PELAYARAN CILACAP
DISUSUN OLEH
(KELOMPOK 1 TEKKEL A 2020)
BENEDICTA PUTRI PELEALU (20E511071002)
ISWALDY AL FERNANDO (20E511071041)
FENDY TRIANDY (20E511071039)
ANDHIKA HADI WIBOWO (20E511071017)
Penulis
i
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
METODOLOGI ......................................................................................................................... 4
4.1 Mengidentifikasi Informasi-Informasi Dari Sea Chart Dan Kaitannya Terhadap Desain
Awal Layout Pelabuhan ......................................................................................................... 5
4.3 Mengidentifikasi Alur Dan Rambu-Rambu Pelayaran Yang Terdapat Dalam Sea Chart
.............................................................................................................................................. 12
KESIMPULAN ........................................................................................................................ 16
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.4 KEGUNAAN PENULISAN
Laporan ini dibuat guna memperdalam pengetahuan pembaca dalam memahami sea chart
dan mengidentifikasi infromasi-informasi yang tertera untuk keperluan pembuatan dan
pengembangan pelabuhan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Peta Laut (Sea Chart) adalah peta yang secara khusus dibuat untuk kepentingan navigasi
laut, menampilkan data di antaranya data kedalaman, sifat dasar laut, elevasi, konfigurasi
dan karakteristik dari pantai, bahaya dan bantuan dalam navigasi. Sesuai dengan
pengertian tersebut, peta laut berfungsi memberikan gambaran informasi secara grafis
kepada pelaut mengenai navigasi laut yang aman. Terdapat dua jenis peta laut yang
tersedia yaitu peta laut kertas dalam bentuk analog dan peta laut elektronik dalam bentuk
digital. (IHO, 2010)
2. Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran adalah peralatan atau sistem yang berada di luar kapal
yang didesain dan dioperasikan untuk meningkatkan keselamatan dan efisiensi
bernavigasi kapal dan/atau lalu lintas kapal.(Menteri Perhubungan Republik Indonesia,
2010)
3. Menara suar adalah Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran tetap yang bersuar dan mempunyai
jarak tampak sama atau lebih 20 (dua puluh ) mil laut yang dapat membantu para
navigator dalam menentukan posisi dan/atau haluan kapal, menunjukan arah daratan dan
adanya pelabuhan serta dapat dipergunakan sebagai tanda batas wilayah negara. (Menteri
Perhubungan Republik Indonesia, 2010)
4. Rambu suar adalah Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran tetap yang bersuar dan mempunyai
jarak tampak sama atau lebih dari 10 (sepuluh) mil laut yang dapat membantu para
navigator adanya bahaya/rintangan navigasi antara lain karang, air dangkal, gosong, dan
bahaya terpencil serta menentukan posisi dan/atau haluan kapal serta dapat dipergunakan
sebagai tanda batas wilayah negara. (Menteri Perhubungan Republik Indonesia, 2010)
5. Pelampung suar adalah Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran apung yang bersuar dan
mempunyai jarak tampak sama atau lebih 4 (empat) mil laut yang dapat membantu para
navigator adanya bahaya/rintangan navigasi antara lain karang, air dangkal, gosong,
kerangka kapal dan/atau untuk menunjukan perairan aman serta pemisah alur, dan dapat
dipergunakan sebagai tanda batas wilayah negara. (Menteri Perhubungan Republik
Indonesia, 2010)
3
BAB III
METODOLOGI
Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur. Jenis penelitian yang digunakan
adalah studi literatur. Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan
dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan
penelitian (Zed, 2008:3). Melalui metode ini, penulis mencari dasar pijakan / fondasi utnuk
memperoleh dan membangun landasan teori, kerangka berpikir, dan menentukan dugaan
sementara atau disebut juga dengan hipotesis penelitian. Sehingga penulis dapat
mengelompokkan, mengalokasikan mengorganisasikan, dan menggunakan variasi pustaka
dalam bidangnya. Dengan melakukan studi kepustakaan, para peneliti mempunyai
pendalaman yang lebih luas dan mendalam terhadap masalah yang hendak diteliti
4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Informasi-informasi penting yang bisa didapatkan dari peta tersebut untuk pertimbangan
desain awal layout pelabuhan adalah sebagai berikut:
1. Kedalaman
5
Data kedalaman dasar laut penting dalam pembuatan desain awal layout pelabuhan. Hal
ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai seberapa dalam dasar yang harus
dikeruk untuk membuat kolam pelabuhan.
2. Rintangan
Gambar 3 Simbol daerah batu karang (kiri) dan ombak pecah (kanan)
Posisi batu karang dan arah gelombang pecah pada sea chart membantu dalam penentuan
desain awal layout pelabuhan. Batu karang dapat mengganggu lalu lintas kapal dan sering
menyebabkan kecelakaan kapal. Kapal membutuhkan tempat yang bebas rintangan untuk
bersandar, oleh karena itu pelabuhan sebisa mungkin tidak berposisi di dekat batuan karang
3. Area terbatas
Area terbatas yang sudah ditandai di peta harus menjadi prioritas dalam penentuan letak
pelabuhan untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan. Area ini umumnya beresiko
tinggi karena memiliki fenomena alam yang ekstrim atau karena dijadikan sebagai daerah
latihan militer.
6
4. Instalasi lepas pantai
Jaringan pipa migas umumnya berada di bawah laut dan terdata di dalam sea chart. Hal ini
penting untuk diperhatikan agar engineer dapat merencanakan desain dan pengoperasian
pelabuhan agar tidak mengganggu jaringan pipa tersebut nanti. Begitupula sebaliknya.
7
Jalan 16.565 m
Jembatan 30 m
Drainase 3.765 m
8
2. Pelabuhan Penyeberangan Sleko
Gambar 7 Foto (kiri) dan lokasi Pelabuhan Sleko dari peta (kanan)
Seleko atau disebut juga dengan nama Sleko adalah pelabuhan kecil yang berlokasi di
Laguna Segara Anakan. Pelabuhan ini biasanya difungsikan masyarakat untuk melayani
penyeberangan ke Kampung Laut.
(tidak ditemukan data terkait spesifikasi pelabuhan secara detail)
Gambar 8 Foto (kiri) dan lokasi Pelabuhan Wijayapura dari peta (kanan)
9
4. Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap (Pelabuhan Cilacap)
Gambar 9 Foto (kiri) dan lokasi Pelabuhan Cilacap dari peta (kanan)
10
5. Pelabuhan Refinery Unit IV Cilacap Pertamina
Gambar 10 Foto (kiri) dan lokasi Pelabuhan Pertamina dari peta (kanan)
Berikut spesifikasi pelabuhan tersebut:
SPM/Jetty Draft (m) DWT (max) LOA (m)
Jetty 1 6,6 35000 MT 200
Jetty 2 10 35000 MT 200
Jetty 3 10 35000 MT 200
Tabel 3 Spesifikasi Pelabuhan Pelabuhan Pertamina Cilacap
6. Pelabuhan Sodong
Gambar 11 Foto (kiri) dan lokasi Pelabuhan Sodong dari peta (kanan)
11
7. Pelabuhan PLTU Cilacap
Gambar 12 Foto (kiri) dan lokasi Pelabuhan PLTU Cilacap dari peta (kanan)
Berikut spesifikasi pelabuhan tersebut:
Jenis Dermaga : Dermaga Jetty , Dermaga Khusus
Kapasitas Pelabuhan : 2-3 Kapal Tunda (pengangkut Batu Bara)
Luas Pelabuhan : 16.732 m2
Alat Bongkar Muat : Penurunan Bahan Batu Bara sebagai Bahan Bakar Tenaga UAP
4.3 Mengidentifikasi Alur Dan Rambu-Rambu Pelayaran Yang Terdapat Dalam Sea
Chart
Alur Pelayaran
12
No. Posisi Koordinat No. Posisi Koordinat
1A 7°45'22.8"LS / 109°03'57.9"BT 7B 7°44'48.7"LS / 109°59'57.5"BT
1B 7°45'18.2"LS / 109°03'58.6"BT 8A 7°44'47.4"LS / 109°59'48.4"BT
2A 7°45'13.7"LS / 109°02'57.7"BT 8B 7°44'44.1"LS / 109°59'51.8"BT
2B 7°45'08.8"LS / 109°02'57.0"BT 9A 7°44'31.6"LS / 109°59'35.7"BT
3A 7°45'23.9"LS / 109°02'35.7"BT 9B 7°44'28.3"LS / 109°59'39.1"BT
3B 7°45'19.4"LS / 109°02'34.2"BT 10A 7°44'24.8"LS / 109°59'27.4"BT
