Anda di halaman 1dari 13

A.

Konsep Dasar Penyakit Hipertensi


1. Anatomi Fisiologi
a. Struktur Pankreas
Pankreas merupakan organ pipih yang terletak di belakang dan
sedikit di bawah lambung dan abdomen. Didalamnya terdapat
kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau pada peta, karna itu
disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta yang
mengeluarkan hormon insulin, yang sangat berperan dalam
mengatur kadar glukosa darah, sel beta mensekresi insulin yang
menurunkan kadar glukosa darah, juga sel delta yang
mengeluarkan somatostatin.
Pankreas terdiri dari labulus-labulus, masing-masing terdiri dari satu
pembuluh kecil yang mengarah pada duktus utama dan berakhir
pada sejumlah alveoli. Alveoli dilapisi oleh sel-sel yang mensekresi
enzim yang disebut tripsinogen, amylase, dan lipase.
b. Hormon Pankreas
Ada lima hormon yang meningkatkan kadar glukosa darah:
1) Insulin merupakan hormon yang menurunkan kadar glukosa
dalam darah dibentuk oleh sel-sel beta pulau Langerhans
pankreas.
2) Glukosa yang disekresi oleh sel-sel alfa pulau Langerhans
berfungsi sebagai meningkatkan kadar glukosa dalam darah.
3) Epinefrin yang di sekresi oleh medula adrenalin dan jaringan
kromafin lain, berfungsi meningkatkan kadar glukosa dalam
darah.
4) Glukokortikoid yang disekresi oleh korteks adrenalin.
5) Growth hormon yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior.
Glukagon, epinefrin, glukokortikoid dan growth hormon,
membentuk suatu pelawanan mekanisme regulator yang
mencegah timbulnya hipoglikemia akibat pengaruh insulin.
2. Pengertian
Gangren adalah luka yang berkahir dengan kematian saraf atau
jaringan yang disebabkan oleh gangguan pengaliran darah ke jaringan
tersebut.
Gangren diabetik adalah nekrosis jaringan pada bagian tubuh
perifer akibat penyakit diabetes mellitus. Biasanya gangren tersebut
terjadi pada daerah tungkai. Keadaan ini ditandai dengan pertukaran
sekulitis dan timbulnya vesikula atau bula yang hemoragk kuman yang
biasnaya menginfeksi pada gangren diabetic adalah streptokokus.
3. Etiologi/Faktor Risiko
Berbagai faktor risiko yang dapat memengaruhi timbulnya gangren
diabetik adalah neuropati, iskemia, dan infeksi. Gangren terjadi ketika
bagian tubuh tidak ada atau sangat terbatas suplai darahnya. Suplai
darah yang buruk dapat disebabkan oleh hal berikut:
a. Penekanan pada pembuluh darah (misalnya turniket, balutan yang
telalu ketat, dan pembengkakan ekstremitas)
b. Obstruksi di dalam pembuluh darah yang sehat (misalnya emboli
arteri, kerusakan jaringan akibat suhu yang rendah)
c. Spasme dinding pembuluh darah (misalnya toksisitas ergot)
d. Trombosis yang disebabkan oleh penyakit dinding pembuluh
darah (misalnya arteriosclerosis pada arteri, flebitis pada vena)
4. Patofisiologi
Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada
penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan
pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun
motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada
kulit dan otot yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan
distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan
mempermuda terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi
menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas.
Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah
rumitnya pengelolaan kaki diabetes

DIABETES MELITUS

Neuropati Penurunan Sitem imun Vaskuler

Motorik
Penurunan Makro Mikro Vaskuler
Sensorik
otonom kemampuan leukosit Vaskuler
membunuh bakteri

Penyumbatan Penurunan
Peningkatan infeksi aliran darah aliran darah

Iskemia Edema

Gangren
5. Manifestasi Klinis
Gejala umum penderita dengan gangren diabetik sebelum terjadi luka
a. Kesemutan atau kram
b. Rasa lemah
c. Baal pada tungkai
d. Nyeri saat waktu istirahat

Gejala yang menyertai setelah terjadi luka


a. Kemerahan yang semakin meluas
b. Rasa nyeri semakin meningkat
c. Badan panas
d. Nanah
e. Bau yang semakin tajam
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah : meliputi GDS, gula darah puasa, dan dua
jam post prandial, Hb dan albumin karena adanya anemia dan
hipoalbumin akan sangat berpengaruh dalam penyembuhan luka.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil
dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ),
kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
c. KulturPus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik
yang sesuai dengan jenis kuman.
7. Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian antibiotik
b. Kontrol gula darah dengan insulin atau obat antidiabetik
c. Dilakukan pengangkatan jaringan yang rusak. Kadang-kadang jika
sirkulasi sangat jelek, sebagian atau seluruh anggota tubuh harus
diamputasi untuk mencegah penyebaran infeksi
8. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Mencuci luka
Proses pencucian luka bertujuan untuk membuang jaringan
nekrosis, cairan luka yang berlebihan, sisa balutan yang
digunakan dan sisa metabolic tubuh pada permukaan luka. Cairan
yang digunakan misalnya NaCl 0,9%. Penggunaan hydrogen
peroksida, larutan hipoklorit, serta cairan debridema lainnya hanya
digunakan pada jairngan nekrosis dan tidak digunakan pada
jaringan granulasi.
b. Debridema
Debridema adalah pembuangan jaringan nekrosis pada luka yang
bertujuan untuk mengindari terjadinya infeksi atau selulitis
c. Pemilihan jenis balutan
Bertujuan untuk mempertahankan suasana lingkungan luka dalam
keadaan lembab, memoercepat penyembuhan, absorbsi
eksudat/cairan yang keluar berlebihan, kontrol infeksi/terhindar
dari kontaminasi.
d. Pemberian penyuluhan
Penyuluhan untuk pencegahan antara lain
1) Gunakan alas kaki saat berjalan
2) Cucilah kaki dan keringkan serta memberikan perhatian
khusus pada daerah sela-sela kaki
3) Jangan menggunakan alat pemanas atau botol diiisi air panas
4) Hindari bertumpang kaki duduk
5) Lindungi kaki dari kedinginan
6) Periksalah kaki setiap hari dan laporkan bila terdapat luka,
bullae kemerahan atau tanda-tanda radang
7) Jika kulit kaki kering maka gunakan pelembap atau krim
9. Komplikasi
a. Sepsis
b. Osteomyelitis
c. Kematian
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktifitas/Istirahat 
1) Lemah, letih, sulit berjalan
2) Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur dan istirahat
3) Disorientasi, koma
b. Sirkulasi
1) Ada riwayat hipertensi, IMA
2) Kebas dan kesemutan pada ekstremitas
3) Kebas pada kaki
4) Takikardia/nadi menurun
5) Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung
c. Intergritas Ego
1) Peka terhadap ransangan
2) Stress, tergantung pada orang lain
d. Eliminasi
1) Poliuria, nokturia
2) Rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi)
3) Nyeri tekan abdomen
e. Makanan/Cairan
1) Hilang nafsu makan
2) Mual/muntah
3) BB menurun
4) Haus
5) Turgor jelek
f. Neurosensori
1) Pusing
2) Nyeri kepala
3) Kesemutan, kebas pada otot
4) Gangguan pengelihatan
g. Nyeri/kenyamanan
1) Abdomen tegang/nyeri
2) Palpitasi
3) Wajah meringis
h. Pernapasan
1) Batuk
2) Napas bau keton
i. Keamanan
1) Kulit kering, gatal, ulkus kulit
2) Demam, diaforesis
3) Menurunnya kekuatan/rentang gerak
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan menurunnya aliran darah
ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah
b. Gangguan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan
adanya ganren pada ekstremitas
c. Nyeri berhubungan dengan iskemik jaringan
3. Rencana Keperawatan/Intervensi
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan
Tujuan Keperawatan Rencana Keperawatan
Perfusi Dalam … x 24 jam Perawatan Sirkulasi
perifer tidak Luaran: perfusi perifer meningkat
efektif Observasi
1 2 3 4 5
Kriteria hasil 1. Periksa sirkulasi perifer
Denyut nadi (mis. nadi perifer, edema,
perifer pengisian kapiler, warna,
Penyembuhan suhu, ankle-brachial indeks)
luka
Sensasi 2. Identifikassi factor risiko
gangguan sirkulasi (mis.
Ket. Skala: diabetes, perokok, orang
1. Menurun tua, hipertensi dan kadar
2. Cukup menurun kolesterol tinggi)
3. Sedang
4. Cukup meningkat 3. Monitor panas, kemerahan,
5. Meningkat nyeri atau bengkak pada
ekstremitas
1 2 3 4 5
Kriteria hasil
Warna kulit
pucat Terapeutik
Edema perifer
Nyeri 1. Hindari pemasangan infuss
ekstremitas atau pengambilan darah di
Parastesia area keterbatasan perfusi
Kelemahan otot
Kram otot 2. Hindari penekanan dan
Bruit femoralis pemasangan tourniquet
Nekrosis pada area yang cedera

3. Lakukan pencegahan infeksi


Ket. Skala:
1. Meningkat
2. Cukup meningkat 4. Lakukan perawatan kaki
3. Sedang dan kuku
4. Cukup menurun
5. Menurun 5. lakukan hidrasi

1 2 3 4 5
Kriteria hasil
Edukasi
Pengisian
kapiler 1. Anjurkan berhenti merokok
Akral
Turgor kulit 2. Anjurkan berolahraga rutin
Tekanan darah
sistolik 3. Anjurkan mengecek air
Tekanan darah mandi untuk menghindari
diastolik kulit terbakar
Tekanan arteri
rata-rata 4. Anjurkan menggunakan
Indeks ankle- obat penurun tekanan
brachial darah, antikoagulan dan
Ket penurun kolesterol jika perlu
1. Memburuk
2. Cukup memburuk 5. Anjurkan menghindari
3. Sedang penggunaan obat penyekat
4. Cukup membaik beta
5. Membaik
6. Anjurkan melakukan
perawatn kulit yang tepat

7. Anjurkan program diet


untuk memperbaiki sirkulasi
(mis. rendah lemak jenuh,
minyak ikan omega 3)

8. Informasikan tanda dan


gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis, rasa sakit
yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan
Tujuan Keperawatan Rencana Keperawatan
Gangguan Dalam … x 24 jam Perawatan Integritas Kulit
Integritas Kulit Luaran: Integritas kulit dan jaringan Observasi
dan Jaringan 1. Identifikasi penyebab
1 2 3 4 5 gangguan integritass kulit
Kriteria Hasil
Elastisitas Terapeutik
Hidrasi 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika
Perfusi jaringan tirah baring
Ket. Skala: 2. Lakukan pemijatan pada
1. Menurun area penonjolan tulang
2. Cukup menurun 3. Bersihkan perineal dengan
3. Sedang air hangat, teruttama
4. Cukup meningkat selama periode diare
5. Meningkat 4. Gunakan produk berbahan
petroleum atau minyak
1 2 3 4 5 pada kulit kering
Kriteria Hasil 5. Gunakan produk berbahan
Kerusakan ringat/alami dan hipoalergik
jaringan pada kult sensitive
Kerusakan 6. Hindari produk berbahan
lapisan kulit dasar alcohol pada kulit
Nyeri kering
Perdarahan
Kemerahan Edukasi
1. Anjurkan menggunakan
Hematoma
pelembap
Pigmentasi
2. Annjurkan minum air yang
abnormal
cukup
Jaringan parut
3. Anjurkan meningkatkan
Nekrosis asupan nutrisi
Abrasi kornea 4. Anjurkan meningkatkan
Ket. Skala: asupan buah dan sayur
1. Meningkat 5. Anjurkan mengjindari
2. Cukup meningkat terpapar suhu ekstrem
3. Sedang 6. Anjurkan menggunakan
4. Cukup menurun tabir surya SPF minimal 30
5. Menurun saat berada diluar rumah
7. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
1 2 3 4 5 secukupnya
Kriteria Hasil
Suhu kulit
Sensasi
Tekstur
Pertumbuhan
rambut
Ket. Skala:
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik
5. Membaik
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan
Tujuan Keperawatan Rencana Keperawatan
Nyeri Akut Dalam … x 24 jam Manajemen Nyeri (SIKI hlm.
Luaran: tingkat nyeri 201)
Ket. Skala: Obeservasi
6. Meningkat 1. Identifikasi lokasi,
7. Cukup meningkat karakteristik, durasi,
8. Sedang kualitas, intensitas nyeri
9. Cukup menurun 2. Identifikasi skala nyeri
10. Menurun 3. Identifikasi respon nyeri non
verbal
1 2 3 4 5 4. Identifikasi faktor yang
Indikator memperberat dan
Keluhan nyeri memperingan nyeri
Meringis 5. Identifikasi pengaruh nyeri
Sikap protektif terhadap kualitas hidup
Gelisah 6. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Daftar Pustaka

Mubarak, W. I., Chayatin, N., & Susanto, J. (2015). Standar Asuhan


Keperawatan dan Prosedur Tetap dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan.


Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawtan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai