Oleh :
111.170.022
KELOMPOK 3
YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTROMAGNETIK
Disusun oleh :
( )
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahnat, Taufik dan
Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan lapangan karbonat
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Laporan Praktikum
Elektromagnetik, Laboraturium Geofisika Eksplorasi, Program Studi Teknik Geofisika,
Universitas Pembangunan Nasional UPN “Veteran” Yogyakarta tahun ajaran 2018/2019
dengan lancar.
Harapan saya semoga laporan ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi laporan ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Laporan ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat
kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan –
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini.
HALAMAN JUDUL
BAB I. PENDAHULUAN
1.I. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
Maksud dan Tujuan ................................................................................................ 2
DAFTAR PUSTAKA
Metode Very Low Frequency (VLF) merupakan salah satu metode geofisika
yang memanfaatkan komponen magnetik dari medan elektromagnet yang ditimbulkan
oleh pemancar gelombang radio berfrekuensi sangat rendah yaitu berkisar antara 15 –
30 kHz.
Terdapat dua teknik pada pengukuran medan elektromagnet, yaitu teknik
pengukuran aktif dan teknik pengukuran pasif. Dalam teknik pengukuran aktif medan
elektromagnet sengaja dibangkitkan di sekitar daerah observasi.
Gelombang menjalar melalui permukaan bumi sebagai gelombang tanah
(ground wave) dan melalui lapisan ionosfer sebagai gelombang angkasa (sky wave)
yang mengalami pemantulan dan pembiasan sehingga gelombang VLF mampu
merambat sampai tempat yang jauh dari pemancar. Medan magnet dan medan listrik
yang dipancarkan berperan sebagai medan primer. Medan primer ini membangkitkan
medan sekunder akibat adanya arus induksi yang mengalir pada konduktor di dalam
tanah. Medan sekunder yang timbul tergantung sifat listrik bendabenda di dalam tanah
dan sekitarnya.
Pada daerah observasi yang terukur adalah resultan dari medan primer dan
medan sekunder. Medan primer dianggap serbasama (homogen). Perubahan resultan
kedua medan hanya bergantung pada perubahan medan sekunder, sehingga sifat
kelistrikan benda konduktif dibawah permukaan dapat diperkirakan.
Metode VLF-EM adalah salah satu metode geofisika yang banyak digunakan
dalam studi tentang lingkungan, studi arkeologi , studi geoteknik, untuk
mengidentifikasi sesar, dan sungai bawah tanah.
Dilihat dari satuan fisiografis dan geologis Daerah Istimewa Yogyakarta, secara
keseluruhan mempunyai kondisi geomorfologi yang beraneka ragam, antara lain : 1.
Satuan Gunung Merapi Satuan Gunung Api Merapi yang terbentang mulai dari
kerucut gunung api hingga dataran fluvial gunung api yang meliputi daerah Kabupaten
Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Kabupaten Bantul termasuk bentang lahan
vulkanik. Daerah kerucut dan lereng gunung api merupakan daerah hutan lindung dan
sebagai kawasan resapan air daerah bawahan. 2. Satuan Pegunungan Selatan Satuan
Pegunungan Selatan yang terletak di Kabupaten Gunungkidul, atau dikenal sebagai
Pegunungan Seribu merupakan wilayah perbukitan batu gamping (limestone) yang
kritis, tandus dan selalu kekurangan air dengan bagian tengah terdapat dataran
(Wonosari Basin). Di sisi utaranya, perbukitan kerucut Gunung Sewu berbatasan
dengan dua buah ledok (basins), yaitu Ledok Wonosari di bagian barat dan Ledok
Baturetno di bagian timur. Batas utara dari punggungan tersebut berupa tebing curam
(steep escarpment), memanjang mulai daerah Parangtritis ke utara, di selatan
Prambanan berbelok ke arah timur hingga Wonogiri. Di sebelah utaranya membentang
dataran rendah, di mana lipatan batuan yang lebih tua turun cukup dalam, tertutup oleh
kipas-kipas fluvio-volkanik muda dari beberapa gunung api 3. Satuan Pegunungan
Kulon Progo Satuan Pegunungan Kulon Progo, yang terletak di Kabupaten Kulon
Progo bagian utara merupakan bentang lahan struktural denudasional dengan topografi
berbukit yang mempunyai kendala lereng yang curam dan potensi air tanahnya kecil.
Stratigrafis yang paling tua di daerah Pegunungan Kulon Progo dikenal dengan
Formasi nanggulan, kemudian secara tidak selaras diatasnya diendapkan batuan-
batuan dari Formasi Jonggaran dan Formasi Sentolo. Penyusun batuan dari formasi
Nanggulan menurut Wartono Raharjo (1977) terdiri dari Batupasir dengan sisipan
Lignit, Napal pasiran, Batulempung dengan konkresi Limonit, sisipan Napal dan
Batugamping, Batupasir dan Tuf serta kaya akan fosil foraminifera dan Moluska.
Litologi dari Formasi Jonggrangan ini bagian bawah dari formasi ini terdiri dari
Konglomerat yang ditumpangi oleh Napal tufan dan Batupasir gampingan dengan
sisipan Lignit. Batuan ini semakin ke atas berubah menjadi Batugamping koral
(Wartono rahardjo, dkk, 1977). Litologi penyusun Formasi Sentolo ini di bagian
bawah, terdiri dari Aglomerat dan Napal, semakin ke atas berubah menjadi
Batugamping berlapis dengan fasies neritik. 4. Satuan Dataran Rendah Satuan Dataran
Rendah merupakan bentang lahan fluvial yang didominasi oleh dataran aluvial,
membentang di bagian selatan Daerah Istimewa Yogyakarta mulai dari Kabupaten
Kulon Progo sampai dengan Kabupaten Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan
Seribu. Bentang Lahan lainnya yang belum didayagunakan secara optimal adalah
bentang lahan marin dan eolin yang merupakan satuan wilayah pantai, yang
terbentang dari Kulon Progo sampai Bantul. Khusus di Parangtritis Bantul yang
terkenal dengan gumuk pasir menjadi laboratorium alam studi geografi. Secara
terperinci keadaan geomorfologi dan bentang lahan dari Daerah Istimewa Yogyakarta
– Parangtritis antara lain: 1. Yogyakarta (Terban Bantul) Dataran alluvial disebelah
selatan Kota Yogyakarta berasal dari kegiatan vulkanis muda (akhir plestosen/awal
holosen) dari gunung api merapi.
Hubungan Amplitudo dan Fase Gelombang Sekunder (S) dan Primer (P). Andaikan
Z(=R + iL) adalah impedansi efektif sebuah konduktor dengan tahanan jenis R dan
induktans L, maka arus induksi (eddy), Is (=es/Z) akan menjalar dalam medium dan
menghasilkan medan sekunder S.
Jika medan magnet horisontal adalah Hx dan medan vertikalnya sebesar Hx maka
besar sudut tilt diberikan sebagai;
6.1. Kesimpulan
6.2. Saran
Untuk kedepannya diusahakan melakukan perhitungan dengan metode yang
kebuh bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bantul
https://www.researchgate.net/publication/287505716_Identification_of_subsurface_
fault_using_schlumberger_configuration_geoelectricity_method_Case_study_
in_Opak_River_Yogyakarta
http://bumi-ilmukebumian.blogspot.com/2011/01/geologi-regional-yogyakarta.html
LAMPIRAN A. GRAFIK KHFILT AUSTRALIA LINTASAN X