Anda di halaman 1dari 13

“ KOMPOSISI MEMBRANE DAN MEKANISME PERTUKARAN ZAT PADA SEL “

A. Membrane Inti
1.Pengertian Membran Inti
Inti sel atau nukleus sel adalah organel yang ditemukan pada sel eukariotik.
Organel ini mengandung sebagian besar materi genetik sel dengan bentuk molekul
DNA linear panjang yang membentuk kromosom bersama dengan beragam jenis
protein seperti histon. Gen di dalam kromosom-kromosom inilah yang membentuk
genom inti sel. Fungsi utama nukleus adalah untuk menjaga integritas gen-gen
tersebut dan mengontrol aktivitas sel dengan mengelola ekspresi gen. Selain itu,
nukleus juga berfungsi untuk mengaturn gen saat terjadi pembelahan sel,
memproduksi mRNA untuk mengodekan protein, sebagai tempat sintesis ribosom,
tempat terjadinya replikasi dan transkripsi dari DNA, serta mengatur kapan dan di
mana ekspresi gen harus dimulai, dijalankan, dan
Diakhiri.

Struktural utama nukleus adalah membran inti, suatu membran lapis ganda yang
membungkus keseluruhan organel dan memisahkan bagian inti dengan sitoplasma
sel, serta lamina inti, suatu struktur dalam nukleus yang memberi dukungan mekanis
seperti sitoskeleton yang menyokong sel secara keseluruhan. Membran inti dipisahkan
oleh ruangan sekitar 20-40 nm yang disebut rongga perinukleus. Bagian luar
membrane inti berbatasan dengan sitoplasma dan menyatu dengan retikulum
endoplasma kasar (RER). Terdapat pori-pori inti hampir di seluruh permukaan
membrane inti yang menyatukan lapisan membran luar inti dan membran dalam inti
denagn diameter sekitar 100 nm. Sangat berperan dalam lalu lintas ribosom, mRNA,
dan protein-protein inti. Juga sebagai gerbang ysng menghubungkan antara
sitoplasma dengan nukleoplasma. Tidak semua molekul dapat masuk dan keluar
melalui pori inti ini karena terdapat prosedur yang sangat kompleks. Membran dalam
inti sedikit berbeda kandungan dan fungsi dengan membran luar inti. Karena membran
inti berhubungan dengan retikulum endoplasma, maka akan tumbuh dan melebar
dengan ceoat dengan pergantian materi dengan retikulum endoplasma. Hal ini dapat
memfasilitasi nukleolus mengubah bentuk dan mengembalikan bentuk membran inti
ketika mitosis terjadi. Salah satu keuntungan membran ganda ini adalah masing-
masing membran terspesialisasi untuk berinteraksi dengan komponen-komponen
yang ada di sitoplasma atau nukleoplasma sehingga kerja nukleoulus menjadi lebih
efektif. Contohnya, beberapa protein di dalam membran dalam inti hanya
berhubungan dengan lapisan lamina saja. Struktur lainnya adalah lapisan tebal tak
beraturan berbentuk serabut yang menempel pada membran dalam inti yang dikenal
dengan lamina inti. Tiap sel memiliki ketebalan yang berbeda-beda dan kadang sangat
sulit ditemukan dengan mikroskop. Namun, ada bukti secara kimiawi bahwa lamina inti
benar-benar ada di semua sel eukariot. Sangat berperan dalam mengoordinasi kedua
membran inti dan kromatin. Struktur lamina inti terdiri dari benang-benang acak yang
mengandung protein-protein spesifik. Pada vertebrata, lamina inti menghasilkan tiga
polipetida penting yang menempel secara spesifik pada membran dalam inti.
Komponen lainnya yang lebih spesifik menempel pada kromatin. Polipeptida lamina
inti adalah komponen dalam pemberhentian dan pembentukan ulang membran inti
yang terjadi ketika mitosis. Pada profase, hampir semua protein lamina inti dilepaskan
dari membran inti dan akan berdifusi ke sitoplasma sehingga lamina inti terfosforilasi.
Kromatin yang menempel pada lamina inti akan terlepas dan mulai menebal menjadi
kromatid. Ketika mencapai fase telofase, lamina inti mengkaktifkan kembali ptrotein-
protein untuk melakukan defosforilisasi sehingga lamina inti terbentuk kembali.
Setelah lamina ini terbentuk, protein spesifik lainnya akan bereaksi dengan membran
inti dan kromatid yang mulai menipis. Membran inti terbentuk kembali dengan pori-pori
inti. Lamina inti menempel kembali dengan membran dalam inti dan kromatid serta
menjaga bentuk nukleolus. Peran lainnya dari lamina inti adalah menjaga pori-pori inti
agar tetap ditempatnya dan menjaga bentuk dari membran inti. Juga menjaga jarak
antara kromatin dengan membran inti selama interfase. Keduanya dikoordinasikan
dengan jelas dimana kromatin dicegah agar tidak bergerak disekitar pori-pori inti.
2.Fungsi Membran Inti, yaitu :
a. Fungsi Membran inti yang sebelah luar melanjut ke endoplasmik retikulum dan
seringkali mengandung ribosom, yang selanjutnya dikenal sebagai granular
endoplasmik reticulum atau Rough Endoplasmic Reticulum (R-ER atau G-ER).
b. Fungsi Membran inti yang sebelah dalam tidak mengandung ribosom. Perforasi
membran inti karena adanya porus dengan diameter 40 – 100 um. Per inti sel
terdapat 3000 porus dan porus ini sebagai tempat lalunya pertukaran zat
(Contohnya : mRNA) antara inti dengan sitoplasma. Fungsi membran inti
dalam sel hewan adalah untuk menahan DNA di dalam nukleus untuk
melindunginya dari zat sekitarnya. Membran inti juga mengatur zat yang dapat
masuk atau keluar inti. Membran inti, juga dikenal sebagai selubung inti,
mengelilingi setiap inti yang ditemukan dalam sel-sel hewan. Memisahkan
cairan di dalam inti sel dari bahan luar. Membran inti memiliki fungsi melindungi
DNA di dalam nukleus dari sekitar zat eksterior. Hal ini dilakukan dengan
mengatur apa zat yang dapat memasuki atau meninggalkan inti, menurut
Portal-edu. Membran inti memiliki lapisan ganda yang terdiri dari membran luar
yang kontinu dan membran dalam yang dipisahkan oleh ruang perinuklear.
Kedua membran luar dan dalam yang terbuat dari fosfolipid, yang merupakan
lipid yang mengandung gugus fosfat dalam molekul mereka. Zat yang harus
lulus masuk atau keluar dari inti, seperti protein, ion atau molekul yang sangat
kecil, hanya dapat melakukannya melalui pori-pori inti, yang merupakan lubang
pada membran inti. Agar molekul yang lebih besar dapat menyeberangi
membran inti, mereka harus memiliki penanda yang sesuai sehingga protein
yang melapisi pori-pori mampu mengenali.

