Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN

MODUL I

BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR

PERIODE I 2021/2022

KELOMPOK 5

Nama Mahasiswa : Agriva Suryani Gultom

NIM : 104119053

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR

UNIVERSITAS PERTAMINA

2022
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR

Agriva Suryani Gultom5*, Ahmad Bagus Reza Zuliansah5, Affan Muhammad Sukata5
Ananda Fauzi Pradana5, Kristina Rona Vita Sitanggang5, Nur Alya Taswir5
5
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Perencanaan Infrastruktur, Universitas
Pertamina
*Corresponding author: agrivaagustus2001@gmail.com

Abstrak: Dalam pembangunan infrastruktur jalan diperlukan perancangan yang


sangat matang dalam memahami setiap material agregat ataupun aspal yang akan
digunakan. Pada praktikum ini akan dilakukan pengujian berat jenis dan penyerapan
terhadap agregat kasar. Berat jenis yang ditinjau adalah berat jenis curah (bulk), berat
jenis kering permukaan jenuh (SSD), dan berat jenis semu. Lalu alat yang digunakan
pada praktikum ini yaitu timbangan, keranjang kawat, tempat air, oven, cawan,
saringan ¾’’ dan ½’’, kain lap dan kipas angin. Agregat yang digunakan adalah batu
pecah yang lolos saringan ¾’’ dan ½’’. Kedua agregat tersebut akan diukur masing-
masing berat dalam air, berat permukaan kering, dan berat setelah di oven. Dari
analisis yang diperoleh bahwa besar persentase penyerapan pada batu pecah ¾’’ dan
½’’ memenuhi syarat kelayakan yaitu sebesar 2% karena <3%. Sehingga agregat
kasar ini dapat digunakan dalam pencampuran aspal.
Kata Kunci: berat jenis, agregat, penyerapan, curah, jenuh, semu
Abstract: In the construction of road infrastructure, a very mature design is needed
in understanding each aggregate or asphalt material that will be used. In this
practicum, specific gravity and absorption tests of coarse aggregate will be carried
out. The specific gravity under consideration is bulk density, saturated surface dry
density (SSD), and apparent density. Then the tools used in this practicum are scales,
wire baskets, water containers, oven, cups, '' and '' filters, rags and fans. The
aggregate used is crushed stone that passes the '' and '' sieves. The two aggregates
will be measured respectively by weight in water, dry surface weight, and weight
after being in the oven. From the analysis, it was obtained that the percentage of
absorption in crushed stone '' and '' met the eligibility requirements, namely 2%
because <3%. So that this coarse aggregate can be used in asphalt mixing.
Keywords: specific gravity, aggregate, absorption, bulk, saturated, apparent
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakkan roda
perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya fungsi jalan untuk
mendorong distribusi barang dan jasa sekaligus mobilitas penduduk. Untuk itu diperlukan
perencanaan perkerasan jalan yang kuat, tahan lama dan mempunyai daya tahan tinggi
terhadap deformasi plastis yang terjadi. Dalam pelaksanaannya berat jenis curah adalah suatu
sifat yang pada umumnya digunakan dalam menghitung volume yang ditempati oleh agregat
dalam berbagai campuran yang mengandung agregat. Termasuk beton semen, beton aspa dan
campuran lain yang diproporsikan atau dianalisi berdasarkan volume absolut.

Pada praktikum modul 1 ini akan dilakukan pengujian berat jenis dan penyerapan
agregat kasar yang bertujuan untuk mengetahui berapa banyak agregat yang dibutuhkan
dalam pencampuran aspal dalam lapisan perkerasan jalan dan untuk mengetahui berapa
banyak air yang diserap atau fluida lain yang diserap bahkan aspal itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah sebagai
berikut:

1. Berapa besar berat jenis curah (bulk) pada praktikum berat jenis dan
penyerapan agregat kasar?
2. Berapa besar berat jenis kering permukaan jenuh SSD (Saturated Surface
Dry) pada praktikum berat jenis dan penyerapan agregat kasar?
3. Berapa besar berat jenis semu (Apparent Specific Gravity) pada praktikum
berat jenis dan penyerapan agregat kasar?
4. Berapakah presentase penyerapan (Absorption) yang akan dihasillkan agregat
kasar?
5. Bagaimana kelayakan agregat kasar dalam pencampuran terhadap aspal?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari prakatikum ini adalah
sebagai berikut:

1. Menentukan berat jenis curah, kering, dan semu dari agregat kasar.
2. Menentukan besarnya nilai penyerapan agregat kasar serta menganalisis
kelayakan agregat kasar tersebut dalam pencampuran terhadap aspal.

