Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS KASUS PIDANA

“Sopir Taksi Online Cabuli Penumpang Hamil”

Oleh:
Esther Melinia Sondang
1706023971

Fakutas Hukum Universitas Indonesia


Depok
2018
LAMPIRAN KASUS

Kronologis Sopir Taksi Online Cabuli Penumpang Hamil, Door!

Rabu, 14 Februari 2018 – 09:44 WIB

jpnn.com, JAKARTA - Polisi menembak Angrizal Noviandi alias Rizal, 30, yang berusaha
kabur saat dilakukan pengembangan penyidikan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Rizal
merupakan sopir taksi online yang menjadi tersangka kasus pencabulan terhadap penumpang
wanitanya. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono menjelaskan pelaku Rizal
ditangkap di lokasi persembunyiannya di Perumahan Galaxy, Kota Bekasi, Senin malam
(12/2).

"Ya benar pelaku sudah ditangkap kemarin (Senin) di Kota Bekasi. Yang nangkap Subdit
ReSmob,” terangnya di Mapolda Metro Jaya, Selasa (13/2). Polisi juga menyita barang bukti
mobil Nissan Grand Livina warna putih B 1748 BLZ yang digunakan pelaku saat membawa
penumpang, dan satu unit ponsel jenis iPhone 6s milik korban.

Peristiwa pencabulan itu terjadi terhadap penumpang wanita warga Gubeng, Surabaya, Jawa
Timur berinisial ABK, 26, pada Senin dini hari (12/2) pukul 04.45. Saat kejadian korban
mengorder taksi online dari rumahnya di kawasan Bekasi dan meminta untuk diantarkan ke
Bandara Soekarno- Hatta (Soetta). Pelaku yang mengendarai mobil Grand Livina warna putih
B 1748 BLZ datang menjemput korban.

Ketika sudah melintasi gerbang Bandara Soetta, bukannya langsung menuju Terminal
Keberangkatan, namun pelaku mendadak mengarahkan mobilnya ke tempat sepi dan gelap.
Saat itu korban belum curiga. Tiba-tiba pelaku menghentikan mobilnya dan langsung
mendekati korban yang duduk di jok belakang.

Sejurus kemudian pelaku langsung mencengkeram korban, lalu mencium bibir korban. Bukan
hanya itu, sekonyong-konyong pelaku mengangkat baju korban dan langsung meremas
bagian dada korban serta menciumnya, sambil membekap mulut korban. Pelaku berupaya
memerkosa korban.

ABK yang terus melawan membuat pelaku menghentikan aksinya. Apalagi korban mengaku
sedang hamil dua bulan. Selanjutnya korban diturunkan masih di kawasan Bandara Soetta.
Namun sebelum diturunkan ponsel korban jenis Iphone 6S warna gold dirampas. Tak terima
sudah diperlakukan biadab oleh sopir taksi online yang diordernya, korban melaporkan

1
peristiwa itu ke Mapolres Kota Bandara Soekarno-Hatta yang langsung ditindaklanjuti oleh
Polda Metro Jaya.

”Jadi sebelum diturunkan penumpangnya yang menjadi korban itu, pelaku sempat mencabuli
korban dan berusaha memperkosa, serta mengambil ponsel milik korban sebelum akhirnya
menurunkannya di kawasan Bandara Soekarno-Hatta,” urai Argo. Sementara itu, Kasubdit
Resmob Polda Metro Jaya AKBP Aris Supriyono menjelaskan, anak buahnya terpaksa
menembak kaki pelaku lantaran berusaha kabur saat dilakukan pengembangan penyidikan
setelah ditangkap.

