Anda di halaman 1dari 5

Reflective Paper on The General Theory of Law and State by Hans Kelsen

Organ-Organ dalam Negara

1. Resume
a. Konsep Organ Negara
Salah satu pemenuhan peran negara yang ditentukan dari perintah hukum adalah organ
negara. Peran-peran ini, baik dari pembentukan hukum atau pun penerapan hukum, tujuan
awalnya dimaksudkan untuk mengeksekusi sanksi hukum. Parlemen yang mengundangkan
hukum pidana dan masyarakat yang memilih anggota parlemen, keduanya adalah organ
negara seperti hakim yang memberikan vonis kepada pelaku kejahatan dan terpidana yang
melaksanakan hukumannya.
Organ negara, dalam pemahaman ini, adalah pelaksanaan individu pada peran yang
spesifik. Sifat pihak yang menjalankan organ ini didasari atas perannya. misalkan dapat
dikatakan sebagai sebuah organ apabila secara konsekuen entitas ini melakukan peran
pembentukan hukum dan menerapkan hukum. Disamping konsep ini masih ada konsep
lainnya, yang lebih sempit, dan merupakan konsep materiil. Merujuk kepada anggapan
bahwa individu adalah “organ” negara dan apabila secara personal memiliki posisi hukum
yang spesifik, transaksi hukum seperti kontrak, adalah proses pembuatan hukum yang juga
merupakan keputusan hukum. Para pihak dalam kontrak, sama seperti hakim, yang juga
melakukan peran pembuatan hukum; tapi para hakim adalah organ negara yang dalam
pengertian sempit ini adalah orang yang terpilih dan ditugaskan mejalankan perannya,
karena dia mengerjakan perannya secara profesional dan oleh sebab itu ia menerima
pembayaran berupa gaji dari kas kekayaan negara. Negara adalah subjek kekayaan yang
bersumber dari pajak. Kekayaan negara dihasilkan dari pendapatan negara yang berasal dari
pembayaran pajak rakyat. Hal ini merupakan karakter esensil dari konsep organ negara
secara sempit. Singkatnya, organ negara ditugaskan untuk melakukan tugas yang spesifik,
kemudian tugasnya ini menjadi profesi eksklusif karena menjadi tugas utamanya; kemudian
atas hal tersebut ia memiliki hak untuk menerima upah dari kekayaan (kas) negara.
Organ negara dalam pengertian sempit ini disebut sebagai official. Sebab tidak
semua orang yang secara aktual memiliki peran di organ negara dalam pengertian yang luas
memiliki posisi sebagai official. Rakyat yang mengambil peranan dalam pemilu anggota
parlemen dengan melakukan vote adalah bentuk aktualisasi peran-peran yang sangat
penting dalam pemilihan legislatif dan merupakan bentuk partisipasi dalam membentuk
organ legislatif; namun ia (rakyat) dalam organ negara dalam artian sempit tidak dapat
dikatakan sebagai official. Banyak kasus antara organ yang benar-benar memiliki sifat
memenuhi kategori official dan organ yang kekurangan sifat-sifa tersebut. Sebagai contoh,
anggota parlemen memiliki peran namun tidak memiliki sifat yang memberikan eksklusifitas
terhadap pekerjaannya; terkadang mereka tidak mendapatkan upah secara teratur. Conoh
lainnya adalah anggota juri (dalam sistem Anglosaxon).

