Ruang lingkup hukum tata Negara menurut Usep Ranawijaya dan menurut JHA Logeman,
beserta persamaan dan perbedaan ruang lingkup yang Usep Ranawijaya dan JHA Logemann
kemukakan. Menurut usep ranawijaya ruang lingkup hukum tata negara Membicarakan hukum
tata Negara dalam arti sempit (staatsrecht in eng zin), tidak akan terlepas dari persoalan-
persoalan ketatanegaraan sebagaimana di kemukakan oleh Usep Ranawdjaja yang meliputi:
1. 5 (lima) definisi menurut para pakar terhadap hukum tata Negara serta penjelasan persamaan
dan perbedaannya
Definisi hukum menurut para ahli Persamaan dari definisi Perbedaan dari definisi
menurut para ahli menurut para ahli
Van der pot Persamaan dari definisi Lebih mengatur badan-badan
Hukum tata Negara ialah pendapat para ahli di sini hukum dan individu-individu
peraturan-peraturan yang yaitu dalam mengatur dalam suatu Negara
menentukan badan-badan yang di hubungan antara badan
perlikan, wewenang-wewenang yang satu dengan badan
masing-masing badan, hubungan yang lainnya
antara badan yang satu dengan
badan yang lainnya, serta
hubungan antara badan-badan itu
dengan individu-individu di dalam
suatu Negara
Van Vollenhopen Mengatur semua Mengatur masyarakat dalam
Hukum tata negara ialah hukum masyarakat hukum dan suatu wilayah tertentu
yang mengatur semua masyarakat badan hukum
hukum atasnya dan masyarakat
hukum bawahan menurut
tingkatannya dan masing-masing
masyarakat hukum itu menentukan
wilayah rakyatnya dan
menentukan badan-badan serta
fungsinya masing-masing yang
berkuasa dalam masyarakat hukum
itu, serta menentukan susunan dan
wewenang dari badan tersebut.
Miriam budiardjo Mengatur organisasi dari Menerangkan peraturan
Hukum tata Negara adalah Negara organisasi dari Negara,
sekumpulan peraturan hukum yang hubungan antara pelengkap
mengatur organisasi dari Negara, Negara dalam garis vertical
hubungan antarlat pelengkap dan horizontal, serta
Negara dalam garis vertikal dan menerangkan kedudukan
horizontal, serta kedudukan warga warga Negara dan hak-hak
Negara dan hak-hak asasinya asasinya
Prof. Kusumadi Pudjosewojo, Mengatur dari masyarakat Lebih menerangkan kepada
S.H. hukum seluruhnya bentuk organisasi Negara dan
Hukum tata Negara adalah hukum bentuk pemerintahan serta
yang mengatur bentuk Negara masyarakat hukum atas
(kesatuan federal), dan bentuk maupun bawah
pemerintahan (kerjaan atau
republik), yang menunjukan
masyarakat-masyarakat hukum
yang atas maupun yang bawah,
beserta tingkat-tingkat (hierarchie),
yang selanjutnya menegaskan
wilayah dan lingkungan rakyat dari
masyarakat hukum itu dan
akhirnya menunjukan alat-alat
perlengkapan (yang memegang
kekuasaan penguasa) dari
masyarakat hukum itu, beserta
susunan (terdiri dari seorang atau
sejumlah orang), wewenang
tingkatan penimbangan dari dan
antara alat-alat perlengkapan itu.
Logemann Mengatur organisasi Mengatur organisasi Negara
Hukum tata Negara adalah hukum Negara yang berupa jabatan atau
yang mengatur organisasi Negara. lapangan pekerjaan [1]
2.Ruang lingkup hukum tata Negara menurut Usep Ranawijaya dan menurut JHA Logeman,
beserta persamaan dan perbedaan ruang lingkup yang Usep Ranawijaya dan JHA Logemann
kemukakan.
