PEMBAHASAN
Titik Meridian adalah jalur yang sangat penting dalam tubuh manusia
sebagai tempat mengalir Chi. Chi mengalir dalam tubuh manusia
memberikan energi vital untuk organtubuh agar organ-organ tubuh dapat
berfungsi dengan baik.Maka sangat penting untuk memastikan bahwa Chi
dapat mengalir dengan bebas untuk memastikan bahwa struktur dan fungsi
organ tubuh bagian dalam bekerja dengan efektif (Hadibroto dkk, 2006).
Jarum ditusukkan ke titik meridian untuk mempengaruhi Chi yang
mengalir ke organ tubuh bagian dalam, untuk meningkatkan struktur dan
fungsi mereka. Jarum juga dapat digunakan untuk daerah tertentu yang
terasa sakit yang mungkin berhubungan dengan masalah dalam tubuh,
seperti cedera akibat olahraga. Sebagai contoh, sebuah jarum ditusukkan ke
daerah tendon yang tertarik atau otot yang kelelahan akan meningkatkan
aliran Chi ke area tersebut. Yang akan menghilangkan rasa sakit dan
mempercepat proses penyembuhan (Hadibroto dkk, 2006).
b. Ayuverda
AYURVEDA atau AYURVEDIC adalah suatu pengobatan kuno yang
berasal dari India yang meliputi seluruh aspek gaya hidup. Kata Ayurveda
berasal dari bahasaSansekerta yang berarti ayur – hidup , dan veda -
pengetahuan , atau secara harafiah berarti pengetahuan tentang kehidupan.
Merupakan salah satu metode pengobatan tertuayang pernah dicatat dan
masih digunakan hingga saat ini. AYURVEDA atau pengobatan
penyembuhan kuno India merupakan systempengobatan holistic tertua di
dunia. Pengobatan Ayurveda pertama kali dipeloporiDhanvantari sekitar
1.500 Sebelum Masehi. Namun, baru sekitar tahun 200 SebelumMasehi,
pengobatan Ayurveda ditampilkan dalam bentuk tertulis dan menyeluruh
(Hadibroto dkk, 2006).
c. Hipnoterapi
Hipnosis didefinisikan sebagai suatu kondisi pikiran dimana
fungsi analitis logis pikiran direduksi sehingga memungkinkan individu
masuk ke dalam kondisi bawah sadar (sub-conscious/unconcious), di mana
tersimpan beragam potensi internal yang dapat dimanfaatkan untuk lebih
meningkatkan kualitas hidup. Individu yang berada pada kondisi
“hypnotic trance” lebih terbuka terhadap sugesti dan dapat dinetralkan dari
berbagai rasa takut berlebih (phobia), trauma ataupun rasa sakit. Individu
yang mengalami hipnosis masih dapat menyadari apa yang terjadi di
sekitarnya berikut dengan berbagai stimulus yang diberikan oleh terapis
(Az- Zahrani, 2005).
Terapi hypnosis (hypnotherapy) kini merupakan fenomena ilmiah,
namun hingga kini masih belum terdapat definisi yang jelas, bagaimana
sebenarnya mekanisme kerja hypnotherapy. Beberapa ilmuwan
berspekulasi bahwa hipnotherapi menstimulir otak untuk
melepaskan neurotransmiter, zat kimia yang terdapat di
otak,encephalin dan endhorphin yang berfungsi untuk
meningkatkan mood sehingga dapat mengubah penerimaan individu
terhadap sakit atau gejala fisik lainnya (Az- Zahrani, 2005).
Hypnosis secara perlahan telah menunjukkan keberadaannya seiring
dengan semakin meningkatnya penerimaan pada dunia medis. Hypnosis
banyak digunakan dibidang seperti pengobatan dan olahraga untuk
mengubah mekanisme otak manusia dalam menginterprestasikan
pengalaman dan menghasilkan perubahan pada persepsi dan tingkah laku.
Aplikasi hypnosis untuk tujuan perbaikan (therapeutic) dikenal sebagai
hypnotherapy (Az- Zahrani, 2005).
