Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

RHABDOMYOSARCOMA A/T OROFARING

DISUSUN OLEH :

NAMA : VINDI AULIA EKA PRIYANAWATI

NPM : 1820161126

PRODI : D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MUHAMMADIYAH KUDUS
SK MENDIKNAS RI No:127/D/O/2009
Website : http://www.stikesmuhkudus.ac.idEmail : sekretariat@stikesmuhkudus.ac.id

Alamat : Jl. Ganesha I Purwosari Telp./Faks. (0291) 442993 / 437218 Kudus 59316

Tahun Ajaran 2018/2019


A. Definisi
Rabdomiosarkoma berasal dari bahasa Yunani, (rhabdo yang artinya bentuk lurik, dan
myo yang artinya otot). Rabdomiosarkoma merupakan suatu tumor ganas yang aslinya
berasal dari jaringan lunak ( soft tissue ) tubuh, termasuk disini adalah jaringan otot,
tendon dan connective tissue. Rabdomiosarkoma adalah tumor yang sangat agresif dan
cenderung berinfiltrasi di permukaan dan dalam jaringan di sekitarnya dan juga menyebar
secara limfogen dan hematogen.(Djajadiman Gatot dan Bulan G.M. 2005).Tumor ini
dapat ditemukan terutama di kepala, leher, kandung kemih, vagina, tangan, kaki, dan
batang tubuh. Rabdomiosarkoma juga dapat ditemukan pada bagian tubuh yang memiliki
sedikit atau tanpa otot serat lintang, seperti prostat, telinga bagian tengah, dan saluran
empedu.Umumnya terjadi pada anak-anak usia 1-5 tahun dan bisa ditemukan pada usia
15-19 tahun walaupun insidennya sangat jarang. Rabdomiosarkoma relatif jarang
terjadi.Dua bentuk yang sering terjadi adalah embrional rabdomiosarkoma dan alveolar
rabdomiosarkoma.
B. Etiologi
Penyebab dari Rabdomiosarkoma sendiri sampai saat ini belum jelas.Beberapa sindroma
genetik dan faktor lingkungan dikatakan berkaitan dengan peningkatan prevalensi dari
RMS. 1. Beberapa sindroma genetik yang berhubungan dengan angka kejadian RMS :
Neurofibromatosis (4-5% risk of any of a number of malignancies)  Li-Fraumeni
syndrome (germline mutation of the tumor suppressor gene TP53)  Rubinstein-Taybi
syndrome  Beckwith-Wiedemann syndrome 2. Beberapa faktor lingkungan yang diduga
berperan dengan prevalensi RMS:  Penggunaan orang tua terhadap marijuana dan
kokain  Penyinaran sinar X  Makanan dan pola makan  Sering kontak dengan sinar
matahari terutama pada anak-anak  Penggunaan alkohol sebelumnya  Kontak dengan
zat-zat karsinogen di daerah tempat bekerja khususnya pada orang dewasa
C. Manifestasi Klinis
Gejala klinik sesuai dengan tempat di mana tumor tersebut tumbuh:
1. Kepala dan leher : jika mengenai mata atau alis mata, maka dapat menyebabkan mata
menonjol, bengkak pada palpebra, atau paralisis otot-otot mata. Jika mengenai sinus,
maka dapat menyebabkan hidung tersumbat, terkadang sekret hidung berupa darah atau
nanah.Bila mengenai parameningeal, maka dapat terjadi kelumpuhan saraf kranial.
(William.W.H., Levin.M.J., Sondhimer.J.M., Deterding.R.R., 2005). Pada lokasi lain
kepala dan leher, gejala umum yang timbul adalah benjolan yang tidak sakit atau bengkak
yang cepat membesar. Rabdomiosarkoma yang terdapat dekat dengan tulang tengkorak
2. Tractus genitourinaria : sulit berkemih, hematuria, kontipasi, benjolan pada vagina,
sekret vagina yang mengandung darah, atau pembesaran salah satu scrotum namun tidak
sakit.
3. Ekstremitas dan batang tubuh : berupa benjolan dengan atau tanpa rasa sakit, lunak,
dan berwarna kemerahan. (Rudolph. A. M., 2002.)