Menurut usep ranawijaya ruang lingkup hukum tata negara
Membicarakan hukum tata Negara dalam arti sempit (staatsrecht in eng zin), tidak akan terlepas
dari persoalan-persoalan ketatanegaraan sebagaimana di kemukakan oleh Usep Ranawdjaja yang
meliputi:
- Stuktur umum dari organisasi Negara (terdiri atas persoalan: bentuk Negara (kekuasaan atau
federasi ; bentuk pemerintahan (kerajaan atau republik);system pemerintahan
(presidensial,parlementer, campuran; antara presidentil dan parlementer, monarki
konstitusional,dan lain-lain);corak pemerintahan (kediktatoran proletar, kediktatoral
facis/nasional sosialis, demokrasi liberal,demokrasi terpimpin dan sebagainya);system
pemencaran kekuasan Negara (system desentralisasi); garis-garis besar tentang organisasi
pelaksanaan: peradilan, pemerintahan, perundang-undangan);wilayah Negara (daratan, lautan,
udara) hubungan antara rakyat dan Negara (rakyat sebagai pemimpin Negara atau sebagai abdi
Negara, hak dan kewajiban rakyat sebagai perseorangan dan sebagai golongan, cara-cara rakyat
menjalankan hak dan kewajibannya cara-cara untuk menjamin pelaksanaan hak dan kewajiban
rakyat oleh Negara, dan sebagainya);cara-cara menjalankan hak-hak ketatanegaraan .
- Badan-badan ketatanegaraan yang mempunyai kedudukan di dalam organisasi Negara sebagai
bagian yang menentukan arah dan halian dari organisasi Negara sebagai bagian yang
menentukan arah dan halian dari Negara, sebagai bagian yang memimpin
penyelenggaraan usaha Negara, sebagai bagian yang memegang dan menjalankan kebijaksanaan
umum dari Negara. Mengenal badan-badan ini harus diselidiki:
1.Cara pembentukannya
2.Susunan masing-masing badan
3.Tugas dan wewenang masing-masing badan
4.Cara bekerjannya masing-masing badan
5.Perhubungan kekuasaan antara satu badan dengan badan-badan lainnya.
6.Masa jabatan dari masing-masing jabatan
- Pengaturan kehidupan politik rakyat; di dalam rangka ini harus dibahas persoalan-persoalan
sebagai berikut;
1.Jenis, pengelolaan , dan jumlah partai politik di dalam negara dan ketentuan hukum yang
mengaturnya.
2.Hubungan antara kekuatan-kekuatan politik dengan badan-badan ketatanegaraan.
3.Kekuatan politik dan pemilu utama.
4.Arti dan kedudukan golongan kepentingan.
5.Arti, kedudukan dan peran golongan penekan.
6.Pencerminan pendapat cara kerja sama antara kekuatan-kekuatan politik.
- Didalam menjalankan hukum tatanegara tidak boleh dilupakan sejarah perkembangan
ketatanegaran sebagai latar belakang dari keadaan yang berlaku.
Loegamann mengatakan bahwa ilmu hukum tata Negara mempelajari sekumpulan kaidah hukum
yang di dalamnya tersimpul kewajiban dan wewenang kemasyarakatan dari organisasi Negara,
dari pejabat-pejabatnya keluar, di samping itu kewajiban dan wewenang masing-masing pejabat
Negara di dalam pertumbuhannya satu sama lain atau dengan kata lain kesatuan(samenhang) dari
organisasi. Ilum hukum tata Negara dalam arti sempit menyelidiki hal-hal antara lain:[2]
a. Jabatan-jabatan apa yang terdapat di dalam susunan ketatanegaraan tertentu.
b. Siapa yang mengadakannya.
c. Bagaimana cara memperlengkapi mereka dengan pejabat-pejabat;
d. Apa yang menjadi tugasnya;
e. Apa yang menjadi wewenangnya;
f. Perhubungan kekuasaannya satu sama lain;
g. Di dalam batas-batas apa organisasi Negara menjalankan tugasnya.
Persamaan dari pemikiran usep ranawidjaja dan jha logemann yakni
Bahwa JHA logemann, sebagaimana dikutip oleh usep ranawidjaja mengatakan bahwa hukum
tata Negara mempelajari sekumpulan kaidah hukum dimana tersimpul kewajiban dan wewenang
masyarakat dari organisasi Negara, jadi dari pejabat-pejabatnya ke luar, dan sampai itu
kewajiban dan wewenang masing-masing pejabat Negara di dalam pertumbuhannya satu sama
lain atau dengan perkataan lain kesatuan (samenhang) dari organisasi Negara.
perbedaan dari pemikiran usep ranawidjaja dan jha logemann yakni
pendapat dari JHA Logemann lebih bertumpu pada pembicaraan mengenai jabatan-jabatan
ketatanegaraan atau lembaga-lembaga yang ada dalam susunan ketatanegaraan suatu negara.
