Anda di halaman 1dari 7

Nama : Rini Yolanda Sitorus

Nim : 032017018
Kelas : Ners 4A
Mata Kuliah : Keperawatan Komunitas 2
Dosen : Ibu Linda Simorangkir, S.Kep.,Ns.M.Kes

Agregat Kesehatan Perempuan

1. Faktor sosial yang mempengaruhi kesehatan perempuan


Kesehatan reproduksi pada remaja dipengaruhi beberapa faktor.Faktor tersebu
tdiantaranya: kepantasan hubungan seksual di kalangan remaja; bagaiman acara
melakukan pemenuhan kebutuhan seksual yang sehat; bagaimana cara mengakses
jasa sertain formasi terkait kesehatan seksual dan reproduksi; derajat tingkat perilaku
yang dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan; pengaruh masyarakat dan budaya
menyimpang; bagaimana cara mengendalikan kesuburan secara efektif. Masing-
masing factor memiliki tingkat yang berbeda dalam mempengaruhi kesehatan
reproduksi pada remaja.
Faktanya, perilaku persalinan tidak aman di perdesaan dan kesenjangan antar
daerah masih tinggi. Perilaku persalinan yang aman, yaitu persalinan di fasilitas
kesehatan yang memadai, merupakan salah satu kunci sukses dalam upaya mencegah
kematian ibu. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengidentifikasi factor social ekonomi dan budaya yang mempengaruhi perilaku
persalinan di perdesaan pada daerah angka kematian ibu tinggi dan rendah. Informasi
yang ditemukan dapat digunakan untuk menyusun rencana penyuluhan kesehatan ibu
hamil, guna meningkatkan persalinan yang aman di fasilitas kesehatan sehingga dapat
membantu mencegah kematian ibu.
Faktor lain yang diduga juga menjadi pemicu munculnya problem kesehatan
reproduksi dibagi menjadi empat, diantaranya factor biologis, psikologis, social
danekonomi, serta budaya dan lingkungan. Faktor social dan ekonomi
dikombinasikan dengan demografi dalam bentuk kemiskinan, tingkat pendidikan
yang rendah, ketidaktahuan informasi perkembangan seksual dan reproduksi, atau
lokasi dan kawasan tertinggal.

2. Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/ 2009 adalah suatu
keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial yang utuh bukan semata-mata bebas dari
penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi
pada laki-laki dan perempuan
Azwar (dalam Lubis, 2013) juga mendefinisikan kesehatan reproduksi yaitu
suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu
menjalankan fungsi dan proses reproduksi secara sehat dan aman, juga setiap orang
berhak mengatur jumlah keluarganya termasuk memperoleh penjelesan yang lengkap
tentang cara yang tepat dan disukai. Selain itu, hak untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan reproduksi lainnya seperti pelayanan ante natal, persalinan, nifas dan
pelayanan bagi bayi baru lahir, kesehatan remaja, dan lain-lain perlu di jamin
Menurut Spielberg (2007) definisi kesehatan reproduksi meliputi:
1. Kemampuan untuk mereproduksi
2. Kebebasan untuk mengontrol reproduksi
3. Kemampuan untuk mengalami kehamilan dan persalinan dengan
aman, dengan ibu yang sukses dan kelangsungan hidup bayi dan hasil.
4. Kemampuan untuk mendapatkan informasi tentang dan cara yang
aman, efektif dan terjangkau tentang keluarga berencana.
5. Kemampuan untuk memiliki kehidupan yang memuaskan, seksaman,
bebas dari rasa takut kehamilan dan penyakit.
6. Kemampuan untuk meminimalkan penyakit ginekologi dan risiko di
semua tahapan kehidupan
Jadi dapat disimpulkan kesehatan reproduksi adalah keadaan sempurna baik
fisik, mental, dan kesejateraan sosial yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses
reproduksi.

3. Tingkat PencegahanPadaKesehatanUsiaDewasa
Berdasarkan Levell dan Clark tingkatan pencegahan dalam keperawatan
komunitas dapat digunakan pada tahap sebelum terjadinya suatu penyakit
(Prephatogenesis Phase) dan pada tahap Phatogenesis Phase:
1. Prephatogenesis Phase
Pada tahapan ini digunakan melalui kegiatan Primary Prevention atau
pencegahan primer.
Primary prevention dilakukan dengan dua kelompok kegiatan yaitu:
a. Health promotion atau peningkatan kesehatan
b. General and specific protection (perlindungan umum dan khusus)
- Hygine perseorangan

2. Phatogenesis Phase
Pada tahapan ini digunakan 2 kegiatan pencegahan, yaitu:
a. Secondary Prevention
- Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis awal dan pengobatan segera
atau adekuat)
- Disability limitation (pembatasan kecacatan)
b. Tertiary Prevention (Pencegahan Tertsier)
- Pendidikan kesehatan lanjutan
- Terapi kerja
- Perkampungan rehabilitasu sosial
- Penyandaran terhadap masyarakat
- Lembaga rehabilitasi dan partisipasi masyarakat
Menjaga kebersihan organ reproduksi dilakukan dengan cara
1. Menjaga kesehatan vagina dimulai dari memperhatikan kebersihan
diri. Indonesia merupakan daerah yang beriklim tropis.Udara panas dan cenderung
lembab sering membuat banyak berkeringat.Terutama dibagian tubuh yang tertutup
dan lipatan-lipatan kulit, seperti daerah alat kelamin. Kondisi ini dapat menyebabkan
mikroorganisme jahat, terutama jamur mudah berkembang biak, yang akhirnya bisa
menimbulkan infeksi;
2. Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari;
3. Membersihkan kotoran yang keluar dari alat kelamin atau anus dengan
menggunakan air bersih atau kertas pembersih (tisu);
4. Gerakkan cara membersihkan alat kelamin adalah dari arah vagina
kearah anus, untuk mencegah kotoran anus masuk ke vagina;
5. Tidak menggunakan air yang kotor untuk membersihkan vagina;
6. Dianjurkan untuk mencukur atau merapikan rambut kemaluan karena
bisa ditumbuhi jamur atau kutu yang dapat menimbulkan rasa gatal dan tidak nyaman
7. Pada siklus menstruasi, perempuan mengganti pembalut setiap tiga
hingga empat jam sekali.

