Anda di halaman 1dari 27

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINNGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN KRISTALOGRAFI
ACARA I : ISOMETRIK DAN TETRAGONAL

LAPORAN

NAMA : USWATUN KHOIRIYAH


NIM
: D61115016

GOWA
2016

BAB I
PENDHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mineralogi merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang
mineral, atau benda padat yang homogen yang mempunyai rumus kimia tertentu dan
biasanya terbentuk oleh alam secara anorganik. Mineral ada yang merupakan unsur
bebas dan ada yang merupakan bentuk persenyawaan.
Dalam ilmu kristalografi kita mempelajari tentang sifat sifat geometri dari
perkembangan, pertumbuhan bentuk luar, struktur dalam (inetrnal) dan sifat fisisnya.
Berbagai bentuk kristal tersebut dapat ditemukan dialam. Bentuk-bentuk kristal ini
bergantung pada jenis ikatan molekuler antara atom-atom untuk menentukan
strukturnya, dan juga keadaan terciptanya kristal tersebut. Beberapa material kristalin
mungkin menunjukkan sifat-sifat elektrik khas. Sistem kristal terdiri atas berbagai
jenis yaitu system Kristal Isometrik, Tetragonal, Trigoal, Heksagonal, Trigonal,
Orthorombik, Monoklin, dan Triklin. Pada praktikum ini akan diadakan percobaan
pada sistem Kristal Isometrik dan Tetragonal. Hal intialah yang melatar belakangi di
adanya praktikum ini.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari percobaan Sistem Kristal Isometrik dan Tetragonal adalah
untuk mengetahui mengenai apa itu Sistem Kristal Isometrik dan Tetragonal. Maksud
dari percobaain ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui definisi Sistem Kristal Isometrik dan Tetragonal


2. Mengetahui cara penggambaran pada Sistem Kristal Isometrik dan
Tetragonal
3. Mengetahui pembagian kelas dalam system Kristal Isometrik dan
Tetragonal
1.3 Alat dan Bahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

LKP
Buku penuntun
Alat tulis
Penggaris
Busur 360
Pensil warna
Roks and Mineral

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Kristal Isometrik


2.1.1 Pengenalan Sistem Kristal Isometrik
Sistem Isometrik adalah sistem kristal yang paling simetri dalam ruang tiga
dimensi. Sistem ini tersusun atas tiga garis kristal berpotongan yang sama panjang
dan sama sudut potong satu sama lain, sistem ini berbeda dengan sistem lain dari
berbagai sudut pandang. Sistem ini tidak berpolar seperti yang lain, yang
membuatnya lebih mudah dikenal. Kata isometrik berarti berukuran sama, terlihat
pada struktur tiga dimensinya yang sama simetri, atau dikenal pula dengan sistem
kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada tiga dan saling tegak lurus
satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masingmasing sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu a1 = a2 = a3, yang artinya panjang sumbu a1 sama dengan
sumbu a2 dan sama dengan sumbu a3. Dan juga memiliki sudut kristalografi = =
= 90. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( , dan ) tegak
lurus satu sama lain (90).
Sistem Isometrik memiliki perbandingan sumbu a1 : a2 : a3 = 1 : 3 : 3. Artinya,
pada sumbu a1 ditarik garis dengan niltetai 1, pada sumbu a2 ditarik garis dengan
nilai 3, dan sumbu a3 juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Sudut antara a1 dengan a2 = 90 o, sudut antara a2 dengan a3 = 90 o,
sudut antara a3 dengan a1 = 90o, sedangan sudut antara a1 dengan a2 = 30o. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a1 memiliki nilai 30 terhadap sumbu a2.
Perhatikan gambar sistem kristal Isometrik dibawah ini :

Gambar 2.1 Proyeksi Isometrik

Tipe kristal ini memeiliki tiga sumbu yang saling berpotongan membentuk
sudut siku siku, dan ketiganya memiliki panjang yang sama. Pirit (Fe 2S3, salah satu
mineral besi) dan Kristal Halit (NaCl, garam) merupakan contoh dari kristal yang
berbentuk isometrik, contoh lain dari sistem kristal isometrik adalah seperti; Gold,
Diamond, Sphalerite, Galena, Halite, Flourite, Cuprite, Magnetite, Cromite, dan
lain-lain. Sistem Reguler (Cubick = Issometrick)

Gambar 2.2 Sistem Reguler

1. Ketentuan :
a) Jumlah sumbu 3, sumbu a = b = c
b) Sudut = = Y = 90
c) Paling banyak terdapat di alam
2. Cara Menggambar :
a) a dengan b- = 90, a : b : c : = 1 : 3 : 3
2.1.2 Kelas pada Sistem Kristal Isometrik
Sistem Isometrik dibagi menjadi 5 Kelas, yaitu :
1. Kelas Tetartoidal
a.
b.
c.
d.
e.

Kelas : Ke-28, Simetri : 2 3


Elemen Simetri : Terdapat empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar dua.
Garis Sumbu Kristal : Tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2, dan a3
Sudut : Ketiga-tiganya 90o
Bentuk Umum : Tetartoidal yang unik, serta pyritohedron, kubik, deltoidal
dodecahedron, pentagonal dodecahedron, rhombik dodecahedron, dan

f.

tetrahedron.
Mineral yang Umum : Changcengit, Korderoit, Gersdorffit, Langbeinit,
Maghemit, Micherenit, Pharmacosiderit, Ullmanit, dan lain-lain.

2. Kelas Hexoctahedral
a.
b.

Kelas : Ke-32, Simetri : 4/m 3bar 2/m


Elemen Simetri : Merupakan kelas yang paling simetri untuk bidang tiga
dimensi dengan empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar dua, dan sumbu

c.
d.
e.

putar dua, dengan sembilan bidang utama dan satu pusat.


Garis Sumbu Kristal : Tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2, dan a3
Sudut : Ketiga-tiganya 90o
Bentuk Umum : Kubik, bidang delapan, bidang duabelas, dan trapezium. Dan

f.

kadang-kadang trisoktahedron, tetraheksahedron, dan heksotahedron.


Mineral yang Umum : Flurit, Galena, Intan, Tembaga, Besi, Timah, Platina,
Perak, Emas, Halit, Bromargyrit, Kllorargirit, Murdosit dan lain-lain

3. Kelas Hextetrahedral

a.
b.

Kelas : Ke-31, Simetri : 4bar 3/m


Elemen Simetri : Terdapat empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar

c.
d.
e.

empat, dan enam bidang kaca.


Sumbu Kristal : Tiga sumbu sama panjang yang disebut a1, a2, dan a3.
Sudut : Ketiga-tiganya 90o
Bentuk Umum : Empatsisi, tristetrahedron, deltoidal dodecahedron, dan
hekstetrahedron serta yang jarang kubik, rhombik dodecahedron dan

f.

tetraheksahedron.
Mineral yang Umum : Sodalit, Sphalerit, Domeykit, Hauyne, Lazurit,
Rhodizit, dan lain-lain.

4. Kelas Diploidal
a.
b.

Kelas : Ke-29, Simetri : 2/m 3bar


Elemen Simetri : Terdapat empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar dua,

c.
d.
e.

dan tiga bidang kaca dan satu pusat.


Garis Sumbu Kristal : Tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2, dan a3
Sudut : Ketiga-tiganya 90o
Bentuk Umum : Diploid dan pyritohedron dan juga kubik, octahedron,

f.

rhombik dodecahedron, trapezohedron dan yang jarang trisoctahedron.


Mineral yang Umum : Pyrite, Kobaltit, Kliffordit, Haurit, Penrosit, Tychit,
Laurit, dan lain-lain

5. Kelas Giroid
a.
b.

Kelas : Ke-30, Simetri : 4 3 2


Elemen Simetri : Terdapat tiga sumbu putar empat, dan empat sumbu putar

tiga, dan enam sumbu putar dua


c. Garis Sumbu Kristal : Tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2, dan a3
d. Sudut : Ketiga-tiganya 90o
e. Bentuk Umum : Kubik, octahedron, dodecahedron, dan trapezohedron, serta
f.

yang jarang trisoctahedron dan tetraheksahedron.