Dijelaskannya, setelah dilakukan penangkapan, maka pihaknya meminta pelaku


menunjukkan di mana ponsel korban disembunyikan. Kepada polisi, Rizal mengatakan
ponsel dibuang di Kalimalang untuk menghilangkan jejak. "Korban tidak jadi diperkosa
karena mengaku hamil dua bulan,” pungkas Aris. (ind)

Sumber:

https://www.jpnn.com/news/kronologis-sopir-taksi-online-cabuli-penumpang-hamil-door?
page=1

2
ANALISIS KASUS

Definisi dan Kualifikasi Tindak Pidana

Pada kasus diatas, dijelaskan bahwa Rizal yang merupakan sopir taksi online melakukan
pencabulan dan perampasan terhadap korban yang berinisial ABK. Rizal mencengkeram
ABK dan mencium bibir ABK, lalu mengangkat baju ABK dan langsung meremas bagian
dada ABK serta menciumnya, sambil membekap mulut ABK. Rizal juga berupaya
memerkosa korban, sebelum akhirnya upaya Rizal gagal terlaksana, dikarenakan ABK terus
melawan dan mengatakan bahwa ia sedang hamil dua bulan. Selanjutnya, Rizal merampas
Iphone 6S warna gold milik ABK dan menurunkan ABK di kawasan Bandara Soetta.

Berdasarkan hal tersebut, terdapat tiga kata kunci yang dapat saya ambil untuk menentukan
tindak pidana yang dilakukan oleh Rizal, yaitu “Cabul”, “Perkosa”, dan “Rampas”. Pertama,
saya akan memberikan definisi “Cabul” menurut R. Soesilo.

Perbuatan cabul ialah segala perbuatan yang melangggar kesusilaan (kesopanan) atau
perbuatan yang keji. Semuanya itu dalam lingkungan nafsu berahi kelamin. Misalnya: cium-
ciuman, meraba-raba anggota kemaluan, meraba-raba buah dada, dan sebagainya.

Selanjutnya, saya akan memberikan definisi kata “Perkosa” dan “Rampas” menurut KBBI.

merampas /me·ram·pas/ v 1 mengambil dengan paksa (dengan kekerasan); merebut; 2


menyamun; membegal; menyabot; 3 menyita

perkosa, memerkosa /per·ko·sa, me·mer·ko·sa/ v 1 menundukkan dengan kekerasan;


memaksa dengan kekerasan; menggagahi; merogol; 2 melanggar (menyerang dan
sebagainya) dengan kekerasan

Melihat definisi yang saya uraikan, cukup jelas bahwa kata “mencabuli” dan “memerkosa”
berkaitan dengan tindak pidana pencabulan dan pemerkosaan. Sedangkan, kata “merampas”
dapat dipersamakan dengan kata “mencuri”, karena Rizal mengambil barang kepunyaan
orang lain dengan paksa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Rizal telah melakukan tindak pidana
pencabulan dan pencurian. Mengapa saya tidak mengatakan Rizal melakukan tindak pidana
percobaan pemerkosaan? Padahal tertulis jelas dalam kasus tersebut bahwa ia hendak
melakukan pemerkosaan terhadap ABK. Hal ini dikarenakan upaya pemerkosaan yang
dilakukan Rizal terhenti karena kehendaknya sendiri, setelah ABK mengatakan bahwa ia
hamil dua bulan. Jadi, tidak dapat dikatakan bahwa Rizal melakukan percobaan pemerkosaan.

3
Locus Delicti

Locus Delicti adalah tempat terjadinya tindak pidana, berkaitan dengan hukum pidana mana
yang diberlakukan serta kompetensi relatif pengadilan. Berikut merupakan teori-teori Locus
Delicti.

 Teori Perbuatan Fisik (de leer van de lichamelijke daad)


