Anda di halaman 1dari 12

Nama: Rumiyati sodakain

NIM : 1907010163

Epidemiologi penyakit menular (DBD dan MALARIA)

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)


1. Penyebab

Demam berdarah disebabkan oleh virus Dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Virus tersebut akan masuk ke aliran darah manusia melalui gigitan nyamuk. Biasanya, jenis
nyamuk ini menggigit di pagi hari sampai sore menjelang petang. Penularan virus Dengue terjadi bila
seseorang yang terinfeksi digigit oleh nyamuk perantara. Virus dari orang yang terinfeksi akan dibawa
oleh nyamuk, dan menginfeksi orang lain yang digigit nyamuk tersebut. Virus Dengue hanya menular
melalui nyamuk, dan tidak dari orang ke orang.

Virus Dengue terbagi menjadi empat tipe, yaitu:

1) DEN 1
2) DEN 2
3) DEN 3
4) DEN 4
Ketika seseorang terinfeksi salah satu tipe virus Dengue dan berhasil pulih, maka tubuhnya akan
membentuk kekebalan seumur hidup terhadap tipe virus tersebut. Akan tetapi, kekebalan terhadap
salah satu virus tidak menutup kemungkinan terjadinya infeksi oleh tipe virus Dengue yang lain. Bahkan,
seseorang yang pernah terinfeksi virus Dengue lebih berisiko terinfeksi untuk kedua kalinya. Selain
pernah mengalami infeksi virus Dengue, faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena
demam berdarah adalah tinggal atau bepergian ke daerah tropis. Demam berdarah juga lebih berisiko
dialami oleh bayi, anak-anak, lansia, dan orang dengan kekebalan tubuh lemah.

2. Vektor (siklus dan perilaku) Nyamuk Aedes Aegypti

Siklus hidup

Nyamuk betina meletakkan telurnya di dinding tempat air saat bertelur. Telur menetas menjadi larva
dalam waktu 1-2 hari. Kemudian, dalam waktu 5-15 hari larva berkembang menjadi pupa. Setelah 2 hari,
nyamuk dewasa akan keluar dari pupa. Dalam suasana optimum perkembangan dari telur sampai
dewasa memerlukan waktu sekurang-kurangnya 9 hari. Aedes aegypti biasanya bertelur pada sore hari
menjelang matahari terbenam. Setelah bertelur nyamuk betina siap mengisap darah lagi. Bila nyamuk
terganggu pada waktu mengisap darah nyamuk akan menggigit kembali orang yang sama atau
berpindah ke orang lain sehingga virus dipindahkan dengan cepat kepada beberapa orang. Umumnya
nyamuk betina akan mati dalam waktu 10 hari.

Perilaku Nyamuk Aedes aegypti

 Perilaku Menghisap Darah


Seperti jenis nyamuk pada umumnya, hanya Aedes aegypti betina yang menghisap darah, sedangkan
Aedes aegypti sperma nyamuk jantan, telur dapat menetas. Aedes aegypti betina sangat dominan
menghisap darah manusia (antropofilik) walaupun jenis Aedes juga bisa menghisap dari hewan berdarah
panas lainnya.

Nyamuk betina memiliki dua periode aktivitas menghisap darah, pertama di pagi hari beberapa jam
setelah matahari terbit dan sore hari beberapa jam sebelum gelap. Aktivitas menggigit biasanya mulai
pagi sampai petang hari dengan 2 puncak aktifitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00. Puncak
aktivitas menggigit yang sebenarnya dapat beragam, tergantung pada lokasi dan musim. Aedes aegypti
biasanya tidak menggigit di malam hari, tetapi akan menggigit saat malam di kamar yang cukup terang.
Tidak seperti nyamuk lain, Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali (multiple
bites) dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Siklus gonotropik
biasanya bervariasi antara 3 - 4 hari. Jika masa makannya terganggu, Aedes aegypti dapat menggigit
lebih dari satu orang. Perilaku ini semakin memperbesar efisiensi penyebaran epidemik. Bukanlah suatu
hal yang aneh jika beberapa anggota keluarga mengalami rangkaian penyakityang sama dalam waktu 24
jam, memperlihatkan bahwa mereka terinfeksi nyamuk infektif yang sama.

