Anda di halaman 1dari 42

Askep anak dengan

Rabdomiosarkoma
Rika H
Pengertian
• Rhabdomiosarkoma adalah  suatu penyakit
tumor ganas yang aslinya berasal dari jaringan
lunak ( soft tissue ) tubuh, termasuk jaringan
otot, tendon dan connective tissue.
• Merupakan keganasan yang sering didapatkan
pada anak-anak dengan umur rata-rata 6
tahun. Ditandai dengan tampak adanya massa
tumor, tumor ini dapat tumbuh dimana saja di
dalam tubuh
• Umumnya terjadi pada anak-anak usia 1-5
tahun dan bisa ditemukan pada usia 15-19
tahun
• walaupun insidennya sangat jarang,
Rabdomiosarkoma relatif jarang terjadi.
• Dua bentuk yang sering terjadi adalah
embrional rabdomiosarkoma dan alveolar
rabdomiosarkoma.
• Lokasi paling sering terdapatnya
rabdomiosarkoma:
- Kepala dan leher : 35-40%
- Vesica urinaria : 20%
- Otot, ekstremitas, thoraks dan abdomen :
15-20% (thoraks terbanyak).
Etiologi
• Sampai saat ini belum diketahui secara jelas.
• Kemungkinan ada indikasi faktor genetik tampaknya mempunyai
peranan penting pada penyebab setidaknya untuk beberapa jenis
sarcoma pada anak.
• Angka kejadian kelainan bawaan meningkat terutama yang
melibatkan saluran kemih, kelamin, dan susunan saraf pusat
dihubungkan dengan rhabdomyosarkoma.
• Diduga berhubungan dengan kelainan kongenital.
Rabdomiosarkoma mulai tumbuh ketika manusia masih berupa
janin.
• Rabdomioblast adalah sel pada stadium awal yang tumbuh pada
bayi yang belum dilahirkan (janin).
• Pada anak-anak yang menderita embrional
rabdomiosarkoma, biasanya memiliki kelainan
kromosom 11.
• Pada alveolar rabdomiosarkoma, terdapat
perubahan susunan kromosom antara
kromosom 2 dan 13. Perubahan susunan ini
menyebabkan perubahan posisi dan fungsi
gen, yang akan menyebabkan penyatuan gen
yang dinamakan fusion transcript.
Faktor Predisposisi
• Kelainan kongenital.
• Sindrom yang jarang seperti Beckwith-Wiedemann
Syndrome dan Recklinghausen syndrome.
• Kelainan yang diturunkan dalam pembentukan
tumor (autosom dominan, kromosom 17).
• Li-Fraumeni Syndrome
• Neurofibromatosis type 1 (NF 1)
• Costello syndrome.
Patofisiologi
• Proses alami dari kebanyakan tumor ganas
dapat dibagi atas 4 fase yaitu:
a. Perubahan ganas pada sel-sel target,
disebut sebagai transformasi.
b. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
c. Invasi Lokal.
d. Metastasis Jauh.
Staging TNM (tumor, nodul, metastase)
• Tumor :
T0 : tidak teraba tumor
T1 : tumor <5 cm
T2 : tumor >5cm
T3 : tumor telah melakukan invasi ke tulang, pembuluh darah dan saraf
• Nodul :
No : tidak ditemukan keterlibatan kelenjar regional
N1 : ditemukan keterlibatan kelenjar regional
 
• Metastasis :
Mo : tidak terdapat metastasis jauh
M1 : terdapat metastasis jauh
Rhabdomyosarcoma Staging System
• Stage 1 : lokasi pada orbita, kepala dan atau
leher (bukan parameningeal) meluas ke traktus
urinarius (bukan kandung kemih atau prostat)
• Stage 2 : lokasi lain, No atau Nx
• Stage 3 : lokasi lain, N1 jika tumor <5 cm atau
No atau Nx jika tumor >5 cm
• Stage 4 : lokasi apapun dan terdapat metastasis
jauh
Tanda dan gejala
• Gejala berbeda antara satu dgn yg lain, tergantung lokasi tumor
• jika tumor terletak pada jaringan otot yang dalam pada perut
yang paling sering adalah :
a. Massa dari rabdomyosarkoma yang dapat dilihat dan
dirasakan, bisa dirasakan nyeri maupun tidak.
b. Perdarahan pada hidung, vagina, rectum, atau mulut dapat
terjadi jika tumor terletak pada area ini.
c. Rasa geli, nyeri serta pergerakan dapat terjadi jika tumor
menekan saraf pada area yang terkena.
d. Penonjolan serta kelopak mata yang layu, dapat
mengindikasikan suatu tumor dibelakang area ini.
Pemeriksaan penunjang
• Darah lengkap
• Faal hati dan ginjal
• Elektrolit serum
• Kalsium, magnesium, asam urat
• Fungsi pembekuan darah
• Aspirasi sumsum tulang
• Rontgen, USG dan CT scan, MRI
• Biopsi
Penatalaksanaan
• Pembedahan
• Radioterapi
• Transplantasi stem cell
• Terapi lain spt: biological terapi dan
angiogenesis inhibitor
• Kemoterapi
Prognosis
• Diantara penderita dengan tumor yang dapat
direseksi, 80-90% mendapatkan ketahanan hidup
bebas penyakit yang lama.
• Kira-kira 60% penderita dengan tumor reginal yang
direseksi tidak total juga mendapatkan ketahanan
hidup bebas penyakit jangka panjang.
• Penderita dengan penyakit menyebar mempunyai
prognosis buruk. Kira-kira 50% mencapai remisi dan
kurang dari 50% dari jumlah ini mengalami
kesembuhan.
Prognosis tergantung pada  :
a. Staging dari penyakit
b. Lokasi serta besar dari tumor.
c. Ada atau tidaknya metastase.
d. Respon tumor terhadap terapi.
e. Umur serta kondisi kesehatan dari penderita.
f.  Toleransi penderita terhadap pengobatan,
prosedur terapi.
g. Penemuan pengobatan yang terbaru.
Askep Rabdomiosarkoma
• A. DATA DASAR PENGKAJIAN KLIEN
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala: Kelemahan dan/atau keletihan
Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur
pada malam hari; adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur, misalnya nyeri, ansietas,
berkeringat malam.
Keterbatasan partisipasi dalam hobby, latihan.
Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen
lingkungan, tingkat stress tinggi.
• 2. Sirkulasi
Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.
Kebiasaan: Perubahan pada tekanan darah.

• 3. Integritas Ego
Gejala: Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan
cara mengatasi stress (misalnya merokok, minum alkohol, menunda
mencari pengobatan, keyakinan religius/spiritual).
Masalah tentang perubahan dalam penampilan, misalnya alopesia,
lesi cacat, pembedahan.
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak
mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan control, depresi.
Tanda: Menyangkal, menarik diri, marah.
• 4. Eliminasi
Gejala: Perubahan pada pola defekasi, misalnya darah pada feses, nyeri
pada defekasi.
Perubahan eliminasi urinarius, misalnya nyeri atau rasa terbakar pada saat
berkemih, hematuri, sering berkemih.
Tanda: Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.

• 5. Makanan/Cairan
Gejala: Kebiasaan diet buruk (misalnya rendah serat, tinggi lemak, adiktif,
bahan pengawet).
Anoreksia, mual/muntah.
Intoleransi makanan.
Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan, kakeksia,
berkurangnya massa otot.
Tanda: Perubahan pada kelembaban/turgor kulit; edema.
• 6. Neurosensori
Gejala: Pusing; sinkope.

• 7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi, misalnya
ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan
dengan proses penyakit).

• 8. Pernapasan
Gejala: Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan
seseorang yang merokok)
Pemajanan asbes.
• 9. Keamanan
Gajala: Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen.
Pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda: Demam. Ruam kulit, ulserasi.

• 10. Seksualitas
Gejala: Masalah seksualitas, misalnya dampak pada hubungan,
perubahan pada tingkat kepuasan.
Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun.
Multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini.
Herpes genital.
• 11. Interaksi Sosial
Gejala: Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung.
Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah,
dukungan, atau bantuan).
Masalah rentang fungsi/tanggung jawab peran.

• 12. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala: Riwayat kanker pada keluarga, misalnya ibu atau bibi
dengan kanker payudara.
Sisi primer: penyakit primer dalam rumah tangga
ditemukan/didiagnosis.
Penyakit metastatik: sisi tambahan yang terlibat; bila tidak ada,
riwayat alamiah dari primer akan memberikan informasi penting
untuk mencari metastatik.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes, seleksi tergantung riwayat, manifestasi klinis, dan
indeks kecurigaan untuk kanker tertentu.
2. Scan (misalnya MRI, CT, gallium) dan ultrasound:
dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi
metastatik, dan evaluasi respon pada pengobatan.
3. Biopsy (aspirasi, eksisi, jarum, melubangi): dilakukan
untuk diagnostik banding dan menggambarkan
pengobatan dan dapat dilakukan melalui sumsum
tulang, kulit, organ, dan sebagainya.
4. Penanda tumor (zat yang dihasilkan dan disekresi oleh sel
tumor dan ditemukan dalam serum, misalnya CEA, antigen
spesifik prostat, α-fetoprotein, HCG, asam fosfat prostat,
kalsitonin, antigen onkofetal pancreas, CA 15-3, CA 19-9, CA
125 dan sebagainya): dapat membantu dalam mendiagnosis
kanker tetapi lebih bermanfaat sebagai prognostic dan/atau
monitor terapeutik.
5. Tes kimia skrining, misalnya elektrolit (natrium, kalium,
kalsium); tes ginjal (BUN/Cr); tes hepar (bilirubin, AST/SGOT
alkalin fosfat, LDH); tes tulang (alkalin fosfat, kalsium)
6. JDL dengan diferensial dan trombosit: dapat menunjukan
anemia, perubahan SDM dan SDP; trombosit berkurang atau
meningkat.
7. Sinar x dada: menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.
Prioritas Keperawatan
1. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2. Meningkatkan kenyamanan.
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4. Mencegah komplikasi.
5. Memberikan informasi tentang
proses/kondisi penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan.
Tujuan Pemulangan
1. Pasien menerima situasi dengan realistis.
2. Nyeri hilang/terkontrol.
3. Homeostatis dicapai.
4. Komplikasi dicegah/dikurangi.
5. Proses/kondisi penyakit, prognosis, pilihan
terapeutik dan aturan dipahami.
DIAGNOSA KEPERAWATAN & INTERVENSI

