LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Higiene dan Sanitasi
Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang
menitiberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup
manusia. Hygiene adalah suatu pencegahan penyakit yang
menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta
lingkungan tempat orang tersebut berada.
Dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1963 tentang Higiene untuk
usaha-usaha umum disebut sebagai berikut:
a. Hygiene adalah segala usaha untuk memelihara dan mempertinggi
derajat kesehatan.
b. Usaha-usaha bagian umum ialah usaha-usaha yang dilakukan oleh
badan-badan pemerintah, swasta maupun perseorangan yang
memelihara sesuatu untuk atau yang langsung dapat dipergunakan
oleh umum.
4
5
- Air permukaan
- Air tanah
7. Sanitasi Makanan
a. Pengertian
Sanitasi makanan adalah uaya-upaya yang ditujukan untuk
kebersihan dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya
keracunan dan penyakit pada manusia. Sehingga tujuan dari upaya
sanitasi makanan antara lain:
1) Menjamin keamanan dan kebersihan makanan
2) Mencegah penularan wabah penyakit
3) Mencegah beredarnya produk makanan yang merugikan
masyarakat
4) Mengurangi tingkat kerusakan atau pembusukan pada makanan
Dalam upaya sanitasi makanan, terjadi beberapa tahapan
yang harus diperhatikan, sebagai berikut:
- Keamanan dan kebersihan produk makanan yang diproduksi
- Kebersihan individu dalam mengolah produk makanan
- Keamanan terhadap penyediaan air
- Pengelolaan pembuangan air limbah dan kotoran
- Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses
pengolahan, penyajian, dan penyimpanan
- Pencucian dan pembersihan alat perlengkapan
b. Faktor yang mempengaruhi sanitasi makanan
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk dapat
meyelenggarakan sanitasi makanan yang efektif. Faktor-faktor
tersebut antara lain:
1) Faktor makanan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam faktor makanan yaitu:
- Sumber bahan makanan
10
Kebersihan
Pencahayaan
Sirkulasi udara
Memiliki alat pendingin
- Pengolahan makanan
Pengolahan makanan harus memenuhi syarat sanitasi terutama
dengan kebersihan dapur dan alat-alat perlengkapan dapur
- Penyajian makanan
Penyajian makanan harus memenuhi pesyaratan sanitasi yaitu:
bebas dari kontaminasi, bersih dan tertutup serta dapat
memenuhi selera makanan pembeli
- Penyimpanan makanan
Makanan yang diolah disimpan ditempat yang memenuhi
persyaratan sanitasi yaitu dalam almari atau alat pendingin
2) Faktor manusia
Orang yang bekerja pada tahapan diatas harus memenuhi
persyaratan sanitasi seperti kesehatan dan kebersihan individu,
tidak menderita penyakit infeksi dan bukan carrier dari suatu
penyakit. Untuk personal penyajian makanan harus memenuhi
persyaratan seperti kebersihan dan kerapian, memiliki etika dan
sopan santun, memiliki penampilan yang baik dan ketrampilan
membawakan makanan dengan teknik khusus, serta ikut dalam
program pemeriksaan kesehatan berkala setiap 6 bulan atau 1
tahun.
3) Faktor Peralatan
Kebersihan dan cara penyimpanan peralatan pengolahan makanan
harus menjadi pemenuhan persyaratan sanitasi.
c. Faktor Penyebab Makanan menjadi berbahaya
Terdapat dua faktor yang meyebabkan suatu makanan
menjadi berbahaya bagi manusia, yaitu:
1) Kontaminasi
12
8. Sampah Padat
a. Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang dugunakan, tidak
dipakai, tidak senangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari
kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
b. Pembagian sampah padat
Pembagian sampah padat dapat dibagi menjadi 4 antara lain:
1) Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya.
- Organic, misalnya: sisa makanan, daun, sayur, buah
- Anorganik, misalnya: logam, plastik
13
c. Sumber Sampah
Sampah-sampah yang ada didunia ini dapat berasal dari:
1) Pemukiman penduduk
Sampah yang dihasilkan dari beberapa keluarga yang tinggak
dipemukiman tersebut. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya
sisa makanan, smapah basah, sampah kering, sampah sisa
tumbuhan.