 Perilaku Istirahat
Aedes aegypti suka beristirahat di tempat yang gelap, lembab dan tersembunyi di dalam rumah atau
bangunan termasuk di kamar tidur, kamar mandi, maupun di dapur. Suhu yang disukai oleh Aedes
aegypti di lingkungan tersebut adalah berkisar antara 15⁰C – 40⁰C dengan kelembaban berkisar 60 -89%.
Nyamuk ini jarang ditemukan di luar rumah, di tumbuhan kebun atau di tempat terlindung lainnya.
Permukaan yang nyamuk suka di dalam ruangan adalah di bawah furniture, benda yang tergantung
seperti baju, gorden serta di dinding.

Setelah kenyang menghisap darah, Aedes aegypti hinggap (beristirahat) di dalam atau kandang-kandang
di luar rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya. Biasanya di tempat yang agak gelap
dan lembab. Di tempat-tempat ini nyamuk menunggu proses pematangan telurnya. Setelah beristirahat
dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakkan telurnya di dinding tempat
perkembangbiakannya, sedikit di atas permukaan air.

 Perilaku Terbang
Perilaku nyamuk Aedes aegypti dari tempat perindukan ke tempat mencari mangsa dan selanjutnya ke
tempat untuk beristirahat ditentukan oleh kemampuan terbangnya. Pada waktu terbang nyamuk
memerlukan oksigen lebih banyak, dengan demikian penguapan air dari tubuh nyamuk menjadi lebih
besar. Untuk mempertahankan cadangan air di dalam tubuh dari penguapan maka jarak terbang
nyamuk menjadi terbatas.

Aktifitas dan jarak terbang nyamuk dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor eksternal meliputi kondisi luar tubuh nyamuk seperti kecepatan angin, temperatur,
kelembaban dan cahaya. Adapun faktor internal meliputi suhu tubuh nyamuk, keadaan energi dan
perkembangan otot nyamuk. Meskipun Aedes aegypti kuat terbang tetapi tidak pergi jauh-jauh, karena
tiga macam kebutuhannya yaitu tempat perindukan, tempat mendapatkan darah, dan tempat istirahat
ada dalam satu rumah. Keadaan tersebut yang menyebabkan Aedes aegypti bersifat lebih menyukai
aktif di dalam rumah. Apabila ditemukan nyamuk dewasa pada jarak terbang mencapai 2 km dari
tempat perindukannya, hal tersebut disebabkan oleh pengaruh angin atau terbawa alat transportasi.

Pada spesies Aedes aegypti dan Aedes albopictus, nyamuk jantan terbang membentuk tanda pengenal.
Bila nyamuk betina memasuki tanda tersebut, nyamuk jantan mengenali frekuensi getaran sayap
nyamuk betina dan posisinya melalui antena pulmose. Getaran sayap nyamuk betina berkisar antara 150
- 600 Hz, tergantung temperatur dan ukuran sayap, atau 100 - 250 Hz lebih rendah daripada suara sayap
nyamuk jantan. Nyamuk jantan mendekati betina dan kawin. Lama waktu kawin berkisar 12 detik hingga
beberapa menit di udara atau pada tumbuh-tumbuhan.

