 2016. Perancangan dan Pengujian Unjuk Kerja Sistem


Monitoring Kadar Lengas Berbasis Gypsum Block Untuk Memantau
Dinamika. file:///C:/Users/asus/Downloads/edhy-sst-journal-manager-
agungprase rtyo-ok.pdf. Diakses Pada Tanggal 02 Maret 2022 Pukul
21.45 WIB

Ali, Kemas. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT Raja Garfindo


Persada

Anonim. 2021. Buku Petunjuk Dasar-dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Institut


Pertanian Stiper Yogyakarta

Anonim. 2021. Panduan Praktikum DIT. Yogyakarta: Institut Pertanian


Yogyakarta

Arifuddin. 2016. Bahan Organik Tanah. https://www.scribd.com/32217853


Diakses Pada Tanggal 15 Maret 2022 Pukul 13.00 WIB

B, Surbakti. 2013. Tingkat Kematangan Gambut. https://bramsurbakti.word


press.com/2013/03/04/laporan-tingkat-kematangangambutlengkapbra/
Diakses Pada Tanggal 14 April 2022 Pukul 14.30 WIB

B, Tamam. 2016. Kadar Lengas atau Kelembapan Tanah.


https://generasibiologi.com/2016/03/kadkelembabantanah.html#:~:text
=Kadar%20lengas%20tanah%20sering%20disebut%20sebagai
%20uap%20air,oleh%20tanaman%2C%20atau%20bisa%20juga
%20disebut%20air%20kristal .
Diakses Pada Tanggal 02 Maret 2022 Pukul 20.55 WIB

Bale, Anwar. 1996. Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah. Yogyakarta: Fakultas


Kehutanan, Universitas Gadjah Mada

Dea. 2018. Pengertian Tanah Mediteran. https:www.pengertianilmu.com/2018


/08/pengertian-tanah-mediteran.html
Diakses Pada Tanggal 15 April 2022 Pukul 12.30 WIB

88
El-Swaify, S. A., and E. W. Dangler. 1976. Erodibilities of selected tropical
soil in relation to structural and hydrological parameters. USA: Hawai
Agric

Ghea, K. 2021. KPK Tanah. https://www.scribd.com/document/514453652


Diakses Pada Tanggal 02 Maret 2022 Pukul 19.30 WIB

Habib. 2014. Kadar Kapur Tanah. https://denisaputra22.blogspot.com/201


4/04/ -dasar-dasar-ilmu-tanah3069.html
Diakses Pada Tanggal 24 Maret 2022 Pukul 20.30 WIB

Hakim, N., Y. Nyakpa. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas


Lampung

Hakim, Nurjati, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas


Lampung

Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo
Persada

Hanafiah. 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Hanafiah. 2011. Ilmu Tanah. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Hardjowigeno, H. Sarwono., 2002. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo

Hardjowigeno, S. 1987. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Mediatama Sarana


Perkasa

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo

Ismunidar. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Malang: Universitas Brawijaya

Komang, T. 2011. Struktur Tanah. https://www.scribd.com/doc/57926100/


KPK-Tanah-Kualitatif
Diakses Pada Tanggal 03 Maret Pukul 12.30 WIB

Lubis, E. R., and A. Widanarko. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta:
Agro Media.

M. Mahbub. 2003. Karakteristik Kimia, Fisika Dan Morfogenesis Tanah Sulfat


Masam. Jambi: Universitas Jambi

Madjid, A. R. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bogor: Balai Penelitian Tanah


Jawa Barat

89
Madjid, Abdul. 2007. Bahan Organik Tanah. Lampung: Universitas Lampung

Majid, A. 2011. Definisi Tanah, Fungsi dan Profil Tanah. Palembang:


Universitas Sriwijaya

N, Anton. 2015. Tekstur Tanah. https://docplayer.info/56061674laporan-


praktikum-dasar-ilmu-tanah.html
Diakses Pada Tanggal 14 April 2022 Pukul 14.00 WIB

P, Cahaya. 2017. Penetapan Kadar Lengas Tanah Vertisol.


https://pertiwicahaya.wordpress.com/2017/11/09/penetapankadarlenga
stanah/ Diakses Pada Tanggal 10 Maret Pukul 21.00 WIB

Priatmadi, B.J. dan E. Purnomo. 2000. Karakterisasi tanah sulfat masam dan
zonasi produktivitas padi. J. Tanah Trop. 11: 59-68. Lampung:
Universitas Lampung

