Anda di halaman 1dari 12

BAB III

PEMBAHASAN

A. PERTIMBANGAN ANESTESI
Anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan rasa sakit ketika dilakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit, dalam hal ini rasa
takut perlu ikut dihilangkan untuk menciptakan kondisi optimal bagi pelaksanaan
pembedahan (Sabiston, 2011).
B. JENIS-JENIS ANESTESI PADA JANTUNG KORONER
1. GENERAL ANESTESI
General anesthesia atau anestesi umum adalah tindakan yang bertujuan untuk
menghilangkan nyeri, membuat tidak sadar, dan menyebabkan amnesia yang bersifat
reversibel dan dapat diprediksi. Tiga pilar anestesi umum atau yang disebut trias
anestesi meliputi hipnotik atau sedative, yaitu membuat pasien tertidur atau
mengantuk/tenang, analgesia atau tidak merasakan sakit, dan relaksasi otot yaitu
kelumpuhan otot skelet (Pramono, 2017).
General anestesi suatu keadaan tidak sadar yang bersifat sementara yang diikuti oleh
hilangnya rasa nyeri di seluruh tubuh akibat pemberian obat anestesia (Mangku,
2010).
TEKNIK GENERAL ANESTESI
General anestesi intravena
Merupakan salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan dengan jalan
menyuntikan obat anestesi parenteral langsung ke dalam pembuluh darah vena
(Mangku, 2010). Obat anestesi intravena adalah obat anestesi yang diberikan melalui
jalur intravena, baik obat yang berkhasiat hipnotik atau analgetik
maupun relaksan atau pelumpuh otot (Majid, Judha, Istianah, 2011). Ketika hanya
obat IV diberikan tunggal untuk induksi dan pemeliharaan anestesi, digunakan istilah
“anestesi intravena total” (TIVA). Obat yang digunakan untuk pemeliharaan anestesi
harus dimetabolisme dengan cepat menjadi substansi nonaktif atau dibuang untuk
mencegah akumulasi dan penundaan pemulihan; selain juga menghindari efek
samping
yang tidak menyenangkan (Gwinnutt, 2014).
2) Anestesi umum inhalasi
Merupakan salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan dengan jalan
memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang
mudah menguap melalui alat/mesin anestesi langsung ke udara inspirasi (Mangku,
2010). Obat anestesi inhalasi yang pertama kali di kenal dan digunakan untuk
membantu pembedahan ialah N2O, dan saat ini merupakan anestesi inhalasi yang
umum digunakan (Latief, 2002).
3) Anestesi imbang
Merupakan teknik anestesi dengan menggunakan
kombinasi obat-obatan baik obat anestesi intravena maupun obat anestesi inhalasi
atau kombinasi teknik anestesi umum dengan analgesia regional untuk mencapai trias
anestesi secara optimal (Mangku, 2010).
2. REGIONAL ANESTESI
Spinal Anestesi
a. Pengertian
Anestesi spinal atau blok subarachnoid adalah blok regional
yang dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat anestetik lokal ke dalam ruang
subarachnoid melalui tindakan fungsi lumbal (Mangku, 2010). Anestesi spinal (intraekal)
berasal dari penyuntikan obat anestesi lokal secara langsung kedalam cairan serebrospinal
(CSF), di dalam ruang subarachnoid (Gwinnutt, 2014). Analgesia spinal merupakan salah
satu teknik regional yang paling tua namun sering dilakukan karena teknik ini
menghasilkan blockade yang paling efisien. Anestetik lokal diinjeksikan ke dalam ruang
subaraknoid dan menyebabkan blockade yang kuat dan luas pada saraf spinal
(Sjamsuhidajat, 2011).
C. RUMATAN ANESTESI
Anestesi umum memiliki sifat kardioprotektif dan dapat meningkatkan suplai
oksigen, sehingga erlu monitoring yang ketat. Jenis Reginal Anetesi baik tunggal atau
dengan anestesi umum bias digunakan dan berpotensi bermanfaat perioperasi dalam
mengurangi respon stres, simpatektomi jantung. Pertimbangankan bahwa pemberian
anestesi, hiperkapnia, dan hipoksia transient akan mengaktivasi system simpatis.
Pilihlah rumatan anestesi yang Meminimalkan terjadinya fluktuasi hemodinamik.
Adapun yang dapat di gunakan antara lain adalah obat pelumpuh otot, obat analgetic
opioid, obat hipnotik sedatif dan obat inhalasi sesuai kebutuhan. Pada anestesi volatil
memiliki efek kardioprotektif, maka diberikan secara titrasi untuk mencapai trias
anestesi.

