Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“TB PARU & KEWASPADAAN ISOLASI “

OLEH :

SHINTYA SARIZAL PUTRI


YULI INDRIYANI
QORRY AULIA YUDHA
LUSIA DIRAH PANGESTI
KHAIRINA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Kewaspadaan Isolasi


Sub Topik : TB Paru dan Kewaspadaan Isloasi
Sasaran : Keluarga dan Pasien
Tempat : Bangsal Paru
Hari / Tanggal : Jumat / 9 November 2018
Waktu : 11.00

A. Latar Belakang Masalah


TB Paru adalah salah satu masalah kesehatan yang harus dihadapi
masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta
kematian, dan diperkirakan saat ini sekitar sepertiga penduduk dunia telah
terinfeksi kuman TB Paru, yang mungkin akan berkembang menjadi penyakit
TB Paru di masa dating (WHO, 2006). Keberhasilan pengobatan TB paru
salah satunya karena keluarga pengawas minum obat Istilah DOTS (Directly
Observed Treatment Short-Course) dapat diartikan pengawasan langsung
menelan obat jangka pendek oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) selama 6
bulan. Tetapi penanggulangan dan pemberantasan penyakit TB sampai saat
ini masih belum memuaskan (Hapsari, 2010). Kegagalan pengobatan dan
kurang kedisiplinan bagi penderita TB Paru sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor.
Situasi TB Paru di dunia semakin memburuk dengan jumlah kasus yang
terus meningkat, terutama negara-negara yang dikelompokkan dalam 22
negara dengan masalah TB Paru besar (high burden countries), sehingga pada
tahun 1993 Organisasi Kesehatan Sedunia (World Health Organization/WHO)
mencanangkan TB Paru sebagai salah satu emerging diseases yaitu penyakit
yang gawat dan memerlukan penanganan segera (Kemenkes RI, 2010).
Mycobacterium tuberculosis sebagai penyebab penyakit TB Paru telah
menginfeksi sepertiga penduduk dunia, menurut WHO sekitar 8 juta
penduduk dunia diserang TB Paru dengan kematian 3 juta orang per tahun.
TB Paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh basil
Microbacterium Tuberkulosis. Tiga pintu masuk organisme Mikrobacterium
Tuberkulosis adalah saluran pernafasan, saluran cerna dan luka terbuka pada
kulit. Cara penularan TB Paru dapat terjadi langsung melalui percikan dahak
yang mengandung kuman TB Paru, kemudian terhisap oleh orang yang sehat.
Dapat juga terjadi secara tidak langsung bila dahak yang dibatukkan penderita
ke lantai atau tanah mengering dan menyatu dengan debu, lalu berterbangan
di udara (Smeltzer & Bare, 2001). Tapi kenyataannya, tidak semua penyakit
TB Paru akan menular penyakitnya kepada orang lain atau menjadi sumber
penularan. Penderita TB Paru yang dapat menularkan penyakitnya ialah
penderita TB Paru yang dahaknya ditemukan kuman TB (BTA sputum
positif) dan tidak diobati, sedangkan penderita TB Paru BTA negatif kecil
kemungkinan dapat menularkan penyakitnya pada orang lain jadi tidak semua
penderita TB Paru menularkan penyakitnya ke orang lain.
Kewaspadaan isolasi adalah tindakan pencegahan atau pengendalian
infeksi yang harus diterapkan di rumah sakit dan pelayanan kesehatan
lainnya. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk menurunkan resiko penularan
penyakit dari pasien ke pasien lain, ke keluarga, ke pengunjung atau ke
petugas medis terutama pada penyakit infeksi menular seperti TB Paru.
Selama ini paparan terhadap informasi yang diberikan kepada keluarga
pasien ataupun pengunjung lainnya terhadap penularan infeksi ataupun
pencegahannya masih belum optimal, untuk itu dirasa diperlukan suatu
penyuluhan dengan tema khusus membahas tentang TB Paru dan
kewaspadaan isolasi.