b. Konsep Negara Secara Formil dan Materil


Secara materiil, konsep negara memiliki hubungan secara materiil yang merupakan konsep
keterikatan kepada negara. Dalam pandangan sempit dan materil tersebut, perbuatan
seorang individu juga dapat dikatakan sebagai ikatan terhadap negara, hal tersebut dapat
dikatakan sebagai peran kenegaraan, bukan karena menunjukkan dirinya sebagai
pembentuk atau pelaksana hukum, namun karena perannya dilakukan oleh seseorang yang
memiliki sifat-sifat organ negara dalam artian sempit dan materil. Sebaliknya, orang-
perorangan adalah organ negara dalam artian luas dan formal sebab ia melakukan peran
yang memiliki pertalian dengan negara karena ia secara individil dalam kapasitasnya
merupakan organ negara dalam arti sempit dan materil, dalam kapasitasnya sebagai official.
Pada contoh pertama, kualitas pihak sebagai organ negara dilihat dari perannya; dalam
contoh yang kedua kualitas dari peran dalam pembuatan undang-undang suatu negara
merupakan kualitas individual yang membentuk undang-undang ini dalam kapasistasnya
sebagai organ. Ketika kita berbicara tidak hanya pada “badan peradilan negara”, tapi juga
sekolah dan rumah sakit negara, ini artinya kita mengikat aktivitas individu-individu kepada
negara, yang mana hal tersebut merupakan peran dari negara karena seluruh individu
merupakan organ negara dalam arti sempit dan secara khusus dikarekan jika merujuk
kepada hukum, adalah penting untuk memastikan bahwa seluruh aktivitas rakyat dijamin
oleh pajak yang juga merupakan penerimaan yang didapatkan oleh negara. Peran-peran ini
juga yang secara alamiah formal merupakan peran hukum; mereka merepresentasikan
pemenuhan kewajiban-kewajiban hukum dan menyelenggarakan hak asasi rayat. Melalui
peran ini pula hukum disadari bukan hanya sebatas norma namun juga sebagai objek yang
bersifat materiil.
Konsep negara yang sesuai dengan konsep pertalian ini berbeda dengan pandangan
yang mengidentifikasikan negara dengan ketertiban hukum secara total, atau personifikasian
persatuan. Jika yang terkhir adalah konsep formal, maka yang pertama adalah konsep
materi. negara menggambarkan aparat birokrasi dibentuk dari pejabat negara. Frasa “aparat
birokrasi” adalah bentuk tanda adanya sistem dari norma yang penentu dari aktivitas-
aktivitas pejabat yang dibiayai. Negara, dalam pandangan ini, bukan lah meripakan total
legal order/ penertib hukum namun hanya bagian-bagian tertentu, pernintah hukum parsial
dapat dibedakan melalui ketiretia materiil.
Konsep materil negara adalah konsep kedua, yang merupakan bentuk pensyaratan
dari konsep formal. Sedangkan konsep yang materiil membatasi kepada komunitas yang
lebih sempit, yang hanya berisikan pejabat, sedangkan dalam pemahaman secara formal,
komunitas negara yang lebih luas yang berisikan individu tanpa menjadi “organ” negara,
juga merupakan bagian dari legal order yang harus ditaati negara.
Negara sebagai subjek atribusi, adalah bentuk personifikasi dari total atau sebagian
legal order. Validitas atas legal order ini mengandung arti untuk menginterpretasikan
tingkah laku manusia sebagai hukum di sebuah negara. Kriteria akan hubungan ini—dimana
secara formal hubungan dengan negara dalam arti luas, atau materil adalah hubungan
dengan negara dalama arti sempit—selalu merupakan peran hukum. Keterikatan tingkah
laku manusia dengan negara menjadi mungkin hanya pada landasan legal order (perintah
hukum) secara total atau parsial.

c. Pembentukan Organ Negara


negara bertindak hanya melalui organ negara. Seringkali hal tersebut diekspresikan dan
secara umum diterima sebagai sebuah keberanan yang berarti hukum hanya bisa dibuat dan
diterpakan hanya pada individu yang membuatnya untuk diri mereka sendiri. Hak ini tidak
cukup untuk menyatakan secara hukum individu mana yang memenuhi syarat untuk
melaksanana peran-peran ini. Hukum harus selalu mengatur mengenai prosedur mengenai
siapa yang layak menjadi organ. Kualifikasi personal ditetapkan oleh norman umum yang
dapat secara spesifik terpenuhi oleh satu orang saja. Sebagai contoh adalah hukum yang
disediakan untuk melakukan suksesi dalam monarki dimana anak laki-laki tertua akan selalu
menggantikan tahta ayahnya, atau dalam konstitusi republik yang menetapkan orang
perorangan akan menjadi kepala negara. Seperti organ yang secara langsung diatur oleh
hukum. Tidak ada ketentuan yang dibutuhkan oleh seseorang sebagai persyaratan hukum
yang dilembagakan sebagai organ. Tidak diperlukan peran khusus dimana organ "diciptakan"
oleh organ lain.
Suatu organ dapat dibuat melalui pengangkatan/penunjukkan, pemilihan umum dan
yang lainnya. Perbedaan antara pengangkatan dan pemilihan bersandar pada sifat dan posisi
hukum dari organ yang dibentuk. Organ “diangkat” melalui organ yang lebih superior. Orang
yang “dipilih” melalui kolega, berisi orang-orang yang secara hukum memiliki hubungan
subordinatif dengan organ yang dipilih. Organ yang lebih tinggi dari organ lainnya ketika ia
mampu membuat norma hukum dan menaatinya. Organ yang menjadi koleganya dapat
menunjuk organ yang bersubrodinasi; misalnya pengadilan yang menunjuk panitera; hal
tersebut dapat dikategorikan sebagai pemilihan umum maupun penunjukkan.

