Anda di halaman 1dari 16

STATUS GIZI DAN USIA IBU MEMPENGARUHI

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I


pada Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran

Oleh:
MAIMUNAH ABDUL ROHMAN
J500160061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTAA
2020
HALAMAN PERSETUJUAN

STATUS GIZI DAN USIA IBU MEMPENGARUHI


PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

Maimunah Abdul Rohman


J500160061

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :


Pembimbing Utama

dr. Tri Agustina M.Gizi


NIK: 100.1770

Kepala Biro Skripsi

dr. Nur Mahmudah, M.Sc


NIK. 1769
HALAMAN PENGESAHAN

i
STATUS GIZI DAN USIA IBU MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI
EKSKLUSIF

OLEH:
MAIMUNAH ABDUL ROHMAN
J500160061

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


dan Pembimbing Utama Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari ………………… 2020
dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Dewan Penguji :
1. dr. Burhannudin Ichsan, M.Med.Ed (..............................)
(Ketua Dewan Penguji)
2. dr. Nining Lestari, M.PH (..............................)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. dr. Tri Agustina, M.Gizi (...............................)
(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan

Prof. DR. dr. E.M. Sutrisna, M.Kes.


NIK. 919
PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa di dalam naskah publikasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu
Perguruan Tinggi manapun. Sepanjang pengetahuan penulis, tidak terdapat karta
atau pendapat yang ditulis dan diterbitkan oleh orang lain keculai dalam naskah
ini disebutkan dalam pustaka.

Surakarta, …Januari 2020


Penulis

Maimunah Abdul Rohman

iii
STATUS GIZI DAN USIA IBU MEMPENGARUHI
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
The Relationship Between Mother's Nutritional Status and Mother's Age Towards
Exclusive Breastfeeding

Maimunah Abul Rohman, Burhannudin Ichsan, Nining Lestari, Tri Agustina


Fakultas Kedokteran , Universitas Muhammadiyah Surakarta
Korespondensi: Tri Agustina. Alamat email: ta190@ums.ac.id

ABSTRAK
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif merupakan salah satu unsur terpenting dalam Nutrisi
optimal selama periode perkembangan dan memiliki efek pada kemampuan kognitif bayi.
Pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih tidak terlaksana dengan maksimal. Beberapa faktor
yang yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui adalah status gizi ibu
dan umur ibu. Penelitian ini bertujuan untuk untuk menganalisis hubungan status gizi ibu dan
usia ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Gatak Sukoharjo. Metode penelitian ini
adalah observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional untuk
mempelajari adanya hubungan atau perbedaan prevalensi antar kelompok yang diobservasi.
Populasi penelitian adalah semua ibu yang memiliki balita dengan usia lebih dari 6 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Gatak Sukoharjo, sampel penelitian sebanyak 60 orang. Pengumpulan
data penelitian menggunakan kuesioner, sedangkan analisis data menggunakan uji Chi Square
dan Regresi Logistik. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan status gizi ibu dengan
pemberian ASI eksklusif (p = 0,002; OR = 3,638) dan tidak terdapat hubungan umur ibu dengan
pemberian ASI eksklusif (p = 0,721). Kesimpulan penelitian adalah faktor yang berhubungan
dengan pemberian ASI eksklusif pada penelitian ini adalah status gizi ibu, sedangkan faktor yang
tidak berhubungan adalah umur ibu.
Kata Kunci: Pemberian ASI Eksklusif, Status gizi, Usia

ABSTRACT
Exclusive breastfeeding is one of the most important elements in optimal nutrition during
the development period and has a effect on the cognitive abilities of the baby. The provision of
exclusive breastfeeding in Indonesia still not done to the maximum. Some factors that are related
to exclusive breastfeeding to nursing mothers are the nutritional status of the mother and the age
of the mother. This study aims to analyzed the relationship of maternal nutritional status and
maternal age to exclusive breastfeeding at the Gatak Sukoharjo Public Health Center. The method
in this research is an analytic observational using a cross sectional approach to study the
relationship or prevalence difference between the groups observed. The study population was all
mothers who have children under the age of 6 months in the working area of the Gatak Sukoharjo
Health Center, while the study sample was 60. Research data collection using a questionnaire,
while data analysis using the Chi Square test and Logistic Regression. The results showed a
relationship between maternal nutritional status with exclusive breastfeeding (p = 0.002; OR =
3.638) and there was no relationship between maternal age and exclusive breastfeeding (p =
0.721). The conclusion of the study is that the factors associated with exclusive breastfeeding in
this study are the nutritional status of the mother, while the unrelated factor is the age of the
mother.
Keywords: Exclusive breastfeeding, Nutritional status, Age