B. Tujuan
1. Tujuan instruksional Umum
Setelah dilakukan proses penyuluhan kesehatan selama ± 30 menit
diharapkan pasien dan keluarga atau penunggu pasien mengetahui dan
memahami tentang mencegah penularan TB Paru sekaligus memahami
kewaspadaan isolasi selama berada di Rumah sakit.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan kesehatan, pasien dan keluarga
diharapkan mampu:
a. Menjelaskan pengertian TB Paru dan kewaspadaan isolasi
b. Menjelaskan dan mendemonstrasikan etika batuk, penggunaan
masker dan pembuangan sputum/dahak.
C. Metode
Ceramah, demonstrasi dan diskusi/tanya jawab
D. Media
Infokus dan leaflet
E. Materi Penyuluhan
Terlampir
F. Waktu
Hari/ tanggal : Jum’at, 9 November 2018
Jam : 11.00 - 11.30
G. Tempat
Penyuluhan akan dilaksanakan di Ruang Edukasi Rawat Inap Paru RSUP Dr.
M. Djamil Padang.
H. Setting Tempat Penyuluhan

Keterangan:
: Moderator
: Penyaji

: Pembimbing

: Keluarga Pasien
: Media

: Fasilitator

Pengorganisasian
a. Penanggung jawab : : Dosen pembimbing klinik dan akademik
Keperawatan Medikal Bedah

b. Moderator : Qorry Aulia Yudha

c. Pemateri : Yuli Indriyani


d. Fasilitator
: Khairina
Shintya Syahrizal Putri

e. Observer : Lusia Dirah Pangesti

Uraian Tugas
a. Penanggung jawab
1) Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhuan.
b. Moderator
1) Membuka acara
2) Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing
3) Menjelaskan tujuan dan topik
4) Menjelaskan kontrak waktu
5) Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada pemateri
6) Mengarahkan alur diskusi
7) Memimpin jalannya diskusi
8) Menutup acara
c. Pemateri
1) Mempresentasikan materi untuk penyuluhan.
d. Fasilitator
1) Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam jalannya
penyuluhan
2) Membantu dalam menanggapi pertanyaan dari peserta
e. Observer
1) Mengamati jalannya kegiatan.
2) Mengevaluasi kegiatan.

I. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara lisan dengan memberikan pertanyaan :
1. Apa pengertian dari TB Paru?
2. Apa pengertian dari kewaspadaan isolasi?
3. Bagaimana demonstrasi etika batuk, penggunaan masker dan
pembuangan sputum/dahak?

J. Kegiatan Penyuluhan Kesehatan


Tahap Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Pasien dan
Hari/Tgl/Jam
Penyuluhan Kesehatan Kesehatan keluarga
Jumat / 1. Pembukaan  Mengucapkan salam.  Pasien dan keluarga
November (5 menit)
membalas salam.
 Menyebutkan nama dan
2018  Pasien dan keluarga
asal.
menerima kehadiran
 Menjelaskan tujuan. mahasiswa dengan baik.
 Pasien dan keluarga
memahami tujuan dengan
 Mengkaji tingkat
baik.
pengetahuan Pasien dan
 Pasien dan keluarga
keluarga tentang TB Paru.
berpartisipasi dalam
diskusi awal.
2. Inti  Menjelaskan materi terkait  Pasien dan keluarga
(20 menit)
TB Paru dan Kewaspadaan mendengarkan dan
Isolasi memperhatikan dengan
baik.
 Menanyakan jika ada
 Pasien dan keluarga
pertanyaan
mengajukan pertanyaan.
 Mendemonstrasikan cuci
 Pasien dan keluarga
tangan dan etika batuk
memperhatikan
 Meminta salah satu peserta
 Pasien dan keluarga
untuk mendemonstrasikan
mendemonstrasikan etika
etika batuk, penggunaan
batuk, penggunaan
masker dan pembuangan
masker dan pembuangan
sputum/dahak
sputum/dahak
3. Penutup  Mengevaluasi tujuan  Pasien dan keluarga
(5 menit)
penyuluhan kesehatan. mampu
menjawab/menjelaskan
 Mengucapkan terima kasih kembali.
 Pasien dan keluarga
atas perhatian yang
membalas salam.
diberikan dan memberi
salam penutup.

LAMPIRAN MATERI
A. TB Paru
1. Definisi TB Paru
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditularkan
melalui percikan dahak (droplet) dari penderita tuberkulosis kepada
individu yang rentan. Sebagian besar kuman Mycobacterium tuberculosis
menyerang paru, namun dapat juga menyerang organ lain seperti pleura,
selaput otak, kulit, kelenjar limfe, tulang, sendi, usus, sistem urogenital,
dan lain-lain (Kemenkes RI, 2015).
2. Tanda & Gejala TB
a. Demam meriang berkepanjangan
b. Sesak napas dan nyeri dada
c. Berat badan menurun
d. Kadang dahak bercampur darah
e. Nafsu makan menurun
f. Berkeringat di malam hari meski tanpa melalukan kegiatan
3. Penularan TB
a. Penularan TB terjadi melalui udara dari percikan dahak pasien TB yang
batuk tanpa menutup mulut.
b. Jika udara yang mengandung kuman TB tadi terhirup maka terdapat
kemungkinan kita terkena infeksi TB namun tidak selalu berarti kita
akan sakit, bisa bisa jadi kuman TB tersebut ‘tidur’(dormant) dalam
badan kita. Kuman ‘tidur’ tidak membuat kita sakit TB dan kita juga
tidak dapat menularkan ke orang lain.
4. Siapa Yang Paling Beresiko Sakit TB
a. Siapa saja dapat tertular TB tetapi belum tentu menjadi sakit
b. Orang dengan imunitas atau daya tahan tubuh rendah yang paling
beresiko yaitu anak-anak, orang dengan HIV/AIDS, orang usia lanjut,
penyandang Diabetes Mellitus, dan perokok.
c. Orang kontak erat atau kontak serumah dengan pasien TB
5. Pemeriksaan TB
a. TB dapat diketahui melalui pemeriksaan dahak.
b. Kuman TB dilihat dengan mikroskopis atau dengan menggunakan
mesin Tes Cepat Molekuler (TCM).
c. Dibutuhkan 2 kali pengambilan dahak pasien yaitu saat datang ke
layanan (Sewaktu) dan dahak pagi sesaat setelah bangun tidur (Pagi)
atau sebaliknya Pagi dan sewaktu (saat pasien mengantar dahak pagi ke
layanan).
6. Mencegah Penularan TB
a. Minumlah obat teratur. Setelah 2 minggu minum obat, maka jumlah
kuman akan berkurang dan tidak akan menular ke orang lain.
b. Pasien TB harus menutup mulutnya pada waktu batuk atau bersin.
c. Tidak membuang dahak sembarangan. Membuang dahak di tempat
khusus dan tertutup seperti ke lubang wc atau wastafel dengan
mengalirkan atau menyiram air pada dahak.
d. Rumah tinggal harus mempunyai ventilasi udara yang baik agar
sirkulasi udara berjalan lancar dan ruang/kamar mendapatkan cahaya
matahari.
e. Pasien dengan TB harus dirawat di ruang isolasi untuk menghindari
penularan terhadap orang lain. Pasien dan pengunjung harus
menggunakan masker agar tidak tertular penyakit yang diderita oleh
pasien.

7. Pengobatan
a. Pasien diberikan obat selama 6-8 bulan, diminum secara teratur, sesuai
dengan dosis yang diberikan dan sebaiknya obat diminum dalam
keadaan perut kosong di pagi hari.
b. Tahap pemberian obat
Tahap awal : 2 bulan atau 3 bulan diminum setiap hari
Tahap lanjutan : 4 bulan atau 5 bulan diminum 3x/minggu
c. Bila tidak patuh dapat menyebabkan pasien menjadi resistan terhadap
Obat Anti TB (OAT) atau yang paling parah menyebabkan kematian.
8. TB Resistan Obat
TB Resistan Obat (TB RO) atau TB kebal obat disebabkan oleh jenis
kuman TB yang sama namun sudah kebal terhadap obat lini 1. Oleh
karena itu penanganannya menjadi lebih sulit. Pengobatan TB Resistan
Obat lebih lama (paling sedikit 9-24 bulan). Jika tidak diobati dengan
tepat, kuman dapat semakin kebal dan tidak ada lagi obat untuk
menyembuhkannya.

B. Kewaspadaan Isolasi
Kewaspadaan isolasi adalah tindakan pencegahan atau pengendalian
infeksi yang harus diterapkan di rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya.
Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk menurunkan resiko penularan penyakit
dari pasien ke pasien lain, ke keluarga, ke pengunjung atau ke petugas medis.
Kewaspadaan isolasi memiliki 2 tingkatan, yaitu Kewaspadaan Standar
(Standard/Universal Precautions) dan Kewaspadaan berdasarkan cara
penularan (Transmission based Precautions) (Muchtar, 2014; Akib, dkk, 2008;
Rosa, 2015).
1. Kewaspadaan Standar (Standard/Universal Precautions)
Kewaspadaan standar adalah kewaspadaan dalam pencegahan dan
pengendalian infeksi rutin dan harus diterapkan terhadap semua pasien di
semua fasilitas kesehatan. Kewaspadaan Universal yaitu tindakan
pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk
mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa
darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik
berasal dari pasien maupun pengunjung (Nursalam, 2007).
Tindakan dalam kewaspadaan standar meliputi :
a. Kebersihan tangan
b. APD : Sarung tangan dan Masker
c. Peralatan perawatan pasien
d. Pengendalian lingkungan.
e. Penempatan pasien
f. Hygiene, respirasi/Etika batuk

