Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS MINERAL BERAT MAGNETIT DI SUNGAI

KALIPENGKOL, SEMARANG
Hezron Christian Marbun
21100117140047
Hezronchristian10@gmail.com
Teknik Geologi Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

ABSTRAK

Sungai Kalipengkol berada di daerah Sigarbencah, Semarang, Jawa Tengah. Lingkungan pengendapan
dan proses transportasi suatu material sedimen sangatlah mempengaruhi presentase kandungan suatu
mineral berat terutama pada mineral magnetit. Dalam penyusunan paper ini bertujuan untuk
mengetahui proses transportasi dan lingkungan pengendapan mineral magnetit. Adapun metode yang
dilakukan dalam penyusunan paper ini adalah dengan pengambilan data baik secara langsung di
lapangan maupun pengolahan data di laboratorium dengan tujuan mendapatkan data yang lebih valid
mengenai presentase kandungan mineral berat yaitu mineral magnetit yang dilihat dari pengambilan
sampel di bagian hilir sungai di sungai Kalipengkol dan terkait dengan lingkungan pengendapan dan
provenance mineral berat serta proses transportasi yang membawa dari provenance dari mineral-
mineral berat yang ada, selain merode pengambilan data langsung, pada pengolahan paper ini juga
dilakukan metode studi pustaka yaitu dengan membaca literature, jurnal atau paper yang telah ada
sebagai referensi dalam memahami apa yang sedang dibuat. Sebaran endapan material sedimen di
bagian hilir didominasi oleh mineral magnetit. Batuan mafik banyak mengandung mineral Fe dan Mg
yang diitepretasikan material berasal dari erosi batuan tersebut.

Kata kunci: Semarang, sungai kalipengkol, mineral berat, magnetit

Pendahuluan marine yang berupa oksida besi. Magnetite


Sungai Kalipengkol terletak di Semarang, adalah ferrimagnetic dengan rumus kimia
Jawa Tengah. Analisis keterdapatan mineral Fe3O4, salah satu dari beberapa oxides besi dan
berat magnetit ini dilakukan pada daerah ini anggota dari spinel grup. Kimia IUPAC adalah
karena sungai Kalipengkol memiliki kandungan nama besi (II, III) oksida kimia umum dan
material sedimen yang lebih banyak daripada nama-ferric oksida besi. Formula untuk
kandungan airnya sehingga mendukung magnetite mungkin juga ditulis sebagai FeO,
terdapatnya endapan mineral berat yang ada Fe2O3, yang merupakan salah satu bagian
pada sungai tersebut. Tujuan analisis ini adalah wüstite (FeO) dan satu bagian bijih besi
untuk mengetahui pengaruh keterdapatan dari (Fe2O3). Ini merujuk kepada oksidasi status
endapan mineral berat magnetit yang ada pada berbeda dari besi dalam satu struktur, bukan
sungai Kalipengkol, Semarang. solusi yang solid. Magnetit sangat mudah untuk
di identifikasi, karena mineral ini merupakan
Tinjauan Pustaka salah satu dari hanya beberapa mineral yang
Magnetit merupakan salah satu mineral tertarik pada magnet. Sifat fisik mineral ini yaitu
golongan oksida. Dimana mineral ini terbentuk berwarna hitam, buram, kilap submetallic-
dari ubahan mineral besi. Magnetit merupakan metalik, bentuk kristal oktahedral, dan
tipe endapan besi yang termasuk tipe endapan mempunyai nilai kekerasan Mohs antara 5 - 6,5.

1
Mineral ini juga sering ditemukan dalam bentuk dengan kelembaban udara rata – rata bervariasi
kristal isometrik. Di alam, magnetit merupakan antara 62% sampai dengan 84%. Sedangkan
mineral yang paling kuat sifat magnetiknya. kecepatan angin rata – rata adalah 5,9 Km/jam.
Suhu magnetite adalah 858 K. Magnetite Batas batas Kota Semarang meliputi :
adalah yang paling magnetis dari semua yang  Sebelah Utara berbatasan Laut Jawa,
terjadi secara alami mineral di Bumi, dan ini dengan panjang garis pantai ± 13,6 km
menyebabkan magnetis properti lodestone  Sebelah Selatan berbatasan dengan
dipakai sebagai awal bentuk magnetis Kabupaten Semarang
kompas. Hubungan antara magnetit dan  Sebelah Timur berbatasan dengan
lain-besi kaya oksida mineral seperti Kabupaten Demak
ilmenite, bijih besi, dan ulvospinel telah  Sebelah Barat berbatasan dengan
banyak belajar, sebagai rumit reaksi ini Kabupaten Kendal
antara mineral dan oksigen mempengaruhi Pada daerah penelitian yang terletak pada
bagaimana dan kapan magnetit catatan Desa Jabungan, Kabupaten Demak, dimana
berikut dari bumi magnetis. Magnetit telah pada daerah tersebut terdapat tiga formasi yaitu
sangat penting dalam memahami kondisi di formasi Damar, Kerek, dan Kalibeng. Dinana
bawah batu-batu yang bentuk dan pada dearah tersebut memiliki bentuk lahan
berkembang. Komposisi mineral dari structural, denudasional, dan fluvialtil, adapun
pasangan yang digunakan untuk menghitung formasi yang ditemukan pada daerah tersebut
berapa oxidizing adalah Magma (yakni, yaitu,
kandungan oksigen fugacity dari Magma): 1. Formasi Kalibeng
berbagai oxidizing kondisi yang ditemukan di Batuannya terdiri dari napal, batupasir tufaan
magmas oksidasi dan membantu negara dan batu gamping. Napal berwarna abu-abu
untuk menentukan bagaimana mungkin kehijauan hingga kehitaman, komposisi
berevolusi magmas oleh fraksi kristalisasi. terdiri dari mineral lempung dan semen
karbonat, porositas rendah hingga kedap air,
GEOLOGI REGIONAL agak keras dalam keadaan kering dan mudah
Secara geografis, Semarang, Propinsi Jawa hancur dalam keadaan basah. Pada napal ini
Tengah terletak pada koordinat 110º16’20’’ - setempat mengandung karbon (bahan
110 º 30’29’’ Bujur Timur dan 6 º 55’34’’ - 7º organik). Batupasir tufaan kuning kehitaman,
07’04’’ Lintang Selatan dengan luas daerah halus - kasar, porositas sedang, agak keras,
sekitar 391,2 Km2. Wilayah Semarang Batu gamping merupakan lensa dalam napal,
sebagaimana daerah lainnya di Indonesia berwarna putih kelabu, keras dan kompak.
beriklim tropis, terdiri dari musim kemarau dan 2. Formasi Kerek
musim hujan yang silih berganti sepanjang Perselingan batu lempung, napal, batu pasir
tahun. Besar rata-rata jumlah curah hujan tufaan, konglomerat, breksi volkanik dan
tahunan wilayah Semarang utara adalah 2000 - batu gamping. Batu lempung kelabu muda -
2500 mm/tahun dan Semarang bagian selatan tua, gampingan, sebagian bersisipan dengan
antara 2500 - 3000 mm/tahun. Sedangkan curah batu lanau atau batu pasir, mengandung fosil
hujan rata-rata per bulan berdasarkan data dari foram, moluska dan koral-koral koloni.
tahun 1994 - 1998 berkisar antara 58 - 338 Lapisan tipis konglomerat terdapat dalam
mm/bulan, curah hujan tertinggi terjadi pada batu lempung di K. Kripik dan di dalam
bulan Oktober sampai bulan April dengan curah batupasir. Batu gamping umumnya berlapis,
hujan antara 176-338 mm/bulan, sedangkan kristallin dan pasiran, mempunyai ketebalan
curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei total lebih dari 400 m.
sampai bulan September dengan curah hujan
antara 58 - 131 mm/bulan. Temperatur udara
berkisar antara 24℃ sampai dengan 33℃ 3. Formasi Damar