Mineral yang Umum : Cuprit, Voltait, dan Sal Amoniak.

2.1.3 Schoenflish Sistem Kristal Isometrik

Simbolisasi Scoenflish digunakan untuk menandai atau memberi simbol pada


unsur-unsur simetri suatu kristal. Seperti sumbu-sumbu dan bidang-bidang simetri.
Simbolisasi Schoenflish akan

menerangkan

unsur-unsur

tersebut

dengan

menggunakan huruf-huruf dan angka yang masing-masing akan berbeda pada setiap
kristal.
Berbeda dengan Herman-Mauguin yang pemberian simbolnya berbeda-beda
pada masing-masing sistemnya, pada Schoenflish yang berbeda hanya pada sistem
Isometrik. Sedangkan system-sistem yang lainnya sama cara penentuan simbolnya.
Pada Sistem Isometrik dapat dituliskan sebagai berikut :
1. Pada sistem ini, simbolisasi yang dilakukan hanya terdiri dari 2 bagian, yaitu :
Bagian 1 : Menerangkan nilai sumbu c, apakah bernilai 2 atau 4.
a) Bila bernilai 4, maka dinotasikan dengan huruf O (Octaheder)
b) Bila bernilai 2, maka dinotasikan dengan huruf T (Tetraheder)
2. Bagian 2 : Menerangkan keterdapatan bidang simetri.
a) Jika mempunyai bidang simetri horizontal, vertikal dan diagonal. Maka diberi
notasi huruf h.
b) Jika mempunyai bidang simetri horizontal dan vertikal. Maka diberi notasi
huruf h.
c) Jika memiliki bidang simetri vertikal dan diagonal maka diberi notasi huruf v.
d) Jika hanya mempunyai bidang simetri diagonal. Maka diberi notasi huruf d.
2.1.4 Simbolosasi Hermann-Mauguin Sistem Kristal Isometrik
Simbolisasi Hermann-Mauguin ini berfungsi untuk mengidentikfikasi lebih
detail mengenai sistem Kristal atau sebagai penciri sistem Kristal, dilihat dari sudut
pandang nilai sumbu dan ada tidaknya pusat simetri tergantung aturan-aturan pada
simbolisasi ini. Dalam Sistem Isometrik aturan-aturan tesebut terbagi dalam:

1. Simbolisasi Hermann-Mauguin untuk sistem ini terbagi menjadi 3 kolom, yaitu :


a. Kolom I : Nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
(disebut dengan mirror,dalam simbolisasi di tuliskan m jika ada) sumbu
tersebut.
b. Kolom II : Nilai sumbu yang terletak antara tiga sumbu atau sumbu yang
menembus bidang (111) dan ada tidaknya mirror
c. Kolom III : Nilai sumbu yang terletak antara dua sumbu Kristal atau sumbu
yang menembus bidang (110) serta ada tidaknya mirror
2.2 Sistem Kristal Tetragonal
2.2.1 Pengenalan Sistem Kristal Tetragonal
Sistem Tetragonal sama dengan sistem Isometrik, karena sistem kristal ini
mempunyai tiga sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a1 dan
a2 mempunyai satuan panjang sama, sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih
panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a1 = a2 c , yang artinya panjang sumbu a1 sama dengan sumbu a2 tapi
tidak sama dengan sumbu c, dan juga memiliki sudut kristalografi = = = 90.
Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( , dan ) tegak
lurus satu sama lain (90).
Sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a1 : a2 : c = 1 : 3 : 6.
Artinya, pada sumbu a1 ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu a2 ditarik garis
dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan), Sudut antara a1 dengan a2 = 90 o, sudut antara a2 dengan a3 = 90 o,
sudut antara a3 dengan a1 = 90o, sedangan sudut antara a1 dengan a2 = 30o. Hal ini

menjelaskan bahwa antara sumbu a1 memiliki nilai 30 terhadap sumbu a2.


Perhatikan gambar sistem kristal Tetragonal dibawah ini :

Gambar 2.3 Proyeksi Tetragonal

Kristal ini memiliki dua sumbu yang sama, sumbu horisontal yang bersudut 90
derajat dan satu sumbu (yang lebih panjang dibandingkan dengan dua lainnya) tegak
lurus terhadap bidang antara dua sumbu yang sama tadi. Dengan kata lain, semua
sumbu membentuk sudut siku-siku atau 90o terhadap satu sama lain, dan dua sumbu
adalah sama panjang. Kalkopirit (atau tembaga-besi sulfida) adalah contoh dari sitem
kristal Tetragonal, contoh lain dari sistem kristal Tetragonal adalah seperti;Anatase,
Zircon, Leucite, Rutile, Cristobalite, Wulfenite, Scapolite, Cassiterite, Stannite,
Cahnite, dan lain-lain.
2.2.2 Kelas dalam Sistem Kristal Tetragonal
Sistem Tetragonal dibagi menjadi 7 Kelas, yaitu :
1. Ditetragonal Dipyramidal
a.
b.

Kelas : Ke-27, Simetri : 4/m 2/m 2/m


Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat, sumbu putar dua, lima
sumbu simetri.

c. Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan a1 keduanya sama, dengan satu sumbu
(sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
d. Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
e. Bentuk Umum : Ditetragonal dipiramid, tetragonal dipiramid, ditetragonal
prism, tetragonal prism, dan basal pinakoid.
f. Mineral yang Umum : Apophylit, Autunit, Meta-Autunit, Torbernit, MetaTorbernit, Xenotime, Carletonit, Plattnerit, Zircon, Hausmannit, Pyrolusit,
Thorite, Anatase, Rilit, Casiteritdan lain-lain.
2. Kelas Tetragonal Trapezohedral
a. Kelas : Ke-26, Simetri : 4/m 2/m 2/m
b. Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat, dua sumbu putar dua,
semuanya berpotongan tegak lurus ke sumbu putar lain.
c. Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan a1 keduanya sama, dengan satu sumbu
(sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
d. Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
e. Bentuk Umum : Tetragonal trapezohedron, ditetragonal prism, tetragonal
prism, tetragonal dipyramid, dan basal pinakoid.
f. Mineral yang Umum : Wardit dan Kristobalit.
3. Kelas Ditetragonal Pyramidal
a. Kelas : Ke-25, Simetri : 4/m
a. Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat dan empat bidang simetri.
b. Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu sumbu
(sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
c. Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
d. Bentuk Umum : Ditetragonal pyramid, ditetragonal prism, tetragonal prism,
tetragonal pyramid, dan pedion.
e. Mineral
yang
Umum
ematophanit, dan Routhierit.
4. Kelas Tetragonal Scalahedral
a. Kelas : Ke-24, Simetri : 4bar 2/m

: Diaboleit,

Diomignit,

Fresnoit,

b. Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat, dan dua sumbu putar dua,
dan dua bidang simetri.
c. Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu sumbu
(sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
d. Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
e. Bentuk Umum : Tetragonal scalahedron, disphenoid, ditetragonal prism,
tetragonal prism, tetragonal dipyramid, dan pinakoid.
f. Mineral yang Umum : Kalkopirit dan Stannit termasukAkermanit, Hardistonit,
Melilit, Urea, Luzonit, Pirquitasit, Renierit, dan Tetranatrolit.
5. Kelas Tetragonal Dipyramidal
a. Kelas : Ke-23, Simetri : 4/m
b. Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat dan satu bidang simetri.
c. Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan a1 keduanya sama, dengan satu sumbu
(sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
d. Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
e. Bentuk Umum : Tetragonal dipiramid, tetragonal prism, dan pinakoid.
f. Mineral yang Umum : Scapolit, Wulfenite, Vesuvianit, Powellit, Narsarsukit,
Meta-Zeunerit, Leucit, Fergusonit, danScheelit.
6. Kelas Tetragonal Disphenoidal
a. Kelas : Ke-22, Simetri : 4bar
b. Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat.
c. Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu sumbu
(sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
d. Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
e. Bentuk Umum : Tetragonal disphenoidal, tetragonal prism, dan pinakoid.
f. Mineral yang Umum : Cahnit, Minium, Nagyagit, Tugtupit,dan beberapa yang
jarang seperti Krookesit, Meliphanit, Schreibersit, dan Vincentit.
7. Kelas Tetragonal Pyramidal
a. Kelas : Ke-21, Simetri : 4
b. Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat.

c. Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu sumbu
(sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
d. Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
e. Bentuk Umum : Tetragonal piramid, tetragonal prism, dan pedion.
f. Mineral yang Umum : Wulfenit (diragukan), Pinnoit, Piypit dan Richelit.
2.2.3 Schoenflish Sistem Kristal Tetragonal
Simbolisasi Hermann-Mauguin untuk sistem ini terbagi menjadi 3 kolom, yaitu
1. Kolom I : Nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
(disebut dengan mirror,dalam simbolisasi di tuliskan m jika ada) sumbu
tersebut.
2. Kolom II : Nilai sumbu Kristal yang horizontal (a, b, atau d) dan ada
tidaknya mirror
3. Kolom III : Nilai sumbu yang terletak antara 2 sumbu horisotal serta ada
tidaknya mirror
2.2.4 Simbolosasi Hermann-Mauguin Sistem Kristal Tetragonal
Simbolosasi Hermann-Mauguin Sistem Kristal Tetragonal dapat dituliskan
sebagai berikut :
1. Bagian 1 : Menerangkan nilai sumbu c, mungkin mungkin bernilai 4 atau 4
2. Bagian 2 : Menerangkan nilai sumbu utama horizontal.
3. Bagian 3 : Menerangkan nilai sumbu tambahan yang terletak tepat diantara
dua sumbu utama lateral.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.1.1. Iso 8
No. Urut

: 03

No. Peraga

: Iso 8

Sistem Kristal

: Isometrik

Sifat Kristal

: a = b = dc

Cara Penggambaran : a = b = c 1 : 3 : 3
a + b = 30
d + b = 90
Elemen Kristal

: 4A2, A4, - , 6PC

Nilai Kristal

- Herman Mauguin

: 2/m, 3/m , 2/m

- Schoenflies

: Dh

Insicies Bidang

= (010)
= (101)

Kelas Kristal
Bentuk Kristal

= (101)
= (101)

: Dytetragonal Dypiramidal Class


: Dypiramid (Dietragonal dypiramid)

3.1.2 Iso 3
No. Urut

: 02

No. Peraga

: Iso 3

Sistem Kristal

: Isometrik

Sifat Kristal

:a=b=c

Cara Penggambaran : a = b =c 1 : 3: 3
a + b = 30
d + b =90
Elemen Kristal

: 3A2, A2, A4, 2PC

Nilai Kristal

- Herman Mauguin

: 2/m, 3/m, 2/m

- Schoenflies

: Tv

Insicies Bidang

: (100)
: (101)

Kelas Kristal

: Tetragonal disphenoidal Class

Bentuk Kristal

: Disphennoidal

3.1.3 Tetra 3
No. Urut

: 01

No. Peraga

: Tetra 3

Sistem Kristal

: Tetragonal

Sifat Kristal

:a=b=dc

Cara Penggambaran : a = b = c 1 : 3 : 6

a + b = 30
d + b = 90
Elemen Kristal

: 2A2, A4, - , 5PC

Nilai Kristal

- Herman Mauguin

: 2/m, - , 2/m

- Schoenflies

: Dh

Insicies Bidang

= 100

= 011

= 001

= 010

= 110

= 101

Kelas Kristal

: Tetragonal Piramidal Class

Bentuk Kristal

: Dypiramid

3.1.4 Tetra 11
No. Urut

: 04

No. Peraga

: Tetra 11

Sistem Kristal

: Tetragonal

Sifat Kristal

:a=b=c

Cara Penggambaran : a = b = c 1 : 3: 6
a + b = 30
d + b =90
Elemen Kristal

: 3A2, A2, A4, 2PC

Nilai Kristal

- Herman Mauguin

: 2/m, 3/m, 2/m

- Schoenflies

: Tv

= 011

Insicies Bidang

: 100
: 101

Kelas Kristal

: Ditetragonal Pyramidal Class

Bentuk Kristal

: Tetragonl Disphennoidal

3.2 Pembahasan
3.2.1 Iso 8
Pada sampel dengan nomor peraga Iso 8 ini memiliki sistem kristal Isomerik.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isomerik memiliki perbandingan sumbu a = b
= c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c,
dan juga memiliki sudut kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini,
sudut , , dan saling tegak lurus.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi Isomerik, sistem Isomerik
memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3, artinya pada sumbu a ditarik garis
dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis
dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan), dan sudut antar sumbunya
a+ : b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30 terhadap
sumbu b. dan sumbu d + b = 90.
Sistem kristal ini memiliki elemen kristal 4A2, A4, - , 6PC dan memiliki nilai
kristal menurut herman maugin 2/m, 3/m , 2/m dan menurut Schoenflies Dh. Indices
bidang warna merah (010), hijau (101), Ungu (101) dan krem (101). Kelas Kristal
Dytetragonal Dypiramidal Class dan Bentuk Kristal Dypiramid (Dietragonal
dypiramid).

Salah satu contoh mineral yang termasuk dalam system Kristal ini adalah
Galena. Galena (PbS) atau biasa disebut Timah Hitam merupakan mineral logam
yang mengandung Pb dan kaya akan Sulfida. Galena memiliki ciri fisik sperti warna
hitam perak, kilap metalik, cerat abu abu, pecahan conchoidal, kekerasan 2.5
2.75, Sistem Kristal Isometrik, berat jenis 7.2 7.6
Berasosiasi dengan mineral mineral sulfida lainnya seperti Sphalerite,
Chalcophyrite, Phyrite, Arsenophyrite dan biasa juga ditemukan bersama2 dengan
Emas (Au). mineral galena ini terbentuk pada vein vein kuarsa atau biasa juga
didapatkan pada batuan batuan yang teralterasi sangat kuat baik itu pada batuan
vulkanik seperi Tufa, basalt dll atau pada batuan batuan terobosan lainnya. Mineral
galena ini banyak berguna dalam industry pengolahan besi dan baja, terutama bila
terdapat unsur tembaga (Cu) di dalamnya.

Gambar 3.1 Galena

3.2.2 Iso 3
Pada sampel dengan nomor peraga Iso 3 ini memiliki sistem kristal isomerik.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isomerik memiliki perbandingan sumbu a = b

= c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c,
dan juga memiliki sudut kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini,
sudut , , dan saling tegak lurus.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi Isomerik, sistem Isomerik
memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3, artinya pada sumbu a ditarik garis
dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis
dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan), dan sudut antar sumbunya
a+ : b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30 terhadap
sumbu b. dan sumbu d + b = 90.
Sistem kristal ini memiliki elemen kristal 3A2, A2, A4, 2PC dan memiliki nilai
kristal menurut herman maugin 2/m, 3/m, 2/m dan menurut Schoenflies Tv. Indices
bidang warna merah muda (100) dan Biru muda (101) Kelas Kristal : Tetragonal
disphenoidal Class dan Bentuk Kristal Disphennoidal.
Salah satu contoh minera dengan system Kristal ini adalah Halite. Halite
merupakan mineral dengan komposisi kimia berupa senyawa NaCl
didalamnya. Mineral ini memiliki sifat fisik berupa warna lapuk Abuabu, warna segar Putih bening, cerat berwarna putih, memiliki kilap
kaca, belahannya ada, pecahan yaitu even (permukaan pecahnya
kasar dan merata pada seluruh permukaannya), kekerasan 2,5
skala mohs, berat jenis 2,1 gr/cm 3, derajat kejernihannya yaitu
transparan dapat tembus cahaya, sifat dalamnya brittle (mudah
hancur jika dipukul dengan palu dan menjadi bubuk), dan sistem
kristal Isometrik.

Dibentuk karena proseseksogen melalui pengeringan danau yang mengandung


garam atau tempat lain yang mengandung air garam atau terbentuk dari hasil
presipitasi air laut secara primer/langsumg dangan temperatur sekitar 100 C,juga
merupakan hasil presipitasi pada endapan sedimen seperti lempug. Beraasosiasi
dengan Anhydrit, Sylvenit, Carnalite, dan Gipsum. Kegunaannya sebagai pembuatan
asam Hydrofluoric, Ramuan obat diet,bahan Optik.

