Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN

BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT KASAR

Oleh:

Muhammad Ilham F44150036


Michelle Natali F44150050
Aini Maryam F44150055
Achmad Hafidz F44150060
Ihlus Fardan F44150066
Dhia Kamal Irfan F44150069
Alda Pakarti C. F44150071
Rumaisha Aulia V. F44150072

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Agregat kasar adalah salah satu material yang sangat penting dalam bidang
konstruksi bangunan maupun jalan. Pembuatan perkerasan jalan membutuhkan
agregat yang banyak begitu pula pada proses pembangunan konstruksi lain yang
notabene menggunakan bahan campuran agregat kasar. Karakteristik agregat
kasar juga sangat mempengaruhi kualitas dan daya dukungnya. Salah satu
parameter yang mempengaruhi dan sangat diperhatikan dalam penggunaan
agregat kasar adalah berat jenis dari agregat tersebut. Oleh karena itu pengujian
kali ini akan membahas tentang pengujian berat jenis agregat kasar.
Tujuan
Pengujian kali ini bertujuan untuk dapat memahami prosedur pelaksanaan
pengujian berat jenis agregat kasar, dapat menggunakan peralatan pengujian,
dapat menghitung dan menganalisa berat jenis kering oven (bulk), berat jenis
kering permukaan jenuh (saturated surface dry= SSD), berat jenis semu (apperent)
serta dapat membandingkan data yang diperoleh dengan kelompok lain dan juga
standar yang digunakan.
SNI 03-1969-2008 digunakan sebagai acuan untuk menentukan berat jenis
dan penyerapan air agregat kasar. Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan judul
Cara uji berat jenis dan penyerapan agregat kasar adalah revisi dari SNI 03-1969-
1990 Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar. Agregat
kasar adalah agregat yang ukuran butirannya lebih besar dari 4,75 mm (Saringan
No.4). Berat jenis dapat dinyatakan dengan berat jenis curah kering, berat jenis
curah pada kondisi jenuh kering permukaan atau berat jenis semu. Berat jenis
curah (jenuh kering permukaan) dan penyerapan air berdasarkan pada kondisi
setelah (24+4) jam direndam di dalam air.

METODE
Penelitian dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 12 September 2018
bertempat di Laboratorium Struktur, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan.
Alat yang digunakan berupa keranjang besi, neraca ohaus, lap kain, oven dan bak
air. Sedangkan bahan yang digunakan berupa agregat kasar dengan ukuran
beragam.
Metode dilakukan pada agregat kasar yang tertahan oleh saringan
berdiameter 4,75 mm (Saringan no,4). Penelitian diawali dengan pengeringan
agregat kasar dengan bantuan kain lap agar berada dalam kondisi berat kering
jenuh atau saturated surface dry (SSD). Sebelum dilakukan penimbangan, wadah
agregat ditimbang terlebih dahulu agar dapat diketahui berat agregat kasar pada
kondisi SSD. Setelah didapatkan berat agregat kasar kondisi SSD, agregat kasar
dan wadah direndam di dalam air kemudian ditimbang agar dapat diketahui berat
agregat kasar dalam kondisi terendam. Kemudian agregat kasar dimasukkan ke
dalam oven agar tercapai kondisi kering keseluruhan. Agregat kasar dan wadah
ditimbang dan dicatat beratnya. Selanjutnya dilakukan perhitungan agar
didapatkan data berat jenis dan penyerapan yang diinginkan.
Berikut adalah persamaan yang digunakan dalam perhitungan analisis berat
jenis dan penyerapan agregat kasar :
C
Bulk specific gravity= ..............................................................................(1)
A−B
A
Specific gravity SSD= ..............................................................................(2)
A−B
C
Apparent specific gravity= .....................................................................(3)
C−B
A−C
Absorption= x 100 %..................................................................................(4)
C
Keterangan :
A = Berat benda uji dalam kondisi SSD (g)
B = Berat benda uji dalam air (g)
C = Berat benda uji dalam kondisi kering (g)
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan persamaan (1), (2), (3),
dan (4), dapat diketahui berat jenis dan penyerapan pada agregat kasar. Hasil
analisis dapat digunakan dalam pekerjaan penyelidikan quarry agregat,
perencanaan campuran, pengendalian mutu beton, dan pegendalian mutu
perkerasan jalan. Keseluruhan proses dapat dilihat pada diagram alir penelitian
yang disajikan pada Gambar 1.

Mulai

Pengeringan agregat kasar dengan kain lap kemudian ditimbang

Agregat kasar dan wadah direndam dalam air selama 10 menit kemudian ditimbang

Pengeringan sepenuhnya agregat kasar dalam oven kemudian ditimbang

Perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat kasar dengan persamaan (1), (2),
(3), dan (4)

Selesai

Gambar 1 Diagram alir penelitian berat jenis dan penyerapan agregat kasar
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 Data Pengukuran Berat Jenis Agregat Kasar


Data Pengukuran Berat (gr)
Berat SSD + Keranjang Besi 5424,5
Berat Keranjang Besi Kosong 520,5
Berat Terendam + Keranjang Besi 3480 dan 3482
Berat Keranjang Besi Terendam 491 dan 491,5
Berat Kerikil Kering + Berat Wadah 5260,5
Berat Wadah 508,5

Berdasarkan tabel 1, berat kerikil yang jenuh permukaan kering (SSD) sebesar
4909 gram. Pengukuran berat kerikil di dalam air dilakukan sebanyak dua kali
dengan berat masing-masing sebesar 2989 gram dan 2990,5 gram. Perbedaan nilai
berat kerikil di dalam air sangat kecil. Rata-rata berat kerikil di dalam air sebesar
2989,75 gram. Sedangkan, berat kerikil kering setelah dioven sebesar 4752 gram.

Tabel 2 Data Benda Uji Agregat Kasar

Data Kelompok 1
Berat benda uji dalam kondisi SSD (A) 4904
Berat benda uji dalam air (B) 2989 dan 2990,5
Berat benda uji dalam kondisi kering (C) 4751,5

Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan jalan, yaitu 90-
95% berat atau 75-85% dari volume campuran. Sehingga kualitas perkerasan jalan
ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain
(aspal) (Silvia 2003). Karakteristik agregat kasar yang diuji pada penelitian adalah
bulk specific gravity (berat jenis kering), spesific gravity SSD (berat jenis kering
permukaan jenuh), apparent specific gravity (berat jenis semu) dan absorption
(penyerapan).
Berat jenis bulk adalah perbandingan antara berat bahan di udara (termasuk
rongga yang kedap dan yang menyerap air) pada satuan volume dan suhu tertentu,
dengan berat air suling serta volume yang sama pada suhu tertentu pula (Laoli et.
al 2013). Berat jenis kering (bulk specific gravity) dari agregat kasar yang
digunakan adalah sebesar 2,475. Berat jenis kering ini jarang digunakan dalam
perencanaan campuran. Menurut Laoli et. al (2013), penggunaan berat jenis bulk
dari agregat diasumsikan aspal tidak dapat meyerap ke dalam agregat (hanya
menyelimuti bagian luar saja) sehingga penggunaan berat jenis bulk akan
menghasilkan kadar aspal yang sedikit, padahal kenyataannya aspal akan
menyerap ke dalam rongga dalam agregat sehingga hasil dari perencanaan
campuran akan menghasilkan nilai rongga dalam campuran yang lebih besar dari
anggapan semula, apabila perencanaan ini diterapkan, akan terjadi kerusakan dini
berupa lepas-lepas dan retak-retak.
Berat jenis kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry) adalah berat jenis
dengan memperhitungkan berat agregat dalam keadaan kering permukaan dan
seluruh volume agregat (Toruan et. al 2013). Berat jenis kering permukaan jenuh
untuk agregat kasar digunakan sebesar 2,557. Berat jenis kering permukaan jenuh
ini bisa disebut sebagai berat jenis efektif. Menurut Laoli et. al (2013), dalam
perencanaan campuran, penggunaan berat jenis efektif dari agregat diasumsikan
aspal dapat menyerap sebagian ke dalam agregat dan sebagian lagi
menyelimutinya sehingga penggunaan berat jenis efektif agregat akan
menghasilkan kadar aspal yang relatif cukup seimbang.
Berat Jenis Semu (Apparent Specific Gravity) adalah berat jenis dengan
memperhitungkan berat agregat dalam keadaan kering dan seluruh volume agregat
yang tidak dapat diresapi oleh air (Toruan et. al 2013). Berat jenis semu untuk
agregat kasar yang digunakan sebesar 2,696. Berat jenis semu ini juga tidak cocok
digunakan dalam perencaan jalan aspal. Menurut Laoli et. al (2013), penggunaan
berat jenis semu dari agregat diasumsikan aspal dapat menyerap seluruhnya ke
dalam agregat sehingga penggunaan berat jenis semu akan menghasilkan kadar
aspal yang relatif lebih banyak, padahal kenyataannya aspal hanya sebagian saja
yang menyerap ke dalam rongga dalam agregat sehingga hasil dari perencanaan
campuran akan menghasilkan nilai rongga dalam campuran yang lebih kecil dari
anggapan semula, apabila perencanaan campuran ini diterapkan, akan terjadi
kerusakan dini berupa deformasi plastik.
Penyerapan merupakan persentase berat air yang dapat diserap pori
terhadap berat agregat kering. Besarnya penyerapan oleh agregat kasar yang
digunakan sebesar 3,19%. Menurut Toruan et. al (2013), kemampuan agregat
untuk menyerap air (aspal) adalah suatu informasi yang penting yang harus
diketahui dalam pembuatan campuran beraspal. Jika daya serap agregat sangat
tinggi, agregat ini akan terus menyerap aspal baik pada saat maupun setelah
proses pencampuran agregat. hal ini akan menyebabkan aspal yang berada di
permukaan agregat yang berguna untuk mengikat partikel agregat menjadi lebih
sedikit sehingga akan menghasilkan film aspal yang tipis.

Tabel 3 Karakteristik Agregat Kasar

Sampel
Jenis Pengujian
Kelompok 1 Kelompok 2
Bulk specific gravity 2,475 2,47
Specific gravity SSD 2,557 2,56
Apparent Specific Gravity 2,70 2,71
Absorption 3,19 3,72

Nilai karakteristik agregat kasar yang diuji disajikan pada Tabel 3. Hasil
pengujian agregat kasar dibandingkan dengan pengujian lain yang dilakukan
dengan bahan agregat kasar yang sama. dari kedua sampel pengujian
menunjukkan Nilai bulk specific gravity, spesific gravity SSD dan apparent
specific gravity yang diperoleh menunjukkan nilai yang berdekatan namun
berbeda halnya dengan karakteristik absorption selisih nilai sebesar 0,53. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan kemampuan agregat dalam menyerap air. Penyerapan
air oleh agregat sukar untuk dihilangkan walaupun melalui proses pengeringan
sehingga mempengaruhi daya lekat aspal dengat agregat, oleh karena itu besarnya
absorpsi air dibatasi 3% untuk agregat yang akan digunakan untuk lapisan
permukaan dengan pengikat aspal.

SIMPULAN
Dari praktikum ini didapat berat jenis atau bulk specific gravity yakni
sebesar 2,48 , kemudian dari praktikum ini didapatkan juga Specific gravity SSD
sebesar 2,56 dan Apparent Specific gravity atau berat jenis semu sebesar 2,69.
Selain dari ketiga besaran tersebut pada praktikum ini juga didapatkan besar
penyerapan agregat kasar sebesar 3,19 %.

SARAN
Menurut kami praktikum ini sudah sangat baik namun untuk praktikan
lebih teliti dalam mengelap agregat kasar sehingga hasil yang didapatkan lebih
akurat.

Daftar Pustaka
Laoli, M., Kaseke, O., Jansen, M. 2013. Kajian penyebab perbedaan nilai berat
jenis maksimum campuran beraspal panas yang dihitung berdasarkan
metode marshall dengan yang dicari langsung berdasarkan AASHTO T209.
2(1): 128-132
Silvia S. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta (ID): Penerbit Granit.
Toruan, A., Kaseke, O., dan Sendow, K. 2013. Pengaruh porositas agregat
terhadap berat jenis maksimum campuran. Jurnal Sipil Statis. 3(1): 190-195.
Lampiran 1
Lampiran 2

Contoh Perhitungan
C
1. Berat jenis (Bulk Specific Gravity) =
A−B
4752
=
4904−2989,75
= 2,48

A
2. Specific gravity SSD =
A−B
4904
(Saturated Surface Dry) =
4904−2989,75
= 2,56

C
3. Berat jenis semu (Apparent Specific Gravity) =
C−B
4752
=
4752−2989,75
= 2,69

A−C
4. Penyerapan = ×100 %
C
4904−4752
(Absorption) = ×100 %
4752
= 3,19 %

A = (Berat SSD + keranjang besi) - Berat keranjang besi kosong


= 5424,5 – 520,5
= 4904 gr
B = (Berat terendam + keranjang besi (rata-rata)) - Berat keranjang besi
terendam (rata- rata)
= 3481 – 491,25
= 2989,75 gr
C = (Berat wadah + kerikil kering) - Berat wadah
= 5260,5 – 508,5
= 4752 gr

Anda mungkin juga menyukai