2) Tempat umum atau tempat perdagangan
Tempat yang mungkin banyak orang berkumpul dan melakukan
aktivitas. Jenis sampah yang dihasilkan berupa sampah sisa-sisa
makanan, sampah kering, abu, sisa-sisa bahan bangunan, sampah
khusus, terkadang sampah berbahaya.
3) Sarana layanan yang dimiliki pemerintah
Antara lain seperti tempat hiburan dan umum, jalan umum tempat
parkir, tempat layanan kesehatan, kompleks militer, gedung
pertemuan, pantai dan sarana pemerintahan lainnya. Jenis sampah
yang dihasilkan sampah kering dan sampah khusus.
4) Industri berat dan ringan
Industri makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia,
industri logam, tempat pengolahan air kotor dan air minum dan
kegiatan industi lainnya. Sampah yang dihasilkan adalah sampah
basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus dan
sampah berbahay.
5) Pertanian
Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Menghasilkan
sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk,
sampah pertanian, pupuk, bahan pembasmi serangga tanaman.
d. Pengolahan Sampah Padat
Ada beberapa tahapan didalam pengolahan sampah padat yang baik,
anatara lainn:
(1) Tahapan pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber
15
- Compocting
Pemusnahan dengan memanfaatkan proses dekomposisi zat
organik oleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu.
Proses ini menghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk.
- Hot feeding
Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak. Sampah basah
harus diolah terlebih dahulu untuk mencegah penularan
penyakit cacing dan trichinosis ke hewan ternak.
- Discharge to sewers
Sampah dihaluskan dan kemudian dimasukkan kedalam sistem
pembuangan air limbah. Metode ini paling efektif asal sistem
pembuanagan air limbah memang baik.
- Dumping
Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja ditanah lapang,
jurang atau tempat sampah.
- Dumping in water
Sampah dibuang kedalam sungai atau laut. Akibatnya, terjadi
pencemaran pada air dan pendangkalan yang dapat
menimbulkan banjir.
- Invidual inceneration
Pembakaran secara perorangan yang biasanya dilakukan oleh
penduduk pedesaan.
- Recycling
Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih
dapat dipakai atau didaur ulang.
- Reduction
Dengan cara menghancurkan sampah sampai ke bentuk yang
lebih kecil kemudian diolah untuk menghasilkan lemak.
- Salvging
17
9. Limbah Cair
Sampah (waste) adalah zat-zat atau benda-benda yang sudah
tidak terpakai lagi, baik berasal dari rumah maupun sisa proses industri.
Secara umum limbah cair dapat dibagi menjadi;
a. Ekskreta Manusia (feses san urine)
Ekskreta manusia merupakan hasil akhir dari proses yang
berlangsung dalam tubuh manusia yang meyebabkan pemisahaan dan
pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Zat-zat
tersebut antar lain berbentuk tinja dan air seni. Ditinjau dari sudut
lingkungan kedua jenis kotoran tersebut menjadi masalah penting dan
kebutuhan kesehatan yang paling utama. Pembuangan tinja secar tidak
baik dan sembarangan mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah
atau menjadi sumber infeksi dan akan mendatangkan bahaya bagi
kesehatan karena penyakit yang tergolong waterborne diases akan
mudah berjangkit.
Bahaya terhadap kesehatan yang ditimbulkan akibat
pembuangan kotoran secara tidak baik adalah pencemaran tanah,
pencemaran air, kontaminasi makanan dan perkembangbiakan lalat.
Penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat keadaan ini adalah tifoid,
paratifoid, disentri, diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis viral, dan
20
itu limbah cair juga dapat berasal dari bahan baku yang mengandung air
sehingga didalam proses pengolahannya air juga harus dibuang. Jenis-
jenis industri yang mengahsilkan limbah cair antara lain: indutri pulp dan
rayon, pengolahan crumb rubber, minyak kelapa sawit, baja dan besi,
minyak goreng, tekstil, kaustik soda, dan lain-lain.
Limbah cair yang mengandung bahan pencemar yang bersifat
beracun dan berbahaya yang dikenal dengan sebutan B3 (bahan beracun
dan berbahaya). Bahan ini dirumuskan sebagai bahan yang dalam jumlah
yang relative sedikit tetapi mempunyai potensi untuk mencemarkan dan
merusak kehidupan dan sumber daya. Apabila ditinjau secara kimia,
bahan-bahan tersebut mengandung 60.000 jenia bahan kimia dari 5 juta
jenis bahan kimia yang sudah dikenal. Tingkat bahaya keracunan yang
disebabkan limbah ini bergantung pada jenis dan karakteristiknya, baim
dalam jangka pendek maupun panjang. Menurut sifat, karakteristik dan
akibatnya diperlukan langkah-langkah pemcegahan, penanggulangan dan
pengelolaannya secara efektif.
a. Pengolahan limbah cair
Pengolahan limbah cair dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Pengolahan berdasarkan tingkat perlakuan
- Prapengolahan (pretreatment)
Saringan kasar yang tidak mudah berkarat dan berukuran
kurang lebih 30 X 30 cm untuk debit air 100 m persegi/jam
sudah cukup baik. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik,
saringan dapat dipasang secara seri sebanyak dua atu tiga
saringan. Ukuran messnya dapat dibandingkan dengan kawat
kassa penghalang nyamuk. Saringan tersebut diperiksa setiap
hari untuk mengambil bahan yang terjaring.
- Pengolahan primer (primery treatment)
Dilakukan penyaringan terhadap padatan halus atau
zat warna terlarut maupun tersuspensi yang tidak terjaring
25
B. Perundang – Undangan
Perundang-undangan yang mengatur tentang higiene sanitasi
Rumah Sakit adalah :
A. Ruang lingkup
1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan.
3. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu
dan Gizi Pangan.
4. Kepmenkes Nomor 715 Tahun 2003 tentang Persyaratan Hygiene
Sanitasi Jasaboga.
5. Kepmenkes Nomor 1098 Tahun 2003 tentang Persyaratan Hygiene
Sanitasi Rumah Makan & Restoran.
27
d) Pasal. 10
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan
pemeliharaan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan.
e) Pasal 21
Pengamanan makanan dan minuman
(1) Pengamanan makanan dan minuman diselenggarakan untuk
melindungi masyarakat dari makanan dan minuman yang
tidak memenuhi ketentuan mengenai standar dan atau
persyaratan kesehatan.
(2)
(3) Setiap makanan dan minuman yang dikemas, wajib diberi
tanda atau label yang berisi :
- Bahan yang dipakai
- Komposisi setiap bahan
- Tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa
Ketentuan lainnya
(4) Makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan
standar dan atau persyaratan kesehatan dan atau
membahayakan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran dan
disita untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(5) Ketentuan mengenai pengamanan makanan dan minuman
ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
31
f) Pasal 22.
Kesehatan Lingkungan
Setiap tempat atau sarana pelayanan umum wajib memelihara dan
meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar dan
persyaratan.
g) Sanksi Hukum
(1) Pasal 80 ayat (4)
Mengedarkan makanan dan minuman yang tidak memenuhi
standar dan atau persyaratan kesehatan dipidana penjara 15
tahun dan atau denda paling banyak Rp. 300.000.000,-
(2) Pasal 84 ayat (2)
Menyelenggarakan tempat atau sarana pelayanan umum
yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan atau tidak
memiliki izin dipidana penjara 1 tahun dan atau denda
paling banyak Rp. 15.000.000,-
(3) Pasal 85
Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada Ps. 80 adalah
Kejahatan.
Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada Ps. 84 adalah
pelanggaran.
Pasal 57
Pidana dalam pasal 55 dan 56 ditambah seperempat apabila
menimbulkan kerugian terhadap kesehatan manusia atau ditambah
sepertiga apabila menimbulkan kematian.
e) Intisari dari Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 :
- Pangan termasuk makanan dan bahan makanan, baik yang siap
dimakan maupun yang perlu pengolahan lebih lanjut.
- Proses produksi, penyimpanan, pengangkutan dan atau
peredaran pangan wajib memenuhi persyaratan sanitasi.