Hipnotherapi telah terbukti memiliki beragam kegunaan untuk
mengatasi berbagai permasalahan yang berkenaan dengan emosi dan
perilaku. Bahkan beberapa kasus medis serius seperti kanker dan serangan
jantung, hipnotherapi mempercepat pemulihan kondisi seorang penderita.
Hal ini sangat dimungkinkan karena hipnotherapi diarahkan untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan memprogram ulang penyikapan
individu terhadap penyakit yang dideritanya (Az- Zahrani, 2005).
Hypnosis sangat berguna dalam mengatasi beragam kasus berkenaan
dengan kecemasan, ketegangan, depresi, phobia dan dapat membantu untuk
menghilangkan kebiasaan buruk seperti ketergantungan pada rokok,
alkohol dan obat-obatan. Dengan memberi sugesti, seseorang terapis dapat
membangun berbagai kondisi emosional positif berkenaan dengan menjadi
seorang bukan perokok dan penolakan terhadap rasa ataupun aroma rokok
(Az- Zahrani, 2005).
Khusus untuk phobia, hypnotherapy digunakan untuk mereduksi
kecemasan yang mengambil alih kontrol individu atas dirinya. Hal ini
dapat diwujudkan dengan menciptakan suatu gambaran nyata tentang
kondisi yang menyebabkan phobia namun individu tetap dalam kondisi
relax, sehingga membantu mereka untuk menyesuaikan ulang reaksi
mereka pada kondisi yang menyebabkan phobia menjadi normal dan
respon yang lebih tenang (Az- Zahrani, 2005).
Hypnotherapy dapat digunakan untuk membawa orang mundur ke
masa lampau atau Regresi kehidupan masa lalu untuk mengobati trauma
dengan memberikan kesempatan untuk mengubah “fokus” perhatian.
Hypnotherapy juga dapat digunakan untuk meningkatkan optimalitas
pembelajaran. Berkaitan dengan pembelajaran, hypnotherapy dapat
aplikasikan untuk meningkatkan daya ingat, kreativitas, fokus, merubuhkan
tembok batasan mental (self limiting mental block) dan lainnya (Az-
Zahrani, 2005).
d. Herbalisme Medis
Herbalisme medis- penggunaan obat dari tumbuhan untuk pencegahan
dan pengobatan penyakit- memiliki sejarah sepanjang sejarah umat
manusia. Di inggris, metode ini memiliki dasar sejarah yang sebagian
dalam model Galenis “cairan tubuh” ( darah, empedu hitam, empedu
kuning lender),”temperamen”-nya (misalnya panas, dingin, lembab), dan
kepercayaan bahwa penyakit disebabkan oleh ketidakseimbangan cairan-
cairan ini. Herba digunakan untuk memperbaiki ketidakseimbangan ini dan
serig digambarkan sebagai, misalnya,”pemanas”, atau”pendingin”, seperti
peppermint, akan digunakan untuk mengobati kondisi-kondisi “panas”
seperti demam. Di inggris, herbalisme jugadi ambil dari tradisi-tradisi lain,
misalnya penggunaan herba di Amerika utara oleh Samuel Thomson,
meskipun Thomson sendiri pada awalnya di pengaruhi oleh herbalisme di
Eropa (Heinrich et al., 2009).
e. Hemeopati
1. Tubuh fisik
2. Tubuh eterik, atau daya hidup
3. Tubuh astral, atau sadar dan waspada
4. Tubuh spiritual , atau sadar-atau diri atau ego
Dan memandang manusia terbentuk atas tiga sistem fungsi (Heinrich et al.,
2009) :
1) Sistem `saraf-indera` (kepala dan tulang belakang), berfokus pada
proses-proses `pendinginan` ( misalnya perkembangan artritis).
2) Sistem `reproduktif-metabolisme`, meliputi bagian-bagian tubuh yang
bergerak konstan (misalnya anggota-anggota gerak dan sistem
pencernaan) dan yang berfokus pada proses-proses menghangatkan
dan melembutkan (misalnya demam).