Teori ini mengatakan bahwa tempat terjadinya tindak pidana ialah tempat dimana
perbuatan fisik dilakukan. Dalam kasus ini, perbuatan fisik dilakukan di dalam mobil
Grand Livina warna putih B 1748 BLZ di kawasan Bandara Soekarno – Hatta pada saat
Rizal mulai mencengkeram ABK dan mencium bibir ABK, mengangkat baju ABK dan
langsung meremas bagian dada ABK, lalu merampas Iphone 6S milik ABK. Teori ini
cocok diterapkan dalam kasus ini, karena tindak pidana terjadi pada saat Rizal melakukan
hal-hal tersebut.
 Teori Bekerjanya Alat yang Digunakan (de leer van het instrument)
Teori ini mengatakan bahwa tempat terjadinya tindak pidana ialah tempat dimana alat
yang digunakan si pelaku sudah bekerja. Dalam kasus ini, “alat” yang digunakan oleh
Rizal ialah tangannya sendiri. Ia menggunakan tangannya untuk mencengkeram,
mengangkat baju, meremas bagian dada ABK, dan merampas Iphone 6S milik ABK.
Teori ini kurang cocok diterapkan dalam kasus ini, karena tidak terdapat tenggang waktu
antara perbuatan cabul dan pencurian dengan alat yang digunakan Rizal untuk mencabuli
ABK dan merampas Iphone 6S milik ABK.
 Teori Akibat (de leer van het gevolg)
Teori ini mengatakan bahwa tempat terjadinya tindak pidana ialah tempat dimana timbul
akibat dari perbuatan pelaku yang telah mendapatkan hasil. Maka dalam kasus ini, yang
menjadi akibat ialah ketika ABK merasa bahwa kehormatan kesusilaannya diserang oleh
Rizal dan kehilangan Iphone 6S miliknya. Teori ini kurang cocok diterapkan dalam kasus
ini, karena perbuatan Rizal dan akibat yang timbul dari perbuatan Rizal terjadi dalam
waktu yang sama. Ketika Rizal melakukan aksinya, disitulah timbul akibat dari perbuatan
yang ia lakukan.
 Teori Waktu yang Jamak (de leer van de meervoudige tijd)
Teori ini merupakan gabungan dari tempat-tempat terjadinya tindak pidana. Dalam kasus
ini, hanya ada satu tempat yang menjadi tempat terjadinya tindak pidana, yaitu di di
dalam mobil Grand Livina warna putih B 1748 BLZ di kawasan Bandara Soekarno –
Hatta. Oleh karena itu, teori ini kurang cocok diterapkan dalam kasus ini.
4
Berdasarkan teori perbuatan fisik, tindak pidana terjadi di kawasan Bandara Soekarno – Hatta
yang terletak di Tangerang, Banten. Berkaitan dengan asas territorial, Hukum Pidana yang
digunakan ialah Hukum Pidana Indonesia. Sedangkan, pengadilan yang berhak mengadili
adalah Pengadilan Negeri Tangerang, karena tindak pidana terjadi di Tangerang.

Tempus Delicti

Tempus Delicti adalah waktu terjadinya tindak pidana. Dalam kasus tersebut, digunakan teori
perbuatan fisik. Dengan demikian, berdasarkan teori perbuatan fisik, tindak pidana pada
kasus tersebut terjadi pada Senin, 12 Februari 2018 sekitar pagi hari setelah pukul 04.45,
pada saat pelaku mulai mencengkeram ABK dan mencium bibir ABK.

Asas-Asas Berlakunya Hukum Pidana

Asas yang berlaku dalam kasus ini adalah asas teritorial, yaitu berlakunya hukum menurut
tempat atau wilayah hukum negara. Asas ini berkaitan dengan Pasal 2 KUHP yang berbunyi
“Aturan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap orang yang
melakukan perbuatan pidana di dalam Indonesia.” Berdasarkan asas teritorial, yang
berwenang untuk mengadili kasus ini adalah Indonesia dengan dasar hukum pidana berupa
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Hal ini disebabkan karena seluruh rangkaian
tindak pidana dilaksanakan di Indonesia.

Subjek Tindak Pidana

Yang menjadi subjek hukum dalam kasus ini adalah manusia (natuurlijk person) yaitu
Angrizal Noviandi alias Rizal (30 tahun). Profesinya adalah sopir taksi online.

Pasal yang Digunakan

Pasal-pasal yang digunakan untuk menjerat Rizal sebagai sanksi dari tindak pidana
pencabulan dan pencurian yang telah ia lakukan terhadap ABK adalah sebagai berikut.

5
 Pasal 289 KUHP yang berbunyi “Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan memaksa seorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan
cabul, diancam karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan,
dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.”
 Pasal 362 KUHP yang berbunyi “Barangsiapa mengambil barang sesuatu yang
seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang, dengan maksud untuk dimiliki secara
melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima
tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah.”