R, Fahdilah. 2016. Materi Kadar Lengas Kering


Udara.http://blog.umy.ac.id/rezaagrisukses/2016/01/03/materitentang//
2 -lengaskering-udara/
Diakses Pada Tanggal 02 Maret 2022 Pukul 19.45 WIB

Rachman. 2017. Penetapan Agregat Tanah. https://balittanah.litbang.pert


atian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku%20sifat%20fisik%20tanah/06p
enetapan_agregat_tanah.pdf
Diakses Pada Tanggal 24 Maret 2022 Pukul 12.30 WIB

Ria, S. 2014. Kandungan Pirit. http://riausurbakti.blogspot/2013/03/ujipirit-


gambut-bram.html
Diakses Pada Tanggal 14 April 2022 Pukul 15.00 WIB

Rosmarkam, Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Jakarta: Kanisius Media

Sasongko. 2013. Muatan Tanah. https://katonsasongko.wordpress.com/20 13


/03/15/ddit-muatantanah/
Diakses Pada Tanggal 02 Maret Pukul 11.45 WIB

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Sri, Nurul. 2014. Organik Tanah. http://ttaamiiyy.blogspot.com/2015/02/


Diakses Pada Tanggal 15 Maret 2022 Pukul 11.45 WIB

90
Subiksa, I G.M, W. Hartatik, dan F. Agus. 2011. Pengelolaan lahan gambut
secara berkelanjutan. Hal.73-88. Dalam Nurida er al. (Eds.).
Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan. Riau: Badan Litbang
Pertanian

Suryawan. 2005. Kapur Tanah.


https://arisetiadi11911.blogspot.com/2012 /10/laporan-resmi-
praktikum-dasar-dasar.html Diakses Pada
Tanggal 23 Maret 2022 Pukul 10.00 WIB

Susanto. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah: Muatan Tanah. Yogyakarta: UGM

Syukri. 2013. Struktur Tanah.


https://www.scribd.com/embeds/243220728 //content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=keyfFexxf7r1bzEfWu3
HKwf Diakses Pada
Tanggal 10 Maret Pukul 22.00 WIB

Vivi. 2018. Struktur Tanah dan Kemantapan Agregat. https://www.academia.e


mia.edu/23757457/struktur_tanah_dan_kemantapan_agregat
Diakses Pada Tanggal 23 Maret 2022 Pukul 15.00 WIB

Widjaja, A. 1988. Masalah tanaman di lahan gambut. Cisarua: Balai Penelitian


Bogor

Y, Djitmau. 2014. KPK dan KPA Kualitatif. https://pdfcoffee.com/acara-vii-8-


pdf-free.html
Diakses Pada Tanggal 03 Maret 2022 Pukul 11.30 WIB

Y, R, Ramadhan. 2017. Kadar Lengas Tanah. Jember: Universitas Jember


https://docplayer.info/73109422-Laporan-praktikum-kadar-lengastana
tanah.html. Diakses Pada Tanggal 02 Maret 2022 Pukul 21.00 WIB

91
PENUTUP

A. Kesan

1. Kesan kami sekelompok selama mengikuti praktikum ilmu tanah ini


sungguh sangat bersemangat dan tidak menghalangi niat kami untuk
terus belajar dan ingin tahu lebih dalam dari praktikum ilmu tanah
ini ,walaupun kami sangat turut perihatin melihat kondisi kita saat ini
yang sedang dilanda musibah wabah virus COVID-19 kita semua
berharap agar wabah ini dapat segera berakhir dan bisa kembali lagi
bersama sama dan berbagi cerita dan juga pengalaman.

2. Banyak ilmu dan skil baru yang didapat selama kegiatan praktikum yang
tentu saja dapat dijadikan bahan dan pengalaman untuk modal bekerja di
masa depan.

3. Buat kami tentu merasa puas dan bahagia karena dapat menjalankan
praktikum dengan baik tampa ada beban atau masalah hingga
berakhirnya kegiatan ini.

B. Pesan

1. Pesan kami kepada seluruh Co. Ass ilmu tanah agar kakak dan abang
sekalian dapat selalu sehat dan terhindar dari wabah virus ini, dan
semoga kakak dan abang sekalian tidak bosan bila kami bertanya tanya
tentang praktikum dan untuk praktikum ilmu tanah tahun depan agar bias
lebih baik lagi dalam segi praktik, laporan dan responsidan terakhir yang
bisa kami sampaikan adalah semoga kita sehat selalu dan sukses buat
kakak dan abang sekalian dan tersenyumlah selalu saat melihat kami.

2. Terima kasih untuk Co. Ass yang telah membimbing kami selama
praktikum, semoga ke depannya lebih baik lagi.

92

Anda mungkin juga menyukai