- Dalam pengolahan pangan untuk diedarkan dilarang
menggunakan bahan apapun yang dinyatakan dilarang atau
bahan tambahan pangan yang melampaui ambang batas
maksimal yang ditetapkan.
- Pelanggaran dapat dikenakan sanksi hukum baik penjara
maupun denda.
3) Permenkes Nomor 329/Menkes/Per/VI/1976 tentang Produksi dan
Peredaran Makanan
(a) Pasal 1 butir (1)
Makanan adalah barang yang digunakan sebagai makanan atau
minuman manusia, termasuk permen karet dan sejenisnya akan
tetapi bukan obat.
(b) Pasal 2
Makanan yang diproduksi dan diedarkan di wilayah Indonesia
harus memenuhi syarat-syarat keselamatan, kesehatan, standar
mutu atau persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri untuk tiap
jenis makanan.
(c) Pasal 4
Makanan tertentu yang ditetapkan oleh Menteri sebelum
diproduksi diimport dan atau diedarkan harus didaftarkan pada
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
35
Pasal 1
Jasaboga adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan
kegiatan pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat
usaha atas dasar pesanan.
Hygiene sanitasi makanan adalah upaya untuk
mngendalikan faktor makanan, orang, tempat dan
perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan
penyakit atau gangguan kesehatan.
b) Penggolongan
Pasal 2
(1) Berdasarkan luas jangkauan pelayanan dan kemungkinan
besarnya risiko yang dilayani, jasaboga dikelompokkan
dalam golongan A, golongan B, dan golongan C.
(2) Jasaboga golongan A, yaitu jasaboga yang melayani
kebutuhan masyarakat umum, yang terdiri atas golongan
A1, A2, dan A3.
(3) Jasaboga golongan B, yaitu jasaboga yang melayani
kebutuhan khusus untuk:
- Asrama penampungan jemaah haji;
- Asrama transito atau asrama lainnya;
- Perusahaan;
- Pengeboran lepas pantai;
- Angkutan umum dalam negeri, dan
- Sarana Pelayanan Kesehatan.
(4) Jasaboga golongan C, yaitu jasaboga yang melayani
kebutuhan untuk alat angkutan umum internasional dan
pesawat udara.
Pasal 3
(1) Setiap jasaboga harus memiliki izin usaha dari Pemerintah
Daerah Kabupaten /Kota sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(2) Untuk memiliki izin usaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) Jasaboga harus memiliki sertifikat hygiene sanitasi
yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pasal 4
(1) Setiap usaha jasaboga harus mempekerjakan seorang
penanggung jawab yang mempunyai pengetahuan hygiene
sanitasi makanan dan memiliki sertifikat hygiene sanitasi
makanan.
(2) Sertifikat hygiene sanitasi makanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diperoleh dari institusi penyelenggara kursus
sesuai dengan perundang undangan yang berlaku.
Pasal 5
(1) Tenaga penjamah makanan yang bekerja pada usaha
jasaboga harus berbadan sehat dan tidak menderita penyakit
menular.
(2) Penjamah makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus melakukan pemeriksaan kesehatannya secara berkala
minimal 2 (dua) kali dalam satu tahun.
(3) Penjamah makanan wajib memiliki sertifikat kursus
penjamah makanan.
(4) Sertifikat kursus penjamah makanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diperoleh dari institusi
penyelenggara kursus sesuai dengan perundang undangan
yang berlaku.
38
Pasal 6
Pengusaha dan/atau penanggung jawab jasaboga wajib
menyelenggarakan jasaboga yang memenuhi syarat hygiene
sanitasi sebagaimana ditetapkan dalam keputusan ini.
Pasal 7
Penanggung jawab jasa boga yang menerima laporan atau
mengetahui adanya kejadian keracunan atau kematian yang
diduga berasal dari makanan yang diproduksinya wajib
melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
guna dilakukan langkah-langkah penanggulangan.
d) Persyaratan Hygiene Sanitasi
Pasal 8
Lokasi dan bangunan jasaboga harus sesuai dengan ketentuan
persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan ini.
Pasal 9
(1) Pengelolaan makanan yang dilakukan oleh jasaboga harus
memenuhi Persyaratan Hygiene Sanitasi pengolahan,
penyimpanan dan pengangkutan.