4. Peran perawat kesehatan


Peran perawat keseharan dapat menyusun perencanaan asuhankeperawatan
komunitas disusunberdasarkan diagnosa keperawatankomunitas yang telah ditentukan
dengantujuan terpenuhinya kebutuhan klien.Jadi perencanaan keperawatan
meliputi:perumusan tujuan, rencana tindakankeperawatan yang akandilaksanakandan
kriteria hasil untuk mencapaitujuan.

5. Pengkajian
Remaja atau adolesens adalahperiode perkembangan selamadimana
individu mengalamiperubahan dari masa kanak-kanakmenuju masa dewasa,
biasanyaantara usia 13-20 tahun. Batasanusia remajamenurut WHO adalah12 s/d
24 th Namun jika pada usiaremaja sudahmenikah maka iasudah tergolong dalam
kelompokdewasa. Istilah adolesens biasanyamenunjukkan maturasi
psikologisindividu,ketika pubertasmenunjukan titik di manareproduksi mungkin
dapat terjadi. Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan
pada orang muda, dan perkembangan mental mengakibatkan kemampuanuntuk
menghipotesis dan berhadapan dengan abstraksi.

6. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan NANDA untuk meningkatkan kesehatanyang bisa
ditegakkan pada adolesens, yaitu :
a. Risiko cedera yang berhubungan dengan: Pilihan gaya hidup,penggunaan
alcohol, rokok dan obat, artisipasi dalam kompetisi atletik, atau aktivitas
rekreasi,aktivitas seksual.
b. Risiko infeksi yang berhubungan dengan: Aktivitas
seksual,malnutris,kerusakan imunitas.
c. Perubahan pemeliharaan kesehatan yang berhubungan dengan: Kurangnya
nutrisi yang adekuat untuk mendukung pertumbuhan,melewati waktu
makan; ikut mode makanan,makan makanan siap saji, menggunakan
makanan yangmudah atau mesin penjual makanan,kemiskinan,efek
penggunaan alcohol atau obat.
d. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan: Tidak berpengalaman
dengan peralatan rekreasional yangtidak dikenal,kurang informasi tentang
kurikulum sekolah.
e. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan: Perasaan negative tentang
tubuh,perubahan maturasional yang berkaitan dengan laju pertumbuhan
adolesens.

7. PerencanaanKeperawatan
Perencanaan asuhan keperawatan komunitas disusun berdasarkan
diagnosa keperawatan komunitas yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Jadi perencanaan keperawatan meliputi:
perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akandilaksanakan
dan kriteria hasil untuk mencapai tujuan.
Masalah kesehatan adolesens. Intervensi promosi kesehatan
a. Cedera tidak disengaja, anjurkan adolesens untuk mengikuti program
pendidikan mengemudi dan menggunakan sabuk keselamatan,
informasikan adolesens tentang risiko yang berkaitan dengan minum
dan berkendaraan; penggunaan obat, tingkatkan penggunaan helm oleh
adolesens yang menggunakan kendaraan bermotor, yakinkan adolesens
mendapatkan orientasi yang tepat untuk penggunaan semua alat
olahraga.
b. Penggunaan zat, periksa penggunaan zat, seperti alkohol, rokok dan
obat-obatan serta informasikan risiko penggunaannya.
c. Penyakit menular seksual, berikan adolesens informasi mengenai
penyakit, bentuk penularan, dan gejala yang berhubungan, dorong
pantangan terhadap aktivitas seksual; atau bila aktif seksual, tentang
penggunaan kondom, berikan informasi akurat tentang konsekuensi
aktivitas seksual.

8. PelaksanaanKeperawatan
Upaya meningkatkan cakupan persalinan yang aman telah banyak
dilakukan melalui penyediaan dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan,
bantuan jaminan biaya persalinan, dan penyuluhan kesehatan kepada ibu
hamil. Faktanya, perilaku persalinan tidak aman diperdesaan dan kesenjangan
antar daerah masih tinggi. Perilaku persalinan yang aman, yaitu persalinan di
fasilitas kesehatan yang memadai, merupakan salah satu kunci sukses dalam
upaya mencegah kematian ibu.
9. EvaluasiKeperawatan
Perawat komunitas  bersama  komunitas dapat mengevaluasi semua
implementasi yang telah dilakukan dengan merujuk pada tujuan yang
telah ditetapkan yaitu mencapai kesehatan perempuan.

DAFTAR PUSTAKA

Sarweni, K. P., & Hargono, R. (2018). Demand Vs Supply Program Kesehatan


Remaja Di Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya. Jurnal PROMKES,
5(1), 77. https://doi.org/10.20473/jpk.v5.i1.2017.77-88
Hasanah H. Pemahaman Kesehatan Reproduksi Bagi Perempuan. SAWWA.
2016;11(2):229-252.
Susanto, T., & Rahmawati, I. (2015). Pojok Remaja : Upaya Peningkatan
Ketrampilan Kesehatan Reproduksi. Jurnal Keperawatan, 3(2), 246–255.
https://doi.org/10.22219/JK.V3I2.2601

Anda mungkin juga menyukai