Anda di halaman 1dari 17

7 sistem kristal dan kisi Bravais

May 20, 2016

Pengertian Kristal

Kata “kristal” berasal dari bahasa Yunani crystallon yang berarti tetesan yang dingin atau beku.
Menurut pengertian kompilasi yang diambil untuk menyeragamkan pendapat para ahli, maka
kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya serta mengikuti
hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya memenuhi hukum geometri;
Jumlah dan kedudukan bidang kristalnya selalu tertentu dan teratur. Kristal-kristal tersebut selalu
dibatasi oleh beberapa bidang datar yang jumlah dan kedudukannya tertentu. Keteraturannya
tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti
pola-pola tertentu. Bidang-bidang ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-
bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang
muka itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan sumbu-sumbu
kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus
kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang disebut
sebagai parameter.

Bila ditinjau dan telaah lebih dalam mengenai pengertian kristal, mengandung pengertian sebagai
berikut :

1. Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya :

tidak termasuk didalamnya cair dan gas

tidak dapat diuraikan kesenyawa lain yang lebih sederhana oleh proses fisika

terbentuknya oleh proses alam

2. Mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti hukum


geometri :

jumlah bidang suatu kristal selalu tetap

macam atau model bentuk dari suatu bidang kristal selalu tetap

sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.
Apabila unsur penyusunnya tersusun secara tidak teratur dan tidak mengikuti hukum-hukum
diatas, atau susunan kimianya teratur tetapi tidak dibentuk oleh proses alam (dibentuk secara
laboratorium), maka zat atau bahan tersebut bukan disebut sebagai kristal.

Sistem Kristal Isometrik

Sistem Isometrik adalah sistem kristal yang paling simetri dalam ruang tiga dimensi. Sistem ini
tersusun atas tiga garis kristal berpotongan yang sama panjang dan sama sudut potong satu sama
lain, sistem ini berbeda dengan sistem lain dari berbagai sudut pandang. Sistem ini tidak berpolar
seperti yang lain, yang membuatnya lebih mudah dikenal. Kata isometrik berarti berukuran
sama, terlihat pada struktur tiga dimensinya yang sama simetri, atau dikenal pula dengan sistem
kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada tiga dan saling tegak lurus satu dengan
yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya.

Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu a1 =
a2 = a3, yang artinya panjang sumbu a1 sama dengan sumbu a2 dan sama dengan sumbu a3. Dan
juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut
kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).

Sistem Isometrik memiliki perbandingan sumbu a1 : a2 : a3 = 1 : 3 : 3. Artinya, pada sumbu a1


ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu a2 ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu a3 juga
ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Sudut antara a1 dengan
a2 = 90o, sudut antara a2 dengan a3 = 90o, sudut antara a3 dengan a1 = 90o, sedangan sudut antara
a1 dengan –a2 = 30o. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a1 memiliki nilai 30˚ terhadap
sumbu –a2. Perhatikan gambar sistem kristal Isometrik dibawah ini :

Sistem kristal kubus ini dapat dibagi ke dalam 3 bentuk yaitu kubus sederhana (simple cubic/
SC), kubus berpusat badan (body-centered cubic/ BCC) dan kubus berpusat muka (Face-centered
Cubic/ FCC).

Berikut bentuk dari ketiga jenis kubus tersebut:


Kubus sederhana,

Pada bentuk kubus sederhana, masing-masing terdapat satu atom pada semua sudut (pojok)
kubus.

Pada kubus BCC, masing-masing terdapat satu atom pada semua pojok kubus, dan terdapat satu
atom pada pusat kubus (yang ditunjukkan dengan atom warna biru).

Pada kubus FCC, selain terdapat masing-masing satu atom pada semua pojok kubus, juga
terdapat atom pada diagonal dari masing-masing sisi kubus (yang ditunjukkan dengan atom
warna merah).

Tipe kristal ini memeiliki tiga sumbu yang saling berpotongan membentuk sudut siku – siku, dan
ketiganya memiliki panjang yang sama. Pirit (Fe2S3, salah satu mineral besi) dan Kristal Halit
(NaCl, garam) merupakan contoh dari kristal yang berbentuk isometrik, contoh lain dari sistem
kristal isometrik adalah seperti; Gold, Diamond, Sphalerite, Galena, Halite, Flourite, Cuprite,
Magnetite, Cromite, dan lain-lain.