B. Kompartemen Cairan Tubuh


Secara ringkas kompartemen cairan dibagi menjadi dua kompartemen utama, yaitu:
1) Cairan intraseluler (CIS)
CIS adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa, kira-kira dua
per tiga dari cairan tubuh adalah intraseluler, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria
dewasa (70 Kg). Sebaliknya, hanya setengah dari cairan tubuh bayi adalah cairan
intraseluler.
2) Cairan ekstraseluler (CES)
CES adalah cairan di luar sel. Ukuran relatif dari CES menurun dengan
meningkatnya usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira setengah cairan tubuh terkandung
di dalam CES. Setelah usia satu tahun, volume relatif CES menurun sampai kira-kira
sepertiga dari volume total. CES dibagi menjadi:
a) Cairan interstisiel (CIT)
Cairan ini berada di sekitar sel. Cairan limfe termasuk dalam volume
interstisial. Volume CIT kira-kira sebesar dua kali lebih besar pada bayi baru lahir
dibanding orang dewasa.
b) Cairan intravaskuler (CIV)
Cairan yang terkandung dalam pembuluh darah. Volume relatif dari CIV sama
pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah orang dewasa kira-kira
5-6 L, 3 L dari jumlah itu adalah plasma, sisanya 2-3 L terdiri dari sel darah merah
(SDM), sel darah putih (SDP) dan trombosit.
c) Cairan transeluler (CTS)
Cairan yang terdapat di dalam rongga khusus dari tubuh. Cairan CTS meliputi
cairan cerebrospinal, pericardial, pleural, sinovial, cairan intraokular dan sekresi
lambung. Sejumlah besar cairan ini dapat bergerak ke dalam dan ke luar ruang
transeluler setiap harinya. Contoh, saluran gastrointestinal (GI) secara normal
mensekresi dan mereabsopsi sampai 6-8 L per hari.
Secara skematis Jenis dan jumlah cairan tubuh dapat digambarkan sebagai
berikut :

