1. Resume
a. Konsep Organ Negara
Salah satu pemenuhan peran negara yang ditentukan dari perintah hukum adalah organ
negara. Peran-peran ini, baik dari pembentukan hukum atau pun penerapan hukum, tujuan
awalnya dimaksudkan untuk mengeksekusi sanksi hukum. Parlemen yang mengundangkan
hukum pidana dan masyarakat yang memilih anggota parlemen, keduanya adalah organ
negara seperti hakim yang memberikan vonis kepada pelaku kejahatan dan terpidana yang
melaksanakan hukumannya.
Organ negara, dalam pemahaman ini, adalah pelaksanaan individu pada peran yang
spesifik. Sifat pihak yang menjalankan organ ini didasari atas perannya. misalkan dapat
dikatakan sebagai sebuah organ apabila secara konsekuen entitas ini melakukan peran
pembentukan hukum dan menerapkan hukum. Disamping konsep ini masih ada konsep
lainnya, yang lebih sempit, dan merupakan konsep materiil. Merujuk kepada anggapan
bahwa individu adalah “organ” negara dan apabila secara personal memiliki posisi hukum
yang spesifik, transaksi hukum seperti kontrak, adalah proses pembuatan hukum yang juga
merupakan keputusan hukum. Para pihak dalam kontrak, sama seperti hakim, yang juga
melakukan peran pembuatan hukum; tapi para hakim adalah organ negara yang dalam
pengertian sempit ini adalah orang yang terpilih dan ditugaskan mejalankan perannya,
karena dia mengerjakan perannya secara profesional dan oleh sebab itu ia menerima
pembayaran berupa gaji dari kas kekayaan negara. Negara adalah subjek kekayaan yang
bersumber dari pajak. Kekayaan negara dihasilkan dari pendapatan negara yang berasal dari
pembayaran pajak rakyat. Hal ini merupakan karakter esensil dari konsep organ negara
secara sempit. Singkatnya, organ negara ditugaskan untuk melakukan tugas yang spesifik,
kemudian tugasnya ini menjadi profesi eksklusif karena menjadi tugas utamanya; kemudian
atas hal tersebut ia memiliki hak untuk menerima upah dari kekayaan (kas) negara.
Organ negara dalam pengertian sempit ini disebut sebagai official. Sebab tidak
semua orang yang secara aktual memiliki peran di organ negara dalam pengertian yang luas
memiliki posisi sebagai official. Rakyat yang mengambil peranan dalam pemilu anggota
parlemen dengan melakukan vote adalah bentuk aktualisasi peran-peran yang sangat
penting dalam pemilihan legislatif dan merupakan bentuk partisipasi dalam membentuk
organ legislatif; namun ia (rakyat) dalam organ negara dalam artian sempit tidak dapat
dikatakan sebagai official. Banyak kasus antara organ yang benar-benar memiliki sifat
memenuhi kategori official dan organ yang kekurangan sifat-sifa tersebut. Sebagai contoh,
anggota parlemen memiliki peran namun tidak memiliki sifat yang memberikan eksklusifitas
terhadap pekerjaannya; terkadang mereka tidak mendapatkan upah secara teratur. Conoh
lainnya adalah anggota juri (dalam sistem Anglosaxon).
2. Hasil Refleksi
Setelah membaca karya Hans Kelsen Penulis menyadari beberapa hal yang patut untuk
digarisbawahi. Misalkan, konsep organ negara yang merupakan sebuah jawaban atas
ketentuan hukum yang mengaturnya, disamping itu terdapat penggambaran yang menyatakan
bahwa organ negara dapat dipahami dalam artian sempit maupun luas, materil maupun formil.
Secara materil organ negara yang secara sifatnya disadari atas organ negara yang secara
konsekuen melakukan sebuah tindakan kenegaraan yang bersifat spesifik dan ekslusif. Namun,
individu secara personal dapat dilihat sebagai entitas yang memiliki kedudukan hukum yang
spesifik. Namun organ negara dalam arti materil hanya diisi oleh orang-orang yang telah
melewati prosedur pengisian jabatan yang diatur oleh konstitusi negara.
Penulis juga melihat dalam artian sempit negara yang selama ini dianut tidak dapat
memasukkan rakyat secara umum sebagai organ negara, sebab rakyat tidak masuk ke dalam
lembaga negara. Dikarenakan dalam arti materiil organ negara adalah organ yang melakukan
tugasnya secara spesifik dan menjadi pekerjaan utamanya kemudia ia berhak menerima upah
yang berasal dari pajak rakyat. Organ negara ini juga dikenal sebagai official.
Orang-perorangan dapat dianggap sebagai bagian dari organ negara jika dilihat dari cara
pandang global atau cara pandang formal. Secara murni, negara memiliki tuntutan secara hukum
untuk menjamin aktivitas rakyatnya, hukum merepresentasikan pemenuhan kewajibab hak asasi
rakyat. Namun kembali lagi secara sempit dan materil organ negara hanya dapat disandangkan
kepada entitas yang memiliki kewenangan melakuakn suatu tindakan kenegaraan eksklusif yang
menjadikan ia hanya sedikit dari masyarakat secara luas yang dapa melakukan peranannya.
Dalam proses pengangkatannya, Hans Kelsen, menyatakan bahwa terdapat dua ara yang
dapat dilakukan yakni melaui penunjukkan yang ditunjuk oleh orang/organ yang lebih superior di
atasnya atau melalui pemilihan umum yang dipilih oleh rakyat dan koleganya.
Pada perkembangannya organ negara dapat memiliki pernana yang campuran dan berjalan
secara simultan. Mislanya di Indonesia, lembaga legislatif dan lembaga eksekutif sama-sama
memiliki peranan membuat hukum meskpiun ada di dalam lembaga yang berbeda. Peran
membuat hukum ini menjadi sebuah fakta untuk mendukung pendapat Han Kelsen yang
menyatakan bahwa dalam organ-organ negara terseut terdapat organ negara yang memiliki
kewenangan parsial dan saling memiliki hubungan antaralembaga untuk dapat penopang
kinerjanya.
Sebagai contoh Hans Kelsen memberikan sebuah sistem dyarchy yang merupakan prinsip
demokrasi yang erada dalam cabang kekuasaan eksekutif. Pemerinah secara konstitusional
memiliki dua kekuatan/kewenangan.
Pada akhirnya penulis berpendapat bahwa sejauh dan seruit apapun kewenangan yang
dimiliki oleh organ suatu negara, dan bagaimana organ suatu negara tersebut melakukan banyak
tindakan hukum dan melaksanakan hubungan antarlembaga, pada intinya seluruh organisme
yang berjalan ini ada di bawah satu organisme yang bernama negara.