D. Patofisiologi
Meskipun rabdomiosarkoma berasal dari sel otot skeletal, tumor ini bisa menyerang
bagian manapun dari tubuh kecuali tulang.Botrioid adalah bentuk dari embrional
rabdomiosarkoma yang berasal dari mukosa daerah yang berongga, seperti kandung
kencing, vagina, nasofaring dan telinga tengah.Lesi pada ekstremitas lebih banyak
merupakan alveolar rabdomiosarkoma.Metastasis ditemukan terutama di paru, sumsum
tulang, tulang, kelenjar limfe, payudara dan otak.Walaupun merupakan tumor yang
paling sering dijumpai pada anak-anak, etiologi dari rabdomiosarkoma tidak diketahui.
Rabdomiosarkoma diduga timbul dari mesemkim embrional yang sama dengan otot serat
lintang.
Atas dasargambaran mikroskopik cahaya, rabdomiosarkoma termasuk kelompok “tumor
sel bulat kecil”, yang meliputi sarkoma Ewing, neuroblastoma, tumor neuroektodermal
primitif dan limfoma non hodgkin. Diagnosis pasti adalah histopatologi atau perlu
ditambah pemeriksaan imunohistokimia dengan menggunakan antibody terhdap otot
skelet (desmin, aktin khas otot) dan mikroskop elektron untuk membedakan gambaran
khas.
E. Pathway
F. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi/obat-obatan
a. Golongan Alkilator Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan alkilator yaitu :
1. Siklofosfamid Sediaan : Siklofosfamid tersedia dalam bentuk kristal 100, 200, 500 mg
dan 1,2 gram untuk suntikan, dan tablet 25 dan 50 gram untuk pemberian per oral.
Indikasi : Leukemia limfositik Kronik, Penyakit Hodgkin, Limfoma non Hodgkin, Mieloma
multiple, Neuro Blastoma, Tumor Payudara, ovarium, paru, Cerviks, Testis, Jaringan
Lunak atau tumor Rabdomiosarkoma. Fungsinya yaitu menghentikan siklus hidup sel
kanker yang menyerang otot bagian tubuh manusia utamanya pada bagian otot lurik.
2. Klorambusil Sediaan : Klorambusil tersedia sebagai tablet 2 mg. Untuk leukemia
limfositik kronik, limfoma hodgkin dan non-hodgkin diberikan 1-3 mg/m2/hari sebgai
dosis tunggal (pada penyakit hodgkin mungkin diperlukan dosis 0,2 mg/kg berat badan,
sedangkan pada limfoma lain cukup 0,1 mg/kg berat badan). Indikasi : Leukimia
limfositik Kronik, Penyakit Hodgkin, dan limfoma non Hodgkin, Makroglonbulinemia
primer dan kanker. Mekanisme kerja : Klorambusil (Leukeran) merupakan mustar
nitrogen yang kerjanya paling lambat dan paling tidak toksik. Obat ini berguna untuk
pengobatan paliatif leukemia limfositik kronik dn penyakin hodgkin (stadium III dan IV),
limfoma non hodgkin, mieloma multipel makroglobulinemia primer (Waldenstrom), dan
dalam kombinasi dengan metotreksat atau daktinomisin pada karsinoma testis dan
ovarium. Fungsi obat ini yaitu sebagai obat kanker yang sudah stadium lanjut, bisa di
kategorikan obat keras yaitu obat yang mematikan perjalanan kanker ganas.
3. Prokarbazin Sediaan : Prokarbazin kapsul berisi 50 mg zat aktif. Dosis oral pada orang
dewasa : 100 mg/m2 sehari sebagai dosis tunggal atau terbagi selama minggu pertama,
diikuti pemberian 150-200 mg/m2 sehari selama 3 minggu berikutnya, kemudian
dikurangi menjadi 100 mg/m2 sehari sampai hitung leukosit dibawah 4000/m2 atau
respons maksimal dicapai. Dosis harus dikurangi pada pasien dengan gangguan hati,
ginjal dan sumsum tulang.Indikasi : Limfoma Hodgkin. Mekanisme kerja : Mekanisme
kerja belum diketahui, diduga berdasarkan alkilasis asam nukleat. Prokarbazin bersifat
non spesifik terhadap siklus sel. Indikasi primernya ialah untuk pengobatan penyakit
hodgkin stadium IIIB dan IV, terutama dalam kombinasi dengan mekloretamin, vinkristin
dan prednison (regimen MOPP). Fungsinya yaitu sebagai peluruh penyakit limfa yang
berakibat merusak pertahanan tubuh
4. Golongan Antimetabolit Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan antimetabolit
yaitu:
a. Methotrexat Sediaan : Tablet 2,5 mg, vial 5 mg/2ml, vial 50 mg/2ml, ampul 5 mg/ml,
vial 50 mg/5ml. Indikasi : Leukimia limfositik akut, kariokarsinoma, kanker payudara,
leher dan kepala, paru, buli-buli, Sarkoma osteogenik.
Mekanisme kerja : Metotreksat adalah antimetabolit folat yang menginhibisi sintesis
DNA. Metotreksat berikatan dengan dihidrofolat reduktase, menghambat
pembentukan reduksi folat dan timidilat sintetase, menghasilkan inhibisi purin dan
sintesis asam timidilat.Metotreksat bersifat spesifik untuk fase S pada siklus sel.
Mekanisme kerja metotreksat dalam artritis tidak diketahui, tapi mungkin
mempengaruhi fungsi imun.Dalam psoriasis, metotreksat diduga mempunyai kerja
mempercepat proliferasi sel epitel kulit. Fungsi obat ini yaitu sebagai pembentuk
imun agar membantu pertahanan sehingga kanker tidak merambat pada organ yang
lain dan tidak berreplika.
Terapi Medikamentosa Terapi ini dimaksudkan untuk membunuh sel-sel tumor
melalui obatobatan.Kemoterapi kanker adalah berdasarkan dari pemahaman
terhadap bagaimana sel tumor berreplikasi/bertumbuh, dan bagaimana obat-
obatan ini mempengaruhinya.Setelah sel membelah, sel memasuki periode
pertumbuhan (G1), diikuti oleh sintesis DNA (fase S).Fase berikutnya adalah fase
premiosis (G2) dan akhirnya tiba pada fase miosis sel (fase M). Obat-obat anti
neoplasma bekerja dengan menghambat proses ini. Beberapa obat spesifik pada
tahap pembelahan sel ada juga beberapa yang tidak.
2. Non Farmakologi
 Radioterapi: digunakan untuk memperkecil ukuran tumor, terutama pada kepala,
leher, dan panggul.
 Transplantasi stem cell : digunakan untuk memperbaiki sistem pembuluh darah
yang telah dirusak oleh sel kanker.
Terapi Operatif Terapi operatif pada penderita RMS bervariasi, bergantung dari
lokasi dari tumor itu.Jika memungkinkan dilakukan operasi pengangkatan tumor
tanpa menyebabkan kegagalan fungsi dari tempat lokasi tumor.Walaupun terdapat
metastase dari RMS, pengangkatan tumor primer haruslah dilakukan, jika hal itu
memungkinkan.
G. Pengkajian Fokus

Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-data yang


dikumpulkan atau dikaji meliputi

1. Identitas Pasien

Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama, suku
bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor registrasi, pekerjaan pasien, dan nama
penanggungjawab.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau
berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan Rhabdomyosarcoma a/t orofaring
didapatkan keluhan berupa sesak nafas dan nyeri

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien denganRhabdomyosarcoma a/t orofaring biasanya akan diawali dengan adanya tanda-
tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan
sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul.Apa tindakan yang telah
dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu ditanyakan apakah sebelumnya pasien pernah masuk RS dengan keluhan yang sama

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang sama

e. Riwayat Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana
perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya
3. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

a. Kaji pernafasan pasien. Keluhan yang dialami pasien dengan Rhabdomyosarcoma a/t
orofaring ialah batuk produktif/non produktif, sesak nafas, dan nyeri

b. Makan dan Minum

Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien dengan
Rhabdomyosarcoma a/t orofaring akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak
nafas dan penekanan pada struktur abdomen. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses
penyakit dan juga tidak bisa makan karena ada nya sumbatan pada jalan pencernaan. Biasanya
terpasang NGT.

c. Eliminasi

Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi sebelum dan
sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest
sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen
menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.

d. Gerak dan Aktivitas

Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan Pasien akan cepat
mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.

e. Istirahat dan tidur

Akibat sesak yang dialami dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan
rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar-mandir,
berisik dan lain sebagainya.

f. Kebersihan Diri

Kaji bagaimana toiletingnya apakah mampu dilakukan sendiri atau harus dibantu oleh orang lain.

g. Pengaturan suhu tubuh

Cek suhu tubuh pasien, normal(36°-37°C), pireksia/demam(38°-40°C), hiperpireksia=40°C<


ataupun hipertermi <35,5°C.

h. Rasa Nyaman

Observasi adanya keluhan yang mengganggu kenyamanan pasien. Nyeri dada meningkat karena
batuk berulang (skala 5) dank arena tumornya.
i. Rasa Aman

Kaji pasien apakah merasa cemas atau gelisah dengan sakit yang dialaminya

j. Sosialisasi dan Komunikasi

Observasi apakan pasien dapat berkomunikasi dengan perawat dan keluarga atau temannya.

k. Bekerja

Tanyakan pada pasien, apakan sakit yang dialaminya menyebabkan terganggunya pekerjaan
yang dijalaninya.

l. Ibadah

Ketahui agama apa yang dianut pasien, kaji berapa kali pasien sembahyang, dll.

m. Rekreasi

Observasi apakah sebelumnya pasien sering rekreasi dan sengaja meluangkan waktunya untuk
rekreasi.Tujuannya untuk mengetahui teknik yang tepat saat depresi.

n. Pengetahuan atau belajar

Seberapa besar keingintahuan pasien untuk mengatasi sesak yang dirasakan. Disinilah peran kita
untuk memberikan HE yang tepat dan membantu pasien untuk mengalihkan sesaknya dengan
metode pemberian nafas dalam

H. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d terjadinya obstruksi
2. Pola nafas tidak efektif b.d sulit benafas

I. Intervensi Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d terjadinya obstruksi
Tujuan &Kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x5 menit, masalah ketidakefektifan
jalan napas baik dan kembali normal
 Tidak ada suara nafas tambahan (rhonki, wheezing)
 Ekspansi dada maksimal (pernafasan dalam) dan simetris
 RR=12x20x/ menit
Intervensi
1. Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi nafas, misalnya : krekels,
mengi.
2. Bantu pasien latihan nafas sering. Tunjukkan / Bantu pasien mempelajari melakukan batuk, missal
menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.
3. Pengisapan sesuai indikasi.

2. Pola nafas tidak efektif b.d sulit benafas


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x15 menit, pasien
menunjukkan keefektifan pola nafas

Kriteria hasil :
 Ekspansi dada maksimal
 Tidak ada perubahan ekskursi dada
 RR=12- 20x/menit
Intervensi
1. Auskultrasi bunyi napas dan catat adanya bunyi nafas adventisius
2. Observasi pola batuk dan karakter sekret
3. Dorong pasien dalam nafas dalam dan latihan batuk
4. Berikan oksigen tambahan.
DAFTAR FUSTAKA
Carola A.S. Arndt. 2011. Rhabdomyosarcama. In: Kliegman.R.M., Behrman.R.E.,
Jenson.H.B., Stanton.B.F., ed. Nelson Textbook of Pediatrics. Philadelphia:
Elsevier Saunders. p. 2144-2145.
Couturier J . Soft tissue tumors: Rhabdomyosarcoma. Atlas Genet Cytogenet Oncol
Haematol. March 1998 .
Crist WM. Sarkoma Jaringan Lunak. Dalam: Nelson WE(eds). Ilmu Kesehatan Anak.
Edisi ke-15. Jakarta: EGC, 2004.1786-1789.
Djajadiman Gatot dan Bulan G.M. 2015.Rabdomiosarkoma. Dalam: Buku Ajar
Hematologi-Onkologi Anak. Editor: Bambdang Permono, d.k.k.Jakarta : Badan
Penerbit IDAI. Halaman 270-272.
Harry Raspati, Lalani Reniarati, Susi Susanah. 2015. Bab 9. Hemato-
Onkologi.Rabdomiosarkoma.Dalam: Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Kesehatan Anak. edisi ke 3. Editor: Herry Garna dan Heda Melinda.Bandung :
Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. RS. Dr.
Hasan Sadikin. Halaman 504-506.
Robbins, Cotran, Kumar. Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC, 1999.761-762.
William.W.H., Levin.M.J., Sondhimer.J.M., Deterding.R.R., 2005.
Rahbdomyosarcoma. In: Lange Current Pediatric Diagnosis and
Treatment.17nd edition. USA: McGraw Hill Companies. p.934-935.

Anda mungkin juga menyukai