4A 7°45'40.8"LS / 109°01'47.8"BT 10B 7°44'21.9"LS / 109°59'31.3"BT
4B 7°45'46.1"LS / 109°01'47.5"BT 11A 7°44'09.7"LS / 109°59'21.1"BT
5A 7°45'07.0"LS / 109°00'41.8"BT 11B 7°44'08.6"LS / 109°59'25.9"BT
5B 7°45'02.9"LS / 109°00'44.0"BT 12A 7°44'59.4"LS / 109°59'20.5"BT
6A 7°44'59.3"LS / 109°00'22.7"BT 12B 7°44'00.8"LS / 109°59'25.4"BT
6B 7°44'54.8"LS / 109°00'24.2"BT 13A 7°44'41.6"LS / 109°59'33.7"BT
7A 7°44'53.2"LS / 109°59'55.4"BT 13B 7°44'44.4"LS / 109°59'37.5"BT
Tabel 4 Alur Pelayaran masuk Pelabuhan Cilacap
Kedalaman minimal alur pelayaran pelabuhan Cilacap adalh – 11 m LWS dengan panjang
alur pelayaran adalah 9,5 Nautical Miles (NM) atau 17.594 m dan berdasarkan hal tersebut,
ukuran dan sarat (draft kapal) yang dapat melalui alur pelayaran ini pada saat kedalaman -11
m LWS dengan maksimum 9,5 m.
Sistem Rute yang ditetapkan adalah Rute Dua Arah (Two Way Routes) dari Pelampung
Suar no. 5 sampai dengan Pelampung Suar no. 17 dengan lebar alur 145 m. Namun dari
Pelampung Suar MPMT sampai dengan Pelampung Suar no.5 dari Pelampung Suar no. 17
sampai dengan Pelampung Suar no. 23 diberlakukan Rute Satu Arah (One Way Route),
dengan pertimbangan lebar alur pelayaran tidak mencukupi untuk dua arah. (Menteri
Perhubungan Republik Indonesia, 2015)
Rambu-Rambu Pelayaran
13
1. SBNP
Bagian yang dilingkar merupakan contoh simbol suar yang ada pada sea chart Cilacap.
Menurut KP no. 476 tahun 2015, penempatan SBNP di Alur Pelayaran Pelabuhan Cilacap
adalah sebagai berikut:
14
Tabel 5 Penempatan SBNP di Alur Pelayaran Pelabuhan Cilacap
Simbol-simbol lain yang dapat ditemukandi peta tersebut dan berfungsi sebagai pedoman
dalam berlayar
Gambar 15 (a) Simbol ombak pecah, (b) Simbol dilarang lego jangkar, (c) Area Ranjau, (d) Simbol
area lego jangkar,
15
BAB V
KESIMPULAN
Dalam pembuatan pelabuhan, dibutuhkan infromasi yang memadai terkait lokasi yang
hendak dijadikan lahan konstruksi. Dalam hal ini, insinyur dapat menggunakan beragam
sumber data untuk dijadikan acuan. Salah satu sumber data yang sering dijadikan referensi
adalah Sea Chart dari Dishidros. Sea Chart ini mencakup data vital seperti data suar,
kedalaman, rintangan, area terbatas, dan masih banyak lagi. Ini menjadi patokan bagi insinyur
kepelabuhanan dalam merencanakan pembangunan pelabuhan agar pelabuhan dapat
dibangun dan beroperasi semaksimal mungkin dengan situasi yang ada. Oleh karena itu,
pengetahuan akan cara membaca peta laut sudah semestinya menjadi dasar dalam kurikulum
program studi teknik kelautan.
16
DAFTAR PUSTAKA
[1] Menteri Perhubungan Republik Indonesia. (2010). Permenhub No. 25 tahun 2011 “Sarana
Bantu Navigasi Pelayaran.” In Theoretical and Applied Genetics (Vol. 7, Issue 2, pp. 1–
7).
[2] Menteri Perhubungan Republik Indonesia. (2015). Keputusan Menteri Perhubungan RI
No. 476 tahun 2015 (p. 20)
[3] IHO. (2010). Facts About Electronic Charts and Carriage Requirements. IHO
Publication S-66, International Hydrographic Bureau, Monaco..
17