BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Gambar 1.1. Peta geologi dan distribusi gunung lumpur di Jawa Tengah dan
Jawa Timur (Istadi, dkk, 2009).
Keberadaan gunung lumpur ini tidak lepas dari adanya sesar yang berada
di wilayah ini. Oleh sebab itu, dirasa perlu dilakukan penelitian dengan
metode geofisika tentang keberadaan sesar dan model struktur bawah
permukaan di wilayah manifestasi gunung lumpur ini. Beberapa penelitian di
3
1.6. Hipotesis
Dari analisis data Gravitasi hasil pengukuran di daerah penelitian,
memperkirakan bahwa Gunung lumpur di daerah ini disebabkan oleh
adanya struktur sesar normal.
Gambar 1.3. Kontur topografi dan sebaran gunung lumpur daerah penelitian
Daerah Penelitian
PETA GEOLOGI
Legenda :
Struktur Patahan
Endapan Aluvium
Formasi Tambakromo
Formasi Selorejo
Formasi Mundu
Formasi Ledok
4. Formasi Notopuro
Formasi Notopuro terdiri atas breksi lahar, batu pasir gunungapi,
konglomerat dan batu lanau gunungapi. Lingkungan pengendapan darat
dengan tebal diperkirakan 30-40 m. Satuan ini berumur plistosen akhir
dan menindih selaras formasi kabuh.
5. Formasi Kabuh
Formasi Kabuh terdiri atas batu pasir kelabu dan terang, berstruktur
silangsiur. Dibeberapa tempat bersifat konglomerat dan berbentuk
lensa, tebal diperkirakan 45-200 m. Satuan formasi ini berumur
plistosen tengah dan mengandung fosil pelecypoda, gastropoda dan
kepingan vertebrata serta menindih selaras formasi Pucangan.
6. Formasi Pucangan
Formasi Pucangan terdiri atas breksi, batu pasir gunungapi dan batu
lempung. Bagian bawah betu lempung berlapis tipis dan di bagian atas
terdapat sedimen facies gunungapi yang terdiri dari breksi dan batu
pasir gunungapi. Satuan formasi ini mengandung fosil Pithecantropus
mojokertensis dan umurnya plistosen awal.
7. Formasi Tambakromo
Formasi Tambakromo terdiri dari batu lempung, napal, dan batu
gamping. Batu lempung, kelabu gelap, lunak, tidak berlapis, di
beberapa tempat merupakan pasiran.
8. Formasi Selorejo
Formasi Selorejo yaitu terdiri dari batu gamping putih kecoklatan,
berlapis (25-60 cm), di beberpa tempat silangsiur dan batu lempung
kelabu terang, pasiran, gampingan. Formasi ini merupakan lingkungan
pengendapan neritik dangkal dan satuan menindih selaras
FormasiMundu dan tebalnya diperkirakan 200 m.
9. Formasi Mundu
Formasi Mundu yaitu terdiri dari napal, berwarna kelabu-kuning
kecoklatan, tidak begitu keras,tidak berlapis, dibeberapa tempat pasiran.
Formasi ini merupakan lingkungan pengendapan neritik dalam dan
9
KETERANGAN
HOLOSEN
Ketidakselarasan HOLOCONE
Unconformity
PLISTOSEN
QTpt PLEISTOCENE
Tps PLIOSEN
PLIOCENE
Tpm
AKHIR
Tmpl LATE
Tmm Tmw
TENGAH
MIDDLE
Tmn AWAL
EARLY
Tmt
OLIGOSEN
OLIGOCENE
Batuan yang terlipat dan tersesarkan cukup kuat yaitu batuan formasi
Kerek dan formasi Kalibeng, sedangkan formasi Pucangan, formasi Kabuh
dan formasi Notopuro memperlihatkan intensitas perlipatan yang lemah,
setelah pengendapan formasi Tuban pada miosen tengah bagian bawah.
Zona Rembang bagian selatan mengalami pengangkatan lemah dari
organesa intra miosen. Pada akhir miosen tengah terjadi gunung laut
membentuk formasi Wonocolo dan formasi Madura yang berbeda fasies dan
diikuti oleh pembentukan formasi Ledok dan formasi Mundu. Pada saat
yang hampir bersamaan di lajur Kendeng terendapkan formasi Kerek dan
formasi Kalibeng sampai awal pliosen bawah. Kemudian lajur ini
mengalami pengangkatan (pensesaran dan perlipatan) oleh suatu organesa
setelah awal pliosen bawah.
Pengangkatan tersebut kelihatannya tidak merata di seluruh lembar
Ngawi, karena di bagian utara (lajur Rembang) sedimentasi laut masih tetap
berlangsung, walaupun menunjukkan adanya proses susut laut (sedimentasi
formasi Mundu bagian atas, formasi Selorejo dan formasi Tambakromo)
sampai awal plistosen. Pada pertengahan plistosen bawah, lajur Rembang
selatan mengalami pengangkatan (pensesaran dan perlipatan) oleh adanya
organesa kuarter. Pada saat tersebut kelihatannya lajur Kendeng pada
bagian-bagian yang nisbi rendah, terisi oleh endapan lahar/bahan rombakan
hasil kegiatan gunungapi di luar lembar Ngawi yang menghasilkan batuan
formasi Pucangan, Kabuh dan Notopuro. Pengangkatan yang lemah di lajur
Kendeng masih tetap berlangsung hingga pertengahan kuarter dengan
ditandai adanya endapan Undak dari Bengawan Solo.