2
Batuannya terdiri dari batu pasir tufaan, Berdasarkan survei lapangan secara
konglomerat, dan breksi volkanik. Batu pasir langsung pada bagian hilir sungai Jabungan atau
tufaan berwarna kuning kecoklatan berbutir sungai Kalipengkol. Secara geomorfologi
halus - kasar, komposisi terdiri dari mineral sungai Kalipengkol merupakan daerah rendahan
mafik, felspar, dan kuarsa dengan masa dasar yang dikelilingi oleh daerah yang lebih tinggi
tufaan, porositas sedang, keras. Konglomerat dan menjadi daerah aliran sungai. Sistem sungai
berwarna kuning kecoklatan hingga yang ada di sungai Kalipengkol merupakan
kehitaman, komponen terdiri dari andesit, sungai dengan ciri – ciri terdapat banyak
basalt, batuapung, berukuran 0,5 - 5 cm, endapan sedimen dan supplay air banyak.
membundar tanggung hingga membundar Dari hasil yang telah didapatkan
baik, agak rapuh. Breksi volkanik mungkin kelimpahan mineral Magnetit di daerah hilir
diendapkan sebagai lahar, berwarna abu-abu sungai jabungan atau sungai Kalipengkol
kehitaman, komponen terdiri dari andesit dan sebesar 66,86% dari jumlah total semua
basalt, berukuran 1 - 20 cm, menyudut - data. Mineral Magnetit adalah mineral
membundar tanggung, agak keras. terbanyak dibanding mineral lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa mineral Magnetit
sangat melimpah didaerah tersebut.
Pengambilan mineral berat dilakukan pada
daerah tepi sungai atau point bar pada
daerah meander sungai Kalipengkol.
Secara geologi regional dapat diketahui
bahwa sungai Kalipengkol behulu pada formasi
Kalibeng yang merupakan endapan vulkanik
gunung Ungaran. Pada daerah penelitian bagian
hilir lokasinya sudah termasuk dalam formasi
kerek yang merupakan pelapisan batuan
Gambar 1 Peta Semarang dan daerah sekitarnya sedimen produk arus turbidit. Pada sampel
bagian hilir ini mineral berat yang didapatkan
Metode Penelitian cenderung banyak hal tersebut diinterpretasikan
Dalam penyusunan paper ini dilakukan tiga terjadi karena kondisi lingkungan hilir yang
metode, yaitu metode pertama adalah survey berarus relatif lemah dan sampel diambil pada
lapangan secara langsung yang dimana akan daerah belokkan atau meander yang sehingga
didapatkan data berupa sampel. Metode yang mineral berat pada daerah tersebut terendapkan
kedua adalah studi pustaka yang dimana akan teredapkan pada daerah sungai Kalipengkol.
didapatkan informasi tentang struktur sedimen Mineral berat yang didapatkan berupa ilmenit
yang ditemukan di lapangan. Pada pengolahan magnetit dan hornblende. Pada pembahasan ini
data mineral berat, setelah dilakukan lebih terfokus pada mineral berat yaitu mineral
pengambilan sampel, lalu sampel dijemur Magnetit. Mineral Magnetit yang telah
dibawah sinar matahari hingga kering yang diperoleh melalui pengambilan sampel adalah
bertujuan untuk menghilangkan kadar air, sebanyak 230 butir mineral magnetit yang jika
setelah kering sampel mineral berat tersebut dipresentasekan dari hasil sampel seluruh
ditimbang dan direndam dalam zat kimia mineral pada daerah sungai Kalipengkol adalah
Chloroform untuk memisahkan antara mineral sebesar 66,86% yang menunjukkan bahwa
berat dengan material lempung, dan dilakukan mineral Magnetit pada daerah tersebut sangat
picking dengan menggunakan mikroskop. dominan dibandingkan dengan mineral lain.
Berikut adalah data sampel yang telah
Hasil dan Pembahasan diperoleh,

3
Tabel 1 Mineral Berat Bagian Hilir keterdapatan mineral Magnetit yang
mendominasi.

Referensi
[1] Endarto, Danang. 2005. Pengantar
Geologi Dasar. Solo. Lembaga
Pengembangan Pendidikan (LPP)
UNS.
[2] Tim Asisten Sedimentologi dan Stratigrafi .
2012. Buku Panduan Praktikum
Sedimentologi Stratigrafi. Teknik
Geologi Universitas Diponegoro:
Semarang.
Dari data yang telah dipaparkan tersebut
[3] Https://id.wikipedia.org/wiki/Magnetit
menunjukkan bahwa selain mineral Magnetit,
(Diakses pada tanggal 2 April 2018
keterdapatan mineral oksida besi juga
pukul 23.22 WIB)
mendominasi pada daerah sungai Kalipengkol
tersebut, yang diitepretasikan bahwa pada LAMPIRAN
daerah hilir tersebut terjadi pengendapan dari
material hasil dari erosi dan proses transportasi
yang telah membawa material mineral oksida
besi ke daerah sungai Kalipengkol.
Keterdapatan mineral Magnetit tersebut dapat
diindikasikan bahwa mineral ini terendapkan
pada kecepatan arus yang rendah dan
transportasi yang jauh dari batuan asalnya
sehingga mineral Magnetit terendapkan di
daerah point bar karena pengaruh besar arus
dari sungai Kalipengkol. Pada daerah sungai
Kalipengkol ini memiliki supplay air yang
banyak sehingga membantu pengendapan
mineral berat berupa mineral Magnetit karena
kecepatan arus yang rendah sehingga mineral
Magnetit dapat terendapakan secara perlahan
sehingga mineral berat dapat terendapkan secara
keseluruhan dan menghasilkan keterdapatan
endapan mineral berat yang banyak.

Penutup
Keterdapatan mineral Magnetit pada
daerah sungai Kalipengkol, sangat
mendominasi karena pada daerah sungai
tersebut memiliki kecepatan arus yang
rendah dan supplay air yang sedikit
membantu untuk mengendapkan mineral
berat berupa mineral Magnetit secara
keseluruhan yang mempengaruhi

4
5
6

Anda mungkin juga menyukai