3. Masa inkubasi

Nyamuk Aedes aegypti betina biasanya akan terinfeksi virus dengue saat menghisap darah dari
penderita yang berada dalam fase demam (viremik) akut penyakit. Setelah masa inkubasi ekstrinsik
selama 8 sampai 10 hari, kelenjar air liur nyamuk menjadi terinfeksi dan virus disebarkan ketika nyamuk
yang infektif menggigit dan menginjeksikan air liur dalam luka gigitan pada orang lain. Setelah masa
inkubasi pada tubuh manusia selama 3 - 14 hari (rata-rata 4 - 6 hari) sering kali terjadi rangkaian
mendadak penyakit ini, yang ditandai dengan demam, sakit kepala, mialgia, hilang nafsu makan, dan
berbagai tanda serta gejala non-spesifik lain termasuk mual, muntah dan ruam kulit.

Kemudian virus di dalam darah manusia (viraemia) biasanya ada pada saat atau tepat sebelum gejala
awal penyakit dan akan berlangsung selama rata-rata lima hari setelah timbulnya penyakit. Ini
merupakan masa yang sangat kritis karena pasien berada pada tahap yang paling infektif untuk nyamuk
vektor dan akan berkontribusi dalam mempertahankan siklus

penularan virus jika pasien tidak dilindungi dari gigitan nyamuk. Nyamuk yang berhasil menghisap darah
akan kembali membawa virus.

4. Tahap patogenesis (Gejala dan tanda)


Masa inkubasi terjadi setelah virus dengue masuk bersama air liur nyamuk ke dalam tubuh, virus tsb
kemudian memperbanyak diri dan menginfeksi sel-sel darah putih untuk kemudian masuk ke sistem
sirkulasi darah. Pada fase ini trombosit masih normal.

 Fase Klinis
Pada saat ini mulai timbul tanda dan gejala. Fase klinis Demam Berdarah Dengue ditandai dengan badan
yang mengalami demam dengan suhu tinggi antara 39-40 derajat celcius. Terjadi penurunan kadar
trombosit dan bocornya pembuluh darah akibat pertempuran antibodi dan virus dengue (pada
umumnya hari ketiga). Masa kritis penderita berlangsung sesudahnya biasanya penderita mengalami
sakit kepala, muntah yang berlanjut

 Fase demam (febrile phase)


Pada fase ini, pasien akan mengalami demam tinggi hingga 40º Celsius yang berlangsung selama 2-7
hari. Selain itu, pasien juga akan mengalami beberapa gejala lain, seperti mual, muntah, sakit kepala,
sakit tenggorokan, muncul bintik-bintik kemerahan di kulit, serta nyeri otot, tulang, dan sendi.

 Fase kritis (critical phase)


Setelah melewati fase demam, banyak pasien merasa dirinya telah sembuh karena suhu tubuhnya mulai
turun. Padahal, ini justru fase demam berdarah yang paling berbahaya, karena kemungkinan bisa terjadi
perdarahan dan kebocoran plasma darah yang akan menyebabkan syok dan berpotensi mengancam
nyawa.

Fase kritis dapat terjadi 3-7 hari sejak demam dan berlangsung selama 24-48 jam. Pada fase ini, cairan
tubuh penderita harus dipantau ketat. Pasien tidak boleh kekurangan maupun kelebihan cairan. Pada
beberapa kasus, pasien dapat mengalami syok atau penurunan tekanan darah yang drastis, serta
perdarahan pada kulit, hidung, dan gusi. Apabila tidak ditangani segera, kondisi ini dapat berujung pada
kematian.

 Fase pemulihan (recovery phase)


Setelah melewati fase kritis, pasien akan memasuki fase pemulihan. Fase ini akan terjadi 48-72 jam
setelah fase kritis. Di fase ini, cairan yang keluar dari pembuluh darah akan kembali masuk ke dalam
pembuluh darah. Oleh karena itu, sangat penting menjaga cairan yang masuk agar tidak berlebihan.
Cairan berlebih dalam pembuluh darah dapat menyebabkan kematian akibat gagal jantungdan edema
paru. Kadar trombosit pun akan meningkat dengan cepat hingga mencapai angka sekitar
150.000/mikroliter darah, sampai kemudian kembali ke kadar normal.

Geiala dan tanda

Pada kasus DBD terjadi demam tinggi berlangsung selama 3 hingga 14 hari. Gejala lain dari demam
berdarah adalah: Nyeri retro-orbital (pada bagian belakang mata), sakit kepala pada bagian depan , nyeri
otot, Rash (bintik merah pada kulit), pendarahan, dan dehidrasi. Dalam sebagian besar kasus, infeksi
dengue tidak menunjukkan gejala, terlebih pada pasien yang sebelumnya tidak memiliki riwayat
penyakit. Jika pasien tidak mendapatkan perawatan tepat waktu maka penyakit dapat bertambah parah.
Tanda-tanda yang muncul pada kondisi ini meliputi: muntah yang persisten, sakit perut akut, perubahan
suhu tubuh, dan iritabilitas. Demam berdarah dengue dapat berubah menjadi dengue shock syndrome
(DSS) dengan gejala seperti: kulit yang dingin, gelisah, denyut nadi cepat, sempit dan lemah.

Menurut Widoyono (2011), tanda dan gejala DBD meliputi:

1) Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas


2) Manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede (+), mulai dari petekie (+) sampai perdarahan
spontan seperti mimisan, muntah darah, atau buang air besar darah-hitam
3) pemeriksaan trombosit menurun (normal : 150.000-300.000 µL), hematokrit meningkat (normal :
pria < 45, wanita < 40)
4) Akral dingin, gelisah, tidak sadar (DSS, dengue shock syndrome).

5. Segitiga epidemiologi

 Agent
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus yang masuk kedalam
tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina. Nyamuk betina mengisap darah, dia
menyuntikkan air liur ke luka gigitan. Nyamuk ini mendapat virus setelah menggigit korban yang sudah
terinfeksi virus dengue. Kemudian menggigit orang lain dan terjadilah penularan (umumnya nyamuk
menggigit siang hari)

 Host
Dalam hal ini manusia lah yang menjadi host atau target penyakit DBD.

Manusia yang rentan (akibat perilaku terhadap lingkungan) dapat menyerang semua umur namun lebih
besar menyerang balita. Perilaku-perilaku tersebut dapat berupa malas membersihkan lingkungan, tidak
menutup penampungan air. Lebih besar menyerang balita karena waktu tidur balita pada jam-jam saat
mereka menggigit (tidak memakai kelambu bisa menjadi salah satu faktor).

 Environment (Lingkungan)
Lingkungan yang dapat menyebabkan DBD:

1) Curah hujan tinggi (pada saat curah hujan tinggi, semakin banyak air sebagai tempat
perkembangbiakan nyamuk aedes karena nyamuk ini menyukai air bersih)
2) Genangan air (hampir sama dengan curah hujan)
3) Tempat air tidak tertutup

6. Pencegahan

 Pencegahan Primer
Beberapa bentuk pencegahan primer yaitu dengan pengendalian vektor dan implementasi vaksin. Saat
ini vaksin dengue sudah ditemukan, akan tetapi belum ditetapkan sebagai imunisasi dasar lengkap oleh
pemerintah sehingga harganya masih belum terjangkau oleh masyarakat umum.

 Pencegahan Sekunder
Untuk demam berdarah yang parah, dilakukan pengobatan medik oleh dokter atau perawat yang
berpengalaman, pengobatan medik dapat menurunkan angka kematian lebih dari 20% sampai 1%.
Menjaga volume cairan tubuh pasien adalah hal yang sangat kritikal untuk pasien dengan demam
berdarah yang aparah. Diperlukan pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar dengan
melaporkan kejadian kepada instansi kesehatan setempat, mengisolasi atau waspada dengan
menghindari penderita demam dari gigitan nyamuk pada siang hari dengan memasang kasa pada ruang
perawatan penderita dengan menggunakan kelambu yang telah direndam dalam insektisida, atau
lakukan penyemprotan tempat pemukiman dengan insektisida yang punya efek knock down terhadap
nyamuk dewasa ataupun dengan insektisida yang meninggalkan residu. Lakukan investigasi terhadap
kontak dan sumber infeksi : selidiki tempat tinggal penderita 2 minggu sebelum sakit.

 Pencegahan Tersier
Untuk penderita DBD yang telah sembuh, diharapkan menerapkan pencegahan primer dengan
sempurna. Melakukan stratifikasi daerah rawan wabah DBD diperlukan bagi dinas kesehatan terkait.

PENYAKIT MALARIA

1. Penyebab
Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang disebarkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina.
Setelah gigitan nyamuk tersebut, parasit masuk ke dalam tubuh dan menempati organ hati, di mana
parasit dapat tumbuh dan berkembang biak. Saat parasit tersebut tumbuh dan menjadi dewasa, parasit
pergi dari organ hati dan merusak sel darah merah. Kerusakan pada sel darah merah inilah yang
menimbulkan gejala anemia pada penderita.

Di samping melalui gigitan nyamuk, penyebaran parasit malaria juga dapat terjadi karena terpapar darah
penderita malaria. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan seseorang terpapar malaria adalah:

1) Janin yang terinfeksi dari ibunya Menerima transfusi darah


2) Berbagi pemakaian jarum suntik
3) Menerima donor organ
Keparahan gejala malaria yang timbul berbeda-beda setiap orang. Penduduk yang tinggal di daerah yang
banyak kasus malaria memiliki separuh kekebalan terhadap penyakit ini, sehingga gejala yang timbul
tidak akan terlalu parah. Namun, separuh kekebalan tersebut bisa hilang begitu seseorang pindah ke
daerah di mana malaria tidak sering terjadi. Orang yang tidak memiliki separuh kekebalan dapat
mengalami gejala malaria yang lebih parah.

Gejala malaria juga umumnya dapat menjadi parah dan bisa menimbulkan komplikasi bila terjadi pada:

1) Balita
2) Lansia
3) Ibu hamil dan janin yang dikandungnya

Jenis Malaria

Ada banyak sekali jenis malaria yang dibedakan menurut jenis parasit Plasmodium yang menginfeksi.
Namun, hanya lima jenis Plasmodium menginfeksi manusia, yaitu:

 Malaria falciparum
Disebabkan oleh parasit Plasmodium falciparum. Malaria jenis ini yang paling berbahaya karena
menyebabkan malaria berat disertai komplikasi. Sebagian besar kasus kematian karena malaria terkait
dengan malaria jenis ini.

 Malaria vivax
Plasmodium vivax yang menyebabkan malaria vivax ini dapat bertahan dalam keadaan tidak aktif pada
organ hati selama beberapa bulan atau tahun. Sehingga, malaria jenis ini dapat kambuh ketika parasit
aktif kembali.

 Malaria ovale
Jenis ini disebabkan oleh parasit Plasmodium ovale dan gejala yang ditimbulkan tidak parah, serta
terkadang membaik tanpa pengobatan.

 Malaria malariae
Malaria jenis ini baru menimbulkan gejala setelah sudah lama terinfeksi parasit Plasmodium malariae.
Oleh karena itu, penderita malaria jenis ini akan mengalami infeksi yang kronis dan juga terkait dengan
gangguan fungsi organ ginjal.
Malaria knowlesi

Sama dengan malaria falciparum, malaria akibat Plasmodium knowlesi juga dapat berkembang dengan
cepat menjadi parah, walaupun gejala awalnya ringan.

2. Vektor (siklus dan perilaku) Nyamuk Anopheles

Siklus hidup nyamuk anopheles

Nyamuk Anopheles mengalami empat tahap perkembangan dalam siklus hidupnya yaitu; telur, larva,
pupa, dan nyamuk dewasa. Tahap telur sampai pupa hidup di perairan selama 5-14 hari, tergantung dari
spesies dan suhu lingkungan. Nyamuk Anopheles betina dewasa mampu hidup 1-2 minggu.32 Berikut
dapat dijelaskan masing-masing siklus hidup nyamuk Anopheles :

a. Telur

Nyamuk Anopheles betina meletakkan telurnya sebanyak 50-200 butir setiap bertelur. Telur tersebut
diletakkan di dalam air dan terpisah (tidak bergabung menjadi satu). Telur menetas menjadi larva dalam
2-3 hari, pada daerah yang beriklim dingin dapat menetas dalam 2-3 minggu.

b. Larva

Larva terbagi dalam 4 instar, dan salah satu ciri khas yang membedakan dengan larva nyamuk yang lain
adalah posisi larva saat istirahat sejajar dengan permukaan air. Larva memiliki kepala dan mulut yang
digunakan untuk mencari makan, sebuah thorax dan abdomen, namun belum memiliki kaki. Lama hidup
lebih dari 7 hari, dan hidup dengan memakan alga, bakteri dan mikroorganisme lain yang terdapat di
permukaan. Larva Anopheles banyak ditemukan di air bersih dan air payau yang memiliki kadar garam,
rawa bakau, sawah, pinggir sungai. Habitat larva ditemukan di daerah yang luas tetapi kebanyakan
spesies lebih suka di air bersih.

c. Pupa

Pupa terdapat dalam air dan tidak memerlukan makanan namun memerlukan udara. Pupa seringkali
naik ke permukaan air untuk bernafas. Pupa bernafas menggunakan sepasang alat respirasi berbentuk
terompet. Kondisi pupa bulum dapat dibedakan antara jantan dan betina. Kepala dan Thorax menyatu
menjadi cephalothorax dengan abdomen melengkung. Setelah beberapa hari, bagian dorsal dari
cephalothorax akan sobek dan nyamuk dewasa akan muncul.

d. Nyamuk Dewasa

Perkembangan nyamuk Anopheles dari telur sampai menjadi dewasa bervariasi tergantung suhu
lingkungan, kelembaban dan makanan. Nyamuk dapat berkembang dari telur menjadi dewasa paling
cepat 5 hari, tetapi pada umumnya membutuhkan waktu 10-14 hari pada iklim tropis. Nyamuk
Anopheles dewasa mempunyai bentuk tubuh yang ramping terdiri dari tiga bagain tubuh; kepala, thorax
dan abdomen.

Perilaku Nyamuk Anopheles

Sebagin besar nyamuk Anopheles aktif saat senja dan fajar, dan ada pula yang aktif di malam hari.
Mereka adalah serangga terbang yang lemah dan menjadi tidak aktif dalam kondisi berangin. Hanya
nyamuk betina yang menghisap darah untuk pengembangan telur. Nyamuk ini dapat menghasilkan
sekitar 50-200 butir telur per oviposisi. Telur diletakkan secara tunggal di atas air dan akan menetas
dalam waktu 2-3 hari. Dalam kondisi tropis, dibutuhkan 10-14 hari untuk perkembangan telur menjadi
dewasa. Nyamuk betina dapat hidup sampai satu bulan sedangkan nyamuk jantan dapat hidup sampai
satu minggu.

3. Masa inkubasi

Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit (terpendek untuk P.
falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau
pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau
secara induksi (misalnya transfuse darah yang mengandung stadium aseksual).

4. Tahap patogenesis (Gejala dan tanda)

Gejala-gejala

Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym) secara berurutan yang disebut
trias malaria, yaitu :

1. Stadium dingin (cold stage)

Stadium ini berlangsung + 15 menit sampai dengan 1 jam. Dimulai dengan menggigil dan perasaan
sangat dingin, gigi gemeretak, nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat kebiru-biruan (sianotik),
kulit kering dan terkadang disertai muntah.

2. Stadium demam (hot stage)

Stadium ini berlangsung + 2-4 jam. Penderita merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering, sakit kepala
dan sering kali muntah. Nadi menjadi kuat kembali, merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat
meningkat hingga 41oC atau lebih. Pada anak-anak, suhu tubuh yang sangat tinggi dapat menimbulkan
kejang-kejang.

3. Stadium berkeringat (sweating stage)


Stadium ini berlangsung + 2-4 jam. Penderita berkeringat sangat banyak. Suhu tubuh kembali turun,
kadang-kadang sampai di bawah normal. Setelah itu biasanya penderita beristirahat hingga tertidur.
Setelah bangun tidur penderita merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain sehingga dapat kembali
melakukan kegiatan sehari-hari.

Gejala klasik (trias malaria) berlangsung selama 6-10 jam, biasanya dialami oleh penderita yang berasal
dari daerah non endemis malaria, penderita yang belum mempunyai kekebalan (immunitas) terhadap
malaria atau penderita yang baru pertama kali menderita malaria. Di daerah endemik malaria dimana
penderita telah mempunyai kekebalan (imunitas) terhadap malaria, gejala klasik timbul tidak berurutan,
bahkan tidak selalu ada, dan seringkali bervariasi tergantung spesies parasit dan imunitas penderita. Di
daerah yang mempunyai tingkat penularan sangat tinggi (hiperendemik) seringkali penderita tidak
mengalami demam, tetapi dapat muncul gejala lain, misalnya: diare dan pegal-pegal. Hal ini disebut
sebagai gejala malaria yang bersifat lokal spesifik. Gejala klasik (trias malaria) lebih sering dialami
penderita malaria vivax, sedangkan pada malaria falciparum, gejala menggigil dapat berlangsung berat
atau malah tidak ada. Diantara 2 periode demam terdapat periode tidak demam yang berlangsung
selama 12 jam pada malaria falciparum, 36 jam pada malaria vivax dan ovale, dan 60 jam pada malaria
malariae.

5. Segitiga epidemiologi

 Faktor Host (Manusia)


Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap orang dapat terkena penyakit malaria. Perbedaan
prevalensi menurut umur dan jenis kelamin karena berkaitan dengan perbedaan tingkat kekebalan dan
frekuensi keterpaparan gigitan nyamuk.Kekebalan pada manusia terjadi apabila tubuh mampu
menghancurkan Plasmodium yang masuk atau menghalangi perkembangannya.

 Faktor Agent (Plasmodium)


Penyakit malaria adalah suatu penyakit akut atau sering kronis yang disebabkan oleh parasit genus
plasmodium (Class Sporozoa). Sifat-sifat spesifik parasit berbeda-beda untuk setiap spesies malaria dan
hal ini mempengaruhi terjadinya manifestasi klinis dan penularan.

 Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang cukup ideal mendukung keberadaan penyakit malaria di Indonesia,
antara lain: lingkungan fisik (suhu, kelembaban udara, curah hujan, ketinggian, angin), lingkungan
biologik dan lingkungan sosial-budaya.

6. Pencegahan
 Pencegahan Primer
Adalah upaya untuk mempertahankan orang yang sehat tetap sehat atau mencegah orang yang sehat
menjadi sakit. Kegiatannya sederhana dan dapat dilakukan oleh sebagian besar masyarakat, seperti:

1) Menghindari atau mengurangi gigitan nyamuk malaria dengan cara tidur menggunakan kelambu
pada malam hari, tidak berada di luar rumah, mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk
(repelen), memakai obat nyamuk bakar, memasang kawat kasa pada jendela, dan menjauhkan
kendang ternak dari rumah.
2) tempat sarang nyamuk dengan cara membersihkan semaksemak di sekitar rumah dan melipat kain-
kain yang bergantungan, dan mengalirkan atau menimbun genangan-genangan air serta tempat-
tempat yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Anopheles.
3) nyamuk dewasa dengan penyemprotan insektisida.
4) jentik-jentik dengan menebarkan ikan pemakan jentik.
5) jentik dengan menyemprot larvasida.
Selain itu, pencegahan primer juga dilakukan terhadap parasit yaitu dengan pengobatan profilaksis.
Pengobatan profilaksis diberikan dengan tujuan mencegah terjadinya infeksi atau timbulnya gejala. Jenis
obat yang digunakan menurut Departemen Kesehatan RI ada dua jenis, yaitu Klorokuin dan Sulfadoksin
atau Pirimetamin. Klorokuin diberikan satu minggu sekali, dimulai satu minggu sebelum masuk daerah
malaria dan diteruskan sampai 4 minggu setelah meninggalkan daerah tersebut. Dosis yang diberikan
yaitu 1/4 tablet/hari untuk umur <1 tahun, 1/2 tablet/hari untuk umur 1-4 tahun, 1 tablet/hari untuk
umur 5-9 tahun, 1 1/2 tablet/hari untuk umur 10-14 tahun, dan 2 tablet/hari untuk umur >15 tahun. 1
tablet klorokuin mengandung 150 mg basa. Klorokuin tidak boleh diberikan dalam keadaan perut
kosong.

Sulfadoksin atau Pirimetamin diberikan apabila memasuki daerah resisten klorokuin. Obat ini diberikan
satu minggu sekali. Dosis yang diberikan yaitu 1/4 tablet/hari untuk umur 1-4 tahun, 1/2 tablet/hari
untuk umur 5-9 tahun, 3/4 tablet/hari untuk umur 10-14 tahun, dan 1 tablet/hari untuk umur >15
tahun. 1 tablet sulfadoksin/pirimetamin mengandung 500 mg/25 mg. Klorokuin tetap diberikan untuk
mencegah infeksi Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae.

 Pencegahan Sekunder
Adalah upaya untuk mencegah orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit
dan menghindarkan komplikasi. Kegiatannya meliputi: pencarian penderita secara aktif melalui skrining
dan secara pasif dengan melakukan pencatatan dan pelaporan kunjungan penderita malaria, diagnosa
dini dan pengobatan yang adekuat, dan memperbaiki status gizi guna membantu proses penyembuhan.

Seringkali diagnosis malaria diperkirakan dan hanya terdapat satu specimen darah dalam laboratorium
untuk pemeriksaan. Meskipun demikian, satu sediaan atau satu spesimen tidak dapat dipercayai untuk
menyingkirkan diagnosis terutama apabila telah digunakan pengobatan atau profilaksis parsial.
Penggunaan obat malaria secara parsial dapat menyebabkan berkurangnya jumlah parasit sehingga
akibatnya pada pulasan darah hanya dijumpai sedikit parasit, yang menggambarkan parasetemia yang
rendah padahal pasien sedang menderita penyakit yang berat. Jumlah parasit yang sedikit pada sediaan
darah hapus juga terjadi pada fase awal atau kambuh.
Dianjurkan untuk membuat sediaan darah tipis dan tebal dan paling sedikit diperiksa 200 sampai 300
lapangan pandang dengan minyak emersi sebelum melaporkan suatu hasil yang negatif. Pemeriksaan
satu kali dengan hasil negatif tidak mengenyampingkan diagnosis malaria. Pemeriksaan darah tepi 3 kali
dan hasil negatif, maka diagnosis malaria dikesampingkan. Untuk penderita tersangka malaria berat
perlu diperhatikan bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang setiap 6 jam
sampai 3 hari berturut-turut. Bila hasil pemeriksaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut tidak
ditemukan parasit, maka diagnosis malaria disingkirkan. Pemeriksaan sediaan darah dilakukan dengan
pulasan Giemsa. Diagnosis spesies yang akurat sangat penting dalam menentukan obat atau kombinasi
obat yang akan digunakan.

 Pencegahan Tertier
Adalah upaya untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan rahabilitasi. Kegiatannya meliputi:
penanganan lanjut akibat komplikasi malaria, dan rehabilitasi mental/psikologi.

Anda mungkin juga menyukai