Anda di halaman 1dari 6

Nama : PUTRI AYANDARI

Nim. : B0218304

Kelas : KEPERAWATAN B

A. Jelaskan Teori Keluarga

1. Teori Struktural Fungsional

Teori Struktural Fungsional sudah lama diterapkan sejak terbentuknya keluarga


dari zaman kerajaan di Indonesia. Dapat kita lihat dalam penuturan Anderson K.
dalam Journal of Marriage and Family (1997), dalam masa prasejarah, sebuah
suku telah diorganizir oleh seorang kepala suku yang berfungsi untuk
mengembangkan pertanian, mengorganisir wilayah dan peraturan dalam wilayah
suku tersebut. Contoh kepala suku ini telah menggambarkan posisi kepala suku yang
notabene adalah laki-laki sebagai kepala keluarga, walaupun dalam kasus ini tidak
disebut demikian.

Teori ini menekankan kepada tiap-tiap anggota keluarga untuk menjalani


hidupnya sesuai dengan peran dan fungsi yang seharusnya ia jalankan dalam
keluarga. Secara garis besar adalah ayah sebagai bread-winner atau pencari nafkah,
dan ibu sebagai caregiver atau housewives. Peran yang dimaksud disini adalah suatu
alokasi tugas dan aktivitas yang harus dilakukan dalam keluarga. Sedangkan
fungsi yang dimaksud adalah agar keseimbangan sistem dapat tercapai, baik pada
tingkat individu, keluarga maupun masyarakat. Teori ini menjelaskan bahwa tiap-
tiap anggota keluarga harus menjalankan peran dan fungsinya sesuai dengan
yang semestinya.

2. Teori Sosial Konflik

Teori konflik muncul sebagai reaksi dari munculnya teori struktural


fungsional. Pemikiran yang paling berpengaruh atau menjadi dasar dari teori konflik
ini adalah pemikiran Karl Marx. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, teori konflik
mulai merebak. Teori konflik menyediakan alternatif terhadap teori struktural
fungsional. Tetapi sebetulnya telah berkembang sejak Abad 17. Selain itu teori
sosiologi konflik adalah alternatif dari ketidakpuasaan terhadap analisis
fungsionalisme struktural Talcott Parsons dan Robert K. Merton, yang menilai
masyarakat dengan paham konsensus dan integralistiknya.

Beberapa kritikan terhadap teori struktural fungsional berkisar pada sistem sosial
yang berstruktur, dan adanya perbedaan fungsi atau diferensiasi peran (division of
labor). Institusi keluarga dalam perspektif struktural-fungsional dianggap
melanggengkan kekuasaan yang cenderung menjadi cikal bakal timbulnya
ketidakadilan dalam masyarakat. Teori ini berbanding terbalik dengan teori
Struktural, teori ini berpendapat bahwa dalam kehidupan bermasyarakat terdapat
berbagai macam dinamika dan perubahan seiring berjalannya waktu, sebab itu,
perubahan atau pergantian fungsi dan peran sangatlah maklum terjadi dalam
keluarga.

3. Teori Ekologi

Urie Bronfenbrenner (1979, 1989, 1998, 2005) dalam artikel Peran Aktivitas
Pengasuhan pada Pembentukan Perilaku Anak sejak Usia Dini ; Kajian
Psikologis berdasarkan Teori Sistem Ekologis (Jurnal UNY), menjelaskan dalam
beberapa tulisan hasil kajiannya mengenai sebuah teori yang membantu
memahami bagaimana individu berkembang di dalam berbagai lapisan dalam
konteks keunikan lingkungan atau ekologi. Penjelasan ini di payungi dengan
sebuah teori yang awalnya disebut dengan Teori Sistem Ekologis.

Teori ekologi memandang bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh


konteks lingkungan. Hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungan
akan membentuk tingkah laku individu tersebut. Informasi lingkungan tempat
tinggal anak akan menggambarkan, mengorganisasi, dan mengklarifikasi efek dari
lingkungan yang bervariasi. Berofenbrenner menyebutkan adanya lima sistem
lingkungan berlapis yang saling berkaitan, yaitu mikrosistem, mesosistem,
ekosistem, makrosistem, dan kronosisten. Teori ekologi ini, dibahas bahwa
anggota keluarga dapat dipengaruhi oleh lingkungan dalam kehidupannya.

4. Teori pertukaran sosial

Teori pertukaran sosial merupakan pemikiran dari seorang ahli beralumni


pendidikan sama dengan Parsons, bernama George Caspar Homans. Keduanya
menekuni pendidikan ekonomi walaupun berbeda universitas. Dalam bukunya
yang berjudul Social Behaviors Its Elementary Forms, Homans menjelaskan
teori-teorinya. Ia memberikan penjelasan bahwa setiap orang pasti mempunyai harga
diri, dan ketika ia memberikan keuntungan terhadap orang lain maka orang lain juga
akan memberikan keuntungan pula. Kedudukan mengakibatkan tanggung jawab,
siapa membenci maka ia yang akan mendapat ganjarannya dan seterusnya. Homans
berkeinginan untuk menyatakan kebenaran tersebut di dalam suatu rangkaian atau
proposisi yang teoritis kemudian ia mengujinya. Hal semacam ini membuat ia
bukan hanya untuk sekedar menggambarkan perilaku sosial yang mendasar namun
ia juga dapat membuat asumsi untuk membuat eksplanasi terhadapnya. Tindakan
perilaku sosial yang dimaksudkan Homans adalah tindakan yang berkenaan
dengan suatu kemauan yang mengakibatkan adanya ganjaran dan hukuman dari
orang lain. Apabila dihubungkan dengan kehidupan keluarga, ekonomi pernikahan
merupakan contoh yang dapat kita amati. Ekonomi pernikahan, dalam bahasan ini
perjodohan merupakan keluarga yang terbentuk atas dasar pertukaran sosial.
Perjodohan ini pada awalnya memiliki tujuan untuk meningkatkan utilita s
masyarakat. Teori Ini menjelaskan bahwa setiap hubungan Dalam keluarga
dipengaruhi Oleh pemikiran cost and benefit. Bahwa semua koneksi dapat di akhiri
apabila salah satu pihak merasa tidak di untungkan lagi

5. Teori Feminis

Feminisme. Kata pertama yang terbayang ketika kita membicarakannya adalah


bahwa ini adalah sebuah ideologi terbaik bagi perempuan yang ingin terbang bebas
tanpa hambatan dan tanpa merasa diremehkan. Teori ini merupakan turunan dari
teori sosial konflik, yakni melawan apa yang dianggap tidak adil dan memperbaiki
keadaan yang ada.

Pemikiran utama teori ini adalah memang memberdayakan perempuan.


Membebaskan perempuan untuk bersikap bebas sebebas-bebasnya. Teori feminisme
memfokuskan diri pada pentingnya kesadaran mengenai persamaan hak antara
perempuan dan laki-laki dalam semua bidang. Teori ini berkembang sebagai reaksi
atas fakta yang terjadi di masyarakat, yaitu adanya konflik kelas, ras, dan terutama
adanya konflik gender. Feminisme mencoba untuk menghilangkan pertentangan
antara kelompok yang lemah yang dianggap lebih kuat. Lebih jauh lagi, feminisme
menolak ketidakadilan sebagai akibat masyarakat patriarki, menolak sejarah dan
filsafat sebagai disiplin yang berpusat pada laki-laki. Yang kelima adalah teori
Feminis. Teori ini yang paling sensitif untuk dibahas karena terdapat perbedaan
pandangan besar dalam masyarakat. Di satu sisi teori ini memberikan kebahagiaan
dan kebebasan kepada wanita, namun di lain sisi, teori ini memberikan dampak
buruk bagi ketahanan keluarga.

6. Teori Gender

Gender bukanlah berdasarkan apa yang kita terlahir dengannya, bukan


berdasarkan apa yang kita miliki, tapi berdasarkan perilaku, berdasarkan apa yang
kita tampilkan. (Butler 1990)

Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa seks lebih banyak berkonsentrasi kepada
aspek biologis seseorang, meliputi perbedaan komposisi kimia dan hormon dalam
tubuh, anatomi fisik, reproduksi dan karakteristik biologis lainnya. Seks atau jenis
kelamin adalah perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan
gender lebih berkonsentrasi kepada aspek sosial, budaya, psikologi, dan aspek-
aspek non biologis lainnya. Gender ini digunakan untuk mengidentifikasikan
perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial budaya. Gender menjelaskan
semua atribut, peran dan kegiatan yang terkait dengan “menjadi laki-laki” atau
“menjadi perempuan”. Turunan dari teori feminis ada teori Gender. Di teori Gender
ini dibahas tentang ketidaksetaraan yang dianggap tidak adil oleh kedua belah pihak.
Dan yang terakhir terdapat teori Perkembangan atau teori Development. Duvall
sebagai penggagasnya, menganggap bahwa keluarga harus melewati 8 tahapan dalam
keluarga, barulah dapat disebut keluarga yang sejahtera.

7. Teori Perkembangan

Setiap keluarga harus berkembang untuk mencapai kesejahteraan dalam


hidupnya. Perkembangan yang dimaksud disini adalah ketika keluarga dapat melalui
masalah dengan baik tanpa hambatan berarti. Menurut Duvall, terdapat 8 tahapan
perkembangan yang harus dilalui keluarga (Eight-Stage Family Life Cycle), yaitu :

a. Married couples (without children)” (Pasangan nikah dan belum memiliki anak).

b. “Childbearing Family (oldest child birth-30 month)” (Keluarga dengan seorang


anak pertama yang baru lahir).

c. “Families with preschool children (oldest child 2,5- 6 years)” (Keluarga dengan
anak pertama yang berusia prasekolah).

d. “Families with School Children (Oldest child 6-13 years )” (Keluarga


dengan anak yang telah masuk sekolah dasar).

e. “Families with teenagers (oldest child 13- 20 years)” (Keluarga dengan anak
yang telah remaja).

f. “Families launching young adults (first child gone to last child’s leaving
home)” (Keluarga dengan anak yang telah dewasa dan telah menikah).

g. “Middle Aged Parents (empty nest to retirement)” (Keluarga dengan orang tua
yang telah pensiun).

h. “Aging family members (retirement to death of both spouse)” (Keluarga


dengan orang tua yang telah lanjut usia).

B. Tuliskan teori yang mendasari Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Teori Calgary

Calgary Family Intervention Model (CFIM) merupakan intervensi yang sesuai dalam
upaya mengubah domain kognitif, afektif dan perilaku dari permasalahan fungsional
keluarga termasuk yang dialami salah satu anggota keluarga (individu). Perubahan
pada satu individu dapat berpengaruh pada anggota yang lain.

2. Teori Friedman

Menurut Friedman (1988) struktur keluarga komunikasi dalam keluarga ada yang
berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada
dalam komponen komunikasi seperti : pengirim, media, pesan, lingkungan dan
penerima.

3. Teori Martha e. Rogers

Martha e. Rogers yaitu: Keperawatan adalah ilmu humanistis atau humanitarian yang
menggambarkan dan memperjelas bahwa manusia dalam strategi yang utuh dan dalam
perkembangan hipotesis secara umum dengan memperkirakan prinsip-prinsip dasar
untuk ilmu pengetahuan praktis.

4. Teori Dorothea Orems

Teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan individu
dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya.
Fokus utama dari model konseptual ini adalah kemampuan seseorang untuk merawat
dirinya sendiri secara mandiri sehingga tercapai kemampuan untuk mempertahankan
kesehatan dan kesejahteraanya.

5. Teori Betty Neuman

Betty Neuman adalah sistem terbuka sehingga menghasilkan interaksi yang dinamis,
variabel interaksi mencakup semua aspek yaitu fisiologis, psikologis, sosio kultural,
perkembangan dan spiritual.

6. Teori Sister Calista Roy

Teori adaptasi Calista Roy merupakan model keperawatan yang menguraikan bagaimana
individu mampu meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan perilaku
adaptif serta mampu merubah perilaku yang inadaptif. Secara khusus, perawat harus
mampu meningkatkan respon adaptif pasien pada situasi sehat atau sakit.

7. Teori Imogene King

Teori King berfokus pada interaksi perawat – klien dengan pendekatan sistem. Kekuatan
pada model ini adalah partisipasi klien dalam menentukan tujuan yang akan dicapai,
mengambil keputusan, dan interaksi dalam menerima tujuan dari klien. Teori ini
sangat penting pada kolaborasi antara tenaga kesehatan professional.
8. Teori Florence Nightingale

Florence Nightingale mencetuskan sebuah teori keperawatan yang dikenal dengan teori
perawatan modern (modern nursing) yang dikenal dengan teori lingkungan
(environmental theory). Teorinya difokuskan pada lingkungan keperawatan. Florence
meyakini bahwa kondisi lingkungan yang sehat berperan penting untuk penanganan
perawatan yang layak bagi proses penyembuhan.

Anda mungkin juga menyukai