D. METODE ASKAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan data tentang penderita agar dapat mengidentifikasi kebebutuhan
serta masalahnya. Pengkajian meliputi :
a. Identitas pasien
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS), 3
b. Keluhan utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi,
pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan
impotensi.
c. Riwayat Kesehatan
Meliputi riwayat penyakit dahulu yang terdiri dari riwayat masuk rumah
sakit, penyakit yang diderita, riwayat alergi dan obat-obatan yang sering
digunakan. Riwayat penyakit sekarang meliputi keluhan utama dari klien
seperti sesak, batuk, demam, nyeri abdomen, berkeringat serta sejak kapan
gejala-gejala tersebut timbul.
d. Riwayat penyakit keluarga
Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit
metabolik, penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih, dan
penyakit menurun seperti diabetes militus, asma, dan lain-lain
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan
pemeriksaan kondisi fisik dari pasien. Meliputi inspeksi, palpasi, perkusi,
askultasi
f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yaitu suatu pemeriksaan medis yang dilakuan atas
indikasi tertentu guna memperoleh ketarangan yang lebih lengkap. Tujuan
pemeriksaan ini dapat bertujuan :
1. Terapeutik, yaitu untuk pengobatan tertentu
2. Diagnostik, yaitu untuk membantu menegakan diagnosis tertentu
3. Pemeriksaan,laboratorium,Rontagen, USG, dll,
g. Data Dasar
1. Data Subjektif
Data yang didapat oleh pencatat dan pasien atau keluarga dan dapat
diukur dengan menggunakan standar yang diakui.
2. Data Objektif
Data yang didapat oleh pencatat dari pemeriksaan dan dapat diukur
dengan menggunakan standar yang diakui.
2. Masalah yang sering muncul
a. PRE ANESTESI
1. Nyeri Akut
b. INTRA ANESTESI
1. Penurunan Curah Jantung
c. POST ANESTESI
1. Resiko Jatuh
A. Rencana Intervensi, Implementasi dan Evaluasi
Nama : TN. T No. CM : 00305257

Umur : 54 Tahun Dx : Jantung Koroner

Jenis kelamin : Laki-laki Ruang : IBS

Pre Anestesi

No Problem Rencana Intervensi Jam Implementasi Evaluasi Nama &


Paraf
(Masalah) Tujuan Intervensi

1 Nyeri Akut Setelah dilakukan - Observasi tanda-tanda vital 20/06 - Mengobservasi tanda – S:
tindakan anestesi selama pasien /22 tanda vital pasien Pasien mengatakan
1x3 jam diharapkan tidak - Kaji skala nyeri dengan 09.30 - mengkaji skala nyeri pasin merasa lebih nyaman
terjadi pola napas tidak (PQRST) (PQRST)
09.40 - P : Pasien mengatakan
efektif dengan kriteria - Berikan posisi nyaman pada - Memposisikan pasien
nyeri berkurang
hasil : pasien dengan posisi supine
- Ajarkan relaksasi ditraksi - Mengajarkan pasien Q : Pasien mengatakan
- Pasien mengatakan nyeri
- Kolaborasi dalam pemberian distraksi dengan tekhnik nyeri mulai ringan
berkurang
obat analgetik napas dalam R : Pasien mengatakan
- Sakala Nyeri 2-5 ( Nyeri 09.50
Nyeri di sekitar
sedang ) - Berkolaborasi dengan abdomen dan pinggang

11.05 dokter dalam pemberian berkurang


- Pasien tidak meringis
obat analgeik : fentanyl S : Sakal nyeri pasien
kesakitan
berkurang menjadi 3
- TTV dalam batas normal
T : Pada saat bergerak
:
O:
TD : 100/60-120/80
- ekspresi wajah pasien
mmHg
tidak tegang
* RR : 16-20 x/mnt
- Pasien mengatakan
* N : 60-100 x/mnt nyeri berkurang