Gambar 3.2 Halite

3.2.3 Tetra 3
Pada sampel dengan nomor peraga Tetra 3 ini memiliki sistem kristal
Tetragonal. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal tetragonal memiliki perbandingan
sumbu a = b c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan tidak
sama dengan sumbu c, dan juga memiliki sudut kristalografi = = = 90. Hal ini
berarti, pada sistem ini, sudut , , dan saling tegak lurus.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6, artinya pada sumbu a
ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c

ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan), dan sudut
antar sumbunya a+ : b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a + memiliki
nilai 30 terhadap sumbu b. dan sumbu d + b = 90.
Sistem kristal ini memiliki elemen kristal 2A2, A4, - , 5PC dan memiliki nilai
kristal menurut herman maugin 2/m, - , 2/m dan menurut Schoenflies Dh. Indices
bidang warna merah muda (100), ungu (110), merah (011) dan kuning (101), biru
muda (011), hijau tua (010) dan hijau muda (001). Kelas Tetragonal Piramidal Class
dan Bentuk Kristal Dypiramid.
Salah satu contoh mineral yang memilki system Kristal ini adalah Zircon.
Zircon terbentuk sebagai mineral ikutan (accessory mineral) pada baatuan yang
terutama mengandung Na-feldpar, seperti bataun beku asam (granit dan syenit) dan
bataun metamorf (gneiss dan skiss). Zircon biasa ditemukan berasosiasi dengan
turmalin, fluorit, rutil, dan anatase dapat terbentuk dalam batuan sedimen dolomitan
melalui proses autogenik; sementara apabila berkaitan dengan kelompok spesifik
batuan beku dapat berasosiasi dengan lingkungan pneumatolitik dan kadang-kadang
dengan proses paragenesis.
Zircon dunia sebagian besar digunakan sebagai mineral industri, yaitu untuk
pasir cetak (foundri), bata tahan api (refraktor), keramik dan gelas, kimia zirconium,
dan lain-lain.

Gambar 3.3 Zircon

3.2.4 Tetra 11
Pada sampel dengan nomor peraga Tetra 11 ini memiliki sistem kristal
Tetragonal.

Pada

kondisi

sebenarnya,

sistem

kristal

Tetragonal

memiliki

perbandingan sumbu a = b c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b


dan tidak sama dengan sumbu c, dan juga memiliki sudut kristalografi = = =
90. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut , , dan saling tegak lurus.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi Tetragonal, sistem
Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6, artinya pada sumbu a
ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan), dan sudut
antar sumbunya a+ : b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a + memiliki
nilai 30 terhadap sumbu b. dan sumbu d + b = 90.
Sistem kristal ini memiliki elemen kristal 3A2, A2, A4, 2PC dan memiliki nilai
kristal menurut herman maugin 2/m, 3/m, 2/m dan menurut Schoenflies Tv. Indices
bidang warna merah muda (100), biru muda (101). Kelas Tetragonal Ditetragonal
Pyramidal Class dan Bentuk Kristal Tetragonl Disphennoidal.

Salah satu cotoh mineral yang memiliki system Kristal ini adalah Kasiterit
merupakan sumber utama bijih timah. Mineral kasiterit mpi komposisi kimia SnO2
yg mpi kandungan Sn sebanyak 78.77% dan Oksigen sebanyak 21.23%. mineral
kasiterit terbentuk pada fasa akhir penghabluran batuan igneus. Kasiterit yg tertabur
di dlm jasad igneus masif ini dikenali sebagai bongkahan bijih timah primer. Ia
terbentuk pada suhu suhu dan tekanan tinggi. Kasiterit sering berasosiasi dengan
wolframit, turmalin, topas, kuarsa, fluorit, arsenopirit, muskovit, mika-Li, bismulinit,
bismut dan molibdenit. Dapat juga terbentuk pada retas pegmatit, dan pada
lingkungan sedimen sebagai mineral alluvial. Kalsiterit biasa dimanfaatkan dalam
pembuatan benda benda logam.