1. Cemas/takut berhubungan dengan situasi krisis


(kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi,
peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan
kematian, pemisahan dengan keluarga.
a. Tujuan:
1) Klien dapat mengurangi rasa cemasnya.
2) Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
3) Menunjukkan koping yang efektif serta mampu
berpartisipasi dalam pengobatan.
b. Intervensi:
1) Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang
dideritanya.
2) Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.
3) Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah,
takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi
yang sesuai.
4) Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien
mempersiapkan diri dalam pengobatan.
5) Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial,
ketidak berdayaa.
6) Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system.
7) Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
8) Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan
wajar.
c. Rasional:
1) Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan
dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi.
2) Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses
penyakitnya.
3) Dapat menurunkan kecemasan klien.
4) Membantu klien dalam memahami kebutuhan pengobatan dan efek
samping.
5) Mengetahui dan menggali pola koping klien serta
mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan
dalam mengatasi kecemasan.
6) Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga.
7) Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/istirahat.
8) Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-
benar di tolong.
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit
(penekanan/ kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem
suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek
samping terapi kanker.
a. Tujuan:
1) Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
2) Melaporkan nyeri yang dialaminya
3) Mengikuti program pengobatan
4) Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan
rasa nyeri melalui aktivitas yang mungkin
b. intervensi:
1) Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas
2) Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi,
ajarkan klien dan keluarga tentang cara menghadapinya
3) Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan
seperti mendengarkan musik atau nonton TV
4) Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi,
visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.
5) Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu.
c. Kolaboratif:
6) Diskusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan klien.
7) Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone,
narkotik dll.
d. Rasional:
1) Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan
asuhan.
2) Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak,
atau malah menyebabkan komplikasi.
3) Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan
perhatian klien dari rasa nyeri.
4) Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan
menurunkan stress dan ansietas.
5) Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri
dan sampai sejauhmana klien mampu menahannya serta untuk
mengetahui kebutuhan klien akan obat-obatan anti nyeri.
6) Agar terapi yang diberikan tepat sasaran.
7) Untuk mengatasi nyeri.
3. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan
dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker,
konsekuensi kemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia,
iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional
distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri.
a. Tujuan:
1) Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal
dan tidak ada tanda malnutrisi
2) Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang
adekuat
3) Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang
berhubungan dengan penyakitnya
b. Intervensi:
1) Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan
kebutuhannya.
2) Timbang berat badan, ukuran triceps dan amati penurunan berat badan.
3) Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar
parotis.
4) Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan
intake cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk klien.
5) Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan
makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas.
6) Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama
teman atau keluarga.
7) Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate sebelum makan.
8) Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami
klien.
• c. Kolaboratif:
9) Amati laboraturium seperti total limposit, serum transferin,
albumin.
10) Berikan pengobatan sesuai indikasi.
Phenotiazine, antidopaminergik, corticosteroids, vitamin khususnya A,
D, E dan B6, antacid.
11) Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan secara
enteral, imbangi dengan infus.
d. Rasional:
1) Memberikan informasi tentang status gizi klien.
2) Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan berat
badan klien.
3) Menunjukkan keadaan gizi klien sangat buruk.
4) Kalori merupakan sumber energi
5) Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang
menyebabkan penurunan nafsu makan serta mengurangi stimulus
berbahaya yang dapat meningkatkan ansietas.
6) Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri.
7) Untuk menimbulkan perasaan ingin makan/membangkitkan selera.
8) Agar dapat diatasi secara bersama-sama (ahli gizi, perawat dan klien).
9) Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan nutrisi sebagai
akibat perjalanan penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap klien.
10) Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping,
meningkatkan status kesehatan klien.
11) Mempermudah intake makanan/minuman dengan hasil yang
maksimal dan sesuai kebutuhan.
4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi,
misinterpretasi, keterbatasan kognitif.
a. Tujuan:
1) Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan
pengobatan pada tingkatan siap.
2) Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang
alasan mengikuti prosedur tersebut.
3) Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan
berpartisipasi dalam pengobatan.
4) Bekerjasama dengan pemberi informasi.
• b. Intervensi:
1) Review pengertian klien dan keluarga tentang diagnosa, pengobatan
dan akibatnya.
2) Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatannya, ceritakan
pada klien tentang pengalaman klien lain yang menderita kanker.
3) Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara
spesifik, hindarkan informasi yang tidak diperlukan.
4) Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum mengikuti prosedur
pengobatan, therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada klien.
5) Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi
miskonsepsi tentang penyakitnya.
6) Review klien /keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal.
7) Anjurkan klien untuk mengkaji membran mukosa mulutnya secara
rutin, perhatikan adanya eritema, ulcerasi.
8) Anjurkan klien memelihara kebersihan kulit dan rambut.
c. Rasional:
1) Menghindari adanya duplikasi dan pengulangan terhadap
pengetahuan klien.
2) Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan persepsi
dan konsepsi serta kesalahan pengertian.
3) Membantu klien dalam memahami proses penyakit.
4) Membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan
pengobatan.
5) Mengetahui sampai sejauhmana pemahaman klien dan keluarga
mengenai penyakit klien.
6) Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai nutrisi yang
adekuat.
7) Mengkaji perkembangan proses-proses penyembuhan dan tanda-
tanda infeksi serta masalah dengan kesehatan mulut yang dapat
mempengaruhi intake makanan dan minuman.
8) Meningkatkan integritas kulit dan kepala.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi),
malnutrisi, prosedur invasif.
a. Tujuan:
1) Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan
pencegahan infeksi.
2) Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka
berlangsung normal.

b. Intervensi:
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan. Batasi
pengunjung.
2) Jaga personal hygine klien dengan baik.
3) Monitor temperatur.
4) Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi.
5) Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur.

c. Kolaboratif:
6) Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets.
7) Berikan antibiotik bila diindikasikan.
d. Rasional:
1) Mencegah terjadinya infeksi silang.
2) Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup.
3) Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi.
4) Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi.
5) Mencegah terjadinya infeksi.
6) Segera dapat diketahui apabila terjadi infeksi.
7) Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang diberikan dapat
mengatasi organisme penyebab infeksi.
6. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan
kemotherapi, defisit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
a. Tujuan:
1) Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan
kondisi spesifik
2) Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan
penyembuhan

b. Intervensi:
1) Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping therapi
kanker, amati penyembuhan luka.
2) Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal.
3) Ubah posisi klien secara teratur.
4) Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian cream
kulit, minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter.
• Rasional:
a. Memberikan informasi untuk perencanaan
asuhan dan mengembangkan identifikasi awal
terhadap perubahan integritas kulit.
b. Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan
infeksi.
c. Menghindari penekanan yang terus menerus
pada suatu daerah tertentu.
d. Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan
produk yang kontra indikatif.

Anda mungkin juga menyukai