Penguraian Unsur dalam Pasal

Berikut merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 289 KUHP.

1. Unsur “Barangsiapa”
Yang dimaksud dengan unsur “barangsiapa” ialah setiap manusia (natuurlijk persoon)
yang mampu bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Dalam kasus ini, unsur
“barangsiapa” telah terpenuhi oleh Rizal yang merupakan subjek hukum dari tindak
pidana yang terjadi.
2. Unsur “Dengan kekerasan atau ancaman kekerasan”
Yang dimaksud dengan “kekerasan” adalah setiap perbuatan dengan menggunakan
tenaga terhadap orang atau barang yang dapat mendatangkan kerugian bagi si
terancam atau mengagetkan yang dikerasi. Sedangkan, yang dimaksud dengan
“ancaman kekerasan” adalah membuat seseorang yang diancam itu ketakutan karena
karena ada sesuatu yang akan merugikan dirinya dengan kekerasan. Dalam kasus ini,
unsur dengan kekerasan atau ancaman kekerasan telah terpenuhi oleh Rizal, karena ia
membuat ABK merasa dirugikan serta menolak dan melawan perbuatan Rizal.
3. Unsur “Memaksa seorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan
cabul”
“Memaksa” artinya melakukan tekanan pada orang, sehingga orang itu melakukan
sesuatu yang berlawanan dengan kehendak sendiri. Sedangkan, perbuatan cabul
adalah segala perbuatan yang melanggar kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan yang
keji. Dengan demikian, unsur ini telah terpenuhi, karena Rizal telah memaksa ABK
untuk membiarkan dilakukan pada dirinya perbuatan cabul. Rizal membekap mulut

6
ABK dengan tujuan agar ABK membiarkan Rizal melakukan perbuatan cabul, yaitu
mencium ABK, mengangkat baju ABK, dan meremas bagian dada ABK.

Berikut merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 362 KUHP.

1. Unsur “Barangsiapa”
Yang dimaksud dengan unsur “barangsiapa” ialah setiap manusia (natuurlijk persoon)
yang mampu bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Dalam kasus ini, unsur
“barangsiapa” telah terpenuhi oleh Rizal yang merupakan subjek hukum dari tindak
pidana yang terjadi.
2. Unsur “Mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang
lain”
Menurut Noyon Lengemeyer, “mengambil” dapat ditafsirkan sebagai menguasai
barang milik orang lain tanpa persetujuan orang tersebut. Simons dan Pompe
menegaskan bahwa, mengambil itu belum cukup jika hanya memegang barang orang
lain, tetapi menarik barang tersebut sehingga berpindah pengusaan atas barang
tersebut. Menurut R. Soesilo, “mengambil” yang dimaksud dalam pasal ini adalah
mengambil barang orang lain, dengan contoh, ketika pencuri mengambil barang,
barang tersebut belum ada dalam kekuasaannya. Pengambilan itu sudah dapat
dikatakan selesai, apabila barang tersebut sudah berpindah tempat. Kata “barang”
dalam pasal ini berarti segala sesuatu yang berwujud. Dalam kasus ini, Rizal telah
mengambil Iphone 6S warna gold milik ABK dengan paksa, lalu menurunkan ABK di
kawasan Bandara Soetta. Ketika ABK sudah menurunkan ABK, kemudian pergi dari
kawasan Bandara Soetta, pengambilan barang tersebut sudah dapat dikatakan selesai,
karena barang tersebut sudah berpindah tempat. Dengan demikian, unsur ini telah
terpenuhi.
3. Unsur “Dengan maksud untuk dimiliki”
“Dengan maksud untuk memiliki” dalam pasal ini dapat diartikan sebagai perbuatan
yang dilakukan dengan sengaja untuk memiliki barang orang lain. Unsur ini telah
terpenuhi, karena Rizal dengan sengaja merampas Iphone 6S milik ABK dengan
tujuan untuk memilikinya.
4. Unsur “Secara melawan hukum”
Menurut Pompe, melawan hukum berarti bertentangan dengan hukum, baik hukum
tertulis maupun hukum yang tidak tertulis. Dalam hal ini, Rizal telah melawan hukum
yang tertulis dan yang tidak tertulis, karena bertentangan dengan KUHP yang

7
merupakan hukum tertulis, serta bertentangan dengan hukum tidak tertulis, yaitu
norma masyarakat yang melarang pencurian. Dengan demikian, unsur ini terpenuhi.