1
2
1. PENDAHULUAN mematangkan organ usus bayi (Nilakesuma

Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah et al.,2015).

ASI yang diberikan kepada bayi yang baru Status gizi ibu menyusui merupakan

dilahirkan dan tidak menerima makanan salah satu faktor yang mempengaruhi

tambahan lainnya selama enam bulan kuantitas dan kualitas kandungan ASI. Status

pertama kelahiran dan dilanjutkan sampai gizi ibu menyusui dapat ditentukan dengan

usia dua tahun. Dapat diketahui bahwa 2 pengukuran lndeks Massa Tubuh (IMT)

tahun pertama kehidupan merupakan hal yaitu dengan berat badan (kilogram) per

yang sensitif untuk periode proses tinggi badan (meter) kuadrat. Ibu yang

perkembangan saraf. Nutrisi optimal mempunyai status gizi baik memiliki

selamaperiode perkembangan inimemiliki cadangan gizi yang cukup, sehingga dapat

efek jangka panjang yang positifpada memproduksi ASI dengan lancar dengan

kemampuan kognitif individu (Nyaradi et al., kandungan gizi yang cukup. Status gizi

2015). menurut Principle of Nutritional Assessment

Nutrisi terpenting yang diperoleh merupakan keadaan tubuh yang merupakan

pertama kali saat bayi lahir adalah ASI hasil akhir dari keseimbangan antara zat

karena mengandung nilai gizi yang cukup gizi yang masuk ke dalam tubuh beserta

tinggi. Sifat ASI mudah diserap oleh tubuh fungsinya (Wardana et al., 2018).

bayi yang dapat membantu pertumbuhan dan Berdasarkan data Riset Kesehatan

perkembangan serta memberikan zat Dasar (Riskesdas) tahun 2017 menyebutkan

kekebalan tubuh yang akan melindungi dari bahwa indeks massa tubuh (IMT) yang

berbagai jenis penyakit yang dapat rendah banyak dijumpai pada wanita usia 18

menghambat petumbuhan bayi. Selain hal - 24 tahun (24,8%) diikuti oleh usia 25 - 29

tersebut, bayi akan mendapatkan manfaat tahun (15,8%). Masalah IMT rendah (sekitar

dari kolostrum yang dapat membantu 20%) terjadi pada usia muda. IMT ibu

3
merupakan indikator status gizi ibu untuk dibandingkan dengan kelompok 'menyusui

menyusui karena IMT ibu menunjukkan tidak berhasil' (Maharani et al., 2016).

simpanan lemak ibu yang dibutuhkan untuk Usia merupakan suatu hal yang

menyusui. penting dalam siklus kehidupan manusia.

Pada penelitan yang dilakukan Usia terbaik untuk reproduktif yang sehat

sebelumnya, di Indonesia menunjukkan adalah rentang 20-35 tahun dan dianggap

bahwa status gizi ibu pada masa menyusui sebagai periode emas untuk bereproduksi,

berpengaruh terhadap keberhasilan karena fungsi-fungsi organ reproduksi dapat

menyusui, ibu yang kurang gizi berisiko dinilai sudah matang sehingga memiliki

tidak berhasil menyusui 2,26 - 2,56 kali lebih persiapan untuk hamil, melahirkan dan

besar dibandingkan ibu dengan gizi baik menyusui. Usia ibu merupakan faktor

(Maharani et al., 2016). terpenting dalam pemberian ASI eksklusif.