3) Sistem ‘ritmik’ (jantung, paru dan peredaran darah), yang
menyeimbangkan kedua sistem lainnya.
Praktisi antroposofis bertujuan untuk memahami penyakit dalam
terminology bagaimana keempat ‘tubuh’ dalam sistem fungsional
berinteraksi satu sama lain. Pendekatan antroposofis terhadap pelanyanan
kesehatan adalah salah satu pendekatan holistic, yang bertujuan untuk
mengobati orang secara menyeluruh, bukan penyakit atau gejalanya saja.
Diagnosis melibatkan beberapa cara kovensional, seperti penelusuran
riwayat, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium, tetapi juga kisah
hidup dan latar belakang social pasien, dan bahkan bentuk tubuh, gerakan,
perilaku social dan acara ekspresi artistik. Praktisi antroposofis dapat
menggunakan berbagai terapi, termasuk diet, gerakan terapeutik (euritmi)
terapi artistik, dan pijat, serta obat-obat antroposofis dalam suatu program
terapi yang terpadu (Heinrich et al., 2009).
Obat-obat antroposofis digunakan sebagai salah satu pendekatan
terapeutik, di bawah pengawasan medis, untuk beberapa kondisi serius,
termasuk pengobatan penunjang kanker. Ada juga berbagai obat bebas
(baik obat yang umum dijual maupun yang hanya dijual di apotek) yang
digunakan untuk meredakan gejala pada kondisi yang dapat di obati dengan
obat-obat bebas, seperti gangguan pencernaan, konstipasi, batuk, pilek,
radang tenggorokkan, radang selaput lendir, sulit tidur, nyeri otot, dan
kondisi kulit tertentu (Heinrich et al., 2009).
Obat-obat antroposofis terutama berasal dari tumbuhan dan mineral,
seperti kalsium, besi, dan lembaga. Banyak produk merupakan kombinasi
bahan-bahan herbal, dan beberapa produk mengandung bahan herbal
maupun mineral. Bahan-bahan herbal dan mineral biasanya ditulis dengan
nama binomial latin bersama dengan bagian tumbuhan untuk herba.
Misalnya (Heinrich et al., 2009) :
1) Aconitum napellus, planta tota (= aconite, seluruh tumbuhan)
2) Natrium carbonicum (= natrium karbonat)
1) Penambahan minyak atsiri ke dalam air mandi dan air untuk mencuci
kaki (air harus diaduk dengan kuat untuk membantu disperse).
2) Dihirup
3) Kompres
4) Digunakan dalam peralatan aromaterapi (misalnya alat pembakar dan
penguap).
Beberapa praktisi menganjurkn penggunaan minyak atsiri secara oral,
yang disebut ‘aromatologi’. Namun minyak atsiri tidak boleh digunakan
untuk pemakaian internal tanpa pengawasan medis. Beberapa aromatis juga
menyatakan bahwa minyak atsiri dapat diberikan malalui vagina (misalnya,
melalui tampon atau douche) atau secara rektal, tetapi pemberian melalui
rute-rute ini dapat menyebabkan iritasi membran dan tidak dianjurkan
(Heinrich et al., 2009).
Biasanya, minyak atsiri mengandung sekitar 100 atau lebih kandungan
kimia, kebanyakan terdapat pada konsentrasi dibawah 1%, meskipun
beberapa kandungan terdapat pada konsentrasi yang jauh lebih rendah.
Beberapa minyak atsiri mengandung satu atau dua kandungan utama, serta
sifat-sifat terapeutik dan toksikologis minyak tersebut sebagian besar
dimiliki oleh kandungan kimia tersebut. Namun, kandungan-kandungan lain
yang terdapat pada konsentrasi rendah mingkin penting. Komposisi suatu
minyak atsiri akan bervariasi tergantung pada lingkungan dan kondisi
pertumbuhan tumbuhan tersebut, bagian tumbuhan yang digunakan, serta
pada metode panen, ekstraksi, dan penyimpanan (Heinrich et al., 2009).
