Anda di halaman 1dari 7

Ruang lingkup Hukum Tata negara

Definisi yang menggambarkan ruang lingkup HTN secara tepat yaitu definisi yang
dikemukakan oleh Usep Ranawidjaja yang melihat ruang lingkup Hukum Tata Negara
tidak semata-semata dari susunan organisasi jabatan ketatanegaraan atau susunan
alat-alat perlengkapan Negara, yang berupa kehidupan politik pemerintahan tetapi juga
aspek atau sektor kehidupan politik rakyat.
Menurut usep ranawijaya ruang lingkup hukum tata negara membicarakan hukum tata
Negara dalam arti sempit (staatsrecht in eng zin), tidak akan terlepas dari persoalan-
persoalan ketatanegaraan yang meliputi:
a) Stuktur umum dari organisasi Negara (terdiri atas persoalan: bentuk Negara
(kekuasaan atau federasi, bentuk pemerintahan (kerajaan atau republik), sistem
pemerintahan (presidensial, parlementer, campuran; antara presidentil dan
parlementer, monarki konstitusional,dan lain-lain), corak pemerintahan
(kediktatoran proletar, kediktatoral facis/nasional sosialis, demokrasi
liberal,demokrasi terpimpin dan sebagainya), sistem pemencaran kekuasan
Negara (sistem desentralisasi), garis-garis besar tentang organisasi
pelaksanaan: peradilan, pemerintahan, perundang-undangan),wilayah Negara
(daratan, lautan, udara) hubungan antara rakyat dan Negara (rakyat sebagai
pemimpin Negara atau sebagai abdi Negara, hak dan kewajiban rakyat sebagai
perseorangan dan sebagai golongan, cara-cara rakyat menjalankan hak dan
kewajibannya cara-cara untuk menjamin pelaksanaan hak dan kewajiban rakyat
oleh Negara, dan sebagainya), cara-cara menjalankan hak-hak ketatanegaraan .
b) Badan-badan ketatanegaraan yang mempunyai kedudukan di dalam organisasi
Negara sebagai bagian yang menentukan arah dan halian dari organisasi Negara
sebagai bagian yang menentukan arah dan halian dari Negara, sebagai bagian yang
memimpin penyelenggaraan usaha Negara, sebagai bagian yang memegang dan
menjalankan kebijaksanaan umum dari Negara. Mengenal badan-badan ini harus
diselidiki:
1) Cara pembentukannya
2) Susunan masing-masing badan
3) Tugas dan wewenang masing-masing badan
4) Cara bekerjannya masing-masing badan
5) Perhubungan kekuasaan antara satu badan dengan badan-badan lainnya
6) Masa jabatan dari masing-masing jabatan

c) Pengaturan kehidupan politik rakyat; di dalam rangka ini harus dibahas
persoalan-persoalan sebagai berikut;
1) Jenis, pengelolaan, dan jumlah partai politik di dalam negara dan ketentuan
hukum yang mengaturnya.
2) Hubungan antara kekuatan-kekuatan politik dengan badan-badan
ketatanegaraan.
3) Kekuatan politik dan pemilu utama.
4) Arti dan kedudukan golongan kepentingan.
5) Arti, kedudukan dan peran golongan penekan.
6) Pencerminan pendapat cara kerja sama antara kekuatan-kekuatan politik.
d) Didalam menjalankan hukum tatanegara tidak boleh dilupakan sejarah
perkembangan ketatanegaran sebagai latar belakang dari keadaan yang
berlaku.


Persamaan dan perbedaan dari pemikiran Usep Ranawidjaja dan JHA
Logemann

Pemkiran dari Usep Ranawidjaja adalah seperti yang telah dijelaskan di atas,
sedangkan pemikiran JHA Logemann mengatakan bahwa ilmu Hukum Tata Negara
mempelajari sekumpulan kaidah hukum yang di dalamnya tersimpul kewajiban dan
wewenang kemasyarakatan dari organisasi Negara, dari pejabat-pejabatnya keluar,
di samping itu kewajiban dan wewenang masing-masing pejabat Negara di dalam
pertumbuhannya satu sama lain atau dengan kata lain kesatuan (samenhang) dari
organisasi. Ilmu Hukum Tata Negara dalam arti sempit menyelidiki hal-hal antara
lain:
1) Jabatan-jabatan apa yang terdapat di dalam susunan ketatanegaraan
tertentu.
2) Siapa yang mengadakannya.
3) Bagaimana cara memperlengkapi mereka dengan pejabat-pejabat
4) Apa yang menjadi tugasnya
5) Apa yang menjadi wewenangnya
6) Perhubungan kekuasaannya satu sama lain
7) Di dalam batas-batas apa organisasi Negara menjalankan tugasnya.