Penggolongan Tindak Pidana

a. Delik Kejahatan dan Delik Pelanggaran


Tindak pidana pencabulan dan pencurian yang ada dalam kasus ini termasuk ke dalam
Delik Kejahatan, karena dijerat Pasal 289 KUHP dan Pasal 362 KUHP yang berada di
buku II KUHP tentang kejahatan.
b. Delik Formil dan Delik Materiil
Tindak pidana pencabulan dan pencurian yang ada dalam kasus ini termasuk Delik
Formil, karena Pasal 289 KUHP dan Pasal 362 berisi tentang rumusan perbuatan pidana.
Rizal telah memenuhi unsur-unsur perbuatan yang dirumuskan dalam kedua pasal
tersebut.
c. Delik Komisi dan Delik Omisi
Tindak pidana pencabulan dan pencurian dalam kasus ini termasuk Delik Komisi, karena
Rizal mencengkeram ABK dan mencium bibir ABK, mengangkat baju ABK dan
meremas bagian dada ABK, lalu merampas Iphone 6S milik ABK. Sehingga dapat dilihat
bahwa Rizal aktif dalam melakukan pencabulan dan pencurian tersebut.
d. Delik Dolus dan Delik Culpa
Tindak pidana pencabulan dan pencurian yang terjadi dalam kasus ini merupakan Delik
Dolus, karena Rizal melakukan aksinya dengan sengaja. Dapat dikatakan demikian
karena dapat dilihat bahwa Rizal dengan sadar dan dengan kehendaknya sendiri
melakukan perbuatan tersebut.
e. Delik Biasa dan Delik Aduan
Tindak pidana pencabulan dan pencurian yang ada dalam kasus ini termasuk Delik Biasa,
karena dapat dituntut tanpa pengaduan dari orang yang dirugikan. Walaupun dalam kasus
ini yang melaporkan adalah korban sendiri, namun jika ada orang lain yang melihat
terjadinya tindak pidana, ia juga dapat melaporkan adanya tindak pidana tersebut.
f. Delik Berdiri Sendiri dan Delik Berlanjut
Tindak pidana pencabulan dan pencurian yang ada dalam kasus ini adalah Delik
Berlanjut, karena terdiri atas dua atau lebih delik, yang karena kaitannya yang erat
mengakibatkan dikenakan satu sanksi kepada pelaku. Dalam hal ini, Rizal melakukan

8
tindakan pencabulan terlebih dahulu kepada ABK, yang kemudian diikuti dengan
tindakan pencurian, yaitu ketika ia merampas Iphone 6S milik ABK.
g. Delik Selesai dan Delik Berlangsung Terus
Tindak pidana pencabulan dan pencurian yang ada dalam kasus ini adalah Delik Selesai,
karena perbuatan pelaku langsung menimbulkan akibat atau langsung selesai dengan
tercapainya akibat tersebut. Dalam hal ini, perbuatan Rizal langsung mengakibatkan ABK
merasa diserang kehormatan kesusilaannya dan kehilangan Iphone 6S miliknya.
h. Delik Tunggal dan Delik Berangkai
Tindak pidana pencabulan dan pencurian yang ada dalam kasus ini adalah Delik Tunggal,
karena keduanya dapat dipidana hanya dengan melakukan perbuatan sebanyak satu kali,
dimana pada kasus diatas Rizal melakukan pencabulan dan pencurian masing-masing
hanya sebanyak satu kali.
i. Delik Pokok, Delik Berkualifikasi dan Delik Berprivilige
Tindak pidana pencabulan dan pencurian yang ada dalam kasus ini merupakan Delik
Pokok, karena tindak pidana ini dijerat Pasal 289 KUHP dan Pasal 362 KUHP yang
hanya berisi unsur-unsur pokok yang menentukan pemidanaannya.
j. Delik Politik dan Delik Komuna (bukan delik politik)
Tindak pidana pencabulan dan pencurian yang ada dalam kasus ini merupakan Delik
Komuna, karena tidak mengandung tujuan atau unsur-unsur politik.
k. Delik Propia dan Delik Komuna
Tindak pidana pencabulan dan pencurian yang ada dalam kasus ini merupakan Delik
Komuna, karena dapat dilakukan oleh setiap orang, dimana dalam Pasal 289 KUHP dan
Pasal 362 KUHP terdapat kata “barangsiapa” yang ditujukan kepada siapapun orang yang
melakukannya.