Pada penelitian sebelumnya yang Banyak pasangan muda yangmasih belum

dilakukan oleh Maharani et al., 2016 nilai memiliki kesiapan sepenuhnya untuk

rata-rata IMT ibu dan proporsi ibu kurus memiliki bayi dan hal ini akan

pada kedua kelompok ibu berhasil menyusui mempengaruhi pemberian ASI (Septiani et

dan tidak berhasil menyusui menunjukkan al., 2017).

hasil tidak berbeda bermakna. Artinya, ibu Pada penelitian sebelumnya bahwa

pada kedua kelompok tersebut mulai dari 22 orang umur ibu <20 tahun terdapat 20

menyusui dengan status gizi yang sama. Pada orang yang tidak memberikan ASI eksklusif,

kedua kelompok tersebut terlihat bahwa sedangkan dari 19 orang umur ibu 20-35

semakin lama ibu menyusui, nilai IMT tahun terdapat 11 orang yang memberikan

semakin turun dan proporsi ibu kurus ASI eksklusif, sementara dari 6 orang umur

semakin bertambah. Proporsi ibu kurus pada ibu >35 tahun terdapat 4 orang yang tidak

kelompok 'menyusui behasil’ lebih banyak

4
memberikan ASI eksklusif (Lumbantoruan, 2. METODE

2018). Penelitian ini menggunakan metode

Pada penelitian sebelumnya hasil kuantitatif observasional analitik jenis cross

penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 27 sectional. Penelitian dilaksanakan pada

dari 34 ibu berusia muda memberikan ASI Bulan Desember 2019. Teknik pengambilan

eksklusif pada bayi. Sedangkan ibu yang sampel yang digunakan dalam penelitian ini

berusia tua sebanyak 5 dari 19 ibu dengan adalah cluster random sampling, dibutuhkan

memberikan ASI eksklusif pada bayi. Hal ini sebanyak 60 sampel dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan dengan menggunakan kriteria inklusi yaitu,

antara usia dengan pemberian ASI eksklusif ibu yang memiliki balita dengan usia lebih

(Harseni, 2019). dari 6 bulan yang berdomisili di wilayah

Berdasarkan permasalahan di atas, kerja Puskesmas Gatak Sukoharjo.

peneliti ingin melakukan penelitian untuk Sedangkan kriteria eksklusi yaitu responden

mengetahui hubungan antara status gizi ibu yang tidak hadir saat pengambilan data dan

dan usia ibu dengan pemberian ASI eksklusif tidak mengisi kuesioner secara lengkap.

di Puskesmas Gatak Sukoharjo. Pengumpulan data penelitian menggunakan

Penelitian ini berbeda dengan kuesioner, sedangkan analisis data

penelitian sebelumnya baik dari teknik menggunakan uji Chi Square.

pengambilan sampel, metode dan lokasi 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

penelitian diikuti dengan terbatasnya Pengaruh Status Gizi dan Usia Ibu
dengan Pemberian ASI Eksklusif
penelitian ini yang lebih spesifik mengenai
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pemberian
hubungan status gizi ibu dan usia ibu dengan ASI Berdasarkan Status Gizi dan Usia Ibu
Pemberian
pemberian ASI eksklusif. Berdasarkan hal Status gizi ASI eksklusif Total
Tidak Ya
tersebut, peneliti merasa perlu melakukan 23 13 36
Normal
63.9% 36% 100.0%
penelitian ini. Tidak 11 13 24
Normal 16.7% 54% 100.0%

5
Usia Ibu yang tidak normal memberikan ASI eksklusif
29 12 52
20 - 35 tahun lebih baik daripada status gizi yang normal.
55.8% 44.2% 100.0%
5 3 8
> 35 tahun Sedangkan ibu yang berusia antara
62.5% 37.5% 100.0%

Hasil analisis diatas menjelaskan 20-35 tahun lebih memberikan ASI eksklusif

hubungan status gizi dan usia ibu dengan daripada ibu yang berusia lebih dari 35

pemberian asi eksklusif. Berdasarkan tahun.

distribusi tersebut terlihat bahwa status gizi

Analisis Data Bivariat Hubungan Status Gizi dan Usia Ibu dengan Pemberian ASI
Eksklusif
Tabel 2. Analisis Bivariat

Pemberian ASI Ekslusif


Variabel Tidak Ya Nilai P
N % n %
Status Gizi
Normal 23 63.9 13 36 0,002
Tidak Normal 11 16.7 13 54
Usia Ibu
20 - 35 tahun 29 55.8 12 44.2 0,721
> 35 tahun 5 62.5 3 37.5

Sumber: Data sekunder diolah, Desember, 2019

Hasil uji statistik dengan analisis Chi daripada ibu yang memiliki status gizi yang

Square didapatkan nilai signifikansi (sig.) p normal.

= 0,002 (P = <0.05) yang berarti H 0 ditolak, Hubungan usia ibu dengan pemberian

sehingga disimpulkan bahwa status gizi ASI eksklusif. Pada tabel distribusi diatas

memiliki hubungan yang signifikan terdapat menunjukkan tidak adanya kecenderungan

pemberian ASI eksklusif, dimana ibu yang semakin tinggi usia ibu semakin meningkat

memiliki status gizi tidak normal pemberian ASI eksklusif. Selanjutnya

memberikan ASI eksklusif lebih baik berdasarkan hasil uji statistik dengan analisis

6
Chi Square didapatkan nilai signifikansi Analisis Data Hubungan Status gizi
dengan Pemberian ASI Eksklusif
(sig.) p = 0,721 (P = >0.05) yang berarti H0
Hasil pengujian hubungan status gizi
diterima, sehingga disimpulkan bahwa usia
dengan pemberian ASI eksklusif dianalisis
ibu tidak memiliki hubungan yang signifikan
menggunakan uji bivariat Chi Square 3x2
terdapat pemberian ASI eksklusif.
didapatkan nilai signifikansi (sig.) p = 0,002
Tabel 3. Analisis Multivariat Regresi
(P = <0.05), sehingga disimpulkan bahwa
Logistik
status gizi memiliki hubungan yang
OR / signifikan terdapat pemberian ASI eksklusif
Variabel Koefisien P
Exp (B) ibu, dimana ibu yang memiliki status gizi
Status gizi 1,291 0,011 3,638
baik pemberian ASI eksklusifnya lebih baik
Contant -2,867 0,008 0,057
daripada ibu yang status gizinya lebih buruk.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan


Berdasarkan hasil analisis
teori bahwa Ibu yang menyusui perlu untuk
multivariat pada tabel 3 dapat diketahui
mengonsumsi makanan dengan gizi
bahwa terdapat hubungan status gizi dengan
seimbang. Nutrisi yang seimbang akan
pemberian ASI ekslusif ibu balita di Wilayah
memberikan gizi yang baik dan berkualitas.
kerja Puskesmas Gatak Sukoharjo. Variabel
Beberapa penelitian membuktikan ibu
status gizi dengan nilai koefisien regresi
dengan gizi yang baik, umumnya mampu
1,291, p = 0,011 dengan OR = 3,638 artinya
menyusui bayinya selama minimal 6 bulan.
variabel status gizi, yaitu ibu balita yang
Pola makan ibu yang tidak seimbang pada
berstatus gizi buruk memiliki risiko 3,638
masa menyusui dapat menyebabkan
kali lebih besar untuk tidak memberikan ASI
rentannya kondisi tubuh ibu dan tubuh ibu
ekslusif dibandingkan dengan ibu balita yang
telah bekerja keras dalam memproduksi ASI.
memiliki status gizi buruk
Dampaknya produksi ASI akan menurun
4. Pembahasan
(Imasrani, 2016).

7
Cadangan lemak selama hamil Klinik Poskeskel Rengas Pulau Medan

digunakan untuk memproduksi ASI jika Merelan Tahun 2018.

asupan ibu menyusui kurang. Pada ibu yang Penelitian ini menunjukkan bahwa ibu

memberi ASI secara eksklusif cadangan yang berstatus gizi buruk memiliki risiko

lemak selama hamil lebih banyak dipecah 3,638 kali lebih besar untuk tidak

dalam proses produksi ASI dibandingkan memberikan ASI eksklusif dibandingkan

dengan cadangan lemak ibu yang memberi dengan ibu yang memiliki status gizi buruk.

ASI secara non eksklusif sehingga berat Hasil tersebut sesuai dengan teori yang

badan dan persen lemak tubuh ibu yang menyebutkan bahwa status gizi ibu menyusui

memberi ASI secara eksklusif lebih cepat akan mempengaruhi volume dan komposisi

kembali ke kondisi normal dibandingkan ASI, sehingga dibutuhkan gizi yang

dengan ibu yang memberi ASI secara non seimbang agar kebutuhan ibu dan bayinya

eksklusif (Zahro et al.,2016). dapat terpenuhi dengan baik. Bila ibu

Penelitian ini menunjukkan adanya menyusui memiliki pekerjaan, maka

hubungan status gizi dengan gangguan sebaiknya ASI tetap diberikan (Atikah,

pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini 2010). Ibu dengan masalah gizi kurang tetap

sesuai dengan penelitian sebelumnya, antara mampu memproduksi ASI namun jika gizi

lain penelitian Wahyuni (2015) yang kurang ini berlangsung berkepanjangan dapat

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan mempengaruhi beberapa zat gizi yang

status gizi ibu dengan pemberian ASI terdapat pada ASI. Kuantitas komponen

Eksklusif di Puskesmas Umbulharjo 1 imun dalam ASI pun akan menurun seiring

Yogyakarta tahun 2015. Penelitian lainnya memburuknya status gizi ibu. Asupan energi

dilakuka oleh Khairunissa (2018) ibu menyusui yang kurang dari 1500 kalori

menyimpulkan bahwa ada hubungan status per hari dapat menyebabkan terjadinya

gizi ibu dengan pemberian ASI eksklusif di penurunan total lemak serta terjadi

8
perubahan pola asam lemak (Hariyani, Produksi ASI ibu yang berusia 19–23

2010). tahun lebih baik dibandingkan dengan

berusia lebih tua. Primipara yang lebih


Analisis Data Hubungan Usia ibu dengan
Pemberian ASI eksklusif dari 35 tahun cenderung tidak
Hasil pengujian hubungan antara usia menghasilkan jumlah ASI yang cukup.
ibu dengan pemberian ASI eksklusif di
Ibu yang menerima/memahami informasi
analisis menggunakan uji bivariat Chi
dengan baik dan mempraktikannya maka
Square 2x2 didapatkan nilai signifikansi
akan berperilaku baik dan berpeluang
(sig.) p = 0,721 (P = <0.05), sehingga
dalam memberikan ASI eksklusif. Usia
disimpulkan bahwa usia ibu tidak memiliki
berhubungan dengan kondisi kematangan
hubungan yang signifikan terdapat
emosional seseorang dalam berpikir dan
pemberian ASI eksklusif.

Hubungan usia ibu dengan pemberian berperilaku, sehingga ibu dengan umur

ASI eksklusif sebagaimana teori yang >25 tahun tahun dan <35 tahun

menyatakan bahwa usia ibu yang berpeluang memberikan ASI eksklusif

memberikan ASI eksklusif sebagian besar (Kusumayanti, 2017).


adalah antara 20-35 tahun dan merupakan Usia ibu yang matang cenderung lebih

usia reproduksi yang sehat bagi seorang memiliki banyak pengalaman yang berkaitan

wanita, sedangkan usia > 35 tahun termasuk dengan pemberian ASI eksklusif. Hal ini

usia berisiko. Namun bila dilihat dari aspek akan mempengaruhi pengetahuan ibu

perkembangan, maka usia > 35 tahun mengenai pentingnya pemberian ASI

memiliki perkembangan yang lebih baik eksklusif bagi ibu dan bayinya. Adanya

secara psikologis atau mental (Untari, 2017). pengalaman dan pengetahuan yang cukup

Usia merupakan faktor predisposisi yang mengenai ASI eksklusif sangat berperan

mendorong individu untuk berperilaku. besar dalam mendorong ibu untuk

9
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya 35% ibu berhenti memberi ASI Eksklusif

(Syafneli, 2014). Usia ibu sangat pada bayi setelah beberapa minggu

menentukan kesehatan maternal karena postpartum karena merasa ASI kurang

berkaitan dengan kondisi kehamilan, sehingga bayi tidak merasa puas (WHO,

persalinan, nifas, dan cara mengasuh serta 2012). PKA merupakan penyebab utama

menyusui bayinya. Ibu yang berusia kurang kegagalan pemberian ASI Eksklusif. PKA

dari 20 tahun masih belum matang dan adalah persepsi atau penilaian diri ibu yang

belum siap secara jasmani dan sosial untuk meyakini bahwa ibu tidak memiliki suplai

menghadapi kehamilan, persalinan, dan ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

menyusui bayi yang dilahirkan. Sedangkan bayinya, sehingga ibu yang memiliki status

pada usia > 35 tahun yang merupakan gizi yang baik selama hamil, terkadang tidak

produksi hormon relatif berkurang, memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya

mengakibatkan proses laktasi menurun, karena merasa bayi tidak puas dengan

sedangkan pada usia remaja 20 tahun pemberian ASI dan menambahkan makanan

kebawah perkembangan fisik, psikologis, atau minuman yang lain kepada bayinya,

maupun sosial belum siap sehingga dapat seperti penelitian oleh Kuchenbecker et.al

mengganggu keseimbangan psikologis dan (2015) di Malawi yang menyatakan bahwa

dapat mempengaruhi dalam produksi ASI penyebab terbesar atau 44% ibu memberikan

(Afriyani, 2018) susu formula pada bayi usia 2 dan 6 minggu

Beberapa faktor penyebab tidak post partum serta pada bayi 3 dan 6 bulan

terdapat hubungan antara usia ibu dengan post partum karena persepsi kekurangan ASI,

pemberian ASI Eksklusif yaitu Persepsi dan alasan kedua sebesar 31% karena

Ketidakcukupan ASI (PKA) (Kuchenbecker mempunyai masalah payudara dan 28%

et.al., 2015). Laporan dari badan kesehatan karena kelelahan. Faktor-faktor lain yang

dunia menyebutkan bahwa terdapat sekitar mempengaruhi diantaranya kekurangsiapan

10
fisik maupun psikis ibu, kurangnya informasi perkembangan yang lebih baik secara

dan pengetahuan mengenai manfaat ASI dan psikologis atau mental. Perbedaan tersebut

manajemen laktasi (Riskesdas, 2013). mungkin disebabkan promosi susu formula

Penelitian ini menunjukkan tidak yang gencar sehingga dapat menjadi stimulus

adanya hubungan usia ibu terhadap bagi para ibu untuk memilih memberikan

pemberian ASI eksklusif. Hasil ini sesuai susu formula dibandingkan ASI (Untari,

dengan penelitian Kusumayanti (2017) yang 2017).

menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan Kekurangan Penelitian

usia ibu dengan pemberian ASI eksklusif Penelitian ini tidak mengadopsi

pada di daerah pedesaan. Tidak adanya faktor-faktor lain yang berhubungan dengan

hubungan usia dengan pemberian ASI pemberian ASI eksklusif, misalnya faktor

eksklusif dikarenakan usia bukan merupakan tingkat pendidikan ibu, pengetahuan ibu,

faktor yang langsung mempengaruhi perilaku sikap ibu dan dukungan keluarga

pemberian ASI. Usia berhubungan dengan 5. SIMPULAN DAN SARAN

kondisi kematangan emosional seseorang Simpulan`

dalam berpikir dan berperilaku (Kusumayanti Kesimpulan penelitian ini adalah:

2017). Ada hubungan yang signifikan status gizi

Sebagian besar umur ibu yang dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah

memberikan ASI eksklusif adalah 20-35 kerja Puskesmas Gatak Sukoharjo.

tahun sebanyak 24 orang (60%). Umur 20-35 Saran

tahun merupakan usia reproduksi sehat bagi Saran yang disampaikan berdasarkan

seorang wanita, sedangkan usia > 35 tahun hasil penelitian ini adalah diharapkan ibu

termasuk usia berisiko pada usia reproduksi senantiasa menjaga asupan nutrisinya,

namun bila dilihat dari aspek perkembangan dimana asupan nutrisi yang baik akan

maka usia > 35 tahun memiliki berdampak pada kecukupan volume ASI

11
yang dibutuhkan oleh bayi, sehingga ibu Suami dengan Pemberian Asi
Eksklusif di Daerah Perdesaan.
mampu memberikan ASI eksklusif bagi Media Gizi Indonesia, 12(2), 98-106.
Mestika Lumbantoruan. 2018. Hubungan
bayinya.. Karakteristik Ibu Menyusui dengan
Pemberian Asi Eksklusif pada Bayi
DAFTAR PUSTAKA di Desa Bangun Rejo Dusun 1
Kecamatan Tanjung Morawa tahun
Aisyah Nilakesuma, Yusri Dianne Jurnalis, 2018. Jurnal Maternal dan
Selfi Renita Rusjdi. 2015. Hubungan Neonatal, 3(1), 13-22.
Status Gizi Bayi dengan Pemberian Rahmalia Afriyani, Ika Savitri, Nur Sa’adah.
ASI Eksklusif, Tingkat Pendidikan 2018. Pengaruh Pemberian ASI
Ibu dan Status Ekonomi Keluarga di Eksklusif di BPM Maimunah
Wilayah Kerja Puskesmas Padang Palembang. Jurnal Kesehatan, 9(2),
Pasir. Jurnal Kesehatan Andalas, 1-5.
4(1), 37-44. Rahmaliza Harseni. 2019. Hubungan Faktor
Anett Nyaradi, Wendy H. Oddy, Siobhan Motivasi Ibu terhadap Pemberian Asi
Hickling, Jianghong and Jonathan K. Eksklusif di Puskesmas Lapai Kota
Foster. 2015. The relationship Padang. Jurnal Bidan Komunitas,
between nutrition in infancy and 2(2), 96-106.
cognitive performance during Ruliansyah Kusuma Wardana, Nurmasari
adolescence. Frontiers in nutrition, Widyastuti, Adriyan Pramono. 2018.
2(2), 1-8. Hubungan Asupan Zat Gizi Makro
Irma Yustina Imasrani, Ngesti W Utami, dan Status Gizi Ibu Menyusui
Susmini. 2016. Kaitan Pola Makan dengan Kandungan Zat Gizi Makro
Seimbang dengan Produksi Asi Ibu pada Air Susu Ibu (Asi) di Kelurahan
Menyusui. Jurnal Care, 4(3), 1-8. Bandarharjo Semarang. Journal of
Jati Untari. 2017. Hubungan Antara Nutrition College, 7(3), 107-113.
Karakteristik Ibu dengan Pemberian Syafneli dan Eka Yuli Handayani. 2014.
Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Analisis Faktor-Faktor yang
Puskesmas Minggir Kabupaten Berhubungan dengan Pemberian Asi
Sleman. Jurnal Formil (Forum Eksklusif di Desa Pasir Jaya tahun
Ilmiah) KesMas Respati, 2(1), 17-23. 2014. Jurnal Maternity and
J. Kuchenbecker, I. Jordan, A. Reinbott, J. Neonatal, 2(1), 54-61.
Herrmann, T. Jeremias, G. Kennedy, Wardatus Zahro, Dina Rahayuning
E. Muehlhoff, B. Mtimuni dan M. B. Pangestuti, Laksmi Widajanti. 2016.
Krawinkel, 2015. Exclusive Pola Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
breastfeeding and its effect on dan Status Gizi Ibu Menyusui di
growth of Malawian infants: results Wilayah Kerja Puskesmas
from a cross sectional study. Kedungmundu, Kota Semarang.
Paediatrics and International Child Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(3),
Health, 35(1), pp. 14-23. 272-281.
Kusumayanti, Novira & Nindya, Triska
Susila. 2017. Hubungan Dukungan

12

Anda mungkin juga menyukai