Berbagai jenis obat bunga banyak tersedia untuk dipilih sendiri dan
terapi mandiri.Selain itu beberapa orang menjalani pelatihan untuk menjadi
praktisi pengobatan dengan bunga; hal ini meliputu beberapa professional
pelayanan kesehatan, seperti beberapa dokter umum, yang menggunakan
obat-obatan bunga beserta praktik medis konvensional yang mereka
lakukan setiap hari (Heinrich et al., 2009).
Obat-obat bunga Bach disiapkan dari tingtur induk yang dibuat dari
bahan-bahan tumbuhan dan mata air alami dengan menggunakan suatu
metode infus (penjemuran) atau metode ‘pendidihan’.Obat-obat bunga
biasanya digunakan secara oral (2-4 tetes ditambahkan pada air dingin dan
diminum sedikit-sedikit), meskipun pada beberapa kasus, tetesan dapat
diteteskan langsung dibawah lidah dan bahkan pada pergelangan tangan
atau pelipis. Obat penyelamat juda tersedia dalam bentuk krim untuk
penggunaan luar (Heinrich et al., 2009).
Pasangan usia subur (PUS) berkisar antara usia 20-45 tahun dimana
pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal
terlebih organ reproduksinya.
Pasangan usia subur (PUS) berkisar antara usia 20-45 tahun dimana
pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal
terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik.
Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga dan memanfaatkan
kesehatan reproduksinya yaitu menekan angka kelahiran dengan metode
keluarga berencana, sehingga jumlah dan interval kehamilan dapat
diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas generasi
yang akan datang.
Pasangan Usia Subur (PUS) yang isterinya di bawah usia 20 tahun adalah
suatu keadaan pasangan suami istri yang isterinya masih di bawah usia 20 tahun
yang dapat menyebabkan resiko tinggi bagi seorang ibu yang melahirkan dan
anak yang dilahirkan.
Etiologi
Anemi defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya
masukan besi, gangguan absorsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan
menahun.
1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat berasal dari :
2. Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau
kualitas besi (bioavailabilitasa) besi yang tidak baik (makanan banyak
serat, rendah vit C, dan rendah daging).
b. Infertilitas
“Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan
suami istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan
hubungan seksual sebanyak 2—3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun
dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun”
(Djuwantono,2008). Sedangkan Baradero, dkk (2006) menjelaskan bahwa
“Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun.”
Maka dapat disimpulkan bahwa Infertilitas berarti tidak terjadinya fertilisasi
(Pembuahan ) pada organ reproduksi wanita, yaitu tidak terjadinya proses
peleburan antara satu sel sperma dan satu sel ovum yang sudah matang.
Faktor resiko
1. Pada Wanita
a. Gangguan organ reproduksi
Gangguan ovulasi Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena
ketidakseimbangan hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi
hormone FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap
ovulasi. Hambatan ini dapat terjadi karena adanya tumor cranial,
stress, dan pengguna obat-obatan yang menyebabkan terjadinya
disfungsi hiotalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi
kedua hormone ini, Maka folikel mengalami hambatan untuk
matang dan berakhir pada gangguan ovulasi.
b. Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami
kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi.
Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak
berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak dapat berkembang dan
terjadilah abortus.
c. Endometriosis
Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya
berada di lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak
dan tumbuh di tempat lain. Endometriosis bisa terletak di lapisan
tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut juga
adenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran telur,
atau bahkan dalam rongga perut. Gejala umum penyakit
endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul
terutama pada saat haid dan berhubungan intim, serta tentu saja
infertilitas.
d. Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka
tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing.
Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
e. Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat
kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian
tubuh termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi
kesuburan.
2. Pada Pria
Dari sisi pria, penyebab infertilitas yang paling umum terjadi adalah:
a. Bentuk dan gerakan sperma yang tidak sempurna Sperma harus
berbentuk sempurna serta dapat bergerak cepat dan akurat menuju
ke telur agar dapat terjadi pembuahan. Bila bentuk dan struktur
(morfologi) sperma tidak normal atau gerakannya (motilitas) tidak
sempurna sperma tidak dapat mencapai atau menembus sel telur.
b. Konsentrasi sperma rendah Konsentrasi sperma yang normal adalah
20 juta sperma/ml semen atau lebih. Bila 10 juta/ml atau kurang
maka menujukkan konsentrasi yang rendah (kurang subur).
Hitungan 40 juta sperma/ml atau lebih berarti sangat subur. Jarang
sekali ada pria yang sama sekali tidak memproduksi sperma.
Kurangnya konsentrasi sperma ini dapat disebabkan oleh testis yang
kepanasan (misalnya karena selalu memakai celana ketat), terlalu
sering berejakulasi (hiperseks), merokok, alkohol dan kelelahan.
c. Tidak ada semen
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju
vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada
ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau
kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.
d. Varikosel (varicocele)
Varikosel adalah varises atau pelebaran pembuluh darah vena yang
berhubungan dengan testis. Sebagaimana diketahui, testis adalah
tempat produksi dan penyimpanan sperma. Varises yang disebabkan
kerusakan pada sistem katup pembuluh darah tersebut membuat
pembuluh darah melebar dan mengumpulkan darah. Akibatnya,
fungsi testis memproduksi dan menyalurkan sperma terganggu.
e. Testis tidak turun
Testis gagal turun adalah kelainan bawaan sejak lahir, terjadi saat
salah satu atau kedua buah pelir tetap berada di perut dan tidak turun
ke kantong skrotum. Karena suhu yang lebih tinggi dibandingkan
suhu pada skrotum, produksi sperma mungkin terganggu.
f. Kekurangan hormon testosteron
Kekurangan hormon ini dapat memengaruhi kemampuan testis
dalam memproduksi sperma.
g. Kelainan genetic
Dalam kelainan genetik yang disebut sindroma Klinefelter, seorang
pria memiliki dua.
h. Infeksi Infeksi dapat memengaruhi motilitas sperma untuk
sementara. Penyakit menular seksual seperti klamidia dan gonore
sering menyebabkan infertilitas karena menyebabkan skar yang
memblokir jalannya sperma.
i. Masalah seksual
Masalah seksual dapat menyebabkan infertilitas, misalnya disfungsi
ereksi, ejakulasi prematur, sakit saat berhubungan (disparunia).
Demikian juga dengan penggunaan minyak atau pelumas tertentu
yang bersifat toksik terhadap sperma.
j. Ejakulasi balik
Hal ini terjadi ketika semen yang dikeluarkan justru berbalik masuk
ke kantung kemih, bukannya keluar melalui penis saat terjadi
ejakulasi. Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkannya, di
antaranya adalah diabetes, pembedahan di kemih, prostat atau uretra,
dan pengaruh obatobatan tertentu.
k. Sumbatan di epididimis/saluran ejakulasi
Beberapa pria terlahir dengan sumbatan di daerah testis yang berisi
sperma (epididimis) atau saluran ejakulasi. Beberapa pria tidak
memiliki pembuluh yang membawa sperma dari testis ke lubang
penis.
l. Lubang kencing yang salah tempat (hipoepispadia)
Kelainan bawaan ini terjadi saat lubang kencing berada di bagian
bawah penis. Bila tidak dioperasi maka sperma dapat kesulitan
mencapai serviks.
m. Antibodi pembunuh sperma
Antibodi yang membunuh atau melemahkan sperma biasanya terjadi
setelah pria menjalani vasektomi. Keberadaan antibodi ini
menyulitkannya mendapatkan anak kembali saat vasektomi dicabut.
n. Pencemaran lingkungan
Paparan polusi lingkungan dapat mengurangi jumlah sperma
dengan efek langsung pada fungsi testis dan sistem hormon.
Beberapa bahan kimia yang mempengaruhi produksi sperma antara
lain: radikal bebas, pestisida (DDT, aldrin, dieldrin, PCPs, dioxin,
furan, dll), bahan kimia plastik, hidrokarbon (etilbenzena, benzena,
toluena, dan xilena), dan logam berat seperti timbal, kadmium atau
arsenik. o. Kanker Testis Kanker testis berpengaruh langsung
terhadap kemampuan testis memproduksi dan menyimpan sperma.