Persamaan dari kedua pemikiran tesebut yaitu bahwa JHA logemann, sebagaimana
dikutip oleh Usep Ranawidjaja mengatakan bahwa Hukum Tata Negara mempelajari
sekumpulan kaidah hukum dimana tersimpul kewajiban dan wewenang masyarakat
dari organisasi Negara, jadi dari pejabat-pejabatnya ke luar, dan sampai itu
kewajiban dan wewenang masing-masing pejabat Negara di dalam pertumbuhannya
satu sama lain atau dengan perkataan lain kesatuan (samenhang) dari organisasi
Negara.

Perbedaan dari pemikiran keduanya yaitu pendapat dari JHA Logemann lebih
bertumpu pada pembicaraan mengenai jabatan-jabatan ketatanegaraan atau
lembaga-lembaga yang ada dalam susunan ketatanegaraan suatu negara. Dalam
hubungan dengan jabatan-jabatan ketatanegaraan tersebut bagaimana cara
pengisiannya, tugas dan wewenang, hubungan kekuasaan dari jabatan-jabatan
tersebut satu sama lain serta batasan tugas di antara mereka. Sedangkan Usep
Ranawidjaja melihat ruang lingkup Hukum Tata Negara tidak semata-semata dari
susunan organisasi jabatan ketatanegaraan atau susunan alat-alat perlengkapan
Negara, yang berupa kehidupan politik pemerintahan, tetapi juga aspek atau sektor
kehidupan politik rakyat (infrastruktur politik atau socio political sphere atau iura
singulorum). Menurut JHA Logemann ruang lingkup Hukum Tata Negara adalah
organisasi masyarakat yang bertujuan dengan kekuasaannya mengatur serta
menyelenggarakan sesuatu masyarakat. Organisasi itu dapat berpa pertambahan
jabatan atau lapangan kerja tetap.

Hubungan HTN dan HAN
Mengenai hubungan antara HAN dengan HTN, terdapat dua kelompok sarjana
yaitu:
A. Kelompok yang berpendapat bahwa antara HTN dengan HAN mempunyai
perbedaan prinsip (Yuridis prinsipil) yang termasuk kelompok ini, antara lain :
Oppenheim, Prof. Van Vollen Hoven
1. Oppenheim
Menurut Oppenheim HTN adalah sekumpulan peraturan hukum yang membentuk
alat-alat perlengkapan negara dan aturan-aturan yang memberi wewenang kepada
alat-alat negara itu serta membagi-bagikan tugas pemerintah modern antara
beberapa alat perlengkapan negara ditingkat tinggi dan tingkat rendah, artinya HTN
itu mempersoalkan negara dalam keadaan diam (berhenti) sedangkan HAN adalah
sekumpulan peraturan hukum yang mengikat alat-lat perlengkapan negara yang
tinggi dan yang rendah telah ditetapkan oleh HTN dengan demikian HAN
merupakan aturan-aturan mengenai negara dalam keadaan bergerak
2. Prof. Van Vollen Hoven
Bahwa yang termasuk di dalam HAN adalah semua peraturan hukum nasional
sesudah dikurang HTN materiil, hukum perdata materiil dan hukum pidana materiil.
Hubungan antara HTN dengan HAN yaitu bahwa badan-badan kenegaraan
memperoleh wewenang dari HTN dan badan-badan kenegaraan itu menggunakan
wewenangnya harus berdasarkan atau sesuai dengan HAN.
Pada mulanya Prof. Van Vollen Hoven berpendapat sama dengan menggunakan
ukuran bergerak dan tidak bergerak. Di dalam bukunya Thorbecke en het
administratief recht tahun 1919 Oleh Prof. Van Volleh Hoven digambarkan begitu
eratnya hubungan antara HTN dengan HAN meskipun dalam perkembangannya
Prof. Van Vollen Hoven berpendapat :
- HTN menyangkut masalah kewenangan/ kekuasaan/kompetisi
- HAN menyangkut masalah pelaksanaan/ pembatasan terhadap kompetisi itu
Lebih lanjut dirumuskan bahwa HTN adalah hukum mengenai
pelaksanaan/distribusi/kekuasaan/pembagian.
HAN adalah hukum mengenai pelaksanaan/penggunaan wewenang dapat
dijabarkan HAN adalah hukum yang menjawab pernyatan-pernyataan begaimana
caranya para pejabat melaksanakan wewenang tadi. Didalam skemanya Prof. Van
Vollen Hoven menyajikan pembidangan seluruh materi hukum itu secara terperinci
sebagai berikut :
1) HTN (materil) meliputi:
a. Pemerintah
b. Peradilan
c. Kepolisian Perundang-undangan
d. Hukum Perdata (materil)
e. Hukum Pidana
2) HAN (materil dan formil) meliputi:
a. Hukum Pemerintah (berstuurrecht)
b. Hukum Peradilan (Justitia recht), meliputi
Peradilan Tata Negara
Hukum Acara Perdata
Peradilan Administrasi Negara
Hukum Acara Pidana
c. Politierecht (Hukum yang mengatur tentang tugas-tugas pengawasan)
Perincian Hukum Administrasi Negara dalam empat bidang tadi, yaitu :
a. Hukum Pemerintahan
b. Hukum Peradilan
c. Politierecht
d. Hukum Acara Perundang-undangan

B. Kelompok yang berpendapat bahwa HTN dengan HAN tidak mempunyai
perbedaan prinsip (Gradual). Yang termasuk kelompok ini antara lain :
Vegting, Krannenburg, WF. Prins, Van der Pot, Prayudi Atmosudirjo dan
Utrecht
1. Kranneburg
HTN dengan HAN tidak mempunyai perbedaan prinsip, sebab perbedaan kedua
ilmu tersebut hanyalah akibat dari perkembangan sejarah semata-mata. Hubungan
HTN dengan HAN sama seperti hubungan antara BW dengan WvK, yaitu hubungan
umum dan khusus, HTN bersifat umum sedangkan HAN bersifat khusus. Hukum
Tata Negara adalah peraturan-peraturan hukum yang mengandung struktur umum
dari pemerintah suatu negara, misalnya :
a. Undang-undang Dasar
b. UU tentang desentralisasi
Sedangkan, HAN merupakan peraturan-peraturan khusus dari HTN, seperti :
a. UU Kepegawaian
b. UU perburuhan
c. UU Perumahan
Kemudian peraturan-peraturan khusus tadi akan berkembang menjadi jenis hukum
yang berdiri sendiri (terpisah dari HAN), seperti:
a. Hukum Pajak
b. Hukum Agraria

2. WF. Prins
Hukum Tata Negara mempelajari hal-hal yang fundamental yang merupakan dasar-
dasar dari negara., sedangkan HAN menitikberatkan kepada hal-hal yang bersifat
teknis, yang selama ini kita tidak berkepentingan hanya penting bagi para spesialis.
3. Prajudi Atmosudirdjo,
Antara Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Tata Negara, tidak terdapat
perbedaan prinsipiil yuridis. HTN adalah hukum yang mengatur keseluruhan aspek
konstitusi negara, sedangkan HAN ialah hukum yang mengatur satu aspek dari
konstitusi negara, yaitu aspek administrasi negara. Hubungan antara HTN dengan
HAN adalah mirip seperti hubungan antara Hukum Perdata Umum dengan Hukum
Dagang, sehingga berlaku Lex Specialis Derogat Lex Generalis. Asas-asas yang
berlaku dalam HTN yang berkaitan dengan Administrasi Negara, berlaku pula bagi
HAN.
Jadi sebagai mana disebutkan sebelumnya,hukum tata Negara memperhatikan
Negara dalam keadaan tidak bergerak (staat in beweging). Dilihat dari objek yang
dipelajari,kedua bidang hukum dimaksud dapat dipetakan,sebagai berikut:
Hukum Tata Negara memliki kajian yang meliputi:
1) Jabatan-jabatan apa yang ada dalam susunan suatu Negara
2) Siapakah yang mengadakan jabtan-jabatan itu
3) Cara bagai manakah jabatan-jabatan itu ditempati oleh pejabat
4) Fungsi jabatan-jabatan
5) Kekuasaan hukum jabatan-jabatan itu
6) Hubungan antara masing-masing jabatan
7) Dalam batas-batas manakah organisasi kenegaraan dapat melakukan tugasnya.
Hukum Adminstrasi objek kajianya meliputi:
1) Jabatan pemerintah
2) Sifat jabatan pemerintah
3) Kedudukan hukum jabatan
4) Kekuasaan hukum(tugas dan wewenang) jabatan
5) Pengisian jabatan
6) Instrument pengatur jabatan
7) Landasan yuridis kewenangan jabatan.

Anda mungkin juga menyukai