Gambar 1. Skema jenis dan jumlah cairan tubuh


C. Transport Trans Membrane
1. Pengertian
Transpor membran sel merupakan proses pengangkutan materi atau
molekul dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang
konsentrasinya rendah tanpa menggunakan ATP (Adenosin Trifosfat), atau
proses pengangkutan molekul dari daerah yang konsentrasinya rendah ke
daerah yang konsentrasinya tinggi dengan menggunakan energi hasil
metabolisme ATP, dan kedua proses tersebut berlangsung secara terpadu
untuk menjaga kesetimbangan molekul biologis di dalam sel (Hamong, 2017).
Transport Pasif, merupakan mekanisme perpindahan molekul atau zat
yang tidak melewati selaput membran semipermeable dan tidak
membutuhkan energi, dan Transpor aktif merupakan transpor partikel- partikel
melalui membran semipermeabel yang bergerak melawan gradien
konsentrasi yang memerlukan energi dalam bentuk ATP (Darmadi, 2012).
Transpor pasif dibagi menjadi dua jenis yaitu difusi dan osmosis sedangkan
Transport aktif terbagi atas transport aktif primer dan sekunder. Transport
aktif sekunder juga terdiri atas co-transport dan counter transport (exchange).
Transport aktif primer memakai energi langsung dari ATP, misalnya pada Na-
K pump dan Ca pump.
a) Osmosis
Osmosis adalah perpindahan molekul zat pelarut yang berkonsentrasi
tingg 9mengandung banyak air ke larutan yang memiliki konsentrassi zat
pelarut yang rendah melalui membran semipermeabel.
b) Difusi merupakan peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat
dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian berkonsentrasi
rendah. Difusi bergantung pada perbedaan konsentrasi dan tekanan
hidrostatik. Energi untuk proses difusiadalah energi kinetik yang normal
ditimbulkan akibat pergerakan suatu bahan. Difusi yang melewati
membran sel dibagi menjadi dua subtipe yaitu difusi sederhana dan difusi
fasilitasi
c) Pompa Na-K
Pompa Na-K adalah salah satu proses yang ada dalam tranpor
transmembran yaitu transpor aktif, pompa Na-Kmasuk kedalam jenis
transpor aktif karena membutuhkan energi dalam pekerjaannya.
Mekanisme kerja Pompa Na-K :
1)Na+ pada sitoplasma berikatan dengan pompa Natrium-Kalium. Afinitas
terhadap Na+ tinggi saat protein berbentuk seperti ini.
2) Pengikatan Na+ merangsang fosforilasi (penambahan gugus fosfat)
protein oleh ATP.
3) Fosforilasi menyebabkan protein berubah bentuk, sehingga afinitasnya
terhadap Na+ menurun, dan dilepaskan ke sebelah luar.
4) Bentuk baru protein memiliki afinitas tinggi terhadap K+, yang berikatan
ke sisi ekstraselualer, dan memicu pelepasan gugus pospat.
5) Hilangnya fosfat mengembalikan bentuk awal protein, yang memiliki
afinitas lebih rendah terhadap K+
6) K+ dilepaskan;afinitas terhadap Na+ tinggi lagi, dan siklus ini berulang.
d) Endositosis dan Eksositosis
Eksositosis, adalah mekanisme untuk mentranspor materi keluar dari sel
sedangkan endositosis adalah mekanisme untuk memasukkan
makromolekul ke dalam sel melalui membran sel. Terdapat dua jenis
proses endositosis. Pertama, fagositosis. Pada dasarnya fagositosis
adalah kebalikan dari eksositosis, dimana materi ekstraselular melekat di
membran dan terjadi pelekukan ke dalam atau cleavag. Kedua adalah
pinositosis, proses ini hampir sama dengan fagositosis namun untuk
molekul yang memiliki ukuran lebih kecil. Biasanya berupa droplet atau
tetesan cairan yang di dalamnya mengandung bahan-bahan makanan.
Bisa kita lihat perbedaan antara fagositosis dan Pinositosis adalah jika
fagositosis partikel padatan yang akan masuk kedalam sel, sedangkan
pinositosis adalah larutan yang masuk kedalam sel.