Penyakit ini paling sering terjadi pada pria usia 18 – 32 tahun.
Penangganan infertil dari segi Medis dan Komplementer. Medis
melalui obat-obatan sampai dengan operasi. Komplementer bisa dengan doa,
Yoga, meditasi dan Relaksasi (hipnoterapi).
c. Keputihan
Menurut Kusmiran (2011), keputihan (flur albus) adalah keluarnya
cairan selain darah dari liang vagina baik berbau ataupun tidak dan
disertai rasa gatal di daerah kewanitaan.
Penyebab keputihan
Menurut Manan (2011) penyebab keputihan patologis yaitu sering
menggunakan kloset di toilet umum yang kotor, terutama kloset duduk,
membilas vagina dari arah yang salah atau dari anus kearah depan, sering
bertukar celana dalam/ handuk dengan orang lain, kurang menjaga
kebersihan vagina, tidak segera mengganti pembalut saat menstruasi,
lingkungan sanitasi yang kotor, sering mandi berendam dengan air hangat
dan panas (jamur yang menyebabkan leukorea lebih mungkin tumbuh di
kondisi hangat) dan terdapat tiga infeksi umum yang berhubungan dengan
keputihan yaitu vaginosis bakteri (BV), trikomoniasis dan kandidiasis
(Sherrard, Donders &White, 2011).
Dampak keputihan
Keputihan akan menimbulkan kuman yang dapat menimbulkan
infeksi pada daerah yang dilalui mulai dari muara kandung kemih, bibir
kemaluan sampai uterus dan saluran indung telur sehingga menimbulkan
penyakit radang panggul dan dapat menyebabkan infertilitas (Bahari,
2012). Akibat yang sering ditimbulkan karena keputihan adalah infeksi.
Menurut Aulia (2012), macam-macam infeksi alat genital, antara lain :
1) Vulvitis sebagian besar dengan gejala keputihan dan tanda infeksi
lokal. Penyebab secara umum jamur vaginitis.
2) Vaginitis merupakan infeksi pada vagina yang disebabkan oleh
berbagai bakteri parasite atau jamur. Infeksi ini sebagian besar
terjadi karena hubungan seksual. Tipe vaginitis yang sering dijumpai
adalah vaginitis karena jamur.
3) Serviksitis merupakan infeksi dari servik uteri. Infeksi servik sering
terjadi karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan
infeksi karena hubungan seksual. Keluhan yang dirasakan terdapat
keputihan, mungkin terjadi kontak berdarah (saat berhubungan
seksual terjadi perdarahan).
4) Penyakit radang panggul (Pelvic Inflammatory Discase)
merupakan infeksi alat genetal bagian atas wanita, terjadi akibat
hubungan seksual. Penyakit ini dapat bersifat akut atau menahun
atau akhirnya menimbulkan berbagai penyulit yang berakhir
dengan terjadinya perlekatan sehingga dapat menyebabkan
kemandulan.
5) Tanda-tandanya yaitu nyeri menusuk - nusuk, mengeluarkan
keputihan bercampur darah, suhu tubuh meningkat dan nadi
meningkat, pernafasan bertambah,dan tekanan darah dalam batas
normal
DAFTAR PUSTAKA
Aulia.(2012). Serangan Penyakit-penyakit Khas Wanita Paling Sering Terjadi. Yogyakarta:
Buku Biru.
Az-Zahrani, M. 2005. “Konseling Terapi”. Jakarta : Penerbit Gema Insani.
Bahari, H.(2012). Cara Mudah Atasi Keputihan. Yogyakarta: Buku Biru.
Hadibroto, Iwan, dan Syamsir Alam. 2006. “Seluk Beluk Pengobatan Alternatif dan
Komplementer”. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer.
Hanifah, Winkjosastro. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo.
Heinrich et al. 2009. “Farmakognosi dan Fitoterapi”. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Kusmiran, Eny. 2011. Reproduksi Remaja dan Wanita.Jakarta:Salemba Medika..
Reeder, dkk. (2012). Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
M, Manan, EL. (2011). Miss V. Yogyakarta: Buku Biru