Ajaran Kausalitas

Kausalitas merupakan ajaran yang mencari sebab dari timbulnya suatu akibat dari delik yang
dilakukan oleh pelaku. Dengan demikian, ajaran kausalitas dapat diaplikasikan ke dalam tiga
jenis delik, yaitu delik materiil, delik omisi tidak murni, dan delik formil yang dikualifisir.
Hal ini dikarenakan pada ketiga jenis delik tersebut merumuskan akibat dari perbuatan
seseorang. Ada sebab, ada akibat, dan tidak mungkin ada akibat tanpa sebab. Kasus ini
merupakan tindak pidana pencabulan dan pencurian, maka kedua tindak pidana tersebut tidak

9
memerlukan ajaran kausalitas, dikarenakan tindak pidana pencabulan dan pencurian
merupakan delik formil.

Sifat Melawan Hukum

Dalam sistem perundang-undangan hukum pidana di Indonesia, sifat melawan hukum tidak
selalu dicantumkan sebagai salah satu unsur delik. Apabila sifat melawan hukum tidak
dirumuskan pada suatu delik, tidak perlu lagi diselidiki tentang bersifat melawan hukum itu.
Hal tersebut disebabkan karena dengan sendirinya seluruh tindakan itu sudah bersifat
melawan hukum. Sebagaimana cara perumusan dari Pasal 289 KUHP yang di dalamnya tidak
dicantumkannya unsur “melawan hukum”, hal tersebut menandakan bahwa seluruh rangkaian
dari tindakan pencabulan yang dilakukan oleh Rizal telah bersifat melawan hukum. Hal
tersebut juga sejalan dengan pemikiran dari para sarjana yang berpandangan material tentang
bersifat melawan hukum, yang mengatakan bahwa sifat melawan hukum selalu ada dalam
setiap delik, walaupun tidak dirumuskan di dalam ketentuan pasalnya. Sedangkan, Pasal 362
KUHP mencantumkan unsur “melawan hukum” dalam perumusannya. Jadi, sudah jelas
bahwa tindakan pencurian yang dilakukan oleh pelaku juga bersifat melawan hukum.

Kesalahan dan Pertanggungjawaban Pidana

Kesalahan yang ada dalam kasus ini ialah dolus (kesengajaan) sebagai maksud tujuan, yaitu
pelaku sadar dan dengan kehendaknya sendiri melakukan perbuatannya. Rizal dengan
sengaja dan dengan kehendaknya sendiri mencium bibir ABK, mengangkat baju ABK,
meremas bagian dada ABK, mencium ABK, dan merampas Iphone 6S milik ABK. Dengan
demikian, Rizal menghendaki perbuatan dan akibat dari perbuatannya, yaitu mencabuli ABK
dan mencuri Iphone 6S milik ABK.