Sistem Isometrik dibagi menjadi 5 Kelas, yaitu :

1. Kelas Tetartoidal

Ø Kelas : Ke-28, Simetri : 2 3

Ø Elemen Simetri : Terdapat empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar dua.

Ø Garis Sumbu Kristal : Tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2, dan a3

Ø Sudut : Ketiga-tiganya 90o

Ø Bentuk Umum : Tetartoidal yang unik, serta pyritohedron, kubik, deltoidal dodecahedron,
pentagonal dodecahedron, rhombik dodecahedron, dan tetrahedron.
Ø Mineral yang Umum : Changcengit, Korderoit, Gersdorffit, Langbeinit, Maghemit,
Micherenit, Pharmacosiderit, Ullmanit, dan lain-lain.

2. Kelas Hexoctahedral

Ø Kelas : Ke-32, Simetri : 4/m 3bar 2/m

Ø Elemen Simetri : Merupakan kelas yang paling simetri untuk bidang tiga dimensi dengan
empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar dua, dan sumbu putar dua, dengan sembilan
bidang utama dan satu pusat.

Ø Garis Sumbu Kristal : Tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2, dan a3

Ø Sudut : Ketiga-tiganya 90o

Ø Bentuk Umum : Kubik, bidang delapan, bidang duabelas, dan trapezium. Dan kadang-
kadang trisoktahedron, tetraheksahedron, dan heksotahedron.

Ø Mineral yang Umum : Flurit, Galena, Intan, Tembaga, Besi, Timah, Platina, Perak, Emas,
Halit, Bromargyrit, Kllorargirit, Murdosit, Piroklor, kelompok Garnet, sebagian besar
kelompok Spinel, Uraninit dan lain-lain.

3. Kelas Hextetrahedral

Ø Kelas : Ke-31, Simetri : 4bar 3/m

Ø Elemen Simetri : Terdapat empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar empat, dan enam
bidang kaca.

Ø Sumbu Kristal : Tiga sumbu sama panjang yang disebut a1, a2, dan a3.

Ø Sudut : Ketiga-tiganya 90o

Ø Bentuk Umum : Empatsisi, tristetrahedron, deltoidal dodecahedron, dan hekstetrahedron


serta yang jarang kubik, rhombik dodecahedron dan tetraheksahedron.

Ø Mineral yang Umum : Sodalit, Sphalerit, Domeykit, Hauyne, Lazurit, Rhodizit, dan lain-
lain.

4. Kelas Diploidal

Ø Kelas : Ke-29, Simetri : 2/m 3bar

Ø Elemen Simetri : Terdapat empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar dua, dan tiga
bidang kaca dan satu pusat.
Ø Garis Sumbu Kristal : Tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2, dan a3

Ø Sudut : Ketiga-tiganya 90o

Ø Bentuk Umum : Diploid dan pyritohedron dan juga kubik, octahedron, rhombik
dodecahedron, trapezohedron dan yang jarang trisoctahedron.

Ø Mineral yang Umum : Pyrite, Kobaltit, Kliffordit, Haurit, Penrosit, Tychit, Laurit, dan lain-
lain

5. Kelas Giroid

Ø Kelas : Ke-30, Simetri : 4 3 2

Ø Elemen Simetri : Terdapat tiga sumbu putar empat, dan empat sumbu putar tiga, dan enam
sumbu putar dua

Ø Garis Sumbu Kristal : Tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2, dan a3

Ø Sudut : Ketiga-tiganya 90o

Ø Bentuk Umum : Kubik, octahedron, dodecahedron, dan trapezohedron, serta yang jarang
trisoctahedron dan tetraheksahedron.

Ø Mineral yang Umum : Cuprit, Voltait, dan Sal Amoniak.

Sistem Kristal Tetragonal


Sistem Tetragonal sama dengan sistem Isometrik, karena sistem kristal ini mempunyai tiga
sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a1 dan a2 mempunyai satuan
panjang sama, sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada
umumnya lebih panjang.

Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a1 = a2 ≠ c ,


yang artinya panjang sumbu a1 sama dengan sumbu a2 tapi tidak sama dengan sumbu c, dan
juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut
kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).

Sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a1 : a2 : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada


sumbu a1 ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu a2 ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan), Sudut antara a1 dengan
a2 = 90o, sudut antara a2 dengan a3 = 90o, sudut antara a3 dengan a1 = 90o, sedangan sudut antara
a1 dengan –a2 = 30o. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a1 memiliki nilai 30˚ terhadap
sumbu –a2. Perhatikan gambar sistem kristal Tetragonal dibawah ini :

Pada sistem kristal tetragonal ini hanya memiliki dua bentuk yaitu sederhana dan berpusat
badan.

Pada bentuk tetragonal sederhana, mirip dengan kubus sederhana, dimana masing-masing
terdapat satu atom pada semua sudut (pojok) tetragonalnya.

Sedangkan pada tetragonal berpusat badan, mirip pula dengan kubus berpusat badan, yaitu
memiliki 1 atom pada pusat tetragonal (ditunjukkan pada atom warna biru), dan atom lainnya
berada pada pojok (sudut) tetragonal tersebut.

Kristal ini memiliki dua sumbu yang sama, sumbu horisontal yang bersudut 90 derajat dan satu
sumbu (yang lebih panjang dibandingkan dengan dua lainnya) tegak lurus terhadap bidang antara
dua sumbu yang sama tadi. Dengan kata lain, semua sumbu membentuk sudut siku-siku atau
90o terhadap satu sama lain, dan dua sumbu adalah sama panjang. Kalkopirit (atau tembaga-besi
sulfida) adalah contoh dari sitem kristal Tetragonal, contoh lain dari sistem kristal Tetragonal
adalah seperti; Anatase, Zircon, Leucite, Rutile, Cristobalite, Wulfenite, Scapolite, Cassiterite,
Stannite, Cahnite, dan lain-lain.

Sistem Tetragonal dibagi menjadi 7 Kelas, yaitu :

1. Ditetragonal Dipyramidal

Ø Kelas : Ke-27, Simetri : 4/m 2/m 2/m

Ø Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat, sumbu putar dua, lima sumbu simetri.

Ø Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan –a1 keduanya sama, dengan satu sumbu (sumbu c ) bisa
lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.

Ø Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o


Ø Bentuk Umum : Ditetragonal dipiramid, tetragonal dipiramid, ditetragonal prism, tetragonal
prism, dan basal pinakoid.

Ø Mineral yang Umum : Apophylit, Autunit, Meta-Autunit, Torbernit, Meta-Torbernit, Xenotime,


Carletonit, Plattnerit, Zircon, Hausmannit, Pyrolusit, Thorite, Anatase, Rilit, Casiterit dan lain-
lain.

2. Kelas Tetragonal Trapezohedral

Ø Kelas : Ke-26, Simetri : 4/m 2/m 2/m

Ø Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat, dua sumbu putar dua, semuanya
berpotongan tegak lurus ke sumbu putar lain.

Ø Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan –a1 keduanya sama, dengan satu sumbu (sumbu c ) bisa
lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.

Ø Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o

Ø Bentuk Umum : Tetragonal trapezohedron, ditetragonal prism, tetragonal prism, tetragonal


dipyramid, dan basal pinakoid.

Ø Mineral yang Umum : Wardit dan Kristobalit.

3. Kelas Ditetragonal Pyramidal

Ø Kelas : Ke-25, Simetri : 4/m

Ø Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat dan empat bidang simetri.

Ø Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu sumbu (sumbu c ) bisa
lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.

Ø Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o

Ø Bentuk Umum : Ditetragonal pyramid, ditetragonal prism, tetragonal prism, tetragonal


pyramid, dan pedion.

Ø Mineral yang Umum : Diaboleit, Diomignit, Fresnoit, ematophanit, dan Routhierit.

4. Kelas Tetragonal Scalahedral

Ø Kelas : Ke-24, Simetri : 4bar 2/m

Ø Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat, dan dua sumbu putar dua, dan dua bidang
simetri.
Ø Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu sumbu (sumbu c ) bisa
lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.

Ø Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o

Ø Bentuk Umum : Tetragonal scalahedron, disphenoid, ditetragonal prism, tetragonal prism,


tetragonal dipyramid, dan pinakoid.

Ø Mineral yang Umum : Kalkopirit dan Stannit termasuk Akermanit, Hardistonit, Melilit, Urea,
Luzonit, Pirquitasit, Renierit, dan Tetranatrolit.

5. Kelas Tetragonal Dipyramidal

Ø Kelas : Ke-23, Simetri : 4/m

Ø Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat dan satu bidang simetri.

Ø Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan –a1 keduanya sama, dengan satu sumbu (sumbu c ) bisa
lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.

Ø Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o

Ø Bentuk Umum : Tetragonal dipiramid, tetragonal prism, dan pinakoid.

Ø Mineral yang Umum : Scapolit, Wulfenite, Vesuvianit, Powellit, Narsarsukit, Meta-Zeunerit,


Leucit, Fergusonit, dan Scheelit.

6. Kelas Tetragonal Disphenoidal

Ø Kelas : Ke-22, Simetri : 4bar

Ø Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat.

Ø Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu sumbu (sumbu c ) bisa
lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.

Ø Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o

Ø Bentuk Umum : Tetragonal disphenoidal, tetragonal prism, dan pinakoid.

Ø Mineral yang Umum : Cahnit, Minium, Nagyagit, Tugtupit, dan beberapa yang jarang
seperti Krookesit, Meliphanit, Schreibersit, dan Vincentit.

7. Kelas Tetragonal Pyramidal


Ø Kelas : Ke-21, Simetri : 4

Ø Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat.

Ø Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu sumbu (sumbu c) bisa
lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.

Ø Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o

Ø Bentuk Umum : Tetragonal piramid, tetragonal prism, dan pedion.

Ø Mineral yang Umum : Wulfenit (diragukan), Pinnoit, Piypit dan Richelit.

Sistem Kristal Hexagonal

Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu
lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain.
Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang
atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).

Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a
= b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d,
tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚.
Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚
terhadap sumbu γ.

semua atom berada pada sudut-sudut (pojok) heksagonal dan terdapat masing-masing atom
berpusat muka pada dua sisi heksagonal (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau).

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Hexagonal memiliki


perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada
sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan
patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ
membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.

Sistem ini dibagi menjadi 7:

Hexagonal Piramid

Ø Kelas : ke-14

Ø Simetri : 6

Ø Elemen Simetri : hanya terdapat 1 sumbu putar enam.

Hexagonal Bipramid

Ø Kelas : ke-16

Ø Simetri : 6/m

Ø Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 1 bidang simetri

Dihexagonal Piramid

Ø Kelas : ke-18

Ø Simetri : 6 m m

Ø Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6 bidang simetri

Dihexagonal Bipiramid

Ø Kelas : ke-20

Ø Simetri : 6/m 2/m 2/m

Ø Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6 sumbu putar dua, 7 bidang simetri masing-
masing berpotongan tegak lurus terhadap salah satu sumbu rotasi dan satu pusat

Trigonal Bipiramid

Ø Kelas : ke-1

Ø Simetri : 6bar (ekuivalen dengan 6/m)

Ø Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 1 bidang simetri


Ditrigonal Bipiramid

Ø Kelas : ke-17

Ø Simetri : 6bar 2m

Ø Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 3 sumbu putar dua, dan 4 bidang simetri

Hexagonal Trapezohedral

Ø Kelas : ke-19

Ø Simetri : 6 2 2

Ø Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6 sumbu putar dua

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz, corundum, hematite,
calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977).

Sistem Kristal Trigonal


Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaitu
Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal
Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem
Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga
dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.

Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c ,


yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama
dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti,
pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Trigonal memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada
sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan
patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ
membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.

Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:

1. Trigonal pyramid

2. Trigonal Trapezohedral

· Kelas : ke-12

· Simetri : 3 2

· Elemen Simetri : ada 1 sumbu putar tiga, 3 sumbu putar dua.

3. Ditrigonal Piramid

· Kelas : ke-11

· Simetri : 3m

· Elemen Simetri : ada 1 sumbu putar tiga dan 3 bidang simetri

4. Ditrigonal Skalenohedral

· Kelas : ke-13

· Simetri : 3bar 2/m

· Elemen Simetri : ada 1 bidang putar tiga, 3 bidang putar dua, 3 bidang simetri

5. Rombohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmaline dan
cinabar(Mondadori, Arlondo. 1977)

Sistem Kristal Ortorombik

Sistem kristal ortorombik terdiri atas 4 bentuk, yaitu : ortorombik sederhana, body center
(berpusat badan) (yang ditunjukkan atom dengan warna merah), berpusat muka (yang
ditunjukkan atom dengan warna biru), dan berpusat muka pada dua sisi ortorombik (yang
ditunjukkan atom dengan warna hijau). Panjang rusuk dari sistem kristal ortorombik ini berbeda-
beda (a ≠ b≠ c), dan memiliki sudut yang sama (α = β = γ) yaitu sebesar 90°.