d. Organ Sederhana Dan Organ Gabungan.


Merujuk kepada peran dari peran individu dan hasil penggabunan dari beberapa individu,
organ negara dapat dibedakan menjadi sederhana dan gabungan. Individu-individu yang
bekerja bersama dengan individu lainnya merupakan peran total dari organ. Peran yang
menyeluruh ini diisi oleh bagian-bagian dari peran. Bagian peran dapat masuk ke dalam
peran yang utuh dengan dua cara. Peran dari organ parsial dapat memiliki muatan yang
sama atau sebaliknya. Dyrarchy adalah contoh jabatan yang terdiri dari dua peran yang
memiliki muatan/isi yang sama. Dalam dyarchy, secara politis menentukan peran negara
yang secara umum memiliki dua organ—di Sparta, sebagai contoh, melalui dua raja, di Roma
memiliki dua konsul. Peran legislasinya diisi oleh dua peran yang memiliki muatan yang sama
terhadap peran paremen yang berisi dua kamar. Dua peran yang parsial yang merupakan
peran yang imparsial diisi oleh muatan ynag sama, meskipun diberi nama yang berbeda.
sebagai contoh, ketika konstitusi menetapkan bahwa keputusan parlemen menjadi hukum
ketika disepakati oleh kepala negara. Kesepakatan dari kepala negara ini memiliki muatan
yang sama dengan keputusan yang dibuat ole parlemen. Muatan hukum merupakan objek
dari kehendak kedua organ tersebut.
Sebuah jabatan dapat berisi lebih dari dua peranan. Prototype ini dikenal dengan
organ kolega, yang dikategorikan melalui fakta bahwa organ yang parsial tersebut memiliki
kontak yang secara simultan berjalan mutual, dan berada di bawah kepemimpinan seorang
ketua yang diatur melalui peraturan. Misalnya parlemen atau pengadilan. Peran dari organ
kolega dapat berupa pemilihan umum maupun penunjukkan. Parlemen adalah sekumpulan
orang yang merupaka organ pembuat undang-undang.
Sebuah contoh karakteristik dari jabatan yang memilki peran yang berbeda dalam
proses legislasi ada di konstitusi negara monarki. Ini dimiliki oleh tipe negara dengan
beberapa kondisi: (1) pengajuan rancangan undng-undang diajukan oleh pemerintah atau
oleh anggota parlemen; (2) dua keputusan yang ditetapkan dari dua majelis; (3) persetujuan
dari raja; (4) Diundangkan, yang berarti bahwa kepala negara atau pemerintah memastikan
undang-undang parlemen dibuat sesuai dengan konstitusi. (5) publikasi undang-undang,
sebagaimana disetujui oleh raja, dengan cara yang ditentukan oleh konstitusi.
e. Prosedur
Ketika sebuah kewenangan diisi oleh beberapa peranan yang parsial, adalah penyting untuk
mengatir dan menyatukan peranan-pernana ini ke dalam hasil dari kewenangan mereka.
sebagai contoh prses atau prosedur legislasi. Proses dalam pengertian yang sempit—proses
hukum sipil dan kriminal—adalah satu-satunya contoh dari konesp umum mengenai
‘proses’, pertimbangan hakim juga merupakan rangkaian dari peranan yang parsial. rantai
tindakan hukum tersebut dimula dari tindakan yang dibawa oleh penggugat hingga ke
putusan pengadilan pertama, dan hingga putusan akhir,kemudian ke pelaksanaan sanksi.
dari sudut pandang peran peradilan total, masing-masing dari tindakan ini hanya merupakan
tindakan parsial yang tidak lengkap.
karakter yang sangat relatif dari membedakan antara tindakan parsial dan total dan
organ parsial dan total. Peran apa pun dari organ apa pun dapat dianggap sebagai bagian
saja, karena hubungannya hanya didasrkan secara sistematis dengan peran lain yang
berkontribusi pada peran yang hanya layak atas nama peran yang menyeluruh, yaitu: peran
negara total sebagai entitas yang memiliki kuasa memerintahkan hukum. Maka dari itu kita
dapat melihat bahwa selurug organ hanya bagian dari satu organ yang dapat diartikan
sebagai organisme yakni: negara.