Dalam hubungan dengan jabatan-jabatan ketatanegaraan tersebut bagaimana cara pengisiannya,
tugas dan wewenang, hubungan kekuasaan dari jabatan-jabatan tersebut satu sama lain serta
batasan tugas di antara mereka.
Dan menurut usep ranawidjaja melihat ruang lingkup hukum tata Negara tidak semata-semata
dari susunan organisasi jabatan ketatanegaraan atau susunan alat-alat perlengkapan Negara, yang
berupa kehidupan politik pemerintahan[3].tetapi juga aspek atau sector kehidupan politik rakyat
(infrastruktur politik atau socio political sphere atau iura singulorum)[4].
Menurut prof. JHA Logemann ruang lingkup hukum tata Negara adalah organisasi masyarakat
yang bertujuan dengan kekuasaannya mengatur serta menyelenggarakan sesuatu masyarakat.
Organisasi itu dapat berpa pertambahan jabatan atau lapangan kerja tetap.
3. Sumber hukum tata Negara formal dan sumber hukum tata negara materiil menurut para
pakar,
Ilmu hukum tata Negara adalah salah satu cabang ilmu hukum, sudah dengan sendirinya sumber-
sumber hukum tata Negara tidak terlepas dari pengertian sumber hukum menurut pandangan
ilmu hukum pada umumnya. Sumber-sumber hukum tata Negara juga mencakup sumber hukum
dalam arti materiil dan sumber dalam arti formil.
Sumber hukum materiil Negara adalah sumber yang menentukan isi kaidah hukum tata
Negara. Termasuk ke dalam sumber hukum dalam arti materiil ini contohnya:
- Dasar dan pandangan hidup bernegara;
- Kekuatan-kekuatan politik yang berpengaruh pada saat merumuskan kaidah-kaidah hukum tata
Negara.
Sumber hukum mareriil yaitu pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan
falsafah Negara.
Sumber hukum formil yaitu Undang-Undang dasar 1945, yang kemudian diikuti peraturan
pelaksana di bawahnya yaitu sebagai berikut:
- Ketentuan majelis permusyawaratan rakyat.
- Undang-Undang/peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang(perpu).
- Peraturan pemerintah.
- Keputusan presiden.
- Peraturan pelaksana lainnya, misalnya peraturan mentri dan peraturan daerah.
Sumber hukum dalam arti formal terdiri dari:
a. Hukum perundang-undangan ketatanegaraan.
b. Hukum adat ketatanegaraan.
c. Hukum kebiasan ketatanegaraan hukum perjanjian ketatanegaraan.
d. Yurisprudensi ketatanegaraan.
e. Hukum perjanjian internasional ketatanegaraan.
f. Doktrin ketatanegaraan.
Dan konvensi ketatanegaraan menjadi salah satu sumber hukum tatanegara dan bahkan konvensi
ketatanegaraan dapat mengubah undang-undang dasar.
Dalam susunan sumber hukum tata Negara di atas sengaja di bedakan antara hukum adat
ketatanegaraan dan konvensi atau hukum kebiasaan ketatanegaraan. Hukum adat tata Negara
berangsur-angsur diganti oleh hukum perundang-undangan dan konvensi.
Konfensi atau (hukum) kebiasaan ketatanegaraan adalah (hukum) yang tumbuh dalam
peraktek penyelenggaraan Negara, untuk melengkapi, menyempurnakan menghidupkan
(mendinamisasikan) kaidah-kaidah hukum perundang-undangan atau hukum adat
ketatanegaraan.