D. Distribusi
E. Komunikasi Sel
1.Pengertian
Menurut Prof. Subowo (2015) mengungkapkan bahwa komunikasi sel adalah
proses penyampaian informasi sel dari sel pesinyal menuju ke sel target untuk
mengatur pengembangan dan pengorganisasiannya menjadi jaringan, mengawasi
pertumbuhan dan pembelahannya serta mengkoordinasikan aktivitasnya.
2.Tipe penyampaian molekul sel dalam komunikasi sel
a. Endokrin adalah sel target jauh dengan media hormon yang dibawa oleh
pembuluh darah.
b. Parakrin adalah sel penyekresi bekerja pada sel-sel target yang berdekatan
dengan melepas molekul regulator lokal (misalnya faktor pertumbuhan )
kedalam cairan luar sel.
c. Autokrin, adalah sel responsif terhadap substansi yang dihasilkan oleh sel itu
sendiri atau dengan kata lain sel penghasil mediator berperan juga sebagai sel
sasaran.
d. Sinaptik adalah tipe pensinyalan jarak jauh melalui sistem persarafan. Sel saraf
melepaskan molekul neurotransmiter kedalam sinapsis sehingga merangsang
sel target.
3.Metoda penyampaian sinyal
a. Komunikasi langsung yaitu komunikasi antar sel yang sangat berdekatan
karena mentransfer sinyal listrik (ion-ion)
b. Komunikasi lokal adalah komunikasi yang terjadi melalui zat kimia yang
dilepaskan kecairan ekstrasel yang berdekatan ataupun kepada sel-sel
yang berada jauh letaknya.
c. Komunikasi jarak jauh adalah komunikasi yang berlangsung melalui sinyal
listrik yang dihantarkan sel syaraf dan atau sinyal kimia (hormon dan
neurohormon)
d. Dengan membentuk gap junction sehingga terjadi hubungan sitoplasma dari
kedua sel yang berkomunikasi tersebut.
4.Tahapan komunikasi dalam sel
Dilihat dari perspektif sel yang menerima pesan, pensinyalan sel dibagi menjadi 3
tahapan yaitu:
a. Tahap penerimaan (reception)
Pada tahapan ini sel target mendeteksi molekul sinyal yang berasal dari luar
sel. Sinyal kimiawi terdeteksi ketika molekul sinyal berikatan dengan protein
reseptor yang terletak dipermukaan atau didalam sel.
b. Tahap pengikatan molekul (transduction) Pada tahap ini molekul sinyal
memiliki bentuk yang komplamenter dengan situs reseptor yang melekat
disitu seperti anak kunci dalam gembok atau substrat dalam situs katalitik
suatu enzim. Molekul sinyal berprilaku seperti ligan, istilah molekul yang
berikatan secara spesifik dengan molekul lain, seringkali yang berukurakan
besar. Pengikatan ligan menyebabkan protein reseptor mengalami
perubahan bentuk. Umumnya efek pengikatan ligan menjadi agregasi kedua
atau lebih mengaktivasi reseptor lain berinteraksi dengan molekul lainnya.

c. Tahap responsif (response)