2. Hasil Refleksi

Setelah membaca karya Hans Kelsen Penulis menyadari beberapa hal yang patut untuk
digarisbawahi. Misalkan, konsep organ negara yang merupakan sebuah jawaban atas
ketentuan hukum yang mengaturnya, disamping itu terdapat penggambaran yang menyatakan
bahwa organ negara dapat dipahami dalam artian sempit maupun luas, materil maupun formil.

Secara materil organ negara yang secara sifatnya disadari atas organ negara yang secara
konsekuen melakukan sebuah tindakan kenegaraan yang bersifat spesifik dan ekslusif. Namun,
individu secara personal dapat dilihat sebagai entitas yang memiliki kedudukan hukum yang
spesifik. Namun organ negara dalam arti materil hanya diisi oleh orang-orang yang telah
melewati prosedur pengisian jabatan yang diatur oleh konstitusi negara.

Penulis juga melihat dalam artian sempit negara yang selama ini dianut tidak dapat
memasukkan rakyat secara umum sebagai organ negara, sebab rakyat tidak masuk ke dalam
lembaga negara. Dikarenakan dalam arti materiil organ negara adalah organ yang melakukan
tugasnya secara spesifik dan menjadi pekerjaan utamanya kemudia ia berhak menerima upah
yang berasal dari pajak rakyat. Organ negara ini juga dikenal sebagai official.

Orang-perorangan dapat dianggap sebagai bagian dari organ negara jika dilihat dari cara
pandang global atau cara pandang formal. Secara murni, negara memiliki tuntutan secara hukum
untuk menjamin aktivitas rakyatnya, hukum merepresentasikan pemenuhan kewajibab hak asasi
rakyat. Namun kembali lagi secara sempit dan materil organ negara hanya dapat disandangkan
kepada entitas yang memiliki kewenangan melakuakn suatu tindakan kenegaraan eksklusif yang
menjadikan ia hanya sedikit dari masyarakat secara luas yang dapa melakukan peranannya.
Dalam proses pengangkatannya, Hans Kelsen, menyatakan bahwa terdapat dua ara yang
dapat dilakukan yakni melaui penunjukkan yang ditunjuk oleh orang/organ yang lebih superior di
atasnya atau melalui pemilihan umum yang dipilih oleh rakyat dan koleganya.

Pada perkembangannya organ negara dapat memiliki pernana yang campuran dan berjalan
secara simultan. Mislanya di Indonesia, lembaga legislatif dan lembaga eksekutif sama-sama
memiliki peranan membuat hukum meskpiun ada di dalam lembaga yang berbeda. Peran
membuat hukum ini menjadi sebuah fakta untuk mendukung pendapat Han Kelsen yang
menyatakan bahwa dalam organ-organ negara terseut terdapat organ negara yang memiliki
kewenangan parsial dan saling memiliki hubungan antaralembaga untuk dapat penopang
kinerjanya.

Sebagai contoh Hans Kelsen memberikan sebuah sistem dyarchy yang merupakan prinsip
demokrasi yang erada dalam cabang kekuasaan eksekutif. Pemerinah secara konstitusional
memiliki dua kekuatan/kewenangan.

Pada akhirnya penulis berpendapat bahwa sejauh dan seruit apapun kewenangan yang
dimiliki oleh organ suatu negara, dan bagaimana organ suatu negara tersebut melakukan banyak
tindakan hukum dan melaksanakan hubungan antarlembaga, pada intinya seluruh organisme
yang berjalan ini ada di bawah satu organisme yang bernama negara.

Anda mungkin juga menyukai