Diakuinya konvensi sebagai salah satu sumber hukum tata Negara republik Indonesia
menimbulkan kebutuhan untuk mengetahui hakeket dan seluk beluknya, sebagai Negara yang
masih muda, republik Indonesia belum mempunyai pengalaman dalam menyelenggarakan suatu
pemerintahan Negara yang berdasarkan system konstitusional. Demikian pula tradisi-tradisi
tertentu yang menjadi sendi pemerintahan yang konsional belum terbentuk secara kokoh karena
itu dipandang perlu untuk menelaah tentang konvensi sebagai salah satu sumber hukum tata
Negara yang dapat di manfaatkan dalam menyusun sistem penyelenggaraan Negara republik
Indonesia sebagai Negara hukum konstitusional yang berkedaulatan rakyat[5]
Dan konvensi adalah ketentuan-ketentuan yang (mempunyai kekentuan) mengikat.ketentuan
yang di terima sebagai kewajiban (obligatori) dalam menjalankan undang-undang[6].
Maka konvensi ketatanegaraan adalah bagian dari kaidah-kaidah kebiasaan sedangkan kaidah-
kaidah kebiasaan itu mungkin dipaksa oleh (melalui) pengadilan apabila memenuhi syarat-syarat
tertentu[7].
Dan uraian Wheare tentang mengubah atau merubah Undang-undang dasar melalui atau dengan
konvensi, Wheare menyatakan perubahan Undang-undang dasar dengan konvensi dapat terjadi
dalam tiga bentuk:
1. Konvensi menghapuskan (nullifying)[8] beberapa ketentuan dalam Undang-undang dasar.
2. Konvensi mengalihkan kekuasaan yang telah di tetapkan Undang-undang.
3. Konvensi melengkapi Undang-undang atau peraturan hukum ketatanegaraan yang sudah ada.
Dalam uraian dimuka Nampak peran konvensi dalam memantapkan dan memperkokoh
kehidupan konstitusional suatu Negara. Jadi kehadiran konvensi bukan untuk mengubah sendi
konsitusional yang ada konvensi lebih berfungsi sebagai cara-cara untuk memungkinkan
kehidupan konsitusional berjalan lebih pasti dan sesuai dengan tuntutan perkembangan keadaan.
Demikian dalam beberapa praktek atau yang dipertimbangkan untuk diperaktekan yang mungkin
secara berangsur-angsur menjadi konvensi atau yang mungkin telah dipindahkan sebagai
konvensi dalam kehidupan ketatanegaraan republic Indonesia. Adapun bentuk konvensi atau
yang kemudian menjadi konvensi haruslah dalam kerangka system hukum dan memperkokoh
sendi-sendi kehidupan konstitusional yang berdasarkan Undang-undang dasar 1945[9].
Daftar kepustakaan:
1. Yulies tinena masriani SH.M.Hum pengantar hukum Indonesia
Halaman 27,36
2. E. Utrrecht/Moh. Saleh djindang,SH pengantar hukum Indonesia
Halaman 324
3. Bagir manan konvensi ketatanegaraan
Halaman 14-15, 24, 25, 41-46, 73
4. moh. Kusnardi S.H , Harmaily Ibrahim S.H Pengantar hukum tata Negara
Halaman 177,179
6. prof. Drs. C.S.T. Kansil, S.H,
Cristine S.T kansil, S.H.,M.H. Hukum tata Negara republik Indonesia
7. Soehino , S.H. ILMU NEGARA Negara demokrasi moderen
halaman 248
8. http://ilhamendra.wordpress.com/2009/03/12/sistem-pemerintahan/
tagal pengunduhan 6 nov
9. http://bilaldewansyah.wordpress.com/2008/09/22/teori-sistem-pemerintahan
tagal pengunduhan 8 nov
[1] Yulies tinena masriani hal 27,36 pengantar hukum Indonesia
[2] Ibil.,hlm 13-14
[3] menurut usep ranawidjaja yaitu(suprastruktur politik atau govemmental political sphere atau
forma regiminis)
[4] Rosjidi ranggawidjaja, hubungan tata kerja antara majelis permusyawaratan rakyat, dewan
perwakilan rakyat, dan presiden, gaya media pratama, Jakarta,1991,hal 6.
[5] Bagir Manan,suber konvensi bagian dari sumber hukum yang dapat dimanfaatkan dalam
menyusun system Negara yang berdasarkan kedaulatan rakyat hokum