Pada tahapan ini sinyal yang ditrandusikan menyebabkan aktivitas selular
seperti glikogen fospolirase, penyusunan ulang sitoskeleton ataupun aktivasi
gen-gen spesifik dalam nukleus.
5.Jenis-jenis reseptor dan pengaruhnya terhadap aktivitas sitoplasma
a. Reseptor dalam membran sel
Sebagian besar molekul sinyal larut-air berikatan pada protein reseptor dalam
membran sel. Reseptor ini mentransmisikan informasi dari lingkungan ekstraseluler
ke bagian dalam sel dengan cara mengubah bentuk saat berikatan dengan ligan.
Tiga tipe utama reseptor membran adalah:
 Reseptor saluran/gerbang ion; misalnya pada molekul neurotransmitter
yang dilepaskan sinapsis antara dua sel saraf berikatan dengan saluran ion
sehingga menyebabkan saluran membuka dan memicu timbulnya sinyal
listrik yang merambat ke sel penerima.
 Reseptor terikat enzim seperti tirosin kinase
Kinase adalah enzim yang mengkatalis transfer gugus fospat dari ATP ke
asam amino tirosin
 Reseptor terkopel protein G
Reseptor terkopel protein G adalah reseptor membran plasma yang bekerja
dengan bantuan protein G, protein yang mengikat molekul GDP/ GTP yang
kaya energi. Banyak molekul sinyal yang berbeda menggunakan reseptor
terkopel protein G. Struktur molekulnya terdiri dari 7 heliks α, β danγ
transmembran. Dalam keadaan tidak aktif protein G mengikat GDP
(guanosin diposfat) melalui subunit α dipermukaan dalam dinding sel. Saat
molekul sinyal berikatan dengan sisi ekstraseluler maka protein G akan
bergeser melepaskan GDP dan diganti oleh molekul GTP. GTP kemudian
mengaktivasi sub unit α untuk melepaskan diri. dan berikatan dengan efektor
lain yaitu adenilil siklase. Saat itulah memicu langkahnya pada respon
seluler. Perubahan pada enzim dan protein G juga bersufat sementara karena
protein G juga berfungsi sebagai enzim GTP-ase maka sub unit α akan
menghidrolisis GTP menjadi GDP. Karena kini tidak aktif lagi protein G
meninggalkan enzim dan kembali ke kondisi awal.
b. Reseptor dalam intraseluler
Reseptor ini terletak pada sitoplasma atau pada nukleus target. Untuk
mencapai reseptor ini pembawa pesan kimiawi menembus membran plasma
sel target. Molekul sinyal yang dapat melakukan hal ini adalah hormon
steroid dan tiroid karena termasuk pembawa pesan yang sifatnya hidrofobik.
Reseptor intraseluler adalah reseptor protein yang tidak berada pada
membran sel melainkan pada sitoplasma atau nukleus. Sinyal harus
melewati membran plasma terlebih dahulu sebelum bertemu dengan
reseptor jenis ini (karena ukuran molekul kecil dapat melewati membran
atau merupakan lipid sehingga terlarut dalam membran). Sinyal kimiawi
dengan reseptor intraseluler misalnya hormon steroid (testosteron) dan tiroid
hewan yang berupa lipid serta molekul gas kecil oksida nitrat. Mekanisme
jalur transduksi sinyal (jalur-jalur merelai sinyal dari reseptor ke respon
seluler) seperti berikut:
 Molekul yang merelay sinyal dari reseptor ke respon disebut molekul relay
(sebagian besar merupakan protein).
 Molekul sinyal awal secara fisik tidak dilewatkan jalur pensinyalan (molekul
sinyal bahkan tidak pernah masuk sel).Sinyal direlai sepanjang suatu jalur,