2. Kewaspadaan berdasarkan penularan (Trasnmission based


precautions)
Kewaspadaan berdasarkan penularan merupakan tambahan untuk
kewaspadaan standar, yaitu tindakan pencegahan atau pengendalian
infeksi yang dilakukan setelah jenis infeksinya sudah diketahui
(Akib, dkk, 2008). Tujuannya untuk memutus mata rantai penularan
mikroba penyebab infeksi, jadi kewaspadaan ini diterapkan pada
pasien yang memang sudah terinfeksi kuman tertentu yang bisa
ditransmisikan lewat udara, droplet/percikan, kontak kulit atau lain-
lain (Muchtar, 2014).
Berdasarkan IPC tahun 2008, jenis kewaspadaan berdasarkan
penularan:
a. Kewaspadaan transmisi kontak
Transmisi kontak merupakan cara penularan yang terpenting dan
tersering menimbulkan Healthcare Associated Infections (HAIs)
atau infeksi yang didapat dari rumah sakit.. Kewaspadaan
transmisi kontak ini ditujukan untuk menurunkan resiko penularan
mikroba yang secara kontak langsung atau tidak langsung.
1) Kontak langsung
Meliputi kontak permukaan kulit terluka/abrasi. Misalkan
menyentuh luka pasien dengan tangan terbuka/ tanpa sarung
tangan
2) Transmisi kontak tidak langsung
Meliputi kontak antara orang yang rentan dengan benda yang
terkontaminasi mikroba infeksi di lingkungan. Kontak dengan
cairan pasien terinfeksi yang ditularkan melalui tangan atau
benda mati dilingkungan pasien.

b. Kewaspadaan trasnmisi droplet


Diterapkan sebagai tambahan Kewaspadaan Standar terhadap
pasien dengan infeksi diketahui mengidap mikroba yang dapat
ditularkan melalui droplet/percikan. Droplet yang besar terlalu
berat untuk melayang di udara dan akan jatuh dalam jarak 1 m dari
sumber. Transmisi droplet melibatkan kontak mata atau percikan
dari hidung/mulut, Orang yang rentan dengan droplet partikel
besar mengandung mikroba berasal dari pasien pengidap yang
dikeluarkan saat batuk, bersin, muntah, dan bicara.

c. Kewaspadaan transmisi melalui udara


Kewaspadaan transmisi melalui udara diterapkan sebagai
tambahan kewaspadaan standar terhadap pasien yang diduga atau
telah diketahui terinfeksi virus atau bakteri yang dapat menular
melalui jalur udara. Mikroba tersebut akan terbawa aliran udara >
2m dari sumber, dapat terhirup oleh individu rentan di ruang yang
sama dan jauh dari pasien yang terinfeksi, tergantung pada faktor
lingkungan.

3. Tindakan kewaspadaan isolasi


a) Menerapkan etika batuk yang benar
1) Tutup mulut dan hidung menggunakan tissue saat bersin dan
batuk, atau tutup mulut dan hidung dengan menggunakan lengan
baju bagian dalam saat batuk atau bersin
2) Membuang tissue yang sdah dipakai ke dalam tempat sampah
3) Cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau
handrub
4) Menggunakan masker
b) Penggunaan masker
Langkah-langkah penggunaan masker:
1) Ambil bagian atas masker (biasanya sepanjang tepi tersebut ada
stip motal yang tipis).
2) Pegang masker pada 2 tali atau ikatan bagian atas belakang kepala
dengan tali melewati atas telinga.
3) Ikatkan dua tali bagian bawah masker sampai ke bawah dagu.
4) Dengan lembut jepitkan pita motal bagian atas pada batang
hidung.

c) Pembuangan sputum (dahak)


1) Tarik napas dalam-dalam sebanyak 3 kali, lalu sentakkan untuk
mengeluarkan dahak dari paru-paru.
2) Bila sulit dilakukan, dapat dibantu dengan cara:
- Berkumur-kumur dengan air bersih
- Lari-lari kecil ditempat
- Atau minum the manis hangat
Warna dahak yang benar adalah berwarna putih kekuning-kuningan
atau kehijauan dan bentuknya lebih kental dari liur.
3) Kumpulkan dahak di pot dahak yang diberikan oleh petugas.
4) Jangan lupa cuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelahnya.
DAFTAR HADIR PENYULUHAN

1. Moderator :
2. Penyaji :
3. Observer :
4. Fasilitator :
5. Peserta
No. Nama Pasien/Keluarga Paraf
Padang, ........ November 2018

Mengetahui,
Pembimbing Akademik, Pembimbing Ruangan,

( ) ( )

Anda mungkin juga menyukai