(2) Setiap pengelolaan makanan yang dilakukan oleh jasaboga
harus memenuhi persyaratan teknis pengolahan makanan.
(3) Peralatan yang digunakan untuk pengolahan dan penyajian
makanan harus tidak menimbulkan gangguan terhadap
kesehatan secara langsung atau tidak langsung.
(4) Penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi harus
memenuhi persyaratan Hygiene Sanitasi penyimpanan
makanan.
(5) Pengangkutan makanan harus memenuhi persyaratan teknis
Hygiene Sanitasi Pengangkutan makanan.
Pasal 10
(1) Pembinaan teknis penyelenggaraan jasaboga dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
(2) Dalam rangka pembinaan, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dapat mengikut sertakan Asosiasi
Jasaboga, organisasi profesi dan instansi terkait lainnya.
Pasal 11
(1) Pengawasan pelaksanaan Keputusan ini dilakukan oleh
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
(2) Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan secara fungsional
melaksanakan pengawasan jasaboga yang berlokasi
didalam wilayah pelabuhan.
Pasal 12
(1) Dalam hal kejadian luar biasa (wabah) dan/atau kejadian
keracunan makanan Pemerintah mengambil langkah-
langkah penanggulangan seperlunya.
(2) Langkah penanggulangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan melalui pengambilan sample dan spesimen
yang diperlukan, kegiatan investigasi dan kegiatan
surveilan lainnya.
(3) Pemeriksaan sample dan spesimen jasaboga dilakukan di
laboratorium.
f) Sanksi
Pasal 13
(1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mengambil
tindakan administratif terhadap jasaboga yang melakukan
pelanggaran atas Keputusan ini.
(2) Sangsi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa teguran lisan, terguran tertulis, sampai dengan
pencabutan sertifikat hygiene sanitasi jasaboga.
40
c) Larangan
Pasal 26
Dilarang menggunakan bahan tambahan makanan melampaui
batas maksimum penggunaan yang ditetapkan untuk masing-
masing makanan yang bersangkutan.
d) Sanksi Hukum
Pasal 29
Pelanggaran terhadap ketentuan lainnya pada peraturan ini
dapat dikenakan tindakan administratif dan atau tindakan
lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
7) Kepmenkes Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman
Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan
a) Ketentuan umum
Pasal 1
(1) Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang
diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan
atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual
bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah
makan/restoran, dan hotel.
(2) Penanganan makanan jajanan adalah kegiatan yang
meliputi pengadaan, penerimaan bahan makanan,
pencucian, peracikan, pembuatan, pengubahan bentuk,
pewadahan, penyimpanan, pengangkutan, penyajian
makanan atau minuman.
b) Penjamah Makanan
Pasal 2
(1) Penjamah makanan jajanan dalam melakukan kegiatan
pelayanan penanganan makanan jajanan harus memenuhi
persyaratan antara lain :
42
b) Penyelenggaraan
Pasal 2
(1) Setiap rumah makan dan restoran harus memiliki izin usaha
dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(2) Untuk memiliki izin usaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) rumah makan dan restoran harus memiliki sertifikat
laik hygiene sanitasi rumah makan dan restoran yang
dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pasal 3
Setiap usaha rumah makan dan restoran harus mempekerjakan
seorang penanggung jawab yang mempunyai pengetahuan
hygiene sanitasi makanan dan memiliki sertifikat hygiene
sanitasi makanan.
Pasal 4
(1) Tenaga penjamah makanan yang bekerja pada usaha rumah
makan dan restoran harus berbadan sehat dan tidak
menderita penyakit menular.
(2) Penjamah makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus melakukan pemeriksaan kesehatannya secara berkala
minimal 2 kali dalam 1 tahun.
(3) Penjamah makanan wajib memiliki Sertifikat Kursus
Penjamah makanan.
c) Penetapan Tingkat Mutu
Pasal 7
(1) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pengujian
mutu makanan dan spesimen terhadap rumah makan dan
restoran
(2) Pengujian mutu makanan serta spesimen dari rumah makan
dan restoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dikerjakan oleh tenaga Sanitarian.
45