* Suhu : 36-37o C - Skala nyeri 3

TTV : TD : 123/45
* SPO2 : 95-100 %
mmHg, RR : 20 x/mnt,
S : 36o C, N : 95 x/mnt,
SPO2 : 98 x/mnt

A:

- Masalah Teratasi

P:

- Pertahankan kondisi
pasien

Intra Anestesi

A. Rencana Intervensi, Implementasi dan Evaluasi


Nama : TN. T No. CM : 00305257

Umur : 54 Tahun Dx : Jantung Koroner

Jenis kelamin : Laki-laki Ruang : IBS

No Problem Rencana Intervensi Jam Implementasi Evaluasi Nama &


Paraf
(Masalah) Tujuan Intervensi

1 Penurunan Setelah dilakukan - Pantau tekanan darah, 20/09 - Memantau tekanan darah, S: -
curah tindakan anestesi selama sianosis status, pernafasan dan /22 sianosis status, pernafasan O:
jantung 1x3 jam diharapkan tidak status mental pasien 13.30 dan status mental pasien
- Kesadaran CM, GCS
terjadi Penurunan curah - Pantau tanda kelebihan - - Memantau tanda kelebihan 15, CRT <2detik,
jantung dengan kriteria 15.20
cairan cairan( Pembekakan pada Sinosis (-).
hasil : lengan dan kaki, sekitar area
- Evaluasi respon pasien - TTV : TD: 115/65
- Menunjukkan curah
jantung adekuat terhadap terapi oksigen perut) mmHg, N : 72x/mnt, RR

- Kolaborasi dalam pemberian - Mengevaluasi terhadap : 16x/mnt, S : 36oC


- Tidak ada nyeri dada
obat tekanan darah terapi oksigen - Tidak terjadi
- TD dalam batas normal :
- Berkolaborasi dalam pembengkakan
> 90/60 mmHg, < 140/90
pemberian obat tekanan A:
mmHg
darah Bisoprol 1x2,5 mg - Masalah teratasi
- Denyut jantung normal
P:
60-100x/menit
- Pertahankan kondisi
- Edema perifer tidak ada
pasien, lanjutkan
- Denyut perifer kuat dan intervensi
simetris

Setelah dilakukan
tindakan asuhan
2. Intoleransi keperawatan anestesi
Aktivitas selama 1x3 jam,
diharapkan pasien dapat
intoleransi terhadap
aktivitas yang biasa
dilakukan dengan kriteria
hasil:
- Pasien dapat melakukan
Aktivitas secara bertahap
de

Post Anestesi

Nama : TN. T No. CM : 00305257


Umur : 54 thn Dx : Jantung Koroner

Jenis kelamin : Laki- Laki Ruang : IBS

No Problem( Rencana Intervensi Jam Implementasi Evaluasi Nama &


Masalah) Paraf
Tujuan Intervensi

1 Resiko Setelah dilakukan - Kaji TTV pasien 15.3 - Mengkaji TTV pasien S: -
Jatuh tindakan keperawatan - Kaji bromage score 5 dalam batas normal TD: O:
anestesi selama 1x30 Wit 120/60 mmHg, N: 80x/
- Pasang penyangga pada - Pasien dalam keadaan
menit, diharapkan resiko a mnt,RR: 20x/ mnt.
pasien belum sadar pulih
jatuh dapat berkurang - Mengkaji bromage
dengan kriteria hasil : - Pasang gelang pada pasien score dengan hasil kaki - TTV pasien dalam
- Awasi pasien secara ketat saat dan tungkai dapat keadaan normal TD:
- TTV pasien dalam di recovery room
digerakkan dengan 120/60 mmHg, N: 80x/
batas normal TD: 90-
sempurna mnt,RR: 20x/ mnt,
120/60-90 mmHg, RR:
- Memasang penyangga - Penyangga bed
16-20x/ mnt, N: 60-
pada bed pasien tampak terpasang
100x/ mnt)
- Measang gelang
- Gelang resiko
- pasien dalam posisi kuning pada pasien
jatuh sudah
yang aman dan - Mengawasi pasien
terpasang
nyaman secara ketat di recovery
A:
room
- Terpasang
- Tidak ada tanda-tanda
pengaman bed pasien mengalami resiko
jatuh
- Bromage skor
P:
dengan total <1
- Pertahankan kondisi pasien

Anda mungkin juga menyukai