Sistem kristal ortorombik terdiri atas 4 bentuk, yaitu : ortorombik sederhana, body center
(berpusat badan) (yang ditunjukkan atom dengan warna merah), berpusat muka (yang
ditunjukkan atom dengan warna biru), dan berpusat muka pada dua sisi ortorombik (yang
ditunjukkan atom dengan warna hijau).

Dikatakan ortorombik karena sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang saling tegak lurus satu
sama lain. Tetapi ketiga sumbu ini mempunyai panjag yang berbeda-beda. Sumbu-sumbu simetri
ini diberi tanda huruf a, b, dan c denga parameter sumbu a<b<c. Sumbu a disebut sumbu brakia,
sumbu b disebut sumbu makro, dan sumbu c disebut sumbu vertikal. Sistem kristal ini memiliki
pusat simetri yang merupakan titik pertemuanantara bidang dan sumbu simetri yang ada pada
sistem kristal tersebut.Sistem kristal ini juga mempunyai 3 bidang simetri karena jika
banguntersebut dibagi oleh sumbu simetri akan menghasilkan 2 bagian yang sama besarnya.
Sistem kristal ini mempunyai 1 simetri putar 2-fold pada ketiga sumbunya yaitu apabila diputar
berdasar sumbu a, b, c akan menunjukkan 2 kenampakanyang sama. Berdasar contoh di atas,
maka sistem kristal ini digolongkan dalam kelasdypiramidal dengan Herman maugin Symbol
2/m 2/m 2/m. Beberapa contohmineral yang mempunyai sistem kristal ortorombik kelas
dypiramidal adalah phurcalite, chesterite, epsomite.

Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas: Bisfenoid

Piramid

Bipiramid

Sistem Kristal Monoklin

Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya.
Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak
tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama,
umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek. System Monoklin memiliki
axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c dan memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal
ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus
(miring).

Sistem kristal monoklin terdiri atas 2 bentuk, yaitu : monoklin sederhana dan berpusat muka
pada dua sisi monoklin (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau).

Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c ,
yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama
lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α
dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).

a ≠ b≠ c
sudut antara b dan c = 90

sudut antara a dan b = 90

sudut antara a dan c ≠ 90

sudut antara a dan –b = 45

a : b : c = sembarang

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Monoklin


memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan
menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya
a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ.

Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:

1. Sfenoid

§ Kelas : ke-4

§ Simetri : 2

§ Elemen Simetri : 1 sumbu putar

2. Doma

§ Kelas : ke-3

§ Simetri : m

§ Elemen Simetri : 1 bidang simetri

3. Prisma

§ Kelas : ke-5

§ Simetri : 2/m

§ Elemen Simetri : 1 sumbu putar dua dengan sebuah bidang simetri yang berpotongan tegak
lurus
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite, malachite,
colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992)

Sistem Kristal Triklin

Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus.
Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.

Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b
≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu
sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini,
sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.

Pada sistem kristal triklin, hanya terdapat satu orientasi.

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin memiliki perbandingan


sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada
sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ membentuk
sudut 80˚ terhadap c+.

Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:

Pedial

v Kelas : ke-1

v Simetri : 1
v Elemen Simetri : hanya sebuah pusat

Pinakoidal

v Kelas : ke-2

v Simetri : 1bar

v Elemen Simetri : hanya sebuah pusat

Tipe kristal ini memiliki 3 (tiga) sumbu yang tidak sama yang saling berpotongan pada sisi
miringnya. Felspar-Albit (sebuah silikat natrium dan aluminium) merupakan contoh dari mineral
dengan sistem kristal triklin.

Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus.
Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama. System kristal Triklin memiliki axial
ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang
sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚.
Hal ini berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang
lainnya.

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite, labradorite,
kaolinite, microcline dan anortoclase, kyanit, oligoclase, thodonit, pherthite, pectolite,
amblygonute (Pellant, chris. 1992)

Anda mungkin juga menyukai