Pertanggungjawaban pidana berkaitan dengan masalah pemidanaan pelaku, jika ia telah


melakukan suatu tindak pidana dan memenuhi unsur-unsurnya yang telah ditentukan dalam
undang-undang. Syarat yang harus dipenuhi pelaku agar dia dapat dipersalahkan sehingga
dapat bertanggungjawab antara lain:

1. Kemampuan bertanggungjawab

10
Dengan menggunakan penafsiran acontrario dari Memorie van Toelichting (MVT)
tentang tidak mampu bertanggungjawab, maka mampu bertanggungjawab artinya:
 Pelaku melakukan perbuatannya dengan bebas, yaitu tanpa paksaan. Dalam
kasus ini, Rizal melakukan perbuatannya tanpa adanya paksaan atau tekanan
dari siapa pun.
 Pelaku menginsyafi bahwa perbuatannya melawan hukum dan mengerti akibat
dari perbuatannya. Dalam kasus ini, Rizal menyadari dan mengerti bahwa
tindakan pencabulan dan pencurian yang ia lakukan melawan hukum dan
dapat dikenai sanksi pidana.
Sedangkan dalam praktik, setiap pelaku dianggap mampu bertanggungjawab, kecuali
bila ada dugaan pelaku sakit jiwa atau tidak sempurna tumbuhnya. Dengan demikian,
Rizal dapat dimintai pertanggungjawaban.
2. Ada hubungan psikis antara pelaku dan perbuatannya, dalam bentuk dolus atau culpa
Dalam hal ini, terdapat hubungan psikis antara Rizal dan perbuatan yang ia lakukan,
yaitu dalam bentuk dolus atau kesengajaan. Dengan demikian, Rizal dapat dimintai
pertanggungjawaban.
3. Tidak ada dasar penghapus kesalahan
Dasar atau alasan penghapusan pidana secara umum dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu alasan pembenar dan alasan pemaaf. Alasan pemaaf tercantum dalam:
 Pasal 44 KUHP tentang ketidakmampuan seseorang untuk berfikir
 Pasal 48 KUHP tentang daya paksa atau overmacht
 Pasal 49 ayat 2 KUHP tentang pembelaan melampaui batas (noodweer excess)
 Pasal 51 ayat 2 KUHP tentang perintah jabatan tanpa wewenang dengan itikad
baik
Sedangkan, alasan pembenar tercantum dalam:
 Pasal 48 KUHP tentang keadaan darurat
 Pasal 49 ayat 1 KUHP tentang bela paksa
 Pasal 51 ayat 1 KUHP tentang perintah jabatan yang sah dikeluarkan oleh
pihak yang berwenang
Dengan melihat alasan-alasan pembenar yang tercantum dalam KUHP, maka tindak
pidana pencabulan dan pencurian yang dilakukan oleh Rizal tidak memiliki alasan
pembenar dan pemaaf, sehingga ia dapat dimintai pertanggungjawaban.

11
Percobaan (Poging)

Memorie van Toelichting (M.v.T) menguraikan percobaan sebagai telah dimulainya tetapi
tidak/belum selesai tindakan pelaksanaan kejahatan, atau telah dinyatakannya niatnya untuk
melakukan suatu kejahatan tertentu dengan permulaan (tindakan) pelaksanaan. Terdapat tiga
syarat dari berlakunya teori percobaan, yaitu:

1. Niat

2. Permulaan pelaksanaan tindakan

3. Pelaksanaan tindakan tidak selesai karena keadaan di luar kehendak pelaku

Berdasarkan ketiga syarat di atas, kasus ini tidak tergolong sebagai percobaan karena tidak
terpenuhinya syarat ke-3.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.jpnn.com/news/kronologis-sopir-taksi-online-cabuli-penumpang-hamil-
door?page=1

R. Soesilo. 1991. “Kitab Undang-Undang Hukum Pidana serta Komentar-


Komentarnya Pasal Demi Pasal”. Sukabumi: Politeia

S. R. Sianturi. 1983. “Tindak pidana di KUHP berikut uraiannya”. Jakarta: Alumni


AHM-PTHM.

Kanter, E.Y. dan Sianturi. 2012. “Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan
Penerapannya”. Jakarta: Storia Grafika.

R. Soesilo. 1984. “Pokok-Pokok Hukum Pidana Peraturan Umum dan Delik-delik


Khusus” Bogor: Politeia.

13

Anda mungkin juga menyukai