artinya informasi tertentu dilewatkan. Pada tiap tahap sinyal ditransduksi
menjadi bentuk berbeda yaitu berupa perubahan konformasi suatu protein
yang disebabkan oleh fosforilasi. Fosforilasi protein merupakan suatu cara
pengaturan yang umum dalam sel dan merupakan mekanisme utama
transduksi sinyal. Jalur pensinyalan bermula ketika molekul sinyal terikat pada
reseptor eseptor ini kemudian mengaktifkan satu molekul relai, yang
mengaktifkan protein kinase 1. Protein kinase 1 aktif ini mentransfer satu
fosfat dari ATP ke molekul protein kinase 2 yang inaktif, sehingga akan
mengaktifkan kinase kedua ini. Akibatnya, protein kinase 2 yang aktif ini
mengkatalisis fosforilasi (dan aktivasi) protein kinase 3. Akhirnya protein
kinase 3 aktif ini memfosforilasi protein yang menghasilkan respons akhir sel
atas sinyal tadi. Enzim fosfatase mengkatalisis pengeluaran gugus fosfat.
Molekul kecil dan ion kecil tertentu merupakan komponen utama jalur
pensinyalan (second messenger), seperti AMP siklik (cAMP) dan Ca2+,
berdifusi melalui sitosol sehingga membantu memancarkan sinyal ke seluruh
sel secara cepat.Respon akhir sel terhadap sinyal ekstraseluler disebut
respon keluaran. Respon sel terhadap sinyal berfungsi untuk mengatur
aktivitas dalam sitoplasma atau transkripsi dalam nukleus. Kekhususan
pensinyalan sel menentukan molekul sinyal apa yang akan diresponnya dan
sifat responnya. Keempat sel dalam diagram merespon molekul sinyal
dengan cara yang berbeda karena masing-masing memiliki kumpulan protein
yang berbeda. Diagram sel A merupakan diagram jalur pensinyalan dengan
satu respon tunggal. Diagram sel B merupakan diagram jalur pensinyalan
dengan jalur bercabang sehingga memunculkan dua respon yang berbeda.
Diagram sel C merupakan diagram jalur pensinyalan dengan reaksi saling-
sapa di antara kedua jalur yang membuat sel dapat memadukan informasi
dari kedua sinyal yang berbeda. Diagram sel D merupakan diagram jalur
pensinyalan dengan reseptor yang berbeda dengan reseptor pada sel A, B
dan C.
6.Second Messenger
Second messenger merupakan jalur pensinyalan yang melibatkan molekul atau ion
kecil nonprotein yang terlarut dalam air, sedangkan molekul sinyal ekstraseluler
yang mengikat reseptor membran merupakan jalur first messenger. Second
messenger lebih kecil dan terlarut dalam air, sehingga dapat segera menyebar
keseluruh sel dengan berdifusi . Second messenger berperan serta dalam jalur
yang diinisiasi reseptor terkait protein-G maupun reseptor tirosin-kinase. Dua
contoh second messenger yang paling banyak digunakan ialah:
a. AMP siklik
Second messenger ini yang membawa sinyal yang diinisiasi epinefrin dari
membrane plasma sel hati atau otot ke bagian dalam sel, dimana sinyal itu
menyebabkan pemecahan glikogen. Pengikatan epinefrin pada membrane
plasma sel hati akan meningkatkan senyawa adenosine monofosfatsiklik, yang
disingkat AMP siklik atau cAMP. Camp ini diaktifkan oleh adenilat siklase yang
mengkatalisa perombakan ATP. cAMP atau aliran ion tadi dapat membuat
perubahan pada perilaku sel, dan mereka disebut messenger sekunder atau
mediator intraseluler yang mana akan merangsang metabolisme sel lewat
aktivitas protein kinase.

b. Ion kalsium
Banyak molekul sinyal pada hewan, termasuk neurotransmitter, faktor
pertumbuhan dan sejumlah hormon menginduksi respon pada sel targetnya
melalui jalur transduksi sinyal yang meningkatkan konsentrasi ion kalsium
sitosolik. Peningkatan konsentrasi ion kalsium sitosolik menyebabkan banyak
respon pada sel hewan. Sel menggunakan ion kalsium sebagai second
messenger dalam jalur protein-G dan jalur reseptor tirosin kinase. Dalam
merespon sinyal yang direlai oleh jalur transduksi sinyal, kadar kalsium sitosolik
mungkin meningkat, biasanya oleh suatu mekanisme yang melepas ion kalsium
dari RE biasanya jauh lebih tinggi daripada konsentrasi dalam sitisol. Karena
kadar kalsium sitosol terendah, perubahan kecil pada jumlah absolute ion akan
menggambarkan persentase perubahan yang relative tinggi pada konsentrasi
kalsium.
F. Jalur Sinyal Reseptor-Enzim

G. Homeostasis
Menurut Dafriani (2019) Homeostasis adalah kondisi keseimbangan dari
lingkungan internal karena interaksi berbagai proses dalam tubuh manusia..
Homeostasis merupakan kondisi yang dinamis. Berbagai usaha akan dilakukan
tubuh agar kembali dalam kondisi seimbang. Contohnya adalah kadar glukosa
darah yang berada antara 70 sampai 110 mg/dl. Masing-masing struktur dari
tingkat sel sampai system organ akan menjaga agar kadarnya dalam darah tidak
melewati batas atau normal.
Homeostasis pada tubuh manusia akan mengalami gangguan secara terus
menerus. Beberapa gangguan berasal dari lingkungan eksternal seperti suhu
panas lingkungan. Beberapanya berasal dari lingkungan internal seperti kadar
glukosa darah yang terlalu rendah. Beberapa gangguan pada homeostasis bisa
terjadi secara singkat ataupun lbih lama. Untungnya tubuh kita memiliki cara
untuk mengembalikannya pada kondisi seimbang. Kita memiliki system saraf dan
hormonal yang mengatur bagaimana tubuh agar kembali kepada kondisi yang
seimbang.
Tubuh kita dapat mengatur agar kembali pada kondisi yang seimbang dengan
berbagai mekanisme umpan balik. System umpan balik terdiri dari tiga komponen
yaitu :
1. Reseptor
Bagian tubuh yang memonitor perubahan dalam mengontrol kondisi,
menyampaikan input ke pusat control. Input berupa impuls saraf atau sinyal
kimia. Contohnya adalah reseptor panas di kulit dapat mendeteksi naiknya
suhu lingkungan lalu menyampaikannya ke pengatur suhu di hipotalamus.
2. Pusat control
Pusat control berada di otak. Pusat control mengevaluasi input dari reseptor.
Apakah input melewati ambang normal atau berada di bawah ambang normal.
Pusat control akan memberikan perintah yang dibutuhkan agar sesuatu sesuai
dengan nilai normalnya. Output dari pusat control berupa impuls saraf,
hormone atau sinyal kimia.
3. Efektor
Bagian tubuh yang menerima perintah dari pusat control dinamakan efektor.
Efektor akan berespon. Pada saat suhu dingin maka otak akan memerintahkan
otot rangka yang bertindak sebagai efektor untuk menggigil. Menggigil akan
membuat kontraksi otot terjadi sehingga dihasilkan panas.
Setiap organ atau jaringan akan dapat bertindak sebagai efektor. Reseptor dan
efektor berkomunikasi dengan pusat control dalam bentuk mekanisme umpan
balik. Umpan balik yang terjadi bisa umpan balik negatif atau umpan balik
positif. Umpan balik negatif akan berusaha membuat kondisi kembali normal.
Pada saat tekanan darah naik maka baroreseptor (reseptor tekanan darah)
akan menyampaikan kepada otak. Otak akan memerintahkan otot polos
tekanan darah untuk dilatasi sehingga tekanan darah dapat turun kembali.
Sedangakan umpan balik positif akan menguatkan respon yang ada agar
semakin kuat. Kontraksi uterus yang mendorong janin agar keluar. Dorongan
tersebut akan membuka serviks. Semakin kuat kontraksi uterus semakin
terbuka serviks, hal ini terjadi sampai janin lahir.

H. Integrasi : Lengkung Refleks


DAFTAR PUSTAKA

Dafriani, Putri. 2019. Buku Ajar Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Kesehatan. Padang:
CV Berkah Prima

Suharsono, Hamong. 2017. Transportasi Transmembran. Universitas Udayana

Anda mungkin juga menyukai