Gambar 3.4 Kalsiterit

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diamil dari praktikum Isometrik dan Tetragonal ini
adalah sebagai berikut:

1. Sistem Isometrik adalah sistem kristal yang paling simetri dalam ruang tiga
dimensi. Sistem ini tersusun atas tiga garis kristal berpotongan yang sama
panjang dan sama sudut potong satu sama lainSistem Tetragonal sama dengan
sistem Isometrik, karena sistem kristal ini mempunyai tiga sumbu kristal yang
masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a1 dan a2 mempunyai satuan panjang
sama, sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi
pada umumnya lebih panjang, sedangkan system krisal orthorombik adalah system
Kristal yang mempunyai 3 sumbu simetri Kristal yang saling tegak lurus satu dengan

yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut memiliki panjang yang berbeda. Dan memiliki axial
ratio a b c yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama

panjang atau berbeda satu sama lain.


2. Adapun cara penggambaran dari Sistem Isometrik memiliki perbandingan sumbu
a1 : a2 : a3 = 1 : 3 : 3. Artinya, pada sumbu a1 ditarik garis dengan niltetai 1, pada
sumbu a2 ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu a3 juga ditarik garis dengan
nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Sudut antara a1 dengan a2 =
90o, sudut antara a2 dengan a3 = 90o, sudut antara a3 dengan a1 = 90o, sedangan
sudut antara a1 dengan a2 = 30o. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a1
memiliki nilai 30 terhadap sumbu a2. Sedangkan pada system Kristal Sistem
kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a1 : a2 : c = 1 : 3 : 6. Artinya,
pada sumbu a1 ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu a2 ditarik garis dengan
nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan), Sudut antara a1 dengan a2 = 90o, sudut antara a2 dengan a3 = 90o,
sudut antara a3 dengan a1 = 90o, sedangan sudut antara a1 dengan a2 = 30 o. Hal
ini menjelaskan bahwa antara sumbu a1 memiliki nilai 30 terhadap sumbu a2.
3. Pembagian kelas dalam system Kristal isometric yaitKelas Giroid, Kelas
Diploidal, Kelas Hexoctahedral, Kelas Tetartoidal, Kelas Hextetrahedral. Dan
Pembagian kelas dalam system Kristal Tertragonal yaitu

Ditetragonal

Dipyramidal, Kelas Tetragonal Trapezohedral, Kelas Ditetragonal Pyramidal,


Kelas Tetragonal Scalahedral, Kelas Tetragonal Dipyramidal, Kelas Tetragonal
Disphenoidal, Kelas Tetragonal Pyramidal.
4.2 Saran
4.2.1 Saran Untuk Laboratorium

Adapun saran untuk labratorium yaitu sebaiknya ebaiknya di dalam


laboratorium disediakan lebih banyak kursi dan meja untuk praktikan.
4.2.2 Saran Untuk Asisten
Adapun saran untuk asisten sebaiknya menyepatkan waktu untuk melakukan
asistensi dan waktu unruk membimbing ataupun menjelaskan kepada praktikan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Sistem Kristal Isometrik dan Tetragonal. http://www.academia.edu/
11224308/Sistem_Kristal_Isometrik_Dan_Tetragonal.Diakses pada 24 Maret
2016 pukul 22.34 WITA
Anonim. 2012. Sistem Kristal dan simbolisasi Herman.
http://zonageologi.blogspot .co.id/2012/03/sistem-kristal-dan-simbolisasihermann.html. Diakses pada 24 Maret 2016 pukul 22.45 WITA
Anonim. 2011. Sistem Krisal dan Simbolisasi Herman. http://shin shanshan.blogspot.
co.id/2011/07/sistem-kristal-dan-simbolisasi-hermann.html. Diakses pada 24
Maret 2016 pukul 23.04 WITA
Rizqi. 2013. Sistem Kristal Isometrik. http://rizqigeos.blogspot.co.id/2013/04/sistemkristal-isometrik.html. Diakses pada 24 Maret 2016 pukul 23.45 WITA
Anonim. 2010. Kristalografi bab 2.
http://anakgeotoba.blogspot.co.id/2010/03/kristalografi-bab-2.html. Diakses pada 24
Maret 2016 pukul 23.55 WITA

Anda mungkin juga menyukai