1.4 Dasar Teori


Berat jenis adalah nilai perbandingan antara massa dan volume dari bahan
yang kita uji. Sedangkan penyerapan berarti tingkat atau kemampuan suatu bahan
untuk meyerap air. Jumlah rongga atau pori yang didapat pada agregat disebut
porositas. Pengukuran berat jenis agregat diperlukan unnutk perencanaan campuran
aspal dengan agregat, campuran ini berdasarkan perbandingan berat karena lebih teliti
dibandingkan dengan perbandingan volume dan juga untuk menentukan banyaknya
pori agregat. Berat jenis yang kecil akan mempunyai volume yang besar sehingga
dengan berat sama akan dibutuhkan aspal yang banyak dan sebaliknya.
Agregat dengan kadar pori besar akan membutuhkan jumlah aspal yang lebih
banyak karena banyak aspal yang terserap akan mengakibatkan aspal menjadi lebih
tipis. Penentuan banyak pori ditentukan berdasarkan air yang didapat terarbsorbsi
oleh agregat. Nilai penyerapan adalah perubahan berat agregat karena penyerapan air
oleh pori-pori dengan agregat pada kondisi kering. Menurut SN-M-10-1989-F tentang
berat jenis penyerapan agregat kasar ialah sebesar ,3% dan berat jenis >2,8. Adapun
macam-macam berat jenis agregat yaitu sebagai berikut:
1. Berat jenis curah (Bulk Specific Gravity)
Berat jenis curah (Bulk Specific Gravity) adalah berat jenis yang
diperhitungkan terhadap seluruh volume yang ada (volume pori yang dapat
diresapi aspal atau dapat dikatakan seluruh volume pori yang dapat dilewati air
dan volume partikel). Persamaan untuk menghitung berat jenis curah sebagai
berikut:
𝐵𝐾
Berat jenis curah (Bulk Specific Gravity) = (𝐵𝐽−𝐵𝐴) (1.1)
2. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD)
Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) adalah berat jenis yang
memperhitungkan volume pori yang hanya dapat diresapi aspal ditambah dengan
volume partikel. Persamaan untuk menghitung berat jenis curah sebagai berikut:
𝐵𝐽
Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) = (𝐵𝐽−𝐵𝐴) (1.2)

3. Berat jenuh semu (Apparent Specific Gravity)


Berat jenis semu (Apparent Specific Gravity) adalah berat jenis yang
memperhitungkan volume partikel saja tanpa memperhitungkan volume pori
yang dapat dilewati air. Persamaan untuk menghitung berat jenis curah sebagai
berikut:
𝐵𝐾
Berat jenis semu (Apparent Specific Gravity)= (𝐵𝐾−𝐵𝐴) (1.3)

Penyerapan (Absorption) adalah presentase dari perbandingan berat air yang


dapat diserap quarry terhadap berat kering, pengertian tersebut dapat
direpresentasikan kedalam persamaan berikut:
(𝐵𝐽−𝐵𝐾)
Penyerapan (Absorption) = × 100% (1.4)
𝐵𝐾

Keterangan:

BK : Berat benda uji kering (gram)

BJ : Berat benda uji kering permukaan jenuh (gram)

BA : Berat benda uji kering permukaan jenuh dalam air (gram)


BAB II

METODE PENELITIAN
2.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum “Berat Jenis dan Penyerapan Agregat
Kasar” adalah keranjang kawat, timbangan, oven, tempat air, cawan, saringan ¾’’ dan
½’’, cawan, kain lap dan kipas angin

1. Keranjang kawat ukuran 3,55 mm atau 2,36’’ (no. 6 atau no. 8) dengan kapasitas
5000 gram

Gambar 2.1 Keranjang Kawat


(Sumber: id.aliexpress.com)
2. Tempat air

Gambar 2.2 Tempat Air


(Sumber: tokopedia.com)
3. Timbangan dengan kapasitas 20.000gram dengan ketelitian 0,2% dari berat
contoh yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.

Gambar 2.3 Timbangan


(Sumber: tokopedia.com)
4. Oven yang dilengkapi pengatur suhu pemanas (160±5)℃.

Gambar 2.4 Oven


(Sumber: eprints.uny.ac.id)
5. Cawan

Gambar 2.5 Cawan


(Sumber: merdeka.com)
6. Saringan ¾’’ dan ½’’

Gambar 2.6 Saringan ¾’’ dan ½’’


7. Kain lap dan kipas angin

Gambar 2.7 Kain Lap

Adapun bahan yang digunakan yaitu agregat yang tertahan di saringan No. 4
(batu pecah maksimum ukuran ¾’’ dan batu pecah maksimum ½’’).

Gambar 2.8 Agregat Kasar


(Sumber: canva.com)
2.2 Cara Kerja
Sebelum memulai praktikum, disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu.
Kemudian benda uji ukuran maksimum ¾’’ untuk menghilangkan debu atau bahan-
bahan lain yang melekat pada permukaan. Benda uji ditempatkan dalam keranjang,
kemudian digunjang untuk mengeluarkan udara yang tersekap dalam benda uji, lalu
ditimbang berat dalam air (BA). Kemudian benda uji dikeluarkan dari air, lalu
dikeringkan. Dilakukan pengeringan dengan kain penyerap dan di angin-anginkan
sampai kering permukaan jenuh. Setelah itu ditimbang benda uji kering permukaan
jenuh (BJ). Lalu dikeringkan batu pecah dalam oven pada suhu 105℃ sampai berat
tetap atau berat tidak mengalami perubahan saat penimbangan. Setealh dimasukkan
kedalam oven, batu pecah ukuran maksimum ¾’’ ditimbang dengan ketelitian 0,3
gram (BK).
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil
Adapun data hasil praktikum pengujian berat jenis dan penyerapan agregat
kasar di lakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Data Hasil Pengamatan Batu Pecah ¾’’

Nilai Data
Percobaan Simbol
(gram)
Berat Kering + Cawan (gram) BK + C 1335
Berat Jenuh + Cawan (gram) BJ + C 1355
Berat Sampel dalam Air + Keranjang (gram) BA + K 1333
Berat Cawan (gram) C 335
Berat Keranjang dalam Air (gram) K 755

Percobaan Hasil Praktikum (gram)


Berat benda uji kering oven (BK) 1000
Berat benda uji kering permukaan (BJ) 1020
Berat benda uji dalam air (BA) 578

Tabel 3.2 Data Hasil Pengamatan Batu Pecah ½’’

Nilai Data
Percobaan Simbol
(gram)
Berat Kering + Cawan (gram) BK + C 1335
Berat Jenuh + Cawan (gram) BJ + C 1355
Berat Sampel dalam Air + Keranjang (gram) BA + K 1333
Berat Cawan (gram) C 335
Berat Keranjang dalam Air (gram) K 733

Percobaan Hasil Praktikum (gram)


Berat benda uji kering oven (BK) 1000
Berat benda uji kering permukaan (BJ) 1020
Berat benda uji dalam air (BA) 600
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pengolahan Data
➢ Batu Pecah ¾’’
𝐵𝐾
➢ Berat jenis curah (Bulk Specific Gravity) = (𝐵𝐽−𝐵𝐴)
1000
= (1020−578)

= 2,262gram
𝐵𝐽
➢ Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) = (𝐵𝐽−𝐵𝐴)
1020
= (1020−578)

= 2,308gram
𝐵𝐾
➢ Berat jenis semu (Apparent Specific Gravity) = (𝐵𝐾−𝐵𝐴)
1000
= (1000−578)

= 2,370gram

(𝐵𝐽−𝐵𝐾)
➢ Penyerapan (Absorption) = × 100%
𝐵𝐾
(1020−1000)
= × 100%
1000

= 2%
➢ Batu Pecah ½’’
𝐵𝐾
➢ Berat jenis curah (Bulk Specific Gravity) = (𝐵𝐽−𝐵𝐴)
1000
=
(1020−600)

= 2,381gram
𝐵𝐽
➢ Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) = (𝐵𝐽−𝐵𝐴)
1020
= (1020−600)

= 2,429gram
𝐵𝐾
➢ Berat jenis semu (Apparent Specific Gravity) = (𝐵𝐾−𝐵𝐴)
1000
= (1000−600)

= 2,500gram
(𝐵𝐽−𝐵𝐾)
➢ Penyerapan (Absorption) = × 100%
𝐵𝐾
(1020−1000)
= 1000

= 2%

3.2.2 Hasil Pengolahan Data


Tabel 3.3 Data Hasil Pengolahan Batu Pecah ¾’’

Analisis Data Hasil Pengujian


Berat jenis curah (Bulk Specific Gravity) 2,262
Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) 2,308
Berat jeniis semu (Apparent Specific Gravity) 2,370
Penyerapan (Absorption) (%) 2

Tabel 3.4 Data Hasil Pengolahan Batu Pecah ½’’

Analisis Data Hasil Pengujian


Berat jenis curah (Bulk Specific Gravity) 2,381
Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) 2,429
Berat jeniis semu (Apparent Specific Gravity) 2,500
Penyerapan (Absorption) (%) 2
3.2.3 Analisis Data

Berdasarkan pengujian pada Tabel 3.3 yaitu pengujian berat jenis dan
penyerapan pada agregat batu pecah ¾’’. Dimana masing-masing nilainya adalah,
nilai untuk pengujian berat jenis (Bulk) memiliki nilai sebesar 2,262, berat jenis
kering (SSD) memiliki nilai sebesar 2,308, berat jenis semu (Apparent Specific
Gravity) memiliki nilai sebesar 2,370. Sedangkan untuk pengujian penyerapan air
(Absorption) memiliki nilai sebesar 2%. Untuk pengujian berat jenis dan penyerapan
pada agregat batu pecah ½’’. Nilai untuk pengujian berat jenis (Bulk) memiliki nilai
sebesar 2,381, berat jenis kering (SSD) memiliki nilai sebesar 2,429, berat jenis semu
(Apparent Specific Gravity) memiliki nilai sebesar 2,500. Sedangkan untuk pengujian
penyerapan air (Absorption) memiliki nilai sebesar 2%. Dengan demikian dapat
dilihat dari persentase penyerapan air yang dihasilkan dari praktikum dengan
membandingkannya pada batas agregat yang baik dalam pencampuran aspal ialah
pada AASHTO-T-85-74 dan ASTM G-127-68, batu pecah ¾’’ dan ½’’ tersebut
memenuhi standar kelayakan karena <3% (2% < 3%).
BAB IV

KESIMPULAN

Pada praktikum modul 1 ini dilakukan pengukuran berat jenis dan penyerapan
terhadap agregat kasar. Berat jenis merupakan nilai perbandingan antara massa dan
volume dari suatu agregat. Sedangkan penyerapan berarti tingkat atau kemampuan
suatu bahan untuk menyerap air. Berdasarkan praktikkum yang telah dilakukan.
Diperoleh hasil berat jenis agregat kasar material batu pecah ¾’’ yaitu berat jenis
curah sebesar 2,262 gram, berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) sebesar 2,308
gram, dan berat jenis semu sebesar 2,370 gram. Untuk material batu pecah ½’’
diperoleh hasil berat jenis curah sebesar 2,381 gram, berat jenis kering permukaan
jenu (SSD) sebesar 2,429 gram, dan berat jenis semu sebesar 2,500 gram. Serta nilai
penyerapan yang diperoleh pada pengujian agregat kasar untuk batu pecah ¾’’ dan
½’’ adalah sebesar 2%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua agregat batu pecah
¾’’ dan ½’’ ini layak dilakukan pencampuran terhadap aspal, karena sesuai dengan
standar yang uji yaitu AASHTO-T-85-74 dan ASTM G-127-68, batu pecah ¾’’ dan
½’’ tersebut memenuhi standar kelayakan karena <3% (2% < 3%).
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Alik Ansyori. (2001). Rekayasa Jalan Raya. Malang: Universitas


Muhammadiyah.

Anonim. (1987). Petunjuk Pelaksanaan Lapisan Aspal Beton (LASTON) Untuk Jalan
Raya. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga.

Arlani, V. & Syafitri, D. (2019). Modul Praktikum Bahan Perkerasan Jalan